KEJADIAN GERAKAN TANAH DAN BANJIR BANDANG PADA TANGGAL 20 APRIL 2008 DI KECAMATAN REMBON, KABUPATEN TANA TORAJA, PROVINSI SULAWESI SELATAN

dokumen-dokumen yang mirip
GERAKAN TANAH DAN BANJIR BANDANG DI WILAYAH KECAMATAN TAHUNA DAN SEKITARNYA, KABUPATEN SANGIHE, SULAWESI UTARA

GERAKAN TANAH DI KAMPUNG BOJONGSARI, DESA SEDAPAINGAN, KECAMATAN PANAWANGAN, KABUPATEN CIAMIS, JAWA BARAT

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

BENCANA GERAKAN TANAH AKIBAT GEMPABUMI JAWA BARAT, 2 SEPTEMBER 2009 DI DESA CIKANGKARENG, KECAMATAN CIBINONG, KABUPATEN CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT

Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai.

POTRET BENCANA BANJIR BANDANG DI WASIOR. Djadja, Agus Solihin, Agus Supriatna Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi

GERAKAN TANAH DI KABUPATEN KARANGANYAR

I. Pendahuluan Tanah longsor merupakan sebuah bencana alam, yaitu bergeraknya sebuah massa tanah dan/atau batuan menuruni lereng akibat adanya gaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KEJADIAN GERAKAN TANAH DI INDONESIA PERIODE MEI-AGUSTUS 2009

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau menurunnya kekuatan geser suatu massa tanah. Dengan kata lain, kekuatan

LANDSLIDE OCCURRENCE, 2004 STRATEGI MITIGASI DAN SIFAT GERAKAN TANAH PENYEBAB BENCANA DI INDONESIA. BENCANA GERAKAN TANAH 2005 dan 2006

TANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa

MITIGASI BENCANA ALAM II. Tujuan Pembelajaran

GERAKAN TANAH DI CANTILLEVER DAN JALUR JALAN CADAS PANGERAN, SUMEDANG Sumaryono, Sri Hidayati, dan Cecep Sulaeman. Sari

Bab I. Pendahuluan. I Putu Krishna Wijaya 11/324702/PTK/07739 BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KEJADIAN BENCANA GERAKAN TANAH TAHUN 2007

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah

Perancangan Perkuatan Longsoran Badan Jalan Pada Ruas Jalan Sumedang-Cijelag KM Menggunakan Tiang Bor Anna Apriliana

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BENCANA GERAKAN TANAH DI INDONESIA

BAB IV GEOMORFOLOGI DAN TATA GUNA LAHAN

BAB I PENDAHULUAN. utama dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia dan lempeng. Indonesia juga merupakan negara yang kaya akan hasil alam.

Pemeriksaan lokasi bencana gerakan tanah Bagian 1: Tata cara pemeriksaan

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) (2014), jumlah penduduk di

BAB IV STUDI LONGSORAN

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kerentanan longsor yang cukup besar. Meningkatnya intensitas hujan

BAB I PENDAHULUAN. Bencana geologi merupakan bencana yang terjadi secara alamiah akibat

DEFINISI. Thornbury, 1954 : Proses akibat gaya gravitasi secara langsung.

IDENTIFIKASI KERUSAKAN AKIBAT BANJIR BANDANG DI BAGIAN HULU SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) LIMAU MANIS ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Identifikasi Daerah Rawan Longsor

- : Jalur utama Bandung-Cirebon BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lempeng tektonik besar yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Daerah

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum kondisi geologi menyimpan potensi kebencanaan yang dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bencana Longsor yang Berulang dan Mitigasi yang Belum Berhasil di Jabodetabek

INVESTIGASI GEOLOGI POTENSI LONGSOR BERDASARKAN ANALISIS SIFAT FISIK DAN MEKANIK BATUAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN, KALIMANTAN TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan

DEBIT AIR LIMPASAN SEBAGAI RISIKO BENCANA PERUBAHAN LUAS SUNGAI TUGURARA DI KOTA TERNATE, PROVINSI MALUKU UTARA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jenuh air atau bidang luncur. (Paimin, dkk. 2009) Sutikno, dkk. (2002) dalam Rudiyanto (2010) mengatakan bahwa

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN... KATA PENGANTAR... PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL...

BAB V ARAHAN RELOKASI

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Pasirmunjul, Kabupaten Purwakarta, masuk ke dalam zona

LAPORAN EVALUASI AWAL BENCANA TANAH LONGSOR DESA BANARAN, KECAMATAN PULUNG, KABUPATEN PONOROGO

IV. Hasil dan Pembahasan. pada Gambar 2 dan data hasil pengamatan disajikan pada Tabel 3.

PEDOMAN PENATAAN RUANG

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

Faktor penyebab banjir oleh Sutopo (1999) dalam Ramdan (2004) dibedakan menjadi persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang rawan terkena bencana geologi,

Pengenalan Gerakan Tanah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

RESUME HASIL KEGIATAN PEMETAAN GEOLOGI TEKNIK PULAU LOMBOK SEKALA 1:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB II FAKTOR PENENTU KEPEKAAN TANAH TERHADAP LONGSOR DAN EROSI

BAPPEDA Kabupaten Probolinggo 1.1 LATAR BELAKANG

BAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, terutama Pulau Jawa. Karena Pulau Jawa merupakan bagian dari

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Seminar Nasional Ke III Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

HIDROSFER I. Tujuan Pembelajaran

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Letak, Batas, dan Luas Daerah Penelitian. Sungai Oyo. Dalam satuan koordinat Universal Transverse Mercator

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan. Menurut Bakosurtanal, pulau di

DAFTAR ISI. II. LINGKUP KEGIATAN PENELITIAN Ruang Lingkup Penelitian Kerangka Alur Pikir Penelitian... 22

TINJAUAN PUSTAKA. Longsor. Gerakan tanah atau lebih dikenal dengan istilah tanah longsor adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak di dunia dengan 400 gunung berapi, terdapat sekitar 192 buah

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Batasan Longsor 2.2 Jenis Longsor

L O N G S O R BUDHI KUSWAN SUSILO

JIME, Vol. 3. No. 1 ISSN April 2017

Bencana Benc Longsor AY 11

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Wilayah Administratif Kabupaten Tanggamus

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. berpotensi rawan terhadap bencana longsoranlahan. Bencana longsorlahan akan

Analisis Spasial Untuk Menentukan Zona Risiko Bencana Banjir Bandang (Studi Kasus Kabupaten Pangkep)

BAB I PENDAHULUAN. alam tidak dapat ditentang begitu pula dengan bencana (Nandi, 2007)

ZONA KERENTANAN GERAKAN TANAH KABUPATEN GARUT BAGIAN SELATAN, PROVINSI JAWA BARAT. Eka Kadarsetia

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 19 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P /

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. air. Melalui periode ulang, dapat ditentukan nilai debit rencana. Debit banjir

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... ii LEMBAR ORISINALITAS... iii INTISARI... iv ABSTRACT... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL...

Pemetaan Karakteristik Dinamik Tanah Panti

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB 2 METODOLOGI DAN KAJIAN PUSTAKA...

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Bab III Geologi Daerah Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PENGENDALIAN LONGSOR Identifikasi dan Delineasi Daerah Rawan Longsor

Studi Investigasi Longsor di Desa Kalikuning, Kecamatan Tulakan, Kabupaten Pacitan ABSTRAK

PEDOMAN TEKNIS PEMETAAN ZONA KERENTANAN GERAKAN TANAH

Transkripsi:

Kejadian gerakan tanah dan banjir bandang pada tanggal 20 April 2008 di Kecamatan Rembon, Kabupaten Tanatoraja, Provinsi Sulawesi Selatan (Suranta) KEJADIAN GERAKAN TANAH DAN BANJIR BANDANG PADA TANGGAL 20 APRIL 2008 DI KECAMATAN REMBON, KABUPATEN TANA TORAJA, PROVINSI SULAWESI SELATAN SURANTA Penyelidik Bumi Madya, pada Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Sari Wilayah Kecamatan Rembon, Kabupaten Tana Toraja, Provinsi Sulawesi Selatan merupakan lereng bagian utara dari deretan perbukitan G. Sado ko. Di daerah tersebut mengalir Sungai Pessimbongan yang mempunyai kemiringan lereng 30 45, berada pada ketinggian 900-1800m di atas permukaan laut dan berhulu di kaki G.Sado ko. Pada hari Minggu 20 April 2008 terjadi curah hujan yang tinggi selama 4 jam dan beberapa hari sebelumnya hujan turun secara terus menerus di daerah tersebut. Kondisi tersebut menyebabkan tanah menjadi jenuh air dan adanya batuan dasar daerah ini berupa lava dan batuan serpih berlapis dengan perlapisan searah dengan kemiringan lereng memudahkan tanah yang berada diatasnya untuk bergerak. Disamping itu dengan adanya perubahan tata guna lahan dari tanaman keras yang umumnya tanaman pinus dan cemara menjadi tanaman perdu seperti tanaman kopi menyebabkan lereng kehilangan gaya penahannya sehingga menyebabkan terjadinya longsoran di bagian hulu Sungai Pessimbongan. Di sisi lain adanya lereng yang terjal di sekitar G.Sado ko serta kurangnya tanaman yang berakar kuat dan dalam yang dapat menguatkan lereng menyebabkan tanah diatasnya mudah bergerak. Dengan adanya proses erosi vertikal yang terjadi di daerah hulu Sungai Pessimbongan (head work erosion) dan beberapa faktor di atas maka lambat laun lereng di atas tebing sungai tersebut kehilangan tahanan bawahnya sehingga mengakibatkan terjadinya longsoran dan banjir bandang yang meluncur ke Sungai Pessimbongan yang melalui Kampung Tiroallo, Desa Bua tarrung, dan Kecamatan Rembon. Pendahuluan Bencana alam gerakan tanah dan banjir bandang terjadi di Wilayah Kecamatan Rembon, Kabupaten Tana Toraja, Provinsi Sulawesi Selatan (Gambar 1). Gerakan tanah dan banjir bandang di daerah tersebut terjadi pada hari Minggu tanggal 20 April 2008 pukul 18.30 WITA. Gerakan tanah dan banjir bandang di daerah tersebut menyebabkan 3 orang meninggal dunia, 2 jembatan putus, 1 rumah, dan 1 buah sepeda motor hanyut terbawa banjir bandang, pipa PDAM sepanjang 700m hancur, 3 buah tiang listrik roboh dan 108 hektar lahan sawah dan perkebunan rusak. U Gambar 1. Peta Petunjuk lokasi Lokasi Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 3 Nomor 2, Agustus 2008 : 41-46 Hal : 41

Kejadian Gerakan Tanah dan Banjir Bandang pada Tanggal 20 April 2008 di Kecamatan Rembon, KabupatenTana Toraja, Provinsi Sulawesi Selatan (Suranta) Kondisi Daerah Bencana Morfologi sekitar daerah bencana gerakan tanah dan banjir bandang Kampung Tiroallo, Desa Bua tarrung merupakan lereng bagian utara dari G. Sado ko yang terjal hingga sangat terjal dan di daerah tersebut mengalir Sungai Pessimbongan yang mempunyai kemiringan lereng 30 45 dan berada pada ketinggian 900-1800m di atas permukaan laut. Batuan dasar daerah ini termasuk Formasi Sekula (Tmps) terdiri dari batu pasir, konglomerat, lava, dan batuan serpih yang berlapis dengan perlapisan searah dengan kemiringan lereng yaitu N340 E/25 dengan tanah pelapukan bersifat gembur. Kondisi tanah pelapukan bersifat agak sarang jika basah mudah menjadi gembur, sehingga mudah runtuh. Tata guna lahan di sekitar Sungai Pessimbongan bagian lereng atas adalah kebun cemara dan pinus serta kebun kopi dan di lereng bawah merupakan daerah persawahan. Retakan tanah banyak terjadi di daerah sekitar longsoran yang mengarah kurang lebih baratdaya timurlaut. Gerakan Tanah Gerakan tanah di daerah ini disebabkan beberapa faktor, antara lain : Batuan pembentuk lereng di daerah ini termasuk Formasi Sekula (Tmps) terdiri dari batu pasir, konglomerat, lava, dan batuan serpih yang berlapis dengan perlapisan searah dengan kemiringan lereng yaitu N340 E/25 dengan tanah pelapukan berupa lempung pasiran dengan ketebalan tanah pelapukan berkisar 3 4m bersifat sarang sehingga air permukaan mudah meresap ke dalam tanah dan tertahan pada batuan lava atau serpih yang dapat berfungsi sebagai bidang gelincir gerakan tanah. Adanya erosi vertikal S. Pessimbongan pada lereng G.Sado ko mengakibatkan terjadinya erosi ke hulu (head work erosion) sehingga lereng kehilangan tahanan bawahnya dan menyebabkan terjadinya longsoran. Adanya bidang lemah yaitu kontak antara tanah pelapukan dengan batuan lava atau batuan serpih serta adanya perlapisan serpih yang searah dengan kemiringan lereng sehingga tanah/batuan yang berada diatasnya mudah untuk bergerak. Adanya curah hujan yang tinggi selama 4 jam berturut turut serta hujan yang terjadi beberapa hari sebelumnya pada lereng yang terjal, menyebabkan tanah pelapukan menjadi jenuh air dan bobot masa tanah meningkat serta berdekatan dengan lembah Sungai Pessimbongan yang curam sehingga terjadi longsoran di daerah G. Sado ko Kurangnya akar akar tanaman yang berakar kuat dan dalam yang dapat menguatkan lereng di sekitar G. Sa doko karena adanya alih fungsi lahan dari tanaman pinus dan cemara menjadi kebun kopi. Berdasarkan Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah (PZKG) Tana Toraja (PVMBG, 2008 belum terbit) daerah gerakan tanah masuk dalam Zona Kerentanan Gerakan Tanah Menengah (Gambar 2). Hal :42 Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 3 Nomor 2, Agustus 2008 : 42-46

Kejadian gerakan tanah dan banjir bandang pada tanggal 20 April 2008 di Kecamatan Rembon, Kabupaten Tanatoraja, Provinsi Sulawesi Selatan (Suranta) MAMUJU MAJENE U MAKALE PARE PARE ENREKANG WATAMPON Keterangan: 0 50 km Lokasi gerakan tanah Zona kerentanan gerakan tanah sangat rendah Zona kerentanan gerakan tanah rendah Zona kerentanan gerakan tanah menengah Zona kerentanan gerakan tanah tinggi Gambar 2. PZKG daerah Tana Toraja Mekanisme gerakan tanah Dengan adanya curah hujan yang tinggi selama 4 jam secara terus menerus serta beberapa hari sebelumnya maka lereng akan menjadi jenuh air sehingga bobot masa tanah akan menjadi bertambah. Di sisi lain adanya lereng yang terjal di sekitar G. Sado ko serta kurangnya tanaman yang berakar kuat dan dalam yang dapat menguatkan lereng menyebabkan tanah diatasnya mudah bergerak. Dengan adanya proses erosi vertikal yang terjadi di daerah hulu Sungai Pessimbongan (head work erosion) maka lambat laun lereng di atas tebing sungai tersebut kehilangan tahanan bawahnya yang ditandai dengan adanya retakan tanah di beberapa tempat. Adanya bidang lemah yaitu kontak antara tanah pelapukan dengan batuan lava atau serpih yang mempunyai kemiringan searah dengan kemiringan lereng maka memudahkan tanah atau bongkahan batuan yang berada diatasnya untuk meluncur ke bawah. Pada perjalanannya material longsoran yang berupa tanah, kerikil hingga bongkah bercampur dengan air permukaan dan meluncur ke S. Pessimbongan serta menerjang apa saja yang berada di lembah Sungai Pesimbongan, berlanjut hingga ke Sungai Salluputi (Gambar 3). Permasalahan Dengan adanya perbukitan dengan kemiringan lereng yang terjal hingga sangat terjal serta adanya perubahan tata guna lahan dari pepohonan yang berakar kuat menjadi tanaman perdu seperti tanaman kopi di sekitar G. Sado ko menyebabkan kurangnya akar akar yang dapat menguatkan tanah. Selain itu proses erosi vertikal yang terjadi di daerah hulu Sungai Pessimbongan (head work erosion) berjalan terus maka lambat laun lereng kehilangan tahanan bawahnya yang ditandai dengan adanya retakan tanah di beberapa tempat. Dengan adanya retakan retakan tanah tersebut menyebabkan air hujan cepat masuk ke dalam tanah sehingga bobot masa tanah meningkat. Adanya bidang lemah yaitu kontak antara tanah pelapukan dengan batuan lava atau serpih yang mempunyai kemiringan searah dengan kemiringan lereng sehingga memudahkan tanah atau bongkahan batuan yang berada diatasnya untuk meluncur ke bawah. Rekomendasi dan Upaya Penanggulangan Daerah di sekitar tempat kejadian gerakan tanah dan banjir bandang tersebut masih berpotensi terjadinya gerakan tanah maupun banjir bandang susulan, oleh karena itu direkomendasikan : Masyarakat yang beraktivitas di sekitar daerah Sungai Pessimbongan dan Sungai Salluputi perlu lebih waspada, karena material lepas masih menumpuk pada lembah sungai tersebut sehingga jika terjadi banjir maka material lepas tersebut dapat terangkut kembali oleh air permukaan yang dapat mengakibatkan terjadinya banjir bandang susulan. Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 3 Nomor 2, Agustus 2008 : 43-46 Hal : 43

Kejadian Gerakan Tanah dan Banjir Bandang pada Tanggal 20 April 2008 di Kecamatan Rembon, KabupatenTana Toraja, Provinsi Sulawesi Selatan (Suranta) Retakan yang terjadi akibat longsoran dan banjir bandang tersebut agar segera ditutup dengan tanah yang dipadatkan, agar air permukaan tidak masuk ke dalam tanah. Agar dilakukan penghijauan kembali di daerah yang terjal dengan tanaman yang berakar kuat dan dalam. Enam rumah yang termasuk Kampung Tiroallo harus lebih waspada karena rumah yang terletak di ujung tebing sungai tersebut terancam gerakan tanah. Untuk mengantisipasi terjadinya banjir banding susulan di daerah tersebut perlu dibuat tanggul/dam yang gunanya untuk menampung material lepas yang mengalir dari daerah hulu sungai. Hal :44 Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 3 Nomor 2, Agustus 2008 : 44-46

Kejadian gerakan tanah dan banjir bandang pada tanggal 20 April 2008 di Kecamatan Rembon, Kabupaten Tanatoraja, Provinsi Sulawesi Selatan (Suranta) Gambar 3. Sketsa gerakan tanah dan banjir bandang di Kecamatan Rembon, Kabupaten Tana Toraja (Suranta dkk, 2008) Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 3 Nomor 2, Agustus 2008 : 45-46 Hal : 45

Kejadian Gerakan Tanah dan Banjir Bandang pada Tanggal 20 April 2008 di Kecamatan Rembon, KabupatenTana Toraja, Provinsi Sulawesi Selatan (Suranta) Foto Kegiatan Gambar 4 : Gerakan tanah terjadi di lereng G. Sa doko dan menimbulkan banjir bandang yang menerjang jembatan di Kampung Tiroallo dan mengakibatkan2 orang meninggal dunia (Suranta, 2008). Gambar 5 : Bongkahan bongkahan andesit yang berasal dari bagian hulu menumpuk di lembah sungai bagian hilir dari Sungai Pessimbongan (Suranta, 2008). Gambar 6 : Nampak perlapisan batuan serpih Formasi Sekula (Tmps) yang bersifat kedap air searah dengan kemiringan lereng sehingga memudahkan batuan yang ada diatasnya untuk bergerak (Suranta, 2008). Gambar 7 : Banjir bandang menyebabkan kerusakkan lahan persawahan dan menewaskan 1 orang serta menghanyutkan jembatan di daerah ini (Suranta, 2008). Hal :46 Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 3 Nomor 2, Agustus 2008 : 46-46