BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran suatu negara. Para pelaku ekonomi baik perusahaan besar maupun. anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian sebagai wujud peningkatan kualitas hidup. Peningkatan kualitas hidup

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan perekonomian pedesaan mempunyai peran sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas azas kekeluargaan.

BAB I PENDAHULUAN. laba yang maksimal serta mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Bank merupakan jantung perekonomian di suatu Negara.

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian suatu Negara. Aspek Rentabilitas turut andil didalam

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi.dasar utama kegiatan perbankan adalah kepercayaan (trust), baik dalam hal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Bank merupakan lembaga perantara keuangan ( financial. kelancaran perekonomian (Triandaru dan Budisantoso, 2006:10).

BAB I PENDAHULUAN. menjadi acuan dalam perekonomian suatu negara. Menurut UU No 10 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting. Menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

BAB I PENDAHULUAN. Pemberdayaan masyarakat demi peningkatan perekonomian di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. Berkembanya perbankan Indonesia dapat dilihat dari jumlah bank yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perekonomian tumbuh dan berkembang dengan berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. dampak terhadap munculnya peluang peluang diberbagai bidang usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang dan meminjamkan uang.

BAB I PENDAHULUAN. dana dari pihak yang mempunyai dana yang kelebihan dengan pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. pengertian bank menurut UU Nomor 10 Tahun 1998 yaitu Bank adalah badan

BAB I PENDAHULUAN. Kontribusi Lembaga Perkreditan Desa atau LPD dalam perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. sejak adanya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki banyak kebutuhan, terutama yang berkaitan dengan dana. Dana

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. yang kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana untuk

BAB I PENDAHULUAN. fungsinya sebagai lembaga intermediasi, penyelenggara transaksi

BAB I PENDAHULUAN. Peranan bank dalam kegiatan perekonomian sangat fundamental, setiap

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. tentang pengaruh kinerja keuangan terhadap harga saham.

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan. Laporan mengenai rugi laba suatu perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis yang berkembang dengan pesat sehingga sangat diperlukan sumber-sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi dapat bermanfaat untuk pertumbuhan ekonomi, perlu disalurkan. kegiatan yang produktif. (AnggrainiPutri,2011)

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan operasionalnya dengan cara menghasilkan laba tinggi sehingga. profitabilitasnya terus mengalami peningkatan.

BAB I PENDAHULUAN. telah menetapkan undang-undang mengenai Mortgage (Perumahan). Peraturan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan yang relatif sulit dipecahkan. Dipandang dari sisi kreditur,

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkannya. Adapun tujuan akhir yang ingin

BAB I PENDAHULUAN. antara pihak-pihak yang memiliki dana dengan pihak-pihak yang memerlukan. manajemen bank perlu memperhatikan kinerja bank.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Persaingan bisnis saat ini semakin ketat pada perusahaan, agar

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup andil dalam kehidupan ekonomi masyarakat. Menurut. Prasanjaya dan Ramantha (2013) bank memberikan kontribusi besar

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Sektor perbankan sebagai lembaga intermediate antara

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang kelebihan dana (surplus unit) dalam bentuk simpanan giro, tabungan,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Peran Perbankan sebagai lembaga intermediasi cukup penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Proses globalisasi yang sedang melanda lingkungan telekomunikasi dunia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan merupakan salah satu lembaga keuangan yang bertugas untuk

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatpedesaan di Bali merupakan hal yang penting untuk menunjang

BAB I PENDAHULUAN. bisnis jasa keuangan yang dikelola oleh Desa Pekraman atau Desa Adat. Badan usaha

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencapai tujuan tersebut, sangat diperlukan manajemen yang baik untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Rahim dan Irpa, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik, prospek usaha yang selalu berkembang, dan dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya sektor usaha. Perbankan sebagai lembaga perantara (intermediate)

BAB 1 PENDAHULUAN. mengelola dan menjalankan operasional usahanya. Ketika menjalankan

BAB 1 PENDAHULUAN. peranan dunia perbankan semakin dibutuhkan oleh seluruh lapisan masyarakat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio keuangan adalah alat ukur yang paling sering igunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya guna meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perusahaan pada umumnya ditandai dengan kemampuan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia bisnis yang sedang memasuki era globalisasi mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. yang berkeadilan dan mempercepat pembangunan daerah yang efektif dan kuat.

BAB I PENDAHULUAN. lembaga keuangan terbesar didunia asal Amerika Lehman Brother, kredit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Yuliani, 2007) (Dendawijaya,2006:120).

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh laba. Laba merupakan hasil yang diperoleh atas usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. hubungan dengan penjualan total aktiva maupun modal sendiri. Profitabilitas

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan sumber dana jangka panjang bagi

BAB I PENDAHULUAN. menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Bank juga dikenal sebagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN IMPLIKASI. asing. Penelitian ini juga ingin menguji pengaruh capital adecuacy ratio (CAR),

BAB I PENDAHULUAN. keuangan dalam pembiayaan pembangunan sangat diperlukan. Bank

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan agar dapat bertahan dan mampu bersaing dalam dunia bisnis. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan pada umumnya, bank juga berorientasi untuk mendapatkan laba yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan perbankan syariah di Indonesia telah muncul pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat terhadap perbankan dan juga sebaliknya tanpa adanya

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian di suatu negara, dimana hampir setiap aspek kehidupan manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar BelakangMasalah. Banyaknya perusahaan dan kondisi perekonomian saat ini telah

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sistem keuangan merupakan salah satu hal yang krusial dalam masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Asia. Langkah yang ditempuh dalam menghadapi krisis moneter salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan suatu lembaga atau badan usaha yang saat ini mulai

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan pihak yang memiliki kekurangan dana. Dimana kegiatan. kepada masyarakat dalam bentuk pemberian kredit.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah di dunia perbankan adalah kegiatan funding (Kasmir, 2008:

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian nasional dan perubahan lingkungan strategis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sektor perbankan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. maksimal seperti yang telah ditargetkan, perusahaan dapat berbuat banyak bagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelangsungan hidup perusahaan. Keberhasilan suatu perusahaan tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) sering kali dihubungkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manfaat diantaranya dividen dan capital gain. Dividend merupakan bagian

BAB I PENDAHULUAN. kembali dalam bentuk kredit. Artinya, bank memiliki fungsi sebagai lembaga

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya pertumbuhan ekonomi suatu negara (Dietrich dkk, 2014). Dimana Bank

BAB I PENDAHULUAN. hotel, pusat pusat perbelanjaan dan fasilitas fasilitas lainnya semakin

BAB I PENDAHULUAN. cukup pesat. Setiap bank memiliki visi dan misi untuk mencapai sebuah tujuan

BAB I PENDAHULUAN. dasarkan atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, bahwa Sistem

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lain dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit), kemudian menempatkanya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kegiatan perekonomian suatu negara tidak lepas dari transaksi keuangan.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tingkat kemakmuran negara antara lain terlihat dari pendapatan nasional dan tingkat pertumbuhan ekonomi. Tingkat pendapatan nasional dan pertumbuhan ekonomi tergantung dari aktifitas ekonomi suatu negara yang menunjang kemakmuran suatu negara. Para pelaku ekonomi baik perusahaan besar maupun yang berbentuk industri rumah tangga bertujuan untuk memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Koperasi merupakan salah satu organisasi ekonomi yang memiliki ruang gerak dan kesempatan usaha yang luas yang menyangkut kepentingan kehidupan ekonomi rakyat. Dengan demikian kemajuan dan pembangunan koperasi semakin berperan dalam perekonomian nasional. Untuk menumbuhkan kepercayaan kepada masyarakat, koperasi harus mampu untuk mengelola modal dan dana yang ada. Sehingga dana yang diterima dari masyarakat selanjutnya dapat diberikan kembali kepada kepada masyarakat dalam bentuk kredit. Akhir-akhir ini kredit merupakan kebutuhan yang sangat penting dan sangat dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia terutama untuk masyarakat kelas kecil dan kelas menengah. Kebutuhan kredit adalah untuk mendorong kegiatan perdagangan, mendorong dan melancarkan produksi, jasajasa

bahkan untuk konsumsi, yang semua itu pada akhirnya ditujukan untuk menaikkan taraf hidup masyarakat. Koperasi sebagai salah satu pelaku bisnis dalam sistem perekonomian nasional mempunyai peran sangat strategis, karena koperasi mempunyai fungsi utama yaitu sarana menghimpun dan menyalurkan dana secara efektif dan efisien. Dalam kegiatannya, koperasi menghimpun dana dari anggota dalam bentuk simpanan wajib dan simpanan pokok serta disalurkan untuk kesejahteraan anggota dan membangun tata perekonomian nasional. Keadaan tersebut tercermin dalam UU No. 25 tahun 1992 tentang perkoperasian pasal 3 yang menyebutkan bahwa koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, serta ikut membangun tata perekonomian nasional, dalam rangka mewujudkan masyarakat adil, makmur berlandaskan Pancasila dan UUD 1945. Sebagai suatu perusahaan atau entitas ekonomi, Koperasi khususnya Koperasi Simpan Pinjam memberi laporan keuangan untuk menunjukkan informasi dan posisi keuangan yang disajikan untuk pihak-pihak yang berkepentingan. Informasi tentang posisi keuangan perusahaan, kinerja perusahaan, aliran kas perusahaan, dan informasi lain yang berkaitan dengan laporan keuangan dapat diperoleh dari laporan keuangan perusahaan. Untuk memahami informasi tentang laporan keuangan, analisis laporan keuangan sangat dibutuhkan. Analisis rasio keuangan meliputi perhitungan dan interpretasi rasio keuangan.

Pengukuran terhadap perkembangan investasi para pemodal dapat diukur dari seberapa besar tingkat pengembalian yang dapat diterima oleh para pemodal. Ukuran tingkat pengembalian modal yang umum dipergunakan dalam industri keuangan seperti Perbankan dan juga termasuk Perkoperasian (khususnya Koperasi Simpan Pinjam) adalah Return On Equity atau ROE. Secara teori, di dalam suatu perusahaan, Return On Equity (ROE) merupakan perbandingan yang diperoleh dari laba bersih dengan modal sendiri (ekuitas) (Frazer, 1997:156). Semakin tinggi ROE maka semakin tinggi pula kemakmuran pemegang saham dan sebaliknya semakin kecil ROE maka semakin rendah kemakmuran pemegang saham. Dalam dunia perkoperasian menurut Ditjen Fasilitas Pembiayaan dan Simpan Pinjam (1999:12), Return On Equity (ROE) adalah kemampuan Koperasi Simpan Pinjam (KSP) untuk memperoleh Sisa Hasil Usaha (SHU) guna memberikan jasa terhadap modal sendiri yang diinvestasikan anggota pada koperasi. Semakin tinggi return on equity (ROE), maka semakin tinggi kemampuan Koperasi Simpan Pinjam (KSP) untuk memberikan jasa terhadap modal sendiri. Pentingnya pengembalian atas investasi modal menurut Wild, et.al (2004:143) meliputi : 1) Ukuran ROE memungkinkan kita untuk menilai pengembalian perusahaan relatif terhadap risiko investasi modal serta membandingkan pengembalian investasi modal dengan investasi alternatif. 2) Pengembalian atas investasi modal dapat digunakan dalam berbagai area analisis termasuk:

a. Pengukuran efektivitas manajer b. Pengukuran profitabilitas c. Peramalan laba d. Perencanaan dan Pengendalian. Meningkatkan Return on Equity menjadi tugas dan tanggung jawab dari manajemen karena dengan meningkatkan ROE secara langsung berarti terjadi peningkatan distribusi pengembalian modal kepada pemilik sehingga akan meningkatkan kemakmuran pemilik modal dan nilai dari KSP tersebut. Peningkatan ROE juga akan sangat dipengaruhi oleh lingkungan internal terkait dengan kebijakan manajemen dalam hal permodalan, pemeliharaan atas kualitas aktiva, peningkatan efisiensi dan menjaga likuiditas. Brigham & Houston (2001 : 159) menyatakan bahwa rasio profitabilitas menunjukkan pengaruh gabungan dari likuiditas, manajemen hutang dan manajemen aktiva terhadap hasil operasi. Pernyataan ini diperkuat oleh beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dimana ROE dapat dipengaruhi oleh beberapa varibel diantaranya adalah tingkat permodalan, kualitas aktiva produktif, efisiensi serta likuiditas. Tingkat permodalan memberikan manfaat dalam hal memberikan keamanan dalam berinvestasi dengan meminimumkan kemungkinan terjadinya kebangkrutan. Modal sesungguhnya amat penting dan mahal harganya karena semakin besar maka beban untuk meningkatkan Return on equity akan semakin besar pula (Siamat, 2004:103). Manajemen dituntut untuk mampu menentukan peningkatan laba yang akan diperoleh seiring dengan adanya aktivitas penambahan modal oleh pihak pemilik. Pengukuran modal yang efektif dalam

dunia koperasi akan mempergunakan Rasio Kecukupan Modal Sendiri (RKMS) sebagai bahan acuan, karena RKMS telah mempertimbangkan modal sebagai komponen yang dapat menutup aktiva tertimbang menurut risiko atau ATMR. Semakin besar ATMR akan mempengaruhi kualitas RKMS sehingga semakin besar ATMR maka memerlukan modal yang makin besar pula. Semakin besar modal akan memudahkan perusahaan dalam melakukan ekspansi usaha (misalnya kredit) yang secara tidak langsung dapat meningkatkan pendapatan bagi perusahaan sehingga dapat memberikan pengaruh bagi peningkatan laba yang diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi peningkatan pengembalian bagi pemilik modal. Penelitian oleh Holton (2004) menyatakan bahwa modal dapat menutupi kemungkinan terjadinya kerugian. Dengan demikian RKMS dapat dipergunakan sebagai piranti untuk mengukur besaran modal yang dapat digunakan untuk menutupi aktiva yang mengandung risiko seperti kredit sehingga dapat mengantisipasi terhadap kemungkinan laba yang berpengaruh terhadap tujuan operasional perusahaan, yaitu pencapaian ROE yang tinggi. Kondisi lain yang perlu diperhatikan adalah pemberian kredit yang dilakukan oleh koperasi simpan pinjam mengandung risiko yaitu berupa tidak lancarnya pembayaran kembali kredit atau dengan kata lain disebut Risiko Pinjaman Bermasalah, karena sebagian besar pendapatan koperasi simpan pinjam adalah dari bunga kredit. Tingginya kredit bermasalah dapat dilihat dari tinggi rendahnya Rasio Risiko Pinjaman Bermasalah. Semakin tinggi rasio risiko pinjaman bermasalah maka semakin banyak kredit yang bermasalah sehingga

potensi pendapatan dari bunga kredit makin kecil sehingga laba makin kecil dan berpengaruh terhadap ROE. Kemampuan perusahaan untuk melakukan efisiensi juga memiliki pengaruh yang cukup signifikan bagi ROE. Usaha untuk menghemat anggaran perusahaan melalui efisiensi secara kuantitatif diukur dengan melihat kecenderungan rasio aktiva tetap terhadap total aset, dimana makin besar rasio aktiva tetap terhadap total aset maka makin tidak efisien KSP tersebut dan sebaliknya makin kecil rasio aktiva tetap terhadap total aset maka makin efisien KSP tersebut dalam beroperasi. Apabila perusahaan mampu beroperasi secara efisien dengan menghemat aktiva tetap maka laba akan meningkat sehingga mampu meningkatkan ROE. Hasil penelitian James (2007) menunjukkan bahwa rasio efisiensi memberikan pengaruh dominan pada laba secara langsung dan tingkat pengembalian modal atau investasi secara tidak langsung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bank dengan rata-rata rasio efisiensi yang lebih rendah dari industri akan menyebabkan peningkatan nilai bagi pemegang saham atau pihak yang berkepentingan. Variabel lain yang juga memiliki pengaruh terhadap ROE adalah tingkat likuiditas. Likuiditas diukur dengan melihat perbandingan antara jumlah kredit yang diberikan dengan total dana pihak ketiga yang dapat dihimpun (LDR). Semakin besar jumlah kredit yang diberikan KSP kepada nasabah, maka jumlah dana yang menganggur menjadi sedikit dan penghasilan bunga yang diperoleh tinggi, sehingga meningkatkan profitabilitas. Demikian juga sebaliknya, LDR yang menurun menyebabkan profitabilitas turun, karena penghasilan bunga yang

diperoleh KSP rendah. Akan tetapi, LDR yang tinggi juga menunjukkan kredit yang diberikan KSP memiliki rasio yang tinggi terhadap seluruh dana yang diterima KSP, sehingga memberikan risiko yang sangat besar, jadi LDR yang terlalu tinggi juga tidak baik bagi kesehatan KSP. Pernyataan ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Blockland (2003) yang menunjukkan bahwa komponen likuiditas adalah sangat penting terhadap kemampuan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek perusahaan. Kemampuan ini nantinya akan sangat berkaitan dengan kemampuan menghasilkan laba karena kas tersebut dapat dimanfaatkan untuk investasi yang memberikan tingkat pengembalian yang tinggi. Dengan demikian diharapkan peningkatan laba akan memberikan efek bagi peningkatan ROE. Kehadiran Koperasi Simpan Pinjam (KSP) di Bali, khususnya di Kota Denpasar sebagai lembaga keuangan yang menghimpun dan mengelola dana masyarakat, meskipun dalam lingkup terbatas, sehingga kegiatan usahanya memiliki karakter khas yang merupakan usaha yang didasarkan pada kepercayaan dan banyak menanggung risiko. Oleh karena itu pengelolaan harus dilakukan secara profesional dan ditangani oleh pengelola yang memiliki keahlian dan kemampuan khusus. Melihat dari dari pengalaman usaha perkoperasian pada masa lalu yang kurang berkembang, merupakan cermin buruk bagi penggerak koperasi saat menghadapi era globalisasi sekarang ini. Oleh karena itu diperlukan sumber daya manusia yang mampu menangani perkoperasian, sehingga pada suatu saat kinerja perkoperasian di Bali dapat ditingkatkan dalam hal tingkat pengembalian modal.

Dari hasil observasi yang telah peneliti lakukan, ditemukan semakin banyak berdirinya Koperasi Simpan Pinjam (KSP) yang tersebar di Kota Denpasar. Hal ini menandakan adanya peningkatan jumlah Koperasi Simpan Pinjam (KSP) yang ada di Kota Denpasar tiap tahunnya. Berikut tabel perkembangan jumlah Koperasi Simpan Pinjam (KSP) yang ada di Kota Denpasar periode 2007-2009. Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah Koperasi Simpan Pinjam (KSP) di Kota Denpasar Periode 2007-2009 Kecamatan 2007 2008 2009 Denpasar Barat 18 18 22 Denpasar Selatan 17 27 32 Denpasar Timur 25 25 29 Denpasar Utara 16 22 28 Jumlah 76 92 111 Sumber : Dinas Koperasi UMKM Denpasar Pada tabel 1.1 dapat dilihat jumlah Koperasi Simpan Pinjam (KSP) yang ada di Kota Denpasar tiap kecamatan periode 2007-2009 mengalami peningkatan. Dari tahun 2007 sebanyak 76 KSP, bertambah di tahun 2008 menjadi 92 KSP dan tahun 2009 mengalami peningkatan sebanyak 111 KSP yang terdaftar di Dinas Koperasi Denpasar. Hal ini membuktikan bahwa pertumbuhan koperasi khususnya koperasi simpan pinjam di Kota Denpasar semakin membaik, dan masyarakat yang bergabung dalam koperasi akan semakin terbantu dalam menemukan solusi efektif dalam menyelesaikan masalah ekonomi yang dihadapi dengan kehadiran KSP tersebut.

Sebagian besar masalah-masalah yang dihadapi oleh Koperasi Simpan Pinjam yaitu pada sisi kekurangan likuiditas yang akan berpengaruh pada tingkat pengembalian modal KSP itu sendiri, kesulitan untuk memupuk modal anggota, dan tingkat pengawasan kegiatan perkoperasian yang kurang ketat. Meskipun ada kebijakan bantuan dari pemerintah untuk mendapatkan modal tambahan tetapi kebijakan itu tidak mudah untuk dilaksanakan. Perkembangan tingkat permodalan (rasio kecukupan modal sendiri), kualitas aktiva produktif (rasio risiko pinjaman bermasalah), efisiensi (rasio aktiva tetap terhadap total aset), likuiditas (loan to deposit ratio) dan tingkat pengembalian modal (return on equity) pada Koperasi Simpan Pinjam (KSP) di Kota Denpasar yang telah diperoleh sebanyak 10 KSP yang akan diteliti dan KSP ini telah diseleksi menggunakan beberapa kriteria dalam pengambilan sampel KSP ini. Tabel 1.2 Tingkat Permodalan dilihat dari Rasio Kecukupan Modal Sendiri pada Koperasi Simpan Pinjam (KSP) di Kota Denpasar Periode 2007-2009 No Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Rasio Kecukupan Modal Sendiri (%) 2007 2008 2009 1 KSP Mitra Usaha Mandiri 79,49 81,00 58,31 2 KSP Sumasari Sedana 36,48 40,70 42,98 3 KSP Arta Pendawa 92,34 51,42 49,12 4 KSP Bina Usaha 63,68 65,81 66,61 5 KSP Citra Mandiri 31,19 58,66 53,03 6 KSP Sri Artha Mandiri 190,38 89,73 85,47 7 KSP Sapta Werdhi 56,36 48,76 52,16 8 KSP Harapan Bersama 31,97 32,25 113,73 9 KSP Artha Segara 51,82 49,04 50,42 10 KSP Karya Pemulung 59,25 52,67 50,68 Sumber : Dinas Koperasi UMKM Denpasar (Data diolah)

Pada tabel 1.2 dapat dilihat bahwa tingkat permodalan yang dilihat dari rasio kecukupan modal sendiri tahun 2007-2009 mengalami peningkatan, penurunan maupun berfluktuasi di setiap Koperasi Simpan Pinjam (KSP). Ada 3 (tiga) Koperasi Simpan Pinjam (KSP) yang rasio kecukupan modal sendiri mengalami peningkatan tahun 2007-2009 yaitu KSP Sumasari Sedana, KSP Bina Usaha dan KSP Harapan Bersama. Rasio Kecukupan Modal Sendiri yang mengalami penurunan tahun 2007-2009 dimiliki oleh 3 (tiga) KSP yaitu KSP Arta Pendawa, KSP Sri Artha Mandiri, dan KSP Karya Pemulung. Sedangkan yang mempunyai rasio kecukupan modal sendiri yang mengalami fluktuasi tahun 2007-2009 dimiliki oleh 4 (empat) KSP yaitu KSP Mitra Usaha Mandiri, KSP Citra Mandiri, KSP Sapta Werdhi dan KSP Artha Segara. Semakin besar rasio kecukupan modal sendiri yang diperoleh oleh masing-masing Koperasi Simpan Pinjam (KSP), maka akan semakin meningkat pula tingkat pengembalian modal KSP tersebut. Tabel 1.3 Kualitas Aktiva Produktif dilihat dari Rasio Risiko Pinjaman Bermasalah pada Koperasi Simpan Pinjam (KSP) di Kota Denpasar Periode 2007-2009 No Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Rasio Risiko Pinjaman Bermasalah (%) 2007 2008 2009 1 KSP Mitra Usaha Mandiri 1,56 1,16 0,70 2 KSP Sumasari Sedana 36,44 21,56 26,01 3 KSP Arta Pendawa 0,37 0,26 0,19 4 KSP Bina Usaha 6,81 6,22 5,26 5 KSP Citra Mandiri 0,16 0,10 0,06 6 KSP Sri Artha Mandiri 4,44 2,06 1,20 7 KSP Sapta Werdhi 17,28 25,38 14,90 8 KSP Harapan Bersama 18,41 16,19 17,06 9 KSP Artha Segara 21,02 18,77 14,51 10 KSP Karya Pemulung 4,07 4,24 4,33 Sumber : Dinas Koperasi UMKM Denpasar (Data diolah)

Pada Tabel 1.3 dapat dilihat bahwa kualitas aktiva produktif yang dilihat dari rasio risiko pinjaman bermasalah tahun 2007-2009 mengalami penurunan di 6 (enam) Koperasi Simpan Pinjam (KSP) di Kota Denpasar, yaitu pada KSP Mitra Usaha Mandiri, KSP Arta Pendawa, KSP Bina Usaha, KSP Citra Mandiri, KSP Sri Artha Mandiri, dan KSP Artha Segara. Hanya 1 (satu) KSP yang mengalami peningkatan rasio risiko pinjaman bermasalah yaitu pada KSP Karya Pemulung. KSP yang mengalami fluktuasi terhadap rasio risiko pinjaman bermasalah ada 3 (tiga) KSP, yaitu KSP Sumasari Sedana, KSP Sapta Werdhi, dan KSP Harapan Bersama. Rasio risiko pinjaman bermasalah adalah perbandingan dari risiko pinjaman bermasalah (kurang lancar, macet) dengan total pinjaman yang diberikan. Hal ini berarti bahwa setiap Koperasi Simpan Pinjam (KSP) sudah mampu mengatasi risiko pinjaman yang bermasalah (kurang lancar, macet). Semakin kecil risiko pinjaman yang bermasalah yang dihadapi setiap Koperasi Simpan Pinjam, maka Koperasi Simpan Pinjam akan mampu meningkatkan tingkat pengembalian modalnya. Tabel 1.4 Efisiensi dilihat dari Rasio Aktiva Tetap terhadap Total Asset pada Koperasi Simpan Pinjam (KSP) di Kota Denpasar Periode 2007-2009 No Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Rasio aktiva tetap terhadap total aset (%) 2007 2008 2009 1 KSP Mitra Usaha Mandiri 2,64 1,82 2,26 2 KSP Sumasari Sedana 2,46 1,74 1,28 3 KSP Arta Pendawa 1,83 3,51 2,68 4 KSP Bina Usaha 3,07 1,97 0,94 5 KSP Citra Mandiri 1,62 0,92 0,59 6 KSP Sri Artha Mandiri 4,88 5,19 5,57 7 KSP Sapta Werdhi 0,61 0,32 0,04 8 KSP Harapan Bersama 3,19 2,02 1,55 9 KSP Artha Segara 0,94 0,51 0,26

10 KSP Karya Pemulung 10,78 5,55 4,11 Sumber : Dinas Koperasi UMKM Denpasar (Data diolah) Pada Tabel 1.4 dapat dilihat bahwa efisiensi yang dilihat dari rasio aktiva tetap terhadap total aset tahun 2007-2009 rata-rata mengalami fluktuasi di hampir setiap Koperasi Simpan Pinjam (KSP). Ada 1 (satu) Koperasi Simpan Pinjam yang mempunyai peningkatan rasio aktiva tetap terhadap total aset tahun 2007-2009 yaitu KSP Sri Artha Mandiri. KSP yang mengalami fluktuasi tehadap rasio aktiva tetap terhadap total aset yaitu KSP Arta Pendawa dan Mitra Usaha Mandiri. KSP yang lainnya mengalami penurunan terhadap perolehan rasio aktiva tetap terhadap total aset. Rasio aktiva tetap terhadap total aset yang semakin tinggi menunjukkan semakin besar aktiva tetap yang tersedia di KSP sehingga berarti semakin sedikit dana yang digunakan untuk pemberian kredit dan hal ini akan dapat menurunkan tingkat pengembalian modal tersebut. Sebaliknya, rasio aktiva tetap terhadap total aset yang rendah menunjukkan bahwa kas atau dana yang tersedia di KSP dalam keadaan berputar atau dioptimalkan untuk pemberian kredit sehingga dapat meningkatkan tingkat pengembalian modal. Tabel 1.5 Likuiditas dilihat dari Loan to Deposit Ratio pada Koperasi Simpan Pinjam (KSP) di Kota Denpasar Periode 2007-2009 No KSP Loan to Deposit Ratio (%) 2007 2008 2009 1 KSP Mitra Usaha Mandiri 55,19 50,51 79,60 i2 KSP Sumasari Sedana 150,53 144,44 152,94 3 KSP Arta Pendawa 85,15 71,23 77,37 4 KSP Bina Usaha 95,81 94,31 94,74 5 KSP Citra Mandiri 78,29 70,41 82,38 6 KSP Sri Artha Mandiri 45,33 108,27 117,64 7 KSP Sapta Werdhi 101,27 113,09 101,30 8 KSP Harapan Bersama 148,30 118,29 120,67 9 KSP Artha Segara 93,04 96,66 96,48 10 KSP Karya Pemulung 85,28 102,62 102,97 Sumber : Dinas Koperasi UMKM Denpasar (Data diolah)

Pada Tabel 1.5 dapat dilihat bahwa likuiditas yang dilihat dari loan to deposit ratio (LDR) yang diperoleh setiap Koperasi Simpan Pinjam (KSP) tahun 2007-2009 rata-rata mengalami fluktuasi. KSP yang mengalami kenaikan LDR ada 3 (tiga) yaitu KSP Sri Artha Mandiri, KSP Artha Segara, dan KSP Karya Pemulung. KSP yang lainnya mengalami fluktuasi tiap tahunnya. Semakin besar pinjaman yang diberikan kepada nasabah maka semakin sedikit dana yang menganggur sehingga akan meningkatkan loan to deposit ratio (LDR), dan akan bisa meningkatkan tingkat pengembalian modal di Koperasi Simpan Pinjam. Tabel 1.6 Tingkat Pengembalian Modal yang dilihat dari Return On Equity pada Koperasi Simpan Pinjam (KSP) di Kota Denpasar Periode 2007-2009 No KSP Return On Equity (%) 2007 2008 2009 1 KSP Mitra Usaha Mandiri 13,55 14,43 26,51 2 KSP Sumasari Sedana 99,66 158,23 13,42 3 KSP Arta Pendawa 2,65 4,34 4,91 4 KSP Bina Usaha 4,95 4,97 5,00 5 KSP Citra Mandiri 101,38 45,88 86,27 6 KSP Sri Artha Mandiri 58,10 19,68 17,64 7 KSP Sapta Werdhi 78,54 99,19 60,26 8 KSP Harapan Bersama 21,25 38,22 31,62 9 KSP Artha Segara 0,51 0,62 0,46 10 KSP Karya Pemulung 43,73 61,20 53,59 Sumber : Dinas Koperasi UMKM Denpasar (Data diolah) Pada Tabel 1.6 dapat dilihat bahwa tingkat pengembalian modal atau return on equity (ROE) yang diperoleh setiap Koperasi Simpan Pinjam (KSP) di Kota Denpasar periode 2007-2009 ada yang mengalami peningkatan, penurunan, berfluktuasi maupun stabil. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh adanya rasio kecukupan modal sendiri, rasio risiko pinjaman bermasalah, rasio aktiva tetap terhadap total aset, dan loan to deposit ratio yang berbeda dan juga mengalami

perubahan dari tahun ke tahun pada masing-masing Koperasi Simpan Pinjam (KSP). Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi pokok permasalahannya adalah: 1) Apakah ada pengaruh antara tingkat permodalan, kualitas aktiva produktif, efisiensi dan likuiditas terhadap tingkat pengembalian modal pada Koperasi Simpan Pinjam (KSP) di Kota Denpasar secara simultan? 2) Apakah ada pengaruh antara tingkat permodalan, kualitas aktiva produktif, efisiensi dan likuiditas terhadap tingkat pengembalian modal pada Koperasi Simpan Pinjam (KSP) di Kota Denpasar secara parsial? 1.2 Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.2.1 Tujuan Penelitian Berdasarkan pokok permasalahan tersebut, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah : 1) Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara tingkat permodalan, kualitas aktiva produktif, efisiensi dan likuiditas secara simultan terhadap tingkat pengembalian modal pada Koperasi Simpan Pinjam (KSP) di Kota Denpasar. 2) Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara tingkat permodalan, kualitas aktiva produktif, efisiensi dan likuiditas secara parsial terhadap tingkat pengembalian modal pada Koperasi Simpan Pinjam (KSP) di Kota Denpasar. 1.2.2 Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis dan praktis bagi semua kalangan yang berkaitan dengan penelitian ini. Manfaatmanfaat tersebut antara lain: 1) Kegunaan Teoritis Penelitian ini diharapkan mampu memberikan tambahan informasi, pengetahuan, dan wawasan yang lebih luas mengenai pengaruh antara tingkat permodalan, kualitas aktiva produktif, efisiensi, dan likuiditas terhadap tingkat pengembalian modal. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi para mahasiswa yang akan melakukan penelitian selanjutnya. 2) Kegunaan Praktis Penelitian ini akan memberikan informasi mengenai pentingnya penilaian dan pengelolaan tingkat permodalan, kualitas aktiva produktif, efisiensi, likuiditas dan tingkat pengembalian modal bagi Koperasi Simpan Pinjam (KSP) di Kota Denpasar sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan yang berhubungan dengan upaya peningkatan profitabilitas.. 1.3 Sistematika Penulisan Pembahasan skripsi disusun berdasarkan urutan beberapa bab secara sistematis sehingga antara bab yang lainnya mempunyai hubungan yang erat. Adapun sistematika adalah sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini menguraikan pendahuluan yang mengemukakan latar belakang masalah, tujuan, dan penggunaan penelitian serta menguraikan sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS Dalam bab ini menguraikan berbagai landasan teori yang ada hubungannya dengan pokok permasalahan yaitu mengenai analisis rasio keuangan, kinerja keuangan, tingkat permodalan, kualitas aktiva produktif, efisiensi, likuditas, Koperasi Simpan Pinjam (KSP) serta hasil penelitian sebelumnya dan hipotesis. BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini disajikan mengenai metodologi penelitian yang meliputi lokasi dan obyek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, populasi dan sampel, metode pengumpulan data, serta teknik-teknik analisis data. BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Pada bab ini dikemukakan tentang deskripsi variabel penelitian dan pembahasan hasil penelitian mengenai teknik analisis regresi, uji asumsi klasik, uji F, uji t. BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini dikemukakan simpulan yang diperoleh dari hasil penulisan yang telah dibahas dalam bab sebelumnya. Pada bab ini

juga dikemukakan saran-saran. Diharapkan dapat digunakan oleh pihak yang berkepentingan.