PENGARUH PERBANDINGAN TANPA SIRIP DENGAN SIRIP LURUS DENGAN ALIRAN AIR BERLAWANAN TERHADAP EFISIENSI PERPINDAHAN PANAS PADA HEAT EXCHANGER ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PERBANDINGAN TANPA SIRIP DENGAN SIRIP INNER TUBE DENGAN ALIRAN AIR BERLAWANAN TERHADAP EFISIENSI PERPINDAHAN PANAS PADA HEAT EXCHANGER

Sujawi Sholeh Sadiawan, Nova Risdiyanto Ismail, Agus suyatno, (2013), PROTON, Vol. 5 No 1 / Hal 44-48

BAB II DASAR TEORI. ke tempat yang lain dikarenakan adanya perbedaan suhu di tempat-tempat

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

Ditulis Guna Melengkapi Sebagian Syarat Untuk Mencapai Jenjang Sarjana Strata Satu (S1) Jakarta 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisa pengaruh variasi laju aliran udara terhadap efektivitas heat exchanger memanfaatkan energi panas LPG

WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Pengujian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perpindahan kalor (heat transfer) ialah ilmu untuk meramalkan

ANALISIS KINERJA COOLANT PADA RADIATOR

ANALISIS PERHITUNGAN LAJU PERPINDAHAN PANAS ALAT PENUKAR KALOR TYPE PIPA GANDA DI LABORATORIUM UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA

Kajian Performa Alat Penukar Panas Plate and Frame

Pengaruh Variasi Putaran Dan Debit Air Terhadap Efektifitas Radiator

Kajian Performa Alat Penukar Panas Plate and Frame

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Thermosiphon Reboiler adalah reboiler, dimana terjadi sirkulasi fluida

PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA

P I N D A H P A N A S PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN II. LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perpindahan kalor (heat transfer) ialah ilmu untuk meramalkan

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor

BAB II PENERAPAN HUKUM THERMODINAMIKA

ANALISA KINERJA ALAT PENUKAR KALOR JENIS PIPA GANDA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS EFEKTIVITAS RADIATOR PADA MESIN TOYOTA KIJANG TIPE 5 K

BAB II TEORI DASAR 2.1 Perancangan Sistem Penyediaan Air Panas Kualitas Air Panas Satuan Kalor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

LAPORAN TUGAS AKHIR MODIFIKASI KONDENSOR SISTEM DISTILASI ETANOL DENGAN MENAMBAHKAN SISTEM SIRKULASI AIR PENDINGIN

ANALISIS KEEFEKTIFAN ALAT PENUKAR KALOR TIPE SHELL AND TUBE SATU LALUAN CANGKANG DUA LALUAN TABUNG SEBAGAI PENDINGINAN OLI DENGAN FLUIDA PENDINGIN AIR

UNIVERSITAS DIPONEGORO TUGAS SARJANA. Disusun oleh:

ANALISA PERPINDAHAN KALOR PADA KONDENSOR PT. KRAKATAU DAYA LISTRIK

ANALISIS PERPINDAHAN PANAS PADA GAS TURBINE CLOSED COOLING WATER HEAT EXCHANGER DI SEKTOR PEMBANGKITAN PLTGU CILEGON

ANALISIS EFEKTIFITAS ALAT PENUKAR KALOR SHELL & TUBE DENGAN MEDIUM AIR SEBAGAI FLUIDA PANAS DAN METHANOL SEBAGAI FLUIDA DINGIN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

Gambar 2.1 Sebuah modul termoelektrik yang dialiri arus DC. ( (2016). www. ferotec.com/technology/thermoelectric)

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan utama dalam sektor industri, energi, transportasi, serta dibidang

steady/tunak ( 0 ) tidak dipengaruhi waktu unsteady/tidak tunak ( 0) dipengaruhi waktu

Pemanfaatan Energi Gas Buang Motor Diesel Stasioner untuk Pemanas Air

SISTEM DISTILASI AIR LAUT TENAGA SURYA MENGGUNAKAN KOLEKTOR PLAT DATAR DENGAN TIPE KACA PENUTUP MIRING

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) B-91

BAB II LANDASAN TEORI

PENGARUH JARAK ANTAR PIPA PADA KOLEKTOR TERHADAP PANAS YANG DIHASILKAN SOLAR WATER HEATER (SWH)

BAB I PENDAHULUAN I.1.

PENGARUH VARIASI KETEBALAN ISOLATOR TERHADAP LAJU KALOR DAN PENURUNAN TEMPERATUR PADA PERMUKAAN DINDING TUNGKU BIOMASSA

Pipa pada umumnya digunakan sebagai sarana untuk mengantarkan fluida baik berupa gas maupun cairan dari suatu tempat ke tempat lain. Adapun sistem pen

BAB III METODE PENELITIAN

LAPORAN KERJA PRAKTEK 1 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

TUGAS AKHIR EKSPERIMEN HEAT TRANSFER PADA DEHUMIDIFIER DENGAN AIR DAN COOLANT UNTUK MENURUNKAN KELEMBABAN UDARA PADA RUANG PENGHANGAT

I. PENDAHULUAN. Mesin pengering merupakan salah satu unit yang dimiliki oleh Pabrik Kopi

ANALISIS KEEFEKTIFAN ALAT PENUKAR KALOR TABUNG SEPUSAT ALIRAN BERLAWANAN DENGAN VARIASI PADA FLUIDA PANAS (AIR) DAN FLUIDA DINGIN (METANOL)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

PENGARUH BENTUK DAN OPTIMASI LUASAN PERMUKAAN PELAT PENYERAP TERHADAP EFISIENSI SOLAR WATER HEATER ABSTRAK

PENGANTAR PINDAH PANAS

Pemodelan Distribusi Suhu pada Tanur Carbolite STF 15/180/301 dengan Metode Elemen Hingga

BAB III METODE PENELITIAN. Waktu penelitian dilakukan setelah di setujui sejak tanggal pengesahan

Analisa Performansi Kolektor Surya Pelat Bergelombang untuk Pengering Bunga Kamboja

BAB II LANDASAN TEORI

Analisa Pengaruh Temperatur Air Terhadap Aliran fluida dan laju Pemanasan Pada Alat Pemanas Air

PENINGKATAN UNJUK KERJA KETEL TRADISIONAL MELALUI HEAT EXCHANGER

II. TINJAUAN PUSTAKA A. SAMPAH

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Radiator

BAB II LANDASAN TEORI

Taufik Ramuli ( ) Departemen Teknik Mesin, FT UI, Kampus UI Depok Indonesia.

BAB II DASAR TEORI. Elektroforesis adalah pergerakan molekul-molekul kecil yang dibawa oleh

PERPINDAHAN PANASPADA GAS TURBINE CLOSED COOLING WATER HEAT EXCHANGERDI SEKTOR PEMBANGKITAN PLTGU CILEGON

Bab IV. Pengolahan dan Perhitungan Data 57 Maka setelah di klik akan muncul seperti gambar dibawah ini, lalu klik continue.

TUGAS AKHIR ANALISIS PENGARUH KECEPATAN ALIRAN FLUIDA TERHADAP EFEKTIFITAS PERPINDAHAN PANAS PADA HEAT EXCHANGER JENIS SHELL AND TUBE

Analisis Koesien Perpindahan Panas Konveksi dan Distribusi Temperatur Aliran Fluida pada Heat Exchanger Counterow Menggunakan Solidworks

Tekad Sitepu, Sahala Hadi Putra Silaban Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara

EFEKTIVITAS PENUKAR KALOR TIPE WL 110 MODEL CONSENTRIS TUBE MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN HEAT EXCHANGER CROSS FLOW MIXED, TUBE NON FINNED FOUR PASS,UNTUK MENGERINGKAN EMPON-EMPON DENGAN VARIASI MASS FLOW RATE

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB III METODE PENELITIAN

Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik TAMBA GURNING NIM SKRIPSI

31 4. Menghitung perkiraan perpindahan panas, U f : a) Koefisien konveksi di dalam tube, hi b) Koefisien konveksi di sisi shell, ho c) Koefisien perpi

Karakteristik Perpindahan Panas dan Pressure Drop pada Alat Penukar Kalor tipe Pipa Ganda dengan aliran searah

VERIFIKASI ULANG ALAT PENUKAR KALOR KAPASITAS 1 kw DENGAN PROGRAM SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER DESIGN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II Dasar Teori BAB II DASAR TEORI

Jurnal Flywheel, Volume 2, Nomor 1, Juni 2009 ISSN :

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum warohmatullah wabarokatuh. dapat menyelesaikan Skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan

KAJIAN EXPERIMENTAL KOEFISIEN PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI DENGAN NANOFLUIDA Al2SO4 PADA HEAT EXCHANGER TIPE COUNTER FLOW

besarnya energi panas yang dapat dimanfaatkan atau dihasilkan oleh sistem tungku tersebut. Disamping itu rancangan tungku juga akan dapat menentukan

DESAIN DAN ANALISIS ALAT PENUKAR KALOR TIPE BES

STUDI EKSPERIMENTAL DISTRIBUSI TEMPERATUR TRANSIEN PADA SEMI SPHERE SAAT PENDINGINAN. Amirruddin 1, Mulya Juarsa 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Perpindahan Panas. Perpindahan Panas Secara Konduksi MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 02

BAB I PENDAHULUAN. Pembangkit Listrik Tenaga Air Panglima Besar Soedirman. mempunyai tiga unit turbin air tipe Francis poros vertikal, yang

Gbr. 2.1 Pusat Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU)

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PITCH

LAJU PERPINDAHAN PANAS PADA RADIATOR DENGAN FLUIDA CAMPURAN 80% AIR DAN 20% RADIATOR COOLANT PADA PUTARAN KONSTAN

ANALISIS VARIASI MEDIA PENDINGINAN PADA RADIATOR TERHADAP KINERJA LAJU PEMBUANGAN PANAS DENGAN KONVEKSI PAKSA

Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup

PEMBUATAN ALAT UKUR KONDUKTIVITAS PANAS BAHAN PADAT UNTUK MEDIA PRAKTEK PEMBELAJARAN KEILMUAN FISIKA

BAB II LANDASAN TEORI

Transkripsi:

PENGARUH PERBANDINGAN TANPA SIRIP DENGAN SIRIP LURUS DENGAN ALIRAN AIR BERLAWANAN TERHADAP EFISIENSI PERPINDAHAN PANAS PADA HEAT EXCHANGER Bayu Anggoro 1, Nova R. Ismail 2, Agus Suyatno 3 ABSTRAK Bagian terpenting dari heat excanger adalah inner tube.salah satu contoh inner tube berbentuk sirip lurus dan normal, model demikian menyebabkan aliran air pendingin membentuk lintasan lurus atau laminer, sehingga pembuangan panas air didalam heat excanger kurang optimal.untuk meningkatkan pembuangan panas heat excanger tersebut diperlukan aliran yang mampu menyerap panas dan membuangnya dengan optimal,yaitu dengan cara mengubah/memodifikasi inner tube berbentuk sirip lurus.dengan demikian perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh sirip lurus terhadap kinerja perpindahan panas pada heat exchanger. Penelitian ini membandingkan antara inner tube normal dengan inner tube sirip lurus pada kinerja perpindahan panas.variabel bebasnya adalah : Membandingkan inner tube normal dengan inner tube sirip lurus.variabel terikatnya adalah:temperatur panas masuk (Th in ),Temperatur panas keluar (Th out ),Temperatur dingin masuk (Tc in ),Temperatur dingin keluar (Tc out ), debit aliran air panas (Qh) dan debit aliran air dingin (Qc). Laju pembuangan panas pada pipa sirip lurus lebih tinggi dibandingkan dengan pipa tanpa sirip.koefisien perpindahan panas pada pipa sirip lurus lebih tinggi dibandingkan dengan pipa tanpa sirip.kinerja mesin pada penggunaan pipa sirip lurus lebih optimal dai pada pipa tanpa sirip. Kata kunci: Heat excanger, inner tube, Temperatur In, Temperatur Out. PENDAHULUAN Alat penukar panas atau Heat Exchanger (HE) adalah alat yang digunakan untuk memindahkan panas dari satu sistem ke sistem lain tanpa perpindahan massa dan bisa berfungsi sebagai pemanas maupun sebagai pendingin.biasanya, medium pemanas dipakai adalah air yang dipanaskan sebagai fluida panas dan air biasa sebagai air pendingin (cooling water).penukar panas dirancang sebisa mungkin agar perpindahan panas antar fluida dapat berlangsung secara efisien. Pertukaran panas terjadi karena adanya kontak,baik antara fluida terdapat dinding yang memisahkannya maupun keduanya bercampur langsung (direct contact). Bagian terpenting dari heat exchanger adalah tube sebagai peralatan untuk mengalirkan fluida.berbagai jenis material, variasi, dan arah aliran yang ada pada tube akan sangat mempengaruhi perpindahan panas yang terjadi.pada heat exchanger yang banyak berada kita jumpai adalah tipe tube biasa.maka dalam hal ini tube akan divariasi dengan memberikan jarak sirip pada inner tube.oleh karena itu perlu dilakukan penelitian dan penulis akan mengambil judul Pengaruh perbandingan tanpa sirip dengan sirip lurus dengan aliran air berlawanan terhadap efisiensi perpindahan panas pada heat exchanger. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perbandingan tanpa sirip dengan sirip lurus dengan aliran air berlawanan terhadap efisiensi perpindahan panas pada heat exchanger. Teori Dasar Heat Exchanger Alat penukar panas atau Heat Exchanger (HE) adalah alat yang digunakan untuk memindahkan panas dari sistem satu ke sistem lain tanpa terjadi perpindahan massa dan biasa berfungsi sebagai pemanas maupun sebagai pendingin.biasanya,medium pemanas yang dipakai adalah air yang dipanaskan sebagai fluida panas dan air biasa sebagai air 6

pendingin (cooling water).penukar panas dirancang sebisa mungkin agar perpindahan panas antar fluida dapat berlangsung secara efisien.pertukaran panas terjadi karena adanya kontak,baik antara fluida terdapat dinding yang memisahkannya maupun keduanya bercampur langsung (direct contact). Prinsip Kerja Heat Exchanger Pada dasarnya prinsip kerja dari alat penukar kalor yaitu memindahkan panas dari dua fluida pada temperatur berbeda,dimana transfer panas dapat dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung.. Secara kontak langsung Panas yang dipindahkan antara fluida panas dan dingin melalui permukaan kontak langsung berarti tidak ada dinding antara kedua fluida.transfer panas yang terjadi yaitu melalui interfase/penghubung antara kedua fluida. Secara kontak tak langsung Perpindahan panas terjadi antara fluida panas dan dingin melalui dinding pemisah.dalam sistem ini,kedua fluida akan mengalir dan dibatasi dengan dinding pemisah dan keduanya tidak bercampur. Teori perpindahan panas Perpindahan panas adalah proses berpindahnya energi kalor dari suatu tempat ketempat yang lain dikarenakan adanya proses perlakuan yang berbeda antara tempat yang satu dan tempat yang lain.proses perlakuan yang dimaksud adalah proses melepas dan menyerap kalor. Pada proses perpindahan ini ada dua reaksi,yaitu reaksi menyerap kalor dan reaksi melepas kalor,dimana tempat yang temperaturenya dingin akan cenderung untuk menyerap kalor dan sebaliknya tempat temperaturenya panas akan cenderung untuk melepas kalor. Proses perpindahan panas ini dapat berlangsung dengan beberapa cara seperti : Konduksi Jika pada suatu terdapat suatu gradient suhu (temperature gradient),maka menurut pengalaman akan terjadi perpindahan panas dari bagian bersuhu tinggi ke bagian bersuhu rendah.dapat dikatakan bahwa energy akan berpindah secara konduksi (conduction) atau hantaran.laju perpindahan kalor dinyatakan sebagai berikut : dt Q = k. A dx Keterangan : Q = laju perpindahan kalor A = Luas penampang (m 2 ) K = Konduktivitas termal bahan (W/m dt C) = Gradien Temperature dalam arah dx aliran panas ( C/m) Konveksi Gambar 1. Perpindahan kalor konveksi dari suatu plat Pada gambar 1 diatas, Tw adalah suatu plat T adalah suhu fluida. Apabila kecepatan di atas plat adalah nol, maka kalor hanya dapat perpindah dengan cara konduksi.akan tetapi apabila fluida diatas plat bergerak dengan kecepatan tertentu,maka kalor perpindah dengan cara konveksi,yang mana gradient suhu bergantung dari laju fluida membawa kalor.sedangkan laju perpindahan kalor dipengaruhi oleh luas permukaan perpindahan kalor ( A ) dan beda suhu menyeluruh antara permukaan bidang dengan fluida yang dapat dirumuskan sebagai berikut : q = h. A (T W T) Dimana : q = Perpindahan panas ( Watt ) h = Koefisien konveksi ( Watt/m 2 K ) A = Luas permukaan ( m 2 ) T W = Temperatur dinding ( K ) T = Temperatur fluida ( K ) 7

Untuk keadaan yang sederhana, koefisien perpindahan panas konveksi ( h ) dapat diperhitungkan secara analisis, sedangkan untuk keadan yang rumit, harus diperhitungkan dengan cara eksperimen atau percobaan. Perpindahan panas konveksi tergantung pada viskositas fluida, disamping ketergantunganya terhadap sifat-sifat termal fluida, seperti: konduktivitas termal, kalor spesifik, dan idensitas. Hal ini disebabkan karena viskositas mempengaruhi laju perpindahan energy di daerah dinding. Radiasi Merupakan proses perpindahan panas dari benda bersuhu tinggi ke benda bersuhu rendah bila benda-benda itu terpisah didalam suatu ruangan bahkan bila terdapat diruang hampa diantara bendabenda Untuk radiasi diantara dua benda dapat dirumuskan : q = σ A (T 1 4 T 2 4 ) Keterangan : σ = konstanta Stefan-Boltzmann ( 5,67 x 10 8 Watt / m 2. K 4 ) A = luas bidang permukaan ( m 2 ) T = temperature ( K ) METODE PENELITIAN a. Variabel Bebas : Tanpa sirip dan siriplurus dengan variasi debit aliran. b. Variabel Terikat : Temperatur panas masuk (T inh ), Temperatur panas keluar (T outh ), Temperatur dingin masuk (T inc ), Temperatur dingin keluar (T outc ), Debit aliran air panas (Q h ), Debit aliran air dingin (Q c ) dan LMTD. Model Peralatan Alat yang digunakan adalah heat exchanger (dapat dilihat pada gambar di bawah ini),dimana penelitian ini hanya memonitor ( meneliti ) temperature/panas fluida di pipa dengan tanpa sirip ( katup 1 ) dan sirip pelat memanjang/sirip lurus (katup 4),dengan tujuan untuk mendapatkan perbandingan efisiensi antara sirip lurus dan tanpa sirip dengan arah aliran fluida yang berlawanan arah antara panas dan dinginnya.untuk model peralatan yang dipakai sebagai berikut: Pompa dihidupkan untuk memompa air dari tandon bawah ke tandon atas melalui pipa penyalur,pipa penyalur dilengkapi dengan tiga buah katup yang berfungsi sebagai pengontrol aliran air yang masuk ke tandon panas dan dingin, sehingga debit air pada tandon selalu stabil.kemudian air yang terisi di tandon air dingin disalurkan sebagai media pendingin dan tandon air panas akan dipanaskan terlebih dahulu dipanaskan dan selanjutnya dialirkan ke inner tube pada heat exchenger.pada proses pemanasan air ini menggunakan 2 macam heater,yaitu heater electric dan heater manual yang menggunakan gas LPG sebagai pemanasnya.pertukaran panas dan dingin akan terjadi didalam heat exchenger. Kemudian air akan menuju tandon air bawah melalui saluran pipa keluar. Metode Pengambilan Data. Adapun pengambilan data dan peralatannya sebagai berikut: 1. Data debit diukur menggunakan gelas ukur dan stop watch. 8

2. Data temperatur menggunakan thermokopel. 3. Pengukuran temperature dilakukan sebanyak 5 kali dengan waktu 1 menit untuk satu kali pengambilan data. Rencana Analisis Data Melalui variabel bebas yang merupakan variasi dalam penelitian, kemudian diambil data temperatur dan kapasitas aliran,dari data yang diperoleh kemudian dilakukan uji data menggunakan uji statistik dan pengolahan data untuk mendapatkan LMTD.Dari hasil pengolahan data dapat dibuat grafik,dianalisis dan kemudian disimpulkan tingkat efisiensinya terhadap proses perpindahan panas Grafik yang akan dibuat dan dianalisa sebagai berikut: 1. Grafik hubungan kecepatan aliran terhadap temperatur pada pengujian tanpa sirip dan dengan sirip lurus. 2. Grafik hubungan kecepatan aliran terhadap LMTD pada pengujian sirip. Hasil danpembahasan Debit Aliran 0,1 (liter/menit) Gambar 3. Hubungan Perpindahan Panas terhadap Debit Aliran 0,2 (liter/menit) Semakin tinggi debit aliran,maka Debit Aliran 0,3 (liter/menit) Gambar 4. Hubungan Perpindahan Panas terhadap Debit Aliran 0,3 (liter/menit) Semakin tinggi debit aliran, maka Gambar 2. Hubungan Perpindahan Panas terhadap Debit Aliran 0,1 (liter/menit) Debit Aliran 0,4 (liter/menit) Semakin tinggi debit aliran air dingin,maka semakin tinggi,karena aliran pendinginan Debit Aliran 0,2 (liter/menit) Gambar 5. Hubungan Perpindahan Panas terhadap Debit Aliran 0,4 (liter/menit) 9

Semakin tinggi debit aliran,maka tersebut,tetapi setelah debit aliran 0.4 ltr/mnt akan mengalami kecenderungan penurunan panas.ini dikarenakan semakin panasnya pipa/media yang dilalui fluida secara terus menerus. Debit Aliran 0,5 (liter/menit) tertinggi pada debit aliran 0,1 liter per menit dengan nilai LMTD 15,52 pada pipa tanpa sirip dan 15.69 pada pipa sirip lurus. Nilai LMTD sirip lurus rata-rata selalu diatas dari nilai LMTD pada pipa tanpa sirip. panas 0.2 ltr/mnt. Gambar 6. Hubungan Perpindahan Panas terhadap Debit Aliran 0,5 (liter/menit) Semakin tinggi debit aliran,maka tersebut,tetapi setelah debit aliran 0.4 ltr/mnt akan mengalami kecenderungan penurunan panas.ini dikarenakan semakin panasnya pipa/media yang dilalui fluida secara terus menerus. panas 0.1 ltr/mnt. Gambar 8. Hubungan kecepatan aliran LMTD pada pipa tanpa sirip dan pipa sirip lurus dengan debit aliran panas 0.2 ltr/mnt. tertinggi pada debit aliran 0,1 liter per menit dengan nilai LMTD 18,03 pada pipa tanpa sirip dan 19,5 pada pipa sirip lurus. Nilai LMTD sirip lurus rata-rata selalu diatas dari nilai LMTD pada pipa tanpa sirip. panas 0.3 ltr/mnt. Gambar 7. Hubungan kecepatan aliran LMTD pada pipa tanpa sirip dan pipa sirip lurus dengan debit aliran panas 0.1 ltr/mnt Gambar 9. Hubungan kecepatan aliran LMTD pada pipa tanpa sirip dan pipa sirip lurus dengan debit aliran panas 0.3 ltr/mnt. 10

tertinggi pada debit aliran 0,1 liter per menit dengan nilai LMTD 16,5 pada pipa tanpa sirip dan 16,9 pada pipa sirip lurus.perbedaan nilai LMTD yang signifikan di debit aliran 0,4 ltr/mnt dengan nilai LMTD 7,83 pada pipa tanpa sirip dan 15,93 pada pipa sirip lurus.nilai LMTD sirip lurus rata-rata selalu diatas dari nilai LMTD pada pipa tanpa sirip. panas 0.4 ltr/mnt. Gambar 10. Hubungan kecepatan aliran LMTD pada pipa tanpa sirip dan pipa sirip lurus dengan debit aliran panas 0.4 ltr/mnt. tertinggi pada debit aliran 0,3 liter per menit dengan nilai LMTD 14,95 pada pipa tanpa sirip dan 14,96 pada pipa sirip lurus.perbedaan nilai LMTD yang signifikan di debit aliran 0,5 ltr/mnt dengan nilai LMTD 9,2 pada pipa tanpa sirip dan 14,93 pada pipa sirip lurus.nilai LMTD sirip lurus rata-rata selalu diatas dari nilai LMTD pada pipa tanpa sirip. panas 0.5 ltr/mnt. Gambar 11. Grafik Hubungan kecepatan aliran LMTD pada pipa tanpa sirip dan pipa sirip lurus dengan debit aliran panas 0.5 ltr/mnt. LMTD mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan debit aliran,yaitu mengalami nilai LMTD tertinggi pada debit aliran 0.3 liter per menit dengan nilai LMTD 13.41 pada pipa tanpa sirip dan 12.77 pada pipa sirip lurus.nilai LMTD pipa sirip lurus rata-rata selalu diatas dari nilai LMTD pipa tanpa sirip. Kesimpulan 1. Laju perpindahan panas pada pipa sirip lurus lebih tinggi dibandingkan dengan pipa tanpa sirip yaitu di debit aliran 0.3 ltr/mnt dengan nilai 458,96 pada pipa sirip lurus dan 457,61 pada pipa tanpa sirip. 2. Nilai LMTD akan meningkat atau menurun seiring dengan meningkatkan atau menurunnya debit aliran. Nilai LMTD terbaik di debit aliran panas 0,1 ltr/mnt dimana perbedaan nilai antara pipa tanpa sirip dan pipa sirip lurus tidak terlalu signifikan. Nilai LMTD sendiri sangat dipengaruhi oleh T in hot dengan T out hot dan T in could dengan T out could. 3. Effisiensi perpindahan panas pada pipa sirip lurus lebih tinggi dibandingkan dengan pipa tanpa sirip DAFTAR PUSTAKA Artono Koestoer, Raldi. Perpindahan Kalor. Salemba Teknika. Jakarta 2002 Buku Ajar Diktat Perpindahan Panas Oleh Nova R Ismail, ST, MT. Holman, JP. Alih bahasa E.Jasifi. Perpindahan Kalor. Penerbit Erlangga.Jakarta.1995 11

http://repository.usu.ac.id/bitstream/12345678 9/18379/3/Chapter%20I http://tutorialkuliah.blogspot.com/2009/10/alir an-fluida-pada-heat exchanger.html http://vedcadiklatki.blogspot.com/2010/08/pen ukar-panas-heat-exchanger.html http://www.beck-fk.blogspot.com/2012/05/ alat-heat-exchanger.html http://www.brighthub.com/engineering/mecha nical/articles/64548.aspx http://www.scribd.com/doc/72839539/5/jenis- %E2%80%93-jenis-Heat-Exchanger http://www.usu.ac.id/id/files/artikel/shell_tub e Kays,W.M. and London, A.L, Compact Heat Exchanger, 2 nd Edition McGraw-Hill, New York, 1964 Kern, DQ, Process Heat Transfer, Mc.Graw- Hill, New York, 1965 Kern,D.Q. 1952.Process Heat Transfer. MC. Cabe, W.L, Smith, JC, Harriot, P, Unit Operation of Chemical Enginering, 4th ed, Mc.Graw-Hill, New York, 1985, Chapter 11, 12, 15 12