PARTISIPASI PUBLIK DALAM PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK

dokumen-dokumen yang mirip
Hubungan Antar Lembaga Negara IRFAN SETIAWAN, S.IP, M.SI

PUSANEV_BPHN. Overview ANALISIS EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK. Oleh:

POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 32/PUU-VI/2008 Tentang Iklan Kampanye Dalam Pemilu

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan

Info Lengkap di: buku-on-line.com 1 of 14

Tugas dan Fungsi MPR Serta Hubungan Antar Lembaga Negara Dalam Sistem Ketatanegaraan

BAB I PENDAHULUAN. media yang didesain secara khusus mampu menyebarkan informasi kepada

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 40/PUU-XV/2017 Hak Angket DPR Terhadap KPK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI

PENDAPAT AKHIR FRAKSI PARTAI KEADILAN SEJAHTERA DPR Rl TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK

Strategi perencanaan pembangunan nasional by Firdawsyi nuzula

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN HADIRI PERTEMUAN PIMPINAN LEMBAGA NEGARA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 21/PUU-XVI/2018

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TAMBAHAN BERITA NEGARA RI

KOMISI YUDISIAL BARU DAN PENATAAN SISTEM INFRA-STRUKTUR ETIKA BERBANGSA DAN BERNEGARA. Oleh Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH 1.

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 52/PUU-XIV/2016 Penambahan Kewenangan Mahkamah Kontitusi untuk Mengadili Perkara Constitutional Complaint

Hak Akses Informasi Publik M E N G E N A L U U N O 1 4 / T E N T A N G K E T E R B U K A A N I N F O R M A S I P U B L I K

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

Nomor Anggota : A-356 Assalamualaikum Wr. Wb., Salam Sejahtera bagi kita semua, Om Swastiastu MERDEKA!!!

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Konstitusi dan Rule of Law

2 Nomor 11 Tahun 2014 tentang Pengawasan Pemilihan Umum; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembar

LNS yang Dibentuk Berdasarkan Undang-Undang Jumat, 09 Juni 2017

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA

-3- MEMUTUSKAN : Menetapkan: PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM. BAB I KETENTUAN UMUM

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 73, Tamb

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II KOMISI YUDISIAL, MAHKAMAH KONSTITUSI, PENGAWASAN

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014

LEMBARAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2005

CONTOH SOAL DAN JAWABAN UKG PKN SMP Berikut ini contoh soal beserta jawaban Uji Kompetensi Guru PKn SMP

Peraturan Komisi Informasi Nomor 1 Tahun 2010 tentang Standar Layanan Informasi Publik;

Tujuan, Metodologi, dan Rekan Survei

SIARAN PERS. Penjelasan MK Terkait Putusan Nomor 36/PUU-XV/2017

BAB I PENDAHULUAN. Konstitusi atau Undang-Undang Dasar (UUD) menempati tingkatan

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 72/PUU-X/2012 Tentang Keberadaan Fraksi Dalam MPR, DPR, DPD dan DPRD

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di

PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 125/PUU-XIII/2015 Penyidikan terhadap Anggota Komisi Yudisial

2013, No.41 2 Mengingat haknya untuk ikut serta dalam kampanye Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perw

PENGENALAN MAHKAMAH KONSTITUSI DAN PENDIDIKAN KESADARAN BERKONSTITUSI 1 Oleh: Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH. 2

BAB I KETENTUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1945 disebutkan bahwa negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2000 TENTANG

PERAN SERTA MASYARAKAT

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

UU & Lembaga Pengurus Tipikor L/O/G/O

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Ulangan Akhir Semester (UAS) Semester 1 Tahun Pelajaran

Tugas dan Wewenang serta Dasar Hukum Lembaga Negara

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 9/PUU-XIV/2016 Upaya Hukum Kasasi dalam Perkara Tindak Pidana Pemilu

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA Menuju Masyarakat Informasi Indonesia

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

-3- MEMUTUSKAN: Pasal I

POLA PENEGAKAN HUKUM PEMILU Oleh: Arief Budiman Ketua KPU RI Badan Pendidikan dan Pelatihan Kejaksaan RI, 12 Desember 2017

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 104/PUU-XIV/2016 Keterwakilan Anggota DPD Pada Provinsi Baru Yang Dibentuk Setelah Pemilu 2014

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2000 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Ringkasan Putusan.

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS

UJIAN TENGAH SEMESTER GENAP

Konferensi Pers Presiden RI Tentang Kasus Hukum Ketua MK, tgl 5 Okt 2013, di Jakarta Sabtu, 05 Oktober 2013

PROPERAT Sistem Jaringan Dokumentasi & Informasi ( SJDI ) Hukum Kabupaten Magelang.

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG

DR. R. HERLAMBANG P. WIRATRAMAN MAHKAMAH KONSTITUSI FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS AIRLANGGA, 2015

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG

MAHKAMAH KONSTITUSI. R. Herlambang Perdana Wiratraman Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya, 19 Juni 2008

Bab IV Penutup. A. Kebebasan Berekspresi sebagai Isi Media

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 71/PUU-XIII/2015 Penyalahgunaan Wewenang oleh Pejabat

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II PELAKSANA PENGAWASAN

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 95/PUU-XV/2017 Penetapan Tersangka oleh KPK Tidak Mengurangi Hak-hak Tersangka

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 15/PUU-XIII/2015

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.304, 2010 KOMISI PEMILIHAN UMUM. Kampanye. Pilkada. Pedoman Teknis.

BAB I. Pendahuluan. yang terbaik adalah untuk pers begitulah kira-kira persepsi, anggapan, dan harapan

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 123/PUU-XII/2014 Pengisian Pimpinan DPRD

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kedudukan negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan Daerah

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN

PERTANYAAN Bagaimanakan kasus Marbury vs Madison Apa alasan John Marshall membatalkan Judiciary Act. Bagaimana pemikiran Yamin tentang Yudisial Review

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya disebut UUD 1945 secara tegas menyatakan bahwa. berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar

2008, No.2 2 d. bahwa Partai Politik merupakan sarana partisipasi politik masyarakat dalam mengembangkan kehidupan demokrasi untuk menjunjung tinggi k

UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

PARTISIPASI PUBLIK DALAM PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK Oleh Dr. H. Mahi M. Hikmat,M.Si. mmhikmat@yahoo.co.id

Perpektif Kebijakan Kebijakan publik adalah kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh pemerintah sebagai pembuat kebijakan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu di masyarakat di mana dalam penyusunannya melalui berbagai tahapan.

PROSES PERUMUSAN KEBIJAKAN PUBLIK? 1.ISU MASALAH PUBLIK 2.PERUMUSAN KEBIJAKANPUBLIK 4. EVALUASI KEBIJAKAN PUBLIK 3.PENERAPAN KEBIJAKAN PUBLIK

PERPEKTIF PARTISIPASI Partisipasi adalah proses anggota masyarakat sebagai individu maupun kelompok sosial dan organisasi, mengambil peran serta ikut mempengaruhi proses perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan kebijakankebijakan yang langsung mempengaruhi kehidupan mereka. 4

UUD 1945 Pasal 1 PARTISIPASI SEBAGAI HAK KONSTITUSIONAL (2) Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang;

Mohammad Hatta sebagai Wakil Presiden pertama RI demokrasi sebagai sebuah pergeseran dan pergantian kedaulatan raja menjadi kedaulatan rakyat.

ABRAHAM LINCOLN (presiden Amerika ke-16) Demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.

Bukan PARTISIPASI=DEMOKRASI Public Participation Sekedar Hak, tetapi Kewajiban Dalam proses pembangunan tidak boleh ada satu pun warga negara yang boleh puas hanya berperan selalu penonton pasif dan pasrah terhadap keadaan, tetapi harus turut aktif menjadi pemain yang bertanggung jawab sesuai dengan kapasitas dan proporsinya. Awy,2011

UUD 1945 Pasal 28 Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan Undang-undang. Pasal 28 E (3) Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat. Pasal 28F Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.

IMPLEMENTASI PARTISIPASI Dilakukan Secara Langsung (Diperintahkan Langsung oleh UUD 1945) Dilakukan Secara Tidak Langsung / Perwakilan (Dilakukan oleh Pemerintah & DPR/DPRD): Kebijakan Publik Disertakan Langsung (Ikutserta dalam Kebijakan Publik) : Substansi UU Menyertakan Partisipasi

DILAKUKAN LANGSUNG Memilih Presiden (Pasal 6A,UUD 1945) Memilih Anggota DPR (Pasal 19,UUD 1945) Memilih Anggota DPD (Pasal 22C, UUD 1945) Memilih Anggota DPRD (Pasal 18, UUD 1945) Memilih Kepala Daerah (Pasal 18, UUD 1945)

Masalah 1. Tingginya Golput (Rata-rata 32%- 41,5%) 2. Pragmatisme Pemilih (Money Politics) 3. Tingginya Angka Sengketa Pemilu 4. Pemimpin Tidak Sesuai Harapan Rakyat 5. Kebijakan Tidak Berpihak

DILAKUKAN SECARA TIDAK LANGSUNG Sejumlah Pasal dalam UUD 1945.diatur dalam Undang-Undang.mendapat persetujuan DPR/DPRD.persetujuan bersama DPR dan Pemerintah

Masalah Tidak Semua Pasal Dapat Dilaksanakan (Perbedaan Kenyataan dengan Bayangan Pembuat UU) 1. UU Penyiaran : Pasal 6 Ayat (3) Dalam sistem penyiaran dibentuk stasiun jaringan & stasiun lokal; 2. UU ITE Pasal 18 ayat (4) Forum pengadilan, arbitrase, penyelesaian sengketa alternatif atau lembaga 3. UU KIP Pasal 38 & Pasal 60 Kewenangan Mediasi dan Ajudikasi Komisi Informasi provinsi harus sudah dibentuk paling lambat 2 (dua) tahun sejak diundangkannya UU KIP.

Masalah Sebagian Pasal Berdampak Negatif (Pembuat Tidak Tahu Arena Kepentingan ) 1. UU Penyiaran Pasal 21 (2) & Pasal 37 Lembaga Penyiaran Komunitas diselenggarakan tidak mencari laba atau keuntungan Bahasa pengantar program siaran harus Bahasa Indonesia yang baik dan benar. 2. UU KIP Pasal 51-56 Pemidanaan UU KIP

Masalah Sebagian Pasal Tidak Sesuai Kebutuhan (Tidak Dilibatkannya Lembaga Pelaksana UU) 1. UU Penyiaran Pasal Pasal 34 Izin penyelenggaraan penyiaran dilarang dipindahtangankan kepada pihak lain. 2. UU KIP Pasal 18 ayat (3) & 4 Dalam hal kepentingan pemeriksaan perkara pidana di pengadilan, Kapolri, Jaksa Agung, Ketua MA, Ketua KPKi, dan/atau Pimpinan Lembaga Negara Penegak Hukum dapat membuka informasi yang dikecualikan dengan cara mengajukan permintaan izin kepada Presiden.

Masalah UU Produk Politik & Kompromistik : 1. Kekosongan Hukum : Pengaturan Kewenangan KPI-Dewan Pers-LSF. Hukum Cara KPI 1. Kontradiktif UU Pers Pasal 4: (2) Terhadap pers nasional tidak dikenakan penyensoran, pembredelan atau pelarangan penyiaran. 1. Tafsir Ganda UU Penyiaran Pasal 31 ayat (3) Lembaga Penyiaran Swasta dapat menyelenggarakan siaran melalui sistem stasiun jaringan dengan jangkauan wilayah terbatas.

Masalah Lainnya Pembentukan UU Masih Konservatif Keterlibatan Rakyat Rendah Dominasi Kepentingan Lembaga Negara Cenderung Perwujudan Visi & Misi Penguasa

DISERTAKAN LANGSUNG Sejumlah UU Menyuratkan Kesertaan Rakyat dalam Pengambilan Kebijakan Publik : Mendukung Partisipasi Publik Sejumlah UU Tidak Menyuratkan Kesertaan Rakyat dalam Pengambilan Kebijakan Publik : Kurang Mendukung Partisipasi Publik

UU Menyuratkan Partisipasi UNDANG - UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG JASA KONSTRUKSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG KEISTIMEWAAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG NASIONAL TAHUN 2005 2025 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI KEMASYARAKATAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PERUSAKAN HUTAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2002 TENTANG SURAT UTANG NEGARA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU- PULAU KECIL UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PARTAI POLITIK UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA

Pasal Partisipasi UU Pers No. 40 Tahun 1999 Pasal 17 1) Masyarakat dapat melakukan kegiatan untuk mengembangkan kemerdekaan pers dan menjamin hak memperoleh informasi yang diperlukan. Kegiatan dapat berupa: a. memantau dan melaporkan analisis mengenai pelanggaran hukum, etika, dan kekeliruan teknis pemberitahuan yang dilakukan oleh pers; b. menyampaikan usulan dan saran kepada Dewan Pers dalam rangka menjaga dan meningkatkan kualitas pers nasional

Pasal Partisipasi UU Penyiaran No. 32 Tahun 2002 Pasal 52 1) Setiap warga negara Indonesia memiliki hak, kewajiban, dan tanggung jawab dalam berperan serta mengembangkan penyelenggaraan penyiaran nasional. 2) Organisasi nirlaba, lembaga swadaya masyarakat, perguruan tinggi, dan kalangan pendidikan, dapat mengembangkan kegiatan literasi dan/atau pemantauan Lembaga Penyiaran. 3) Masyarakat dapat mengajukan keberatan terhadap program dan/atau isi siaran yang merugikan.

Pasal Partisipasi UU ITE No. 11 Tahun 2011 Pasal 41 1) Masyarakat dapat berperan meningkatkan pemanfaatan Teknologi Informasi melalui penggunaan dan Penyelenggaraan Sistem Elektronik dan Transaksi Elektronik sesuai dengan ketentuan Undang-Undang. 2) Peran masyarakat dapat diselenggarakan melalui lembaga yang dibentuk oleh masyarakat. 3) Lembaga dapat memiliki fungsi konsultasi dan mediasi.

Pasal 3 UU KIP Tujuan b. mendorong partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan kebijakan publik; c. meningkatkan peran aktif masyarakat dalam pengambilan kebijakan publik dan

Kondisi Faktual Masyarakat tidak tahu hak partisipasi; Masyarakat tahu hak partisipasi, tetapi tidak tahu cara penggunaannya; Masyarakat tahu hak partisipasi, tahu cara penggunaannya, tetapi tidak punya kemampuan; Masyarakat tahu partisipasi, tahu cara penggunaannya, memiliki kemampuan, tetapi trauma; Masyarakat tahu partisipasi, tahu cara penggunaannya, memiliki kemampuan, tidak trauma, tetapi berhadapan dengan sistem yang buruk.

AKIBATNYA 1. Perumusan kebijakan publik tidak akan memenuhi hak-hak rakyat secara menyeluruh 2. Kebijakan publik bisa jadi tidak sesuai dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat 3. Kebijakan publik tidak sejalan, bahkan bertentangan dengan nilai-nilai budaya masyarakat

Kekuatan dan Kelemahan Perencanaan Partisipatif Kekuatan (Adams, 2004; Layzer, 2002) : Berperan memelihara sistem demokrasi lokal Menunjukkan dukungan Mengkritisi isu kebijakan Menyusun agenda kebijakan Menunda pengesahan/pemberlakuan suatu kebijakan Mengembangkan jaringan antar dan antara warga dengan pejabat terpilih Menghasilkan solusi lestari dan peduli lingkungan Kelemahan (Irvin & Stansbury, 2004) : Pemborosan sumber daya dalam pembuatan kebijakan (dalam masyarakat kurang ideal) Tidak efektif sebagai persuasi rasional (dalam kondisi tertentu) Tergantung karakter/sifat stakeholders

PILAR PARTISIPASI Access to Information 1. Hak rakyat utk memperoleh informasi 2. Kewajiban pejabat publik utk menyediakan informasi Public Participation in decision making (pengambilan keputusan, pelaksanaan, pemantauan, pengawasan, evaluasi, penerimaan manfaat) Access to Justice (sistem hukum) The Aarthus Convention PBB,1998

ACCESS TON INFORMATION=TRANSPARANSI Efektivitas Kontrol terhadap Perumus Kebijakan; Berfungsinya Sistem checks and balances; Mengurangi Korupsi; Efektivitas Layanan Publik. Kristiansen,2006

PARTISIPASI=TRANSPARANSI Hak utk Mengetahui (right to know) Hak utk Memikirkan (right to think) Hak utk Menyatakan Pendapat (right to speech) Hak utk Mempengaruhi Pengambilan Keputusan (right to participate un decision making process) Hak utk Mengawasi Pelaksanaan Keputusan (right to wacht in implementing of the decision)

UU KIP UU Penyiaran Hak Mengetahui Hak Berpendapat Hak Memikirkan Hak Memengaruh i & Mengawasi UU Pers UU ITE