BAB I PENDAHULUAN. situasi kelas yang termotivasi menurut Brown(1994) pengajar hendaknya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan usaha sadar dan disengaja oleh guru untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. teknologi memiliki peranan penting dalam memberikan pemahaman mengenai

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesat yang menuntut setiap manusia untuk bersaing dan berkompetisi

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang, serta mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbicara sangat diperlukan untuk berkomunikasi lisan.

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

BAB I PENDAHULUAN. dorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. orientasi pendidikan pada basis kognitivisme disempurnakan menjadi berbasis

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya. Hal ini dijelaskan dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN. guru menempati titik sentral pendidikan. Peranan guru yang sangat penting adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kebutuhan manusia sepanjang hidup dan selalu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN. dibahas dalam bab ini yaitu rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan

BAB I PENDAHULUAN. IPTEK, dituntut sumber daya manusia yang handal dan mampu bersaing secara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berbicara tentang pendidikan, berarti membicarakan tentang hidup dan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. SD Negeri Tlahap terletak di Desa Tlahap Kecamatan Kledung Kabupaten

BAB 1 PENDAHULUAN. Sekolah sebagai tempat proses belajar mempunyai kedudukan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. selalu berkomunikasi dengan orang lain sebagai wujud interaksi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. proses untuk menuntun siswa agar mencapai tujuan tersebut. Sebagaimana dengan

BAB I PENDAHULUAN. menunjang proses belajar mengajar untuk semakin baik, begitupun

BAB I PENDAHULUAN. unsur yang terkait didalamnya saling mendukung. Dalam kegiatan belajar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Hasil belajar siswa sangat dipengaruhi oleh kualitas pembelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Hal semacam itulah yang

BAB I PENDAHULUAN. disampaikan melalui ceramah akan sulit diterima oleh siswa dan

BAB I PENDAHULUAN. baik itu pelaksana pendidikan, mutu pendidikan, sarana prasarana pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah merupakan salah satu mata pelajaran yang menanamkan. Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa sejarah dapat

BAB I PENDAHULUAN. siswa itu sendiri. Mata pelajaran PKn sering dianggap sebagai sebuah mata pelajaran

1. PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan suatu bangsa karena sasaran dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang bermartabat dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Secara spesifik

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia. Peningkatan kualitas sumber daya manusia dapat

BAB I PENDAHULUAN. kunci penting dalam abad ke 21 ini. Oleh karena itu, siswa perlu dipersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan ujung tombak bagi pembangunan peradaban.

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan cara perbaikan proses pembelajaran. mencapai tujuan tersebut, tidak selalu cocok pada semua siswa.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan kata pengajaran atau teaching. Pembelajaran merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah pokok yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia adalah masalah yang berhubungan dengan mutu atau

2014 PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL MELALUI MEDIA AUDIO VISUAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kompleks perbuatan yang sistematis untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan cara untuk memenuhi dan meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan tersebut masing-masing harus dimiliki oleh siswa untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang masih bersifat teacher-centered karena tidak memerlukan alat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk menunjang keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mampu bersaing dan menghadapi perubahan-perubahan yang tidak menentu. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini peran dan fungsi pendidikan sekolah semakin penting dan

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan berpikir seseorang. Oleh karena itu pendidkan merupakan upaya

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk dapat mengaplikasikanya dalam kehidupan sehari harinya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, mengembangkan gagasan dan perasaan serta dapat digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang diharapkan. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kata Kunci: Metode Diskusi Kelompok, Media Gambar, Prestasi Belajar IPA

BAB I PENDAHULUAN. tugas dan tanggung jawab mentransfer pengetahuan kepada siswa melainkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. Pendidikan merupakan proses mengubah tingkah laku anak didik agar

BAB I PENDAHULUAN. mengharuskan mampu melahirkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN No. 1 Enu Pada Pembelajaran IPS Dengan Menggunakan Metode Diskusi Kelompok

Yudi Budianti* Dwi Kustianingsih* ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pada ketrampilan reseptif dan ketrampilan produktif. Ketrampilan

2015 PENGGUNAAN METODE SHOW AND TELL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS V SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu usaha yang bertujuan untuk mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. berupaya untuk meningkatkan mutu pendidikan, diantaranya dengan

BAB I PENDAHULUAN. dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sebagai bahasa negara, BI dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memberi makan, minum, pakaian, dan sebagainya. Tetapi juga. oleh orangtua dan guru. Anak yang memiliki motivasi akan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu cara yang ditempuh manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. dirinya melalui proses pembelajaran dan atau cara lain yang dikenal dan diakui

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat vital dalam kehidupan sehari-hari. Berbagai bentuk simbol

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan komunikasi antar manusia sehingga manusia itu tumbuh sebagai

BAB I PENDAHULUAN. (Yogyakarta: Kepel Press, 2013), hlm Haryono, Pembelajaran IPA Yang Menarik dan Mengasyikkan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menduduki tempat utama di dalam memberi dan menerima informasi serta

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antara individu dengan lingkungannya 1.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia abad ke-21 mempunyai karakteristik sebagai berikut,

BAB I PENDAHULUAN. untuk menunjang keberhasilan proses belajar mengajar. pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipisahkan dari setiap individu serta sifatnya mutlak, baik dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Masalah bahasa dalam dunia pendidikan merupakan peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya Proses Belajar Mengajar (PBM) adalah interaksi antara manusia, sumber daya, dan lingkungannya. PBM merupakan proses yang tersusun secara teratur, yang dapat mengubah kemampuan peserta didik dari suatu tingkatan ke tingkatan yang lain yang lebih baik. Hasil PBM dapat dicapai secara maksimal apabila komponen-komponen yang berinteraksi dapat berfungsi secara optimal sehingga perlu diupayakan terciptanya situasi kelas yang memungkinkan. 1 Situasi kelas yang termotivasi dapat memperbaiki proses belajar dan perilaku pengajar. Peserta didik yang termotivasi untuk belajar akan tertarik dengan berbagai tugas belajar yang sedang dikerjakan. Untuk menciptakan situasi kelas yang termotivasi menurut Brown(1994) pengajar hendaknya mampu menciptakan lingkungan belajar yang dapat memberikan ransangan atau tantangan sehingga peserta didik tertarik untuk belajar secara aktif. Keaktifan peserta didik memang sangat diperlukan, karena belajar menuntut aktivitas dari diri sendiri, mental maupun fisik. Pada batas tertentu makin aktif 1 Kundharu Saddhono, Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Indonesia, (Yogyakarta:Graha Ilmu, 2014), 1. 1

2 perilaku belajar seseorang, makin besar hasil belajar yang diperolehnya. Ini menunjukkan bahwa aktivitas atau partisipasi aktif peserta didik sangat menentukan keefektifan belajarnya. 2 Peningkatkan partisipasi fisik dan mental pengajar hendaknya tidak mendominasi aktivitas PBM, tetapi memberikan kesempatan seluas-luasnya pada peserta didik untuk berinteraksi, baik terhadap guru maupun peserta didik satu dengan yang lain. Peserta didik diberi kesempatan berlatih saat pendidik menyampaikan pengajaran berupa keterampilan. Pada pembelajaran bahasa Indonesia, ada empat keterampilan dasar yaitu: mendengar, berbicara, menulis dan membaca. Keempat keterampilan tersebut saling terkait antara satu dengan yang lain. Keterampilan tersebut harus dikuasai siswa karena sangat penting tidak hanya dalam bidang pendidikan tetapi juga dalam kehidupan masyarakat. Seperti halnya keterampilan mendengarkan, keterampilan berbicara menduduki tempat utama dalam memberi dan menerima informasi serta memajukan hidup dalam peradaban dunia modern. 3 Berbicara secara umum dapat diartikan sebagai suatu penyampaian maksud (ide, pikiran, isi hati) seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut mudah dipahami oleh orang lain. Keterampilan berbicara merupakan salah satu keterampilan 2 Kundharu, Pembelajaran..., 2. 3 Kundharu, Pembelajaran..., 5.

3 berbahasa yang sangat penting karena keterampilan berbicara sangat berhubungan dengan keterampilan berkomunikasi dalam kehidupan seharihari. Kegiatan berbicara senantiasa diikuti kegiatan mendengarkan, keterampilan berbicara menunjang keterampilan menulis dan kegiatan berbicara juga berhubungan erat dengan kegiatan membaca. Seseorang yang memiliki keterampilan mendengarkan dengan baik biasanya akan menjadi pembicara yang baik pula. Pembicara yang baik akan berusaha agar pendengarnya dapat menangkap isi dari pembicaraan. 4 Pada kenyataannya, keterampilan berbicara yang terjadi saat ini di MI Roudlotul Banat sangat rendah. Nilai KKM yang ditetapkan di sekolah tersebut pada mata pelajaran bahasa Indonesia adalah 70, akan tetapi nilai rata-rata kelas yang diperoleh hanyalah 65. Hal tersebut menunjukkan kalau nilai siswa jauh dari standart nilai yang seharusnya diperoleh, maka kemungkinan indikator ketuntasan belajar siswa belum berhasil. 5 Keterampilan berbicara bahasa Indonesia siswa dari 21 jumlah siswa, 9 anak (42%) yang lulus KKM dan 12 (58%) anak tidak lulus KKM, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor. 6 Faktor-faktor yang dimungkinkan mempengaruhi keterampilan berbicara antara lain dari guru. Pembelajaran 4 Kundharu, Pembelajaran..., 53. 5 Daftar nilai praktek bahasa Indonesia kelas III A. 6 Hasil wawancara dengan ibu Nova Triastuti, S. Si sebagai guru Bahasa Indonesia kelas III A, yang dilaksanakan pada tanggal 03 Maret 2015 di MI Roudlotul Banat.

4 Bahasa Indonesia oleh guru masih cenderung berorientasi pada transfer pengetahuan semata dengan metode yang monoton yaitu hanya dengan menggunakan metode ceramah saja. Hal inilah yang mengakibatkan kegagalan prestasi belajar siswa. Selain itu, pembelajaran yang digunakan masih menganut perspektif pembelajaran tradisional atau konfensional, yaitu pembelajaran yang berpusat pada guru dan menjadikan siswa sebagai objek pasif yang harus banyak diisi informasi. Padahal kenyataannya, siswa yang mempunyai karakter beragam memerlukan sentuhan-sentuhan khusus dari guru sebagai pendidik dan pelatih agar mampu mengambil makna dari setiap informasi yang diterima. Untuk itu guru harus mampu menjadikan mereka semua terlibat dan merasa senang selama proses pembelajaran. 7 Faktor lain yang dapat menyebabkan siswa kurang termotivasi adalah pengambilan materi yang hanya dari buku paket, pembelajaran yang monoton, serta guru kurang variatif dalam menggunakan metode, strategi, teknik, dan pendekatan. Akibatnya, siswa menjadi malas dan mengalami kejenuhan dalam kegiatan berbicara. Hal ini akan dapat berdampak pada keterampilan siswa untuk berbicara menjadi sangat terbatas karena siswa mengalami kesulitan. Melihat dari semua permasalahan dan penyebab permasalahan yang dipaparkan, maka dibutuhkan tindakan yang mampu mencari jalan keluarnya. 7 Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar, (Padang:Quantum Teaching, 2005), 107.

5 Salah satu solusi adalah penggunaan metode yang tepat, yaitu metode yang mampu membuat seluruh siswa terlibat dalam suasana pembelajaran, serta mampu meningkatkan kemampuan berbicara siswa menggunakan bahasa Indonesia. Metode mengajar merupakan salah satu cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pembelajaran. Oleh karena itu, peranan metode mengajar sebagai alat untuk menciptakan proses belajar mengajar. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan oleh seorang guru guna menjawab dari permasalahan-permasalan pembelajaran Bahasa Indonesia tersebut, serta untuk lebih mengaktifkan dan meningkatkan kemampuan berbicara bahasa Indonesia, yaitu dengan menggunakan model-model pembelajaran yang tepat, salah satunya adalah melalui metode cooperative. Tujuan utama dalam penerapan model belajar mengajar cooperative adalah agar peserta didik dapat belajar secara kelompok bersama temantemannya dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan pendapatnya dengan menyampaikan pendapat secara berkelompok. Teknik ini menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara. 8 8 Isjoni. Cooperative Learning Evektivitas Pembelajaran Kelompok, (Bandung: Alfabeta, 2010), 21.

6 Berdasarkan penelitian sebelumnya, olehazzizah Nurlaili (2014) dalam skripsinya yang berjudul Peningkatan Keterampilan Berbicara Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Cooperative Script, memuat masalah yang sama yaitu peningkatan keterampilan berbicara bahasa Indonesia. Berdasarkan Penelitian Tindakan Kelas yang telah dilakukan oleh peneliti pada siklus I dan siklus II melalui metode cooperative script pada kelas V SDN 03 Gemolong Sragen, rata-rata kelas mengalami peningkatan nilai belajar. 9 Pada tahap prasiklus, nilai rata-rata yang dicapai siswa sebesar 63,68 dengan ke-tuntasan klasikal 20,59% atau sekitar 7 siswa yang mempunyai nilai mencapai tuntas, Setelah diadakan tindakan pada siklus I, nilai rata-rata siswa meningkat menjadi 68,25 dengan ketuntasan klasikal mencapai 70,58% atau 24 siswa sudah mencapai nilai tuntas. Namun, karena indicator kinerja pada penelitian ini belum tercapai, maka dilakukan tindakan pada siklus II. Pada siklus II terjadi peningkatan nilai keterampilan berbicara yang cukup signifikan. Rata-rata nilai keterampilan berbicara pada siklus II meningkat menjadi sebesar 76,73 dengan ketuntasan klasikal mencapai 91,17% atau 31 siswa sudah mencapai nilai tuntas. Dengan tercapainya indicator kinerja yakni 9 Azzizah Nurlaili, Peningkatan Keterampilan Berbicara Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Cooperative Script Pada Siswa Kelas V SDN 03 Gemolong Sragen. Skripsi. Universitas Sebelas Maret. 2014

7 90% siswa mencapai nilai 67, maka penelitian ini dilakukan hanya sampai siklus II. Selain itu pada penelitian lain yang dilakukan Ellit Pipop Setiawan (2011) dengan judul Peningkatan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SD Negeri Ngijo 01 Melalui Model Cooprative Script Berbantuan Wayang Kulit. Berdasarkan Penelitian Tindakan Kelas yang telah dilakukan oleh peneliti pada siklus I dan siklus II melalui metode cooperative script pada kelas V SDN Ngijo 01, rata-rata kelas mengalami peningkatan nilai belajar. 10 Hasil penelitian menunjukkan melalui model Cooperative Script berbantuan wayang kulit meningkatkan keterampilan berbicara pada siswa SD kelas V. Terbukti dengan peningkatan pada keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran sebesar 20,83 % dari 66,83 % pada siklus I menjadi 87,50 % pada siklus II. Untuk aktivitas siswa meningkat sebesar 12% dari 62% pada siklus I menjadi 74% pada siklus ke II. Kesimpulan dari kedua penelitian yang telah dipaparkan adalah model Cooperative Script dapat meningkatkan pengelolaan pembelajaran yang dilakukan guru, serta dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Dengan adanya permasalahan tersebut, idealnya perlu sesuatu inovasi baru dalam proses belajar mengajar. Proses pembelajaran yang diharapkan dapat 10 Ellit Pipop Setiawan, Peningkatan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SD Negeri Ngijo 01 Melalui Model Cooprative Script Berbantuan Wayang Kulit. Skripsi. Universitas Negeri Malang. 2011

8 menunjang motivasi belajar siswa lebih tinggi dari sebelumnya. Dalam hal ini peneliti akan menggunakan cara yang berbeda, yaitu dengan melakukan percakapan melalui telepon. Mengingat keterampilan berbicara merupakan keterampilan yang paling perlu dimiliki siswa maka semua upaya yang dapat dilakukan untuk membina, mengembangkan, dan meningkatkan keterampilan berbicara. Salah satunya dengan cara menggunakan metode Cooperative Script. Berhasil tidaknya penggunaan model pembelajaran ini tergantung meningkatnya minat siswa untuk berbicara. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui sejauh mana "Peningkatan Keterampilan Berbicara Bahasa Indonesia Materi Bertelepon Melalui Metode Cooperative Script Pada siswa kelas III A MI Roudlotul Banat Sepanjang Sidoarjo". B. Rumusan Masalah Merujuk pada uraian latar belakang yang telah dipaparkan, dapat dikaji ada beberapa permasalahan yang dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana penerapan materi bertelepon dengan menggunakan metode Cooperative Script pada siswa kelas IIIA MI Roudlotul Banat? 2. Bagaimana peningkatan keterampilan berbicara bahasa Indonesia materi bertelepon pada siswa kelas IIIA MI Roudlotul Banat?

9 C. Tindakan Yang Dipilih Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan maka salah satu bentuk alternative yang dapat dilakukan untuk memperbaiki proses pembelajaran tersebut adalah dengan menerapkan metode Cooperative Script. Cooperative Script adalah salah satu metode pembelajaran dimana siswa bekerja secara berpasangan dan bergantian secara lisan dalam menyampaikan bagian-bagian materi yang dipelajari. Metode ini ditujukan untuk membantu siswa berpikir secara sistematis dan berkonsentrasi pada materi pelajaran. Siswa juga dilatih bekerja sama untuk menemukan ide-ide pokok dari gagasan besar yang disampaikan oleh guru. Kelebihan penggunaan metode Cooperative Script pada siswa adalah dapat menumbuhkan ide-ide atau gagasan baru, berdaya pikir kritis, memotivasi siswa agar mampu mengungkapkan pemikirannya, memudahkan siswa berinteraksi sosial atau berdiskusi dengan temannya. D. Tujuan Penelitian Tujuan dilaksanakannya penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui penerapan metode Cooperative Script pada siswa kelas IIIA MI Roudlotul Banat.

10 2. Untuk mengetahui peningkatan keterampilan berbicara bahasa Indonesia materi bertelepon setelah penerapan metode Cooperative Script pada siswa kelas IIIA MI Roudlotul Banat. E. Lingkup Penelitian a. Subyek penelitian diambil di kelas III A MI Roudlotul Banat Sepanjang Sidoarjo, dengan jumlah 21 siswa, 12 laki-laki dan 9 perempuan. b. Materi yang dipakai pada penelitian ini hanya terbatas pada mata pelajaran bahasa Indonesia dengan materi bertelepon. c. Peningkatan keterampilan berbicara bahasa Indonesia, diterapkan untuk dapat mengetahui kemampuan siswa dalam berbicara, serta mengetahui motivasi belajar siswa di dalam kelas. Pelaksanaannya dengan menggunakan metode cooperative sricpt. F. Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian, maka penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis Penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dari hasil temuan peneliti bagi sekolah, yang selanjutnya dapat dijadikan sebagai acuan dalam pembelajaran berbicara bahasa Indonesia.

11 2. Manfaat Praktis a. Bagi Guru 1. Guru dapat pengetahuan baru tentang pelaksanaan metodecooperative script pada pembelajaran bahasa Indonesia sehingga dapat meningkatkan proses pembelajaran di kelas III A MI Roudlotul Banat. 2. Guru dapat mengoreksi kelemahan dan kelebihan proses pengajarannya selama ini sehingga dapat dijadikan bahan perbaikan proses pembelajaran selanjutnya. b. Bagi Peserta Didik 1. Dapat meningkatkan kemampuan siswa berbicara bahasa Indonesia dengan menggunakan metode cooperative script, khususnya dalam kehidupan sehari-hari. Peserta didik dapat menggunakan keterampilan berbicara saat berkomunikasi. 2. Proses belajar mengajar menjadi tidak membosankan bagi peserta didik dan diharapkan lebih aktif dalam pembelajaran di kelas. c. Bagi Sekolah 1. Memberikan ide baru yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pengajaran di sekolah terkait pembelajaran bahasa Indonesia. 2. Meningkatkan kredibilitas dan kualitas guru dalam mengajar pembelajaran bahasa Indonesia di MI Roudlotul Banat.

12 d. Bagi Peneliti Dapat menambah wawasan pengetahuan peneliti, sebagai bahan untuk memperluas penelitian dalam mempersiapkan diri sebagai calon tenaga pendidik.