BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai macam penyakit yang dapat membahayakan. kesehatan manusia, salah satu diantanranya stroke.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar belakang. Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,

BAB 1 PENDAHULUAN. dan psikologis. Gejala fisik paling khas adalah paralisis, kelemahan, hilangnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akibat gangguan fungsional otak fokal maupun global dengan gejala-gejala yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam otak yang mengakibatkan kematian sel otak. dan ada riwayat keluarga yang menderita stroke (Lewis, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. suplai darah dan oksigen ke otak (Smeltzer et al, 2002). Menurut World

BAB 1 PENDAHULUAN. terhentinya suplai darah ke otak karena sumbatan (stroke iskemik) atau

BAB II TINJAUAN TEORETIS

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke juga merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak di Amerika Serikat.

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja (Muttaqin, 2008). Corwin (2009) menyatakan dalam Buku Saku

BAB 1 PENDAHULUAN. baik di negara maju maupun di negara berkembang. World Health Organization

BAB 1 PENDAHULUAN. panjang dengan rata-rata 44 juta kecacatan, dengan memberi dampak emosional

BAB I PENDAHULUAN. Stroke masih merupakan masalah kesehatan yang utama. Di dunia, stroke

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Stroke atau cedera serebrovaskuler (CVA) adalah ketidaknormalan fungsi sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke merupakan masalah bagi negara-negara berkembang. Di dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan yang serius dan berdampak pada disfungsi motorik dan

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan permasalahan yang kompleks, baik dari segi kesehatan,

BAB 1 PENDAHULUAN. ke bagian otak sehingga mengakibatkan hilangnya fungsi otak (Smeltzer &

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke dapat menyerang kapan saja, mendadak, siapa saja, baik laki-laki atau

BAB I PENDAHULUAN. rutinitas yang padat dan sangat jarang melakukan aktifitas olahraga akan. penyakit termasuk salah satunya adalah penyakit stroke.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapatkan dari Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki), setiap tahunnya diperkirakan

BAB I PENDAHULUAN. darah menuju otak, baik total maupun parsial (sebagian) (Čengić et al., 2011).

BAB I PENDAHULUAN. kematian nomor dua di dunia setelah penyakit jantung. Di tahun 2008, stroke dan

BAB 1 PENDAHULUAN. hemoragik) ataupun sumbatan (stroke iskemik) dengan gejala dan tanda sesuai

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Depresi adalah suatu gangguan suasana perasaan (mood) yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Status sehat sakit para anggota keluarga dan keluarga saling

BAB I PENDAHULUAN. Asia, khususnya di Indonesia, setiap tahun diperkirakan 500 ribu orang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan terpotongnya suplai oksigen dan nutrisi yang mengakibatkan

STUDI DESKRIPTIF DUKUNGAN KELUARGA PADA PASIEN STROKE DALAM MENJALANI REHABILITASI STROKE DI RSUD BENDAN PEKALONGAN TAHUN 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. perdarahan atau non perdarahan (Junaidi Iskandar, 2002: 4).

BAB I PENDAHULUAN. tanda klinis. Gangguan ini berlangsung lebih dari 24 jam dapat. World, 2008). Di Amerika, dua per tiga orang mengalami defisit

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN UKDW. penyakit yang sering dijumpai dalam praktek kedokteran. Data epidemiologis

BAB 1 PENDAHULUAN. pembuluh darah dalam mengalirkan darah ke otak. Ini bisa disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyebab utama kematian di. Indonesia (Sagita, 2013). Adapun stroke adalah penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke atau gangguan peredaran darah otak (GPDO) merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. pecahnya pembuluh darah atau tersumbat oleh gumpalan. Gangguan asupan darah

BAB I PENDAHULUAN. sumbatan penyempitan dan pecahnya pembuluh darah. killer, diabetes mellitus, obesitas dan berbagai gangguan aliran darah ke otak.

BAB I PENDAHULUAN. otak secara akut dan dapat menimbulkan kematian (World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. saat ini Indonesia merupakan negara dengan jumlah pasien stroke terbesar di

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke yang disebut juga sebagai serangan otak atau brain attack ditandai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan dalam bidang kesehatan, meningkatnya sosial ekonomi dan semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut WHO (2001) stroke adalah tanda tanda klinis mengenai gangguan

BAB I PENDAHULUAN. penyebab yang mendasari timbulnya penyakit penyakit tersebut. Mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. gangguan fungsi otak (Muttaqin, 2008). Menurut data Word Health Organization (WHO, 2010), menyebutkan setiap

BAB I PENDAHULUAN. mortalitas dan morbiditas penduduk dengan prevalensi yang cukup tinggi.

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN STRATEGI KOPING PADA PENDERITA PASCA STROKE

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan dan efisiensi. Dengan kata lain, harus memiliki kontrol yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsi serebral yang menetap minimal 24 jam atau menyebabkan. kematian, tanpa penyebab lain selain vaskuler. 1

BAB I PENDAHULUAN. dengan menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk. negara-negara dunia diprediksikan akan mengalami peningkatan.

BAB I PENDAHULUAN. Stroke Menurut World Health Organization (WHO) (2001) seperti yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia. Stroke juga merupakan penyebab utama kecacatan jangka panjang, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kanker merupakan penyakit yang tidak mengenal status sosial dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan suatu penyakit kegawatdaruratan neurologis yang berbahaya

BAB I PENDAHULUAN. Sindroma akibat Gangguan Peredaran Darah Otak (GPDO) atau yang

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA DENGAN KETERLIBATAN DALAM MOBILISASI DINI PASIEN STROKE DI RSU ISLAM KUSTATI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan sindrom klinis dengan gejala gangguan fungsi otak

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Lima belas juta orang di dunia setiap tahunnya terkena serangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Vaskular Accident (CVA) sangat kurang, mulai personal hygiene sampai

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang secara menyeluruh. Termasuk pembangunan di bidang kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. maksud untuk mengetahui dan memperbaiki kerusakan otak (Brown CV, Weng J,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke adalah salah satu penyakit kardiovaskuler yang berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. dari orang per tahun. 1 dari setiap 18 kematian disebabkan oleh stroke. Rata-rata, setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner merupakan penyakit yang sangat menakutkan

BAB I PENDAHULUAN. Di dunia kesehatan sekarang ini telah menempatkan penyakit stroke sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyakit yang menduduki peringkat ketiga penyebab

Disusun Oleh : SARI INDAH ASTUTI F

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang. merokok dan minum-minuman keras. Mereka lebih memilih sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara adalah keganasan yang terjadi pada sel-sel yang terdapat

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Pergerakan yang dilakukan baik secara volunter maupun

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Lanjut usia (lansia) adalah perkembangan terakhir dari siklus kehidupan.

TINGKAT KECEMASAN KELUARGA DALAM MENGHADAPI ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI SERANGAN STROKE DI RUANG STROKE RUMAH SAKIT FAISAL MAKASSAR

BAB 1 PENDAHULUAN. karena terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja

BAB I PENDAHULUAN. jantung sebagai pemompa, kelainan dinding pembuluh darah dan komposisi

diantaranya telah meninggal dunia dengan Case Fatality Rate (CFR) 26,8%. Penyakit

Stroke merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak di Amerika Serikat. Pada 2002, stroke membunuh sekitar orang. Jumlah tersebut setara

BAB I PENDAHULUAN. data statistik yang menyebutkan bahwa di Amerika serangan jantung. oleh penyakit jantung koroner. (WHO, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satunya adalah masalah tentang kesehatan jiwa yang sering luput dari

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DENGAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN: STROKE HEMORAGIK DI BANGSAL CEMPAKA RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang pesat menjadi stresor pada kehidupan manusia. Jika individu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Adapun peningkatan tajam terjadi pada kelompok penduduk lanjut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi segala kebutuhan dirinya dan kehidupan keluarga. yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin modern menimbulkan berbagai macam penyakit yang dapat membahayakan kesehatan manusia, salah satu diantanranya stroke. Stroke merupakan kurangnya aliran darah atau oksigen ke otak yang akan menyebabkan serangkaian reaksi biokimia yang dapat merusak atau mematikan sel-sel saraf di otak. Kematian jaringan otak dapat menyebabkan hilangnya fungsi yang dikendalikan oleh jaringan itu. Berkurangnya darah ke otak bisa disebabkan oleh tersumbat atau pecahnya pembuluh darah (Junaidi, 2011). Stroke merupakan gangguan serebrovaskular utama di dunia. Menurut Word Health Organization (WHO) (2007) 15 juta orang menderita stroke di seluruh dunia setiap tahunnya. Jumlah tersebut, 5 juta meninggal dan 5 juta lagi mengalami cacat permanen. Tekanan darah tinggi menyumbang lebih dari 12,7 juta stroke di seluruh dunia. Penderita di Eropa rata-rata sekitar 650.000 kematian stroke setiap tahunnya (WHO, 2007), sedangkan di Amerika Serikat menyebabkan kematian nomer tiga dengan jumlah kematian sekitar 150.000 orang setiap tahun. Total pasien stroke di Amerika Serikat tahun 2008 sekitar 65,5 juta orang (Bornstein, 2009), dengan peningkatan 700.000 pasien stroke baru setiap tahunnya (Black & Hawks, 2009).

Prevalensi stroke di Indonesia dari tahun ke tahun meningkat tajam. Jika pada tahun 1990 stroke masih di urutan ketiga pasca penyakit jantung dan kanker tahun 2010 menjadi urutan pertama penyebab kematian di Indonesia (Persatuan Dokter Persarafan Seluruh Indonesia (PDPERSI), 2010). Data penderita rawat inap di bangsal neurologi Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Pirngadi Medan pada tahun 2009 diperoleh bahwa dari 622 orang yang dirawat 346 orang merupakan stroke (Silaen, Rambe & Nasution, 2011). Data tahun 2011 jumlah penderita diperoleh 389 orang penderita stroke (Departemen Neurologi, 2011 dalam Nasya, 2012 ). Stroke dapat berdampak pada berbagai fungsi tubuh. Gambaran klinis dari tahapan stroke dapat berupa kehilangan motorik yaitu munculnya hemiplegi maupun hemiparesis akibat dari gangguan kontrol motor volunter pada salah satu sisi tubuh, hal ini menunjukan kerusakan pada neuron motor atas pada sisi yang berlawanan dari otak. Fungsi otak lain yang dipengaruhi oleh stroke adalah bahasa dan komunikasi seperti disartria, digambarkan dengan bicara yang sulit dimengerti akibat paralisis otot yang bertanggung jawab untuk menghasilkan bicara. Disfasia atau afasia digambarkan dengan bicara defektif atau kehilangan bicara, sehingga kurang terjalin komunikasi yang baik, hal ini menyebabkan pasien stroke menunjukan frustasi yang berlebihan terhadap kekurangan yang dialaminya (Black & Hawks, 2009). Penelitian yang dilakukan Pinzon, Asanti, Sugianto dan Widyo (2009) di dapatkan 37% pasien stroke mandiri dalam melakukan kegiatan dan 21% dengan kemampuan fungsi tubuh yang rendah. Pasien pasca stroke

memerlukan bantuan sampai dengan enam bulan pertama (Linda, Hesook, Arnstein, & Anners, 2011). Penderita stroke dengan pemulihan total sekitar 460 orang dari 100.000 penderita 50-70% dari penderita stroke mengalami perbaikan fungsi tubuh, namun 15-30% cacat permanen dan 20% memerlukan perawatan institusional pada 3 bulan setelah serangan. Sebagian besar pasien stroke mengalami cacat tetap stabil antara 6-9 bulan dan 5 tahun setelah stroke dan sepertiganya memerlukan perawatan (Artal & Egido, 2009). Pasien stroke yang mengalami gangguan kemampuan fungsi tubuh sangat sulit untuk mengungkapkan perasaannya (Gupta, Pansari, & Shetty, 2002), dan lebih lanjut lagi pasien akan merasa depresi dengan keadaannya. Depresi akan berdampak negatif terhadap masa pemulihan dan hubungan sosial serta lingkungan sekitarnya, bahkan dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas (Ginkel, Gooskens, Schuurmans, Lindeman, & Hafsteinsdottir, 2010). Pasien stroke juga mengalami gangguan persepsi dengan ketidakmampuan untuk menginterpretasikan sensasi baik berupa visual maupun sensori. Selain itu juga kerusakan pada fungsi kognitif dan efek psikologis dimana kerusakan dapat terjadi pada lobus frontal berupa kapasitas memori atau fungsi intelektual, sehingga disfungsi ini menyebabkan lapang pandang terbatas, kesulitan dalam pemahaman, lupa dan kurang motivasi. Kerusakan kemampuan tubuh menyebabkan pasien frustasi dalam program rehabilitasi mereka (Smeltzer, Bare, Hinkle, & Cheever, 2010). Kerusakan kognitif yang meliputi hilangnya ingatan, kesulitan dalam berkonsentrasi dan

gangguan emosional lainnya juga akan membuat pasien menghindar atau menolak teman bahkan keluarga mereka (Taylor, 2006). Menurut Spaletta (2001, dalam Taylor, 2006) mengatakan bahwa defisit neurologi selain berakibat pada fisiknya juga emosinya. Pasien dengan kerusakan otak sebelah kiri mengalami kecemasan maupun depresi. Kerusakan otak sebelah kanan akan mengalami alexithymia yang melibatkan gangguan dalam mengidentifikasi dan menggambarkan perasaannya. Gangguan pada pasien stroke memberikan efek sosial pada pasien, keluarganya, kontak sosial serta lingkungan sekitarnya menurun drastis, sehingga akan mengganggu keharmonisan keluarga (Sarafino, 2006). Penelitian yang dilakukan Haryanto dan Basuki (2013) mengatakan bahwa dukungan keluarga yang diberikan pada pasien stroke dalam menjalani rehabilitasi yaitu 51,6% dukungan perhatian secara emosi kurang, 54,8%, dukungan bantuan instrumental kurang, 77,4% dukungan pemberian informasi kurang dan 64,5% dukungan penghargaan kurang. Dukungan keluarga terhadap salah satu anggota keluarga yang menderita suatu penyakit sangat penting dalam proses penyembuhan dan pemulihan pasien (Friedman, 1998). Dukungan keluarga tersebut berupa dukungan keuangan, dukungan informasi, dukungan dalam melakukan kegiatan rutin sehari hari, dukungan dalam pengobatan dan perawatan, dukungan psikologis, lebih lanjut dukungan keluarga dapat memberikan dampak positif dalam peningkatan kualitas hidup (Nirmala, Divya, Dorairaj, & Ventakeswaran, 2008).

Bentuk dukungan keluarga yang terus menerus dibutuhkan pasien karena pemulihan stroke memerlukan waktu yang lama dan proses yang sulit. Program rehabilitasi yang diikuti oleh pasien stroke kadang dirasakan tidak memberikan efek pada dirinya dan kurangnya bimbingan dari program rehabilitasi sebelum mereka meninggalkan rumah sakit mengakibatkan mereka mulai berfokus terhadap defisit yang terjadi pada dirinya. Kondisi ini menambah semakin parah depresinya (Sarafino, 2006). Penelitian Sit, Wong, Clinton, Li dan Fong (2004) tentang dampak dukungan sosial pada kesehatan pasien stroke di rumah dengan dukungan keluarga, didapatkan bahwa dukungan keluarga pada pasien pasca stroke dapat meningkatkan kemampuan dan menjadi lebih baik dengan dukungan dan dukungan sosial dari keluarga yang akan meningkatkan status kesehatan psikososial pasien pasca stroke. Pada umumnya pasien stroke yang tidak mendapat dukungan keluarga akan mengalami dampak negatif secara psikologis berupa depresi pasca stroke (Schub & Caple, 2010). Penelitian Li, Wang dan Lin (2003) yang meneliti 106 pasien lansia yang mengalami stroke, mengemukakan bahwa pada pasien stroke yang mengalami depresi ringan mencapai 27,49% dan yang mengalami depresi sedang sampai berat mencapai 7,5%. Penelitian lain yang dilakukan oleh Fuh (1997) menyatakan bahwa kejadian depresi terhadap 45 pasien lansia yang mengalami stroke sebanyak 62,2%. Penelitian Sit, Wong, Clinton dan Li (2007) mengatakan 95% pasien stroke menemukan kejadian depresi pada 48 jam pasca masuk rumah sakit sebesar 69% dan 6 bulan pascanya sebesar

48%. Penelitian yang dilakukan oleh. Bergersen (2010) di Norwegia yang meneliti tentang kecemasan dan depresi 2 sampai 5 tahun pasca stroke menemukan bahwa dengan menggunakan The Hospital and Depression Scale (HADS) mengidentifikasi 36% mengalami kecemasan dan 28% mengalami depresi Mengingat adanya permasalahan akibat dari stroke maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan kemampuan fungsi tubuh dan dukungan keluarga dengan depresi pada pasien pasca stroke, sehingga dengan mengetahui secara jelas hubungan antara kemampuan fungsi tubuh dan dukungan keluarga dengan depresi, maka data tersebut dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk mengembangkan intervensi keperawatan yang dapat berkontribusi positif untuk pasien stroke, sebagai upaya pencegahan maupun perawatan secara optimal. 1.2 Permasalahan Stroke berkaitan dengan obstruksi aliran darah ke otak yang mempunyai dampak pada fungsi tubuh. Salah satu dampak dari stroke itu adalah kerusakan persyarafan pada anggota tubuh yang mengakibatkan kemampuan fungsi tubuh terganggu. Kemampuan fungsi tubuh seperti motorik, sensibilitas, saraf otonom, kesadaran, fungsi luhur. Penurunan kemampuan fungsi tubuh tersebut perlu dukungan keluarga berupa dukungan emosional, informasional, instrumental dan dukungan penghargaan untuk mencapai proses penyembuhan. Dukungan keluarga sangat dibutuhkan pasien supaya tidak terdorong kedalam gejala depresi yang berdampak pada motivasi

dan rasa percaya diri. Gejala psikologis ini akan berdampak negatif terhadap masa pemulihan dan hubungan sosial dengan lingkungan sekitarnya, Permasalahan dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah hubungan antara kemampuan fungsi tubuh dan dukungan keluarga dengan depresi pada pasien pasca stroke. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk menganalisa hubungan antara kemampuan fungsi tubuh dan dukungan keluarga dengan depresi pada pasien pasca stroke. 1.3.2 Tujuan Khusus Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk : 1. Untuk mengetahui karakteristik status perkawinan, lama menderita stroke, jenis kelamin, usia, pendidikan pada pasien pasca stroke. 2. Menganalisa kemampuan fungsi tubuh pada pasien pasca stroke. 3. Menganalisa dukungan keluarga pada pasien pasca stroke. 4. Menganalisa depresi pada pasien pasca stroke. 5. Menganalisa hubungan kemampuan fungsi tubuh dengan depresi pada pasien pasca stroke. 6. Menganalisa hubungan dukungan keluarga dengan depresi pada pasien pasca stroke.

1.4 Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah 1. Ada hubungan kemampuan fungsi tubuh dengan depresi pada pasien pasca stroke. 2. Ada hubungan dukungan keluarga dengan depresi pada pasien pasca stroke. 1.5 Manfaat Penelitian 1. Bagi pelayanan keperawatan Menambah pengetahuan dan kesadaran perawat tentang pentingnya memperhatikan aspek fisik, psikososial pada penanganan pasien stroke, sehingga pelayanan yang diberikan semakin berkualitas dan profesional. 2. Bagi perkembangan ilmu keperawatan Sebagai landasan untuk melakukan deteksi dini terhadap gangguan fisik, psikososial berupa kemampuan fungsi tubuh, dukungan keluarga dan depresi yang dapat mempengaruhi prognosis dan proses pemulihan pasien pasca stroke. 3. Manfaat untuk Pengembangan Ilmu Keperawatan Penelitian ini dapat dijadikan sebagai pedoman untuk penelitian selanjutnya pada perawatan penyakit stroke dengan sudut pandang yang berbeda dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan.