BAB I PENDAHULUAN. dasar sekaligus kekayaan suatu bangsa, sedangkan sumber-sumber modal dan

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 67/Permentan/OT.140/11/2007. TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN Dl SEKOLAH PERTANIAN PEMBANGUNAN

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI AL-KAMAL

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2008 TENTANG PENDANAAN PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

STANDAR PEMBIAYAAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai makhluk hidup memerlukan mahkluk lain untuk berkomunikasi dan

STANDAR PEMBIAYAAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL

BAB I PENDAHULUAN. nasional bertumpu pada tiga tema, yaitu : 1. Pemerataan dan perluasan akses.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

STANDAR PEMBIAYAAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL SEKOLAH TINGGI MULTI MEDIA

BAB I PENDAHULUAN. tantangan, perubahan dan tututan masyarakat 2. Pendidikan yang diyakini

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH DAERAH

BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. perannya yang signifikan dalam mencapai kemajuan di berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. sekolah. Biaya pendidikan memiliki peranan yang sangat menentukan dalam

STANDAR PEMBIAYAAN PEMBELAJARAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan secara formal dilakukan, memiliki sistem yang kompleks dan dinamis.

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PETUNJUK TEKNIS BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH

Tahun), sampai saat ini pemerintah masih dihadapkan pada berbagai

BAB I PENDAHULUAN. UNNES PRESS, 2005), hlm. 51. hlm.2. 1 Achmad Sugandi, dkk, Teori Pembelajaran, (Semarang: UPT

SALINAN BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 23 TAHUN No. 23, 2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. harkat dan martabat manusia dapat ditingkatkan. Melalui pendidikan manusia

Komponen kelembagaan sekolah; kurikulum, proses dan hasil belajar, administrasi dan manajemen satuan pendidikan, organisasi kelembagaan satuan

KEBIJAKAN NON AKADEMIK UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA TAHUN JAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. pesat menuntut setiap negara untuk menghasilkan SDM yang berkualitas dan

Standar kopetensi Pendidikan oleh Fauzan AlghiFari / / TP-B

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 728 TAHUN 2012 TENTANG PENDIRIAN DAN PERUBAHAN SATUAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

VISI DAN MISI POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

Universitas Respati Yogyakarta. Jln. Laksda Adi Sucipto KM 6.3 Depok Sleman Yogyakarta Telp : ; Fax :

BAB I PENDAHULUAN. umumnya, kegiatan manajemen keuangan dilakukan melalui proses

BAHAN AJAR (MINGGU KE 1) MATA KULIAH EVALUASI PEMBELAJARAN FISIKA STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN (SNP)

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KEDOKTERAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu kunci penanggulangan kemiskinan dalam jangka

BAB I PENDAHULUAN. mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas ekonomi dan tugas

BAB I PENDAHULUAN. menuju pemerintahan daerah yang demokratis dan pembangunan yang

MANAJEMEN KEUANGAN PENGERTIAN MANAJEMEN KEUANGAN. Kegiatan pengelolaan keuangan dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan pengawasan

STANDAR PEMBIAYAAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL SEKOLAH TINGGI MULTI MEDIA

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

Item Penilaian INSTRUMEN AKRTEDITASI MANAJEMEN PEMBIAYAAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sedang berada di tengah masa transformasi dalam hubungan antara

GUBERNUR RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PEMBERIAN BANTUAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Undang-Undang Dasar (UUD) Tahun 1945 mengamanatkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. bagian utama untuk suatu Negara yang ingin maju dan ingin menguasai

BAB I PENDAHULUAN. Pendapatan dan Belanja Sekolah (APBS). Penyusunan APBS seharusnya. dilakukan dalam waktu singkat sekitar satu bulan sebelum tahun

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN UNTUK RAKYAT

WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 17 TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memenuhi amanat Undang Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 21 TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. adalah kebijakan pendanaan untuk meningkatkan mutu pendidikan Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses untuk meningkatkan, memperbaiki,

BAB I PENDAHULUAN. yang maju, modern dan sejahtera. Sejarah bangsa-bangsa telah menunjukkan bahwa bangsa yang

Standar Pembiayaan STIKES HARAPAN IBU

I. PENDAHULUAN. yang maju dan mandiri. Kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah dalam usaha

Era globalisasi menyebabkan terjadinya perubahan yang sangat cepat pada

BAB I PENDAHULUAN. Studi tentang..., Aris Roosnila Dewi, FISIP UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. Guru dalam proses pembelajaran di kelas memainkan peran penting terutama

BAB IV PERANCANGAN STANDAR BELANJA DAN PEMBANDINGAN DENGAN ANGGARAN

WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR 22 TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. telah berperan secara signifikan dalam percepatan pencapaian program wajar 9

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

KOMPILASI POIN-POIN PENTING ATURAN TENTANG PEMBIAYAAN PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. Kebebasan ini dalam artian bahwa karena lapangan retribusi daerah berhubungan

Indonesia T a h u n Nomor 5, T a m b a h a n Lembaran Negara Republik Indonesia N o m o r 4355);

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian Pendidikan merupakan hak setiap warga negara (UUD 1945 Pasal 29)

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 36 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PROGRAM BANJAR CERDAS JENJANG PENDIDIKAN MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

12. Pengelolaan Efisiensi dan efektivitas pembiayaan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Chynthia Paramitha, 2015

Oleh : Sri Handayani NIM K

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 79 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. komponen yang saling berkaitan. Empat komponen yang di maksud adalah

KANTOR PENJAMINAN MUTU INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

BAB 1 PENDAHULUAN. terkecuali, Pemerintah Indonesia dalam Undang-undang Dasar Republik. Tentang Sistem Pendidikan Nasional yang merupakan dasar hukum

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di Indonesia telah digariskan dalam undang-undang Republik

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Pendidikan dasar merupakan suatu proses transformasi yang terencana dan

STANDAR NON AKADEMIK UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA TAHUN JAKARTA

BAB V KEMISKINAN DAN PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan dalam

STANDAR 8 STANDAR PEMBIAYAAN PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia saat ini tidak terlepas dari masalah dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. khususnya melalui Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) terus

BAB I PENDAHULUAN. akan dilakukan perubahan dari dana APBN menjadi dana perimbangan. yang dilakukan melalui mekanisme transfer ke daerah dalam bentuk

ANALISIS DAMPAK AKREDITASI SEKOLAH DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN (Studi Kasus Di SD Negeri Donohudan 3 Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh besar kecilnya pendapatan asli daerah (PAD) dibandingkan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terkandung dalam analisis makro. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik

BAB I PENDAHULUAN. berkedaulatan rakyat dalam suasana perikehidupan bangsa yang aman,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah faktor penting untuk mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Pendidikan juga merupakan sarana strategis guna peningkatan mutu sumber daya manusia baik dalam pembangunan suatu bangsa maupun dalam tatanan global. Sumber daya manusia menjadi modal dasar sekaligus kekayaan suatu bangsa, sedangkan sumber-sumber modal dan materi merupakan faktor-faktor produksi yang hanya dapat diaktifkan oleh sumber daya manusia. Pendidikan menurut Fattah (2012: 14) menjelaskan bahwa, pendidikan merupakan rumusan dari sebagai proses pengembangan dari latihan yang mencakup aspek pengetahuan (knowledge), ketrampilan (skill), dan kepribadian (character), yang diterapkan dalam suatu bentuk formula (persekolahan) kegiatan pendidikan mencakup proses dalam menghasilkan (production) dan transfer (distribution) ilmu pengetahuan yang dilakukan oleh individu atau organisasi belajar (learning organization). Pendidikan berdasarkan definisi diatas mengandung pengertian yang luas, karena pendidikan terdiri dari unsur-unsur pendidikan yang terkait satu dengan yang lain. Pendidikan merupakan suatu sistem yang saling terkait antara unsur-unsur yang lain. Pengajaran, pengetahuan, peserta didik serta media pengajaran dinamakan unsur-unsur pendidikan. Pendidikan mempunyai pengertian yang luas dari pada pengajaran karena dalam pendidikan tidak hanya ditekankan pada aspek intelektual saja tetapi mencakup proses 1

2 pembinaan kepribadian siswa secara menyeluruh. Untuk menghasilkan pendidikan yang berkualitas dalam dunia pendidikan dibutuhkan proses latihan dan pengembangan yang mencakup unsur pengetahuan, keterampilan dan kepribadian. Terdapat sejumlah faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi sekaligus merupakan potensi sumber daya pendidikan. Faktor internal berkaitan dengan pengelolaan sumber daya manusia, sumber dana, sarana dan prasarana. Sedangkan, faktor eksternal berkenaan dengan masyarakat, kebijakan pemerintah, perekonomian, sosial-budaya, politik, serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pendidikan yang berkualitas sangat membutuhakan anggaran biaya pendidikan. Dalam penyelenggaraan pendidikan biaya merupakan unsur yang sangat penting. Penentuan besarnya biaya pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam penyelenggaraan pendidikan. Sejumlah biaya yang dikeluarkan baik oleh individu peserta didik, keluarga yang menyekolahkan anak, warga masyarakat perorangan, kelompok masyarakat maupun yang dikeluarkan pemerintah untuk kelancaran pendidikan adalah pengertian biaya pendidikan menurut Suhardan (2012: 22). Pembiayaan pendidikan menurut Matin (2014; 4) merupakan suatu proses mengalokasikan sumber-sumber pada kegiatan-kegiatan atau program-program pelaksanaan operasional pendidikan atau dalam proses belajar mengajar dikelas. Hal ini meliputi perencanaan, anggaran pendidikan, biaya pendidikan, pelaksanaan anggaran pendidikan,

3 akuntansi dan pertanggungjawaban keuangan pendidikan serta pemeriksaan dan pengawasan anggaran pendidikan. Secara garis besar biaya pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya operasi, dan biaya personal seperti yang tercantum dalam PP nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan (SPN). Biaya investasi satuan pendidikan meliputi biaya penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan sumber daya manusia, dan modal kerja tetap. Biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan adalah biaya personal. Sedangkan biaya yang meliputi gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang melekat pada gaji, bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, dan biaya operasi pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dan lain sebagainya merupakan biaya operasi satuan pendidikan. Ketercapaian tujuan pendidikan yang memerlukan sejumlah investasi dari anggaran pemerintah dan dana masyarakat tergantung pada kekuangan dari pembiayaan pendidikan. Investasi tersebut harus dikelola secara efektif dan efisien serta diarahkan langsung terhadap pencapaian tujuan. Hal ini merupakan kegiatan kepala sekolah untuk mengatur penerimaan keuangan, pengalokasian, dan pertanggungjawaban keuangan untuk menunjang pelaksanaan program pengajaran. Ada 3 kegiatan yang ada dalam pengelolaan biaya pendidikan mencakup tiga hal, adalah: perencanaan biaya pendidikan,

4 pelaksanaan pengelolaan biaya pendidikan, dan evaluasi pengelolaan biaya pendidikan. Sekolah merupakan rangkaian komponen yang saling terkait, dan membutuhkan masukan dari lingkungan untuk melakukan proses transformasi serta mengeluarkan hasil. Kebutuhan terhadap masukan dan pengeluaran adalah hal yang tidak dapat dipisahkan lagi, karena antara sekolah, masyarakat dan lingkungan saling ketergantungan. Masukan terhadap sistem sekolah mencakup perangkat lunak, keras, dan manusia yang selaras dengan perkembangan lingkungan. Hal inilah yang akan memberikan konsekuensi dalam proses transformasi sistem sesuai dengan tuntutan lingkungan terhadap keluaran. Berdasarkan perkembangan dunia dalam bidang pendidikan bahwa masalah pembiayaan menjadi masalah yang cukup pelik untuk dipikirkan oleh para pengelola pendidikan. Masalah tersebut menyangkut masalah tenaga pendidik, proses pembelajaran, sarana prasarana, pemasaran dan aspek lain yang terkait dengan masalah keuangan. Dan fungsi pembiayaan tidak mungkin dipisahkan dari fungsi lainnya dalam pengelolaan sekolah. Dalam penyelenggaraan biaya pendidikan di sekolah adalah salah satu komponen masukan instrumental input yang sangat penting. Hampir tidak ada pendidikan yang dapat mengabaikan peranan biaya, sehingga dapat dikatakan bahwa proses pendidikan tidak akan berjalan tanpa biaya. Biaya dalam pengertian ini memiliki cakupan yang luas, yakni semua jenis pengeluaran yang berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan, baik dalam

5 bentuk uang maupun barang dan tenaga. Ada dua sisi yang saling berkaitan dalam anggaran biaya pendidikan, yaitu sisi anggaran penerimaan dan anggaran pengeluaran untuk mencapai tujuan pendidikan. Berdasarkan fakta di lapangan yang dilakukan mengungkapkan bahwa sekolah tidak terlepas dari pengelolaan pembiayaan karena dibutuhkan untuk operasional sekolah mulai dari penggajian tenaga pendidik, TU sampai menambah/memperbaiki fasilitas sekolah guna meningkatkan kualitas dan kuantitas sekolah itu sendiri, dan untuk, membiayai kebutuhan sekolah yang lain. Pihak sekolah mengakui bahwa untuk menjalankan itu semua para orang tua diharapkan dapat berpartisipasi dalam melaksanakan tujuan sekolah yang dalam hal ini adalah masalah pembiayaan. Maka dari itu, dapat dikatakan sentral masalah dalam pengelolaan kegiatan pendidikan adalah pembiayaan pendidikan. Ketidak mampuan suatu lembaga untuk menyediakan biaya, akan menghambat proses belajar mengajar. Hal ini menyebabkan hilangnya kepercayaan pada suatu lembaga. Namun, bukan berarti bahwa apabila tersedia biaya pendidikan yang berlebihan akan menjamin bahwa pengelolaan sekolah akan lebih baik dan berkualitas. Pada tingkat sekolah (satuan pendidikan), pembiayaan pendidikan diperoleh dari subsidi pemerintah pusat, pemerintah daerah, iuran siswa, dan sumbangan masyarakat. Sejauh tercatat dalam Rencana Anggaran Kegiatan Sekolah (RAKS), sebagian besar biaya pendidikan di tingkat sekolah berasal dari pemerintah pusat, sedangkan pada sekolah swasta berasal dari para siswa atau yayasan.

6 Sekolah Menengah Pertama yang disingkat dengan SMP merupakan jenjang pendidikan dasar pada pendidikan formal di Indonesia setelah lulus sekolah dasar (atau sederajat). Sekolah menengah pertama ditempuh dalam waktu 3 tahun, mulai dari kelas 7 sampai kelas 9. Saat ini Sekolah Menengah Pertama menjadi program Wajar 9 Tahun (SD, SMP). Lulusan sekolah menengah pertama dapat melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah atas atau sekolah menengah kejuruan (atau sederajat). Pelajar sekolah menengah pertama umumnya berusia 13-15 tahun. Pendidikan dasar di Indonesia wajib bagi warga negara yang berusia 7 15 tahun, yakni sekolah dasar (atau sederajat) 6 tahun dan sekolah menengah pertama (atau sederajat) 3 tahun. Sekolah menengah pertama diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta. Sejak diberlakukannya otonomi daerah pada tahun 2001, pengelolaan sekolah menengah pertama negeri di Indonesia yang sebelumnya berada di bawah Kementerian Pendidikan Nasional, kini menjadi tanggung jawab pemerintah daerah kabupaten/kota. Sedangkan Kementerian Pendidikan Nasional hanya berperan sebagai regulator dalam bidang standar nasional pendidikan. Secara struktural, sekolah menengah pertama negeri merupakan unit pelaksana teknis dinas pendidikan kabupaten/kota. Pada jenjang ini, peserta didik sudah diperkenalkan terhadap materi pembelajaran.; Jenjang ini mengajarkan siswa untuk mulai mempelajari sesuatu secara formal. Jenjang selanjutnya adalah jenjang sekolah menengah pertama. Pada jenjang ini siswa sudah bisa diajak untuk menyelesaikan masalah dalam pelajaran. Jenjang terakhir adalah jenjang sekolah menengah atas atau biasa disingkat SMA. Pada jenjang ini siswa sudah

7 bisa diajak untuk menggunakan logika dan memilih jurusan sesuai dengan keinginan. Tingginya biaya pendidikan yang ditanggung orang tua disebabkan banyaknya komponen biaya pendidikan yang menjadi beban orang tua, seperti biaya transportasi bagi siswa, biaya pembelian seragam, pembayaran SPP, dan lainnya. Alokasi anggaran pendidikan dari pemerintah lebih banyak dialokasikan untuk komponen biaya penunjang, yang menyangkut penyediaan sarana dan prasarana, seperti gaji guru, pengembangan fisik sekolah, serta pengadaan buku pelajaran. Pengelolaan pembiayaan di SMP Negeri 1 Grobogan secara umum sebenarnya telah dilakukan dengan baik. Biaya pendidikan di SMP Negeri 1 Grobogan hanya bersumber pada BOS saja, tetapi pencairan dana BOS dari pemerintah sering terjadi keterlambatan untuk mengatasinya dengan cara meminjam tabungan siswa, setelah dana dari pemerintah turun baru dikembalikan kepada pemegang tabungan. Hanya kadar substansi pelaksanaannya yang beragam antara sekolah yang satu dengan yang lainnya. Adanya keragaman ini bergantung kepada besar kecilnya tiap sekolah, letak sekolah dan julukan sekolah. Pada sekolah-sekolah biasa yang daya dukung masyarakatnya masih tergolong rendah, pengelolaan pembiayaan pendidikan pun masih sederhana. Sedangkan, pada sekolah-sekolah biasa yang daya dukung masyarakatnya besar, tentu saja pengelolaan pembiayaan cenderung lebih rumit.

8 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah perencanaan biaya pendidikan di SMP Negeri 1 Grobogan? 2. Bagaimanakah realisasi biaya pendidikan di SMP Negeri 1 Grobogan? 3. Bagaimanakah pertanggungjawaban biaya pendidikan di SMP Negeri 1 Grobogan? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mendiskripsikan perencanaan biaya pendidikan di SMP Negeri 1 Grobogan. 2. Untuk mendiskripsikan realisasi biaya pendidikan di SMP Negeri 1 Grobogan. 3. Untuk mendiskripsikan pertanggungjawaban biaya pendidikan di SMP Negeri 1 Grobogan. D. Manfaat Penelitian Sesuai dengan hasil penelitian yang dilaksanakan, penulis mengharapkan akan memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Teoretis Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan kajian untuk mendalami dan mengembangkan konsep atau teori tentang pengelolaan pembiayaan pendidikan dan bahan acuan bagi para peneliti berikutnya, terutama yang berminat meneliti tentang hal-hal yang berkaitan dengan

9 penganggaran, pengalokasian, pengawasan, dan pertanggungjawaban pembiayaan pendidikan di sekolah. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi sekolah khususnya yang berkaitan dengan pengelolaan pembiayaan pendidikan, pemanfaatan dana secara efisien dan mengalokasikannya secara tepat sesuai dengan skala prioritas sehingga mendukung kinerja yang efektif. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang pengelolaan biaya pendidikan bagi pengelola satuan pendidikan dan pembuat kebijakan, pengelola sekolah mengelola dana pendidikan secara efisien dan efektif, dan pemerintah pusat dan daerah meningkatkan anggaran pendidikan guna peningkatan mutu pendidikan.