BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah kebutuhan utama dan mendasar bagi kehidupan manusia. Kesehatan merupakan kondisi sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang produktif secara ekonomis (Pasal 1 point (1) UU Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan). Maka kesehatan adalah dasar diakuinya derajat kemanusiaan. Tanpa kesehatan, seseorang menjadi tidak sederajat secara kondisional dan tidak akan mampu memperoleh hak-haknya yang lain. Seseorang yang tidak sehat dengan sendirinya akan berkurang haknya atas hidup, tidak bisa memperoleh dan menjalani pekerjaan yang layak, tidak bisa menikmati haknya untuk berserikat dan berkumpul serta mengeluarkan pendapat, dan tidak bisa memperoleh pendidikan demi masa depannya. Pentingnya kesehatan sebagai hak asasi manusia dan sebagai kondisi yang diperlukan untuk terpenuhinya hak-hak lain telah diakui secara internasional. (http://makalahplus.blogspot.co.id/2013/08/kesehatan-sebagai-hak-asasimanusia.html) Millenium Development Goals (MDGs) atau Tujuan Pembangunan Milenium adalah salah satu contoh bukti pengakuan dan perhatian dunia internasional terhadapat hak atas kesehatan bagi setiap warga negara. Deklarasi Milenium merupakan hasil kesepakatan kepala negara dan perwakilan dari 189 1
2 negara Perserikatan Bangsa-bangsa yang dimulai pada September tahun 2000. Pemerintah Indonesia turut menghadiri pertemuan puncak dan menandatangani Deklarasi Millenium tersebut. Isi dari deklarasi tersebut adalah komitmen negara masing-masing dan komunitas internasioanl untuk mencapai delapan butir yang menjadi tujuan MDGs. (https://id.wikipedia.org/wiki/tujuan_pembangunan_- Milenium). Delapan butir yang menjadi tujuan MDGs dapat dilihat dalam tabel dibawah ini: Tabel 1.1 Delapan butir tujuan MDGs No Butir Tujuan MDGs 1 Menanggulangi kemiskinan dan kelaparan 2 Mencapai pendidikan dasar untuk semua 3 Mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan 4 Menurunkan angka kematian anak 5 Meningkatkan kesehatan ibu 6 Memerangi HIV/AIDS, malaria, dan penyakit menular lainnya 7 Memastikan kelestarian lingkungan hidup 8 Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/tujuan_pembangunan_milenium Dari delapan butir tujuan MDGs diatas, tujuan ke empat adalah menurunkan angka kematian anak. Anak merupakan generasi penerus dan penentu masa depan. Karena itu kesehatan anak perlu mendapatkan perhatian sedini mungkin bahkan mulai sejak masih dalam kandungan.
3 Gizi merupakan salah satu faktor penting yang perlu diperhatikan dalam menjaga kesehatan balita atau anak. Oleh karena itu masalah kesehatan gizi pada balita anak harus diprioritaskan. Gizi sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan, perkembangan intelektual dan produktivitas. Jika masalah gizi buruk atau kurang gizi dibiarkan, maka dapat mempengaruhi kualitas sumber daya manusia dimasa sekarang yang secara tidak langsung juga berpengaruh pada sumber daya tenaga kerja dimasa mendatang yang dapat membuat produktivitas suatu bangsa menurun. Padahal, harapan kemajuan bangsa ini ada ditangan generasi penerus bangsa. Suatu bangsa akan semakin terpuruk karena buruknya kualitas sumber daya manusia. Dengan SDM yang berkualitas tersebut maka suatu bangsa akan memiliki daya saing dirancah global, yang tentunya akan menjadi faktor pendukung yang sangat kuat dalam memajukan suatu daerah bahkan suatu bangsa. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) di bidang kesehatan 2010-2015 telah ditetapkan salah satu sasaran pembangunan yang akan dicapai adalah menurunkan prevalensi gizi kurang menjadi setinggitingginya 15%. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 secara Nasional diperkirakan persentase balita gizi buruk dan kurang sebesar 19,6%. Gambaran kondisi gizi buruk dan gizi kurang pada balita di Indonesia menurut berat badan per umur (BB/U) dapat dilihat dari data Reskesdas dibawah ini :
4 Gambar 1.1 Persentasi gizi buruk dan gizi kurang balita di Indonesia menurut (BB/U) 15 13 11 9 7 5 Gizi Buruk Gizi Kurang 3 1-1 2007 2010 2013 Sumber : (www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatingizi.pdf data balita gizi buruk tahun 2014) Dari diagram diatas tercatat bahwa pada tahun 2013 jumlah balita gizi buruk dan gizi kurang mengalami peningkatan. Jumlah balita gizi buruk pada tahun 2007 tercatat 5,4%, tahun 2010 turun menjadi sebesar 4,9%, dan pada tahun 2013 kembali mengalami peningkatan sebesar 5,7%. Untuk jumlah balita gizi kurang pada tahun 2007 dan 2010 sama yaitu 13,0%, sedangkan pada tahun 2013 mengalami peningkatan menjadi 13,9%. Dalam menanggapi permasalahan gizi buruk dan gizi kurang balita di Indonesia, pemerintah menetapkan program Perbaikan Gizi Masyarakat. Program Perbaikan Gizi Masyarakat dilaksanakan diseluruh Indonesia. Tidak terkecuali di kota Surakarta. Di Surakarta kegiatan dalam pelaksanaan program
5 perbaikan gizi masyarakat mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 23 tahun 2014 dan pilar pertama rencana aksi nasional dari pemerintah yaitu perbaikan gizi masyarakat terutama pada ibu pra - hamil, ibu hamil, dan anak melalui peningkatkan ketersediaan dan jangkauan pelayanan kesehatan berkelanjutan difokuskan pada intervensi gizi efektif pada ibu pra - hamil, ibu hamil, bayi, dan anak baduta. Perbaikan gizi masyarakat ini diutamakan pada ibu pra hamil, ibu hamil, bayi dan balita karena mereka merupakan sasaran rawan kesehatan. Beberapa kegiatan dan upaya yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan dalam program perbaikan gizi masyarakat dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 1.2 Jenis kegiatan Dinas Kesehatan pada Program Perbaikan Gizi Masyarakat dan upayanya No Jenis Kegiatan 1 Perbaikan gizi pada bayi dan balita Upaya Upaya yang Dilakukan Sosialisasi pentingnya penyediaan menu dengan gizi seimbang kepada kader-kader posyandu Peningkatan cakupan keluarga sadar gizi dengan optimalisasi pendataan Pemberian makanan tambahan bagi bayi dan balita pada program posyandu Pemberian makanan pendamping asi untuk balita di daerah bencana 2 Pemberian tablet Fe bagi ibu hamil Pemberian tablet Fe bagi ibu hamil minimal 90 tablet
6 3 Bayi, balita dan ibu Pemberian vitamin A pada bayi, balita, dan ibu nifas mendapat nifas dilaksanakan pada program posyandu yang kapsul vitamin A tersebar di wilayah Surakarta dengan total 602 posyandu 4 Pemberian asi eksklusif Kegiatan Kelompok Pendukung Ibu ( KP-Ibu ) Advokasi Insiasi Menyusu Dini ( IMD ) ke sarana pelayanan kesehatan Sumber : (Profil Kesehatan Kota Surakarta Tahun 2014) Saat ini salah satu yang masih menjadi masalah dan target sasaran dari program Perbaikan Gizi Masyarakat kota Surakarta adalah menurunkan persentase balita gizi buruk dari 0,05% pada tahun 2009 menjadi 0,02% pada tahun 2015, dan menurunkan persentase balita gizi kurang dari 6,8% pada tahun 2009 menjadi 5% pada tahun 2015. Berdsarkan data status gizi balita tahun 2014 yang diperoleh dari hasil penimbangan serentak yang dilakukan pada bulan November 2014 dari 602 posyandu di Surakarta berdasarkan rekap hasil pengukuran status gizi diketahui bahwa tidak diketemukan balita dengan status gizi buruk (0%), sama seperti tahun 2013 sebelumnya sebesar 0%. Sedangkan balita dengan status gizi kurang sebesar 3,25% mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya 2013 yaitu 3,72%. Jika diangkakan dalam jumlah sebenarnya 3,25% dari balita dengan status gizi kurang adalah sebanyak 923 balita dari total 28.377 balita ditimbang. Surakarta telah memenuhi target prevalensi RPJMN dibawah 15%, namun angka balita dengan status gizi kurang masih cukup besar. Selian itu permasalahan gizi lain pada bayi dan balita yaitu
7 gizi lebih yang mengalami peningkatan dari tahun 2013 yaitu 1,61% menjadi 1,89 ditahun 2014% (Profil Kesehatan Kota Surakarta Tahun 2014) Dalam pencapaian tujuan Program Perbaikan Gizi Masyarakat pemerintah kota Surakarta tidak luput dari hambatan ataupun penyimpangan lain seperti banyaknya keluarga yang belum menerapkan pola makan gizi seimbang, sehingga masih dijumpai balita dengan status gizi kurang. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pendataan PHBS Rumah Tangga tahun 2014, keluarga sadar gizi di Surakarta mencapai 84% dari jumlah keluarga yang didata sebanyak 91.951 KK. Jika dilihat dari hasil pendataan tersebut, maka keluarga yang belum menerapkan pola makan gizi seimbang masih cukup tinggi mencapai 15,9%. Dari latar belakang diatas peneliti tertarik untuk mengevaluasi efektivitas pelaksanaan program Perbaikan Gizi Masyrakat, sehingga program ini dapat menjamin kesejahteraan masyarakat, terutama bagi anak dan balita dalam mendapatkan perbaikan gizi agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk membahas permasalahan ini dan melakukan penelitian dengan judul Efektivitas Pelaksanaan Program Perbaikan Gizi Masyarakat Pada Bayi dan Balita Di Kota Surakarta. A. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian yang sudah dijelaskan pada latar belakang masalah diatas, maka yang menjadi pokok masalah yang akan dibahas dalam penulisan ini adalah Bagaimana Efektivitas Pelaksanaan Program Perbaikan Gizi Masyarakat Pada Bayi dan Balita Di Kota Surakarta?
8 B. Tujuan Penelitian Berdasarkan masalah yang dirumuskan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Efektivitas Pelaksanaan Program Perbaikan Gizi Masyarakat Pada Bayi dan Balita Di Kota Surakarta. C. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Menambah pengetahuan tentang teori sosial yang berkaitan dengan Efektivitas Program b. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan referensi atau informasi ilmiah bagi penelitian-penelitian berikutnya c. Memberikan sumbangan ilmu pengetahuan dalam pelaksanaan program yang efektif dan efisien untuk pengembangan program lainnya. 2. Manfaat Praktis a. Memberikan gambaran tentang Efektivitas Pelaksanaan Program Perbaikan Gizi Masyarakat Di Kota Surakarta. b. Menambah pengetahuan dan wawasan bagi penulis maupun pembaca mengenai Program Perbaikan Gizi Masyarakat Di Kota Surakarta. c. Memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.