II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Pertanian organik merupakan bagian dari pertanian alami yang dalam

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. meramu bahan-bahan kimia (anorganik) berkadar hara tinggi. Misalnya, pupuk urea

TINJAUAN PUSTAKA. lingkungan. Untuk meningkatkan pertumbuhan maka perlu dilakukan pemberian pupk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Perhatian masyarakat terhadap soal pertanian dan lingkungan beberapa tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penampungan Sampah Sementara (TPS) untuk selanjutnya dibuang ke. yang muncul berkepanjangan antara pemerintah daerah dan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kandungan gizi cukup, nilai ekonomis tinggi serta banyak digunakan baik untuk

PENGARUH PEMBERIAN BEBERAPA MACAM BOKASHI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill.) di POLYBAG

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertanian Organik

TINJAUAN PUSTAKA. definisi sempit dan pertanian organik dalam definisi luas. Dalam pengertian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. budidaya ini meluas praktiknya sejak paruh kedua abad ke 20 di dunia serta

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Daerah penelitian dipilih secara purposive yaitu Desa Sondi Raya, merupakan lokasi pelatihan pembuatan pupuk bokashi dan kebutuhan petani

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus tanpa diikuti upaya pemulihan kesuburannya. Menurut Bekti

TINJAUAN PUSTAKA. komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Meskipun sebagai bahan makanan pokok, padi dapat digantikan atau disubstitusi

BOKASHI (BAHAN ORGANIK KAYA AKAN SUMBER HAYATI)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. sejak diterapkannya revolusi hijau ( ) menimbulkan dampak negatif yang berkaitan

I. PENDAHULUAN. Sterculiceae dari genus Theobroma, berasal dari Amazone dan daerah-daerah

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. limbah, mulai dari limbah industri makanan hingga industri furnitur yang

Pengemasan dan Pemasaran Pupuk Organik Cair

DWI SETYO ASTUTI A

Uji Mikrobiologis Kompos Organik dari Sampah Organik dengan Penambahan Limbah Tomat dan EM-4 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

EFEKTIFITAS MIKROORGANISME (EM) PADA PERTUMBUHAN TANAMAN GELOMBANG CINTA (Anthurium Plowmanii) DENGAN MEDIA CAMPURAN ARANG SEKAM DAN KOMPOS SKRIPSI

SYLABUS MATA KULIAH PERTANIAN ORGANIK

Pengaruh Tingkat Konsentrasi dan Lamanya Inkubasi EM4 Terhadap Kualitas Organoleptik Pupuk Bokashi

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. seperti industri, jasa, pemasaran termasuk pertanian. Menurut Rogers (1983),

BAB I PENDAHULUAN. mengurangi pemakaian pestisida. Limbah padat (feses) dapat diolah. menjadi pupuk kompos dan limbah cair (urine) dapat juga diolah

Optimalisasi Panen Pada Tanaman Tua di Lingkup Kebun PT. Asam Jawa. Presentation by P.T. Asam Jawa

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. penelitian, sedangkan pada bagian implikasi penelitian disajikan beberapa saran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

PEMBERDAYAAN SDM DALAM PEMANFAATAN SAMPAH BASAH SEBAGAI PUPUK CAIR DI RW 08 KELURAHAN SUKUN KECAMATAN SUKUN KOTA MALANG

EFEKTIVITAS PEMBERIAN EM (Effective Microorganism) TERHADAP PERTUMBUHAN Anthurium plowmanii PADA MEDIA CAMPURAN PAKIS CACAH DAN ARANG SEKAM SKRIPSI

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Aktivator Tanaman Ulangan Ʃ Ӯ A0 T1 20,75 27,46 38,59 86,80 28,93 T2 12,98 12,99 21,46 47,43 15,81 T3 16,71 18,85 17,90 53,46 17,82

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pola hidup sehat semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai sumber pencemaran. Limbah tersebut dapat berupa bahan organik dan

Pupuk organik cair termasuk dalam salah satu pupuk organik yang memiliki manfaat memperbaiki sifat fisik tanah, membantu pembentukan klorofil daun,

PENDAHULUAN. Sedangkan pads Bokashi Arang Sekam setelah disimpan selama 4 minggu C/N rationya sebesar 20.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Teori Adopsi dan Difusi Inovasi

PENDAHULUAN. kehidupan para petani di pedesaan tingkat kesejahteraannya masih rendah.

I. PENDAHULUAN. pupuk tersebut, maka pencarian pupuk alternatif lain seperti penggunaan pupuk

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah Perikanan

PENDAHULUAN. padat (feses) dan limbah cair (urine). Feses sebagian besar terdiri atas bahan organik

I. PENDAHULUAN. yang sesuai dengan syarat tumbuh bagi tanaman perkebunan. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman bit (Beta vulgaris L.) merupakan sejenis tanaman ubi-ubian yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pertanian organik merupakan sistem managemen produksi yang dapat. tanaman. Dalam pelaksanaannya pertanian organik menitikberatkan pada

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang

S U N A R D I A

UKDW I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jamur merang (Volvariella volvacea) merupakan salah satu spesies jamur

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) merupakan salah satu komoditas

PERLAKUAN VARIASI PUPUK KANDANG PENGARUHNYA TERHADAP MUTU BOKASHI

I. PENDAHULUAN. Pakchoy (Brassica sinensis L.) merupakan tanaman sayuran berumur pendek (±

I. PENDAHULUAN. tanaman padi salah satunya yaitu pemupukan. Pupuk merupakan salah satu faktor

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah

Latar Belakang. Produktivitas padi nasional Indonesia dalam skala regional cukup tinggi

Kompos Cacing Tanah (CASTING)

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

YANG DIKULTURKAN PADA BOKASHI DAN PUPUK ANORGANIK TERHADAP PRODUKSI TANAMAN KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) DI KAMPUNG WANGGAR KABUPATEN NABIRE

BAB VIII PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PRIMA TANI OLEH PETANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGANNYA

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicon esculentum mill) merupakan tanaman yang berasal dari

LAPORAN AKHIR PRODUKSI KOMPOS

BAB I PENDAHULUAN. dibudidayakan di air tawar dan disukai oleh masyarakat karena rasanya yang

PENDAHULUAN. Buah melon (Cucumis melo L.) adalah tanaman buah yang mempunyai nilai

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan salah satu tanaman pangan dan

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian selalu dikaitkan dengan kondisi kehidupan

Teknologi Budidaya Tanaman Sayuran Secara Vertikultur

CARA MEMBUAT KOMPOS OLEH: SUPRAYITNO THL-TBPP BP3K KECAMATAN WONOTIRTO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A PENGEMBANGAN PROSES DEGRADASI SAMPAH ORGANIK UNTUK PRODUKSI BIOGAS DAN PUPUK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I. kemampuannya. Indonesia sebagai Negara agraris memiliki potensi pertanian

I. PENDAHULUAN. sayuran terutama sawi. Hal ini terjadi karena sawi memiliki kandungan gizi yang

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah merupakan tanaman pangan berupa semak yang berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. banyak dapat diubah menjadi pupuk organik yang bermanfaat untuk. pertanian yang dapat memberikan unsur hara dalam tanah.

BAB I PENDAHULUAN. produk pertanian yang dihasilkan terbebas dari bahan bahan kimia yang

I. PENDAHULUAN. perkebunan tebu terbesar di Lampung adalah PT. Gunung Madu Plantation

I. PENDAHULUAN. sekali limbah khususnya limbah organik. Limbah organik yang berbentuk padat

Latar Belakang. meluasnya deforestasi. Di samping itu, lahan juga dapat menjadi kritis karena

PERANGKAT UJI PUPUK ORGANIK (PUPO) (ORGANICFERTILIZER TEST KIT )

I PENDAHULUAN. Kegagalan dalam memenuhi kebutuhan pokok akan dapat menggoyahkan. masa yang akan datang IPB, 1998 (dalam Wuryaningsih, 2001).

M.Yazid, Nukmal Hakim, Guntur M.Ali, Yulian Junaidi, Henny Malini Dosen Fakutas Pertanian Universitas Sriwijaya ABSTRAK

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Pertanian organik merupakan bagian dari pertanian alami yang dalam pelaksanaanya berusaha menghindarkan penggunaan bahan kimia dan pupuk yang bersifat meracuni lingkungan dengan tujuan untuk memperoleh kondisi lingkungan yang sehat. Selain itu, juga untuk menghasilkan produksi tanaman yang berkelanjutan dengan cara memperbaiki kesuburan tanah melalui penggunaan sumberdaya alami seperti mendaur ulang limbah pertanian (Anonimous, 2005). Dalam pelaksanaannya, pertanian organik membatasi ketergantungan petani pada penggunaan bahan kimia dan pupuk anorganik dan bahan kimia lainnya. Pupuk anorganik yang selalu digunakan petani dapat diganti dengan pupuk organik yang dapat dibuat sendiri dari bahan-bahan alami seperti penggunaan pupuk bokashi yang dapat dibuat dari bahan jerami dan sampah rumah tangga (Anonimous, 2005). Pupuk organik yang sekarang sedang banyak digunakan adalah pupuk bokashi. Bokashi merupakan bahan organik yang telah difermentasikan. Pupuk bokashi di buat dengan memfermentasikan bahan-bahan organik dan EM (Efektif Mikroorganisme). Biasanya bokashi di temukan dalam bentuk serbuk atau butiran. Bokashi sudah digunakan para petani dalam perbaikan tanah secara tradisional untuk meningkatkan keragaman mikroba dalam tanah dan meningkatkan persediaan unsur hara bagi tanaman. Secara tradisional bokashi dibuat dengan cara menfermentasikan bahan organik seperti dedak dengan tanah

dari hutan atau gunung yang mengandung berbagai jenis mikroorganisme (Anonimous, 2005). Meskipun sama-sama organik namun ada perbedaan yang cukup antara bokashi dengan pupuk organik lainnya. Bokashi merupakan teknologi untuk menghasilkan pupuk kompos yang lebih efektif melalui formulasi bahan-bahan pembuat. Bokashi ini memiliki kelebihan yang terkandung di dalam pupuk kimia sekaligus juga bisa menutupi kekurangan yang ada pada kompos, misalnya saja untuk kandungan gizi dan vitamin ( Anonimous, 2007). Kelebihan lain dari bokashi ini, dengan formulasi bahan-bahan maka sangat mudah untuk mengontrol jumlah vitamin. Sementara unsur yang terkandung pada pupuk bokashi sama dengan kompos, bedanya kalau bokashi sama artinya dengan peragian dengan sistem cepat dengan jangka waktu 2minggu, bokasi sudah dapat digunakan sedangkan kalau pembuatan kompos prosesnya pembusukan dengan jangka waktu yang lebih lama mencapai waktu 2 bulan (Anonimous, 2007). Bokashi merupakan pupuk organik dengan kandungan nutrisi tanaman yang dikandung yaitu : Tabel 2. Komponen Nutrisi Tanaman yang terkandung dalam Pupuk Bokashi Komponen Kandungan (%) bahan organik 70 % total N 1,2 % ratio C/N 3,5 % P2O5 0,5 % K2O 0,3 % Dengan kandungan tersebut bokashi mampu meningkatkan kesuburan tanah, memperluas pori bagi pertumbuhan akar dan mengefektifkan dampak positif pupuk kimia yang digunakan petani (Anonimous, 2005).

Gabungan dari mikroorganisme tersebut secara fisiologis mempunyai kecocokan untuk dapat hidup bersama dalam kultur campuran. Sewaktu kultur campuran tersebut dikembalikan ke dalam lingkungan alaminya, terdapat pengaruh yang paling menguntungkan pada setiap individu mikroorganisme itu secara cepat bertambah dalam aksi yang saling menunjang. Kultur campuran dari mikroorganisme yang saling menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman, meningkatkan produksi tanaman, kesehatan tanaman, lebih tahan terhadap hama dan penyakit memperbaiki dan menguraikan bahan organik dan residu tanaman serta mempercepat daur ulang hara tersebut (Tamba, 1999). Bokashi EM yaitu bokashi dengan bahan organik yang difermentasikan dengan mikrooganisme efektif, bukan dengan tanah dari hutan atau dari gunung. EM yang digunakan dalam pembuatan bokashi adalah suatu kultur campuran berbagai mikroorganisme yang bermanfaat terutama (bakteri fotosintetik dan bakteri asam laktat, ragi, actinary cetes dan jamur peragian) dan dapat digunakan sebagi inokulan untuk meningkatkan keragaman mikroba tanah. Penggunaan EM dalam pembuatan bokashi selain dapat memperbaiki kesehatan dan kualitas tanah juga bermanfaat memperbaiki pertumbuhan serta jumlah dan mutu hasil tanaman (Anonimous, 2005). Pemupukan akan efektif jika sifat pupuk yang ditebarkan dapat menambah atau melengkapi unsur hara yang telah tersedia di dalam tanah. Karena hanya bersifat menambah atau melengkapi unsur hara, sebelum digunakan harus diketahui gambaran tentang keadaan tanahnya terlebih dahulu, khususnya untuk mendukung pertumbuhan tanaman (Novizan, 2002).

Adapun teknologi yang digunakan untuk pembuatan pupuk bokashi ini yaitu mesin penggiling Molen, yang biasanya digunakan oleh tukang bangunan untuk mengkocok semen. Mesin ini digunakan untuk pengolahan bahan yang jumlahnya besar, sedangkan dalam jumlah kecil cukup di aduk dengan cangkul, pengolahan ini biasanya untuk petani yang membuat untuk kalangan sendiri. 2.2. Landasan Teori Sikap adalah determinan perilaku, karena mereka berkaitan dengan persepsi kepribadian dan motivasi. Sebuah sikap merupakan suatu keadaan siap mental, yang dipelajari dan diorganisasi menurut pengalamn, dan yang menyebabkan timbulnya pengaruh khusus atas reaksi seseorang terhadap orang-orang, objekobjek, dan situasi-situasi dengan siapa ia berhubungan. Perubahan sikap bergantung darai upaya mengubah perasaan-perasaan atau keyakinan-keyakinan tersebut. Manusia memiliki sikap yang terdiri dari berbagai macam komponen afektif dan kognitif. Afektif yang merupakan komponen yang emosional atau perasaan. Komponen kognitif sebuah sikap terdiri dari persepsi, opini dan keyakinan seseorang (Winardi, 2004). Sikap dikatakan sebagai suatu respon evaluatif. Respon hanya akan timbul apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya reaksi individual. Respon evaluatif berarti bahwa bentuk reaksi yang dinyatakan sebagai sikap itu timbulnya didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang memberi kesimpulan terhadap stimulus dalam bentuk nilai baik-buruk, positifnegatif, menyenangkan-tidak menyenangkan, yang kemudian mengkristalkan sebagai potensi reaksi terhadap objek sikap (Azwar, 1997).

Sikap dapat didefinisikan sebagai perasaan, pikiran, dan kecenderungan seseorang yang kurang lebih bersifat permanent mengenai aspek-aspek tertentu dalam lingkungannya. Komponen-komponen sikap adalah pengetahuan, perasaan, dan kecenderungan evaluatif terhadap suatu objek atau subjek yang memiliki konsekuensi yakni bagaimana seseorang berhadap-hadapan dengan objek sikap. Tekanannya pada kebanyakan penelitian dewasa ini adalah perasaan atau emosi (Van den Ban, 1999). Pernyataan sikap mungkin berisi hal-hal yang positif mengenai objek sikap, yaitu kalimatnya bersifat mendukung atau memihak pada objek sikap. Sebaliknya, pernyataan sikap mungkin pula berisi hal-hal yang negatif mengenai objek sikap, yaitu yang bersifat tidak mendukung ataupun kontra terhadap objek sikap yang hendak diungkap (Azwar, 1997). Apa yang terjadi pada sikap seluruh orang dewasa daripada selama pertengahan masa kedewasaanya. Tiga faktor yang perlu diperhitungkan tentang stabilitas sikap tengah baya, yaitu: 1. Kepastian kepribadian yang lebih besar 2. Merasa cukup pengalaman 3. Kebutuhan akan sikap yang kuat Jadi pandangan konvensial tentang sikap umumnya yang cenderung tidak berubah bersamaan dengan usia seseorang dapat ditolak. Orang yang lanjut usia, dan orang yang beranjak dewasa, dapat berubah sikapnya karena mereka lebih terbuka dan kurangnya keyakinan diri (Kreitner dan Kinicki, 2003). Sikap merupakan organisasi dari unsur-unsur kognitif, emosional dan momen-momen kemauan, yang khusus dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman

masa lampau, sehingga sifatnya sangat dinamis, dan memberi pengarahan pada setiap tingkah laku buruh, pegawai. Maka sikap ini dipengaruhi sekali oleh suksesan-kegagalan pengalaman di masa lalu. Kegagalan dan sukses itu sedikit atau banyak akan mengubah sikap jadi tingkah laku yang habitual terhadap suatu situasi (Kreitner dan Kinicki, 2003). Sikap terhadap suatu perilaku dipengaruhi oleh keyakinan bahwa perilaku tersebut akan membawa kepada hasil yang diinginkan atau tidak diinginkan. Keyakinan mengenai perilaku apa yang diharapkan oleh orang lain dan motivasi untuk bertindak sesuai dengan harapan normative tersebut membentuk norma subjektif dalam diri individu. Kontrol perilaku ditentukan oleh pengalaman masa lalu dan perkiraan individu mengenai seberapa sulit atau mudahnya untuk melakukan perilaku yang bersangkutan. Kontrol perilaku ini sangat penting artinya ketika rasa percaya diri seseorang sedang berada dalam kondisi yang lemah (Azwar, 1997). Pelaksanaan penyuluh menerapkan anjuran yang disampaikan oleh penyuluh lapangan, terdapat suatu proses yang disebut dengan proses penerimaan dan proses adopsi terhadap teknologi baru. alam penerimaan teknologi baru yang dianjurkan oleh penyuluh lapangan, maka kecepatan penerimaan petani terhadap teknologi tidaklah sama tergantung pada sikap dan kondisi masing-masing petani pada saat teknologi diperkenalkan kepada mereka. Setiap orang apabila mendengar satu ide baru, akan mengikuti tingkattingkatan tertentu sebelum menerima ide tersebut, hal ini disebut Proses Adopsi. Seorang penyuluh perlu memperhatikn tingkatan tersebut dan tidaklah mencoba mendesak tergesa-gesa untuk menpercayainya. Tingkatan-tingkatan tersebut yaitu:

1. Sadar, seseorang belajar tentang satu ide baru, produk atau praktek baru 2. Tertarik, seseorang tidak puas hanya mengetahui keberadaan ide baru itu, ingin mendapatkan informasi yang lebih banyak dan lebih mendetail 3. Penilaian, seseorangmenilai semua informasi yang diketahuinya dan memutuskan apakah ide baru itu baik untuknya 4. Mencoba, sekali lagi diputuskan bahwa dia menyukai ide tersebut, dia akan mengadakan percobaan 5. Mengadopsi, adalah tahapan dimana dia menyakini akan keberadaan atau keunggulan ide baru tersebut sehingga menerapkannya (Ginting, 2002). Adopsi adalah keputusan yang diambil seseorang untuk menerima motivasi dan menggunakannya dalam usaha taninya. Keputusan untuk menerima inovasi merupakan perubahan perilaku yang meliputi kawasan pengetahuan, sikap dan keterampilan seseorang untuk mengetahui adanya inovasi sampai mengambil keputusan untuk menerimanya (Adjid, 2001). Adopsi adalah penerapan atau penguasaan suatu ide baru, alat-alat atau teknologi baru. Manivestasi dari bentuk adopsi teknologi dapat berupa perubahan yang terlihat pada sikap dan perilaku, metoda, perubahan dalam pemakaian peralatan atau teknologi yang digunakan dalam usahatani (Satia, 2000). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi adopsi teknologi baru: 1. Tingkat pendidikan petani ; mereka yang berpendidikan tinggi adalah relatif lebih cepat dalam melaksanakan adopsi 2. Umur petani ; makin muda petani biasanya mempunyai semangat untuk ingin tahu apa yang belum mereka ketahui, sehingga mereka berusaha

untuk lebih cepat melakukan adopsi inovasi walaupun sebenarnya mereka belum berpengalaman soal adopsi tersebut 3. Luas pemilikan lahan ; petani yang memiliki lahan luas kemungkinan lebih mudah untuk menerima inovasi baru karena keefisienan penggunaan sarana produksi 4. Pengalaman bertani ; petani yang sudah lama bertani akan lebih mudah menerapkan inovasi dari pada petani pemula, karena pengalaman yang lebih banyak sehingga sudah dapat membuat perbandingan dalam mengambil kepetusan. (Ginting.M, 2002). 2.3. Faktor Sosial-Ekonomi Petani berkepentingan untuk meningkatkan penghasilan usahatani dan keluarga sehingga tidak mengherankan apabila ada teknologi baru, petani akan mempertimbangkan untung ruginya. Setelah secara teknis dan ekonomi dianggap menguntungkan barulah petani memutuskan untuk menerima dan mempraktekkan ide-ide baru tersebut. Petani yang berumur 50 tahun ke atas biasanya fanatik terhadap tradisi dan sulit untuk diberikan pengertian-pengertian yang mengubah cara berpikir, cara kerja dan cara hidupnya. Mereka bersikap apatis terhadap inovasi. Semakin muda umur petani maka makin semangat untuk mengetahui hal baru, sehingga dengan demikian mereka berusaha untuk cepat melakukan adopsi walaupun sebenarnya mereka masih belum berpengalaman soal adopsi tersebut (Kartasapoetra, 1994).

Pendidikan rendah mengakibatkan kurangnya pengetahuan dalam memanfatkan sumber-sumber daya alam yang tersedia. Usaha-usah petani berakibat hanya mampu menghasilkan pendapatan yang rendah (Kartasapoetra, 1994). Pendapatan keluarga petani adalah pendapatan yang diperoleh dari kegiatan pertanian ditambah dengan pendapatan Rumah tangga dari luar usahatani. Pendapatan keluarga diharapkan mencerminkan tingkat kekayaan dan besarnya modal yang dimiliki petani. Pendapatan yang besar mencerminkan tersedianya dan yang cukup dalam berusaha tani. Rendahnya pendapatan menyebabkan turunnya investasi (Soekartawi, 2002). Tingkat kosmopolitan dapat diartikan sebagai keterbukaan maupun hubungan petani dengan dunia luar yang nantinya akan memberikan inovasi baru bagi para petani dalam menjalankan usahataninya. Tingkat kosmopolitan dapat diukur dari perkembangan inovasi baru, antara lain media elektronik (TV, Radio, Telepon) media cetak (Surat kabar, Tabloid, Majalah) dan beperginya petani keluar daerah tinggal mereka atau keluar desa dalam rangka memaskan usahatani mereka juga untuk mendapatkan pendidikan dan informasi mengenai inovasi pertanian (Fauzia dan Tampubolon, 1991). 2.4. Kerangka Pemikiran

Dinas perkebunan melalui penyuluh pertanian mensosialisasikan dan memberikan pelatihan teknologi pembuatan pupuk bokashi kepada para petani cabai. Didalam mengelola usahataninya, ada petani menggunakan teknologi pupuk bokashi dan yang tidak menggunakan teknologi pupuk bokashi. Hal ini akan menimbulkan dampak yang berbeda terhadap tingkat adopsi yang diterima oleh kedua kelompok petani tersebut. Petani sebagai individu dalam kehidupan sehari-hari dihadapkan kepada berbagai stimulus atau rangsangan yang berasal dari lingkungan sosialnya. Petani yang dihubungkan dalam stimulus ini adalah petani cabai yang mengikuti pelatihan dan yang tidak mengikuti pelatihan pembuatan pupuk bokashi. Salah satu dari stimulus yang diperkenalkan pada daerah penelitian adalah penggunaan pupuk bokashi dalam proses pemupukan tanaman mereka. Untuk mengukur bagaimana sikap petani terhadap inovasi baru tidaklah mudah, karena sikap merupakan suatu hal yang tertutup, dimana dalam keadaan tertentu sikap dapat ditujukkan melalui perilaku akan tetapi tidak selamanya perilaku meunjukkan sikap yang ada dalam diri seseorang. Misalnya sikap petani cabai terhadap pembuatan pupuk bokashi adalah positif namun belum tentu petani tersebut menerapkannya. Penerapan teknologi yang menguntungkan akan lebih banyak terjadi apabila tingkat adopsi petani tinggi. Beberapa faktor sosial petani meliputi umur, tingkat pendidikan, pengalaman bertani, dan tingkat kosmopolitan maupun faktor ekonomi petani meliputi luas lahan, jumlah tanggungan, dan total pendapatan akan mempengaruhi sikap petani terhadap teknologi pembuatan pupuk bokashi. Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

Penyuluh Teknologi Pembuatan Pupuk Bokashi Petani Cabai Sikap Adopsi Faktor sosial-ekonomi Petani: 1. Umur 2. Tingkat Pendidikan 3. Pengalaman Bertani 4. Tingkat Kosmopilitan 5. Luas Lahan 6. Jumlah Tanggungan 7. Total Pendapatan Keterangan: Menyatakan Pengaruh Menyatakan Hubungan 2.5. Hipotesis Penelitian

Sesuai dengan identifikasi masalah dan tujuan penelitian maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: 1. Sikap petani cabai terhadap teknologi pembuatan pupuk bokashi di daerah penelitian adalah positif 2. a. Tingkat adopsi petani peserta pelatihan pembuatan bokashi terhadap pembuatan pupuk bokashi di daerah penelitian adalah tinggi b. Tingkat adopsi petani non peserta pelatihan pembuatan bokashi terhadap pembuatan pupuk bokashi di daerah penelitian adalah rendah 3. Terdapat perbedaan penggunaan jumlah pupuk bokashi antara petani cabai peserta pelatihan dengan petani cabai non peserta pelatihan pembuatan pupuk bokashi 4. Ada hubungan faktor sosial ekonomi (umur, pengalaman bertani, tingkat pendidikan, tingkat kosmopolitan, luas lahan, jumlah tanggungan dan total pendapatan) petani dengan sikapnya terhadap teknologi pembuatan pupuk bokashi di daerah penelitian 5. Ada hubungan faktor sosial ekonomi (umur, pengalaman bertani, tingkat pendidikan, luas lahan, jumlah tanggungan dan total pendapatan) petani dengan jumlah penggunaan pupuk bokashi didaerah penelitian III. METODOLOGI PENELITIAN