PEMETAAN MASALAH DAN PEMBERIAN KONSELING BAGI MAHASISWA DENGAN INDEKS PRESTASI RENDAH. Shanty Sudarji Linda Dina Argitha ABSTRACT

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. menjalani jenjang pendidikan di universitas atau sekolah tinggi (KBBI, 1991). Dalam

BAB I PENDAHULUAN. inteligensi adalah faktor utama yang menentukan academic performance. Para

BAB I PENDAHULUAN. Berikutnya adalah sekolah, gereja, teman sebaya, dan televisi. Suatu survei di tahun

BAB I PENDAHULUAN. sehingga jenjang pendidikan sangat penting. Di negara-negara maju, para

MASALAH-MASALAH YANG DIHADAPI PESERTA DIDIK DALAM PERENCANAAN KARIR DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PELAYANAN BIMBINGAN KARIR

LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING ANAK USIA DINI

PENERAPAN PENDEKATAN PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA KULIAH DASAR-DASAR AKUNTANSI II PADA POKOK BAHASAN ASET TETAP

PERANAN GURU MATA PELAJARAN DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR PESERTA DIDIK YANG MEMPEROLEH HASIL BELAJAR RENDAH

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan keahlian atau kompetensi tertentu yang harus dimiliki individu agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan formal maupun nonformal. mempermudah mendapatkan pekerjaan. Berdasarkan data dari Badan

Tersedia online di EDUSAINS Website: EDUSAINS, 7 (2), 2015,

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS IV SEMESTER 2 SD

UPAYA PENINGKATAN LAYANAN BIMBINGAN BELAJAR UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR

Kata Kunci: Pengembangan Model, Bimbingan akademik dan Konseling, Penelitian pengembangan, Politeknik Negeri Bali

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS LINGKUNGAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA SIL. MIKRO KONSELING

BAB I PENDAHULUAN. yang melibatkan respon-respon mental dan tingkah laku, di mana individu

BAB I PENDAHULUAN. Situasi global membuat kehidupan semakin kompetitif dan membuka

EFFORTS TO IMPROVE STUDENT LEARNING ACTIVITIES THROUGH THE PROVISION OF INFORMATION SERVICES IN SMPN 2 METRO IN LESSON 2013/2014.

PENGARUH KOMPETENSI PROFESIONAL GURU AKUNTANSI TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI SMA SWASTA SE-KOTA PEKANBARU

BAB I PENDAHULUAN. informal (seperti pendidikan keluarga dan lingkungan) dan yang terakhir adalah

ABSTRAK Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha

PENERAPAN METODE INKUIRI DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

PEROLEHAN SISWA SETELAH MENGIKUTI LAYANAN KONSELING PERORANGAN

PENGARUH MANAJEMEN KELAS DAN KEAKTIFAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. ilmunya dalam dunia pendidikan hingga tingkat Perguruan Tinggi. Dalam jenjang

ARTIKEL PENELITIAN PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV PADA PEMBELAJARAN IPS DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DI SD NEGERI 03 SUAYAN TINGGI

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan. Remaja merupakan generasi penerus yang diharapkan dapat. memiliki kemandirian yang tinggi di dalam hidupnya.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN IPS DIKELAS VII 1 SMP PERTIWI SITEBA PADANG TAHUN PELAJARAN 2013/ 2014

STRATEGI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA MATERI LISTENING BAHASA INGGRIS SISWA KELAS IX.E SMP NEGERI I BAJENG

Vol 2 No 2 Bulan Desember 2017 Jurnal Silogisme Kajian Ilmu Matematika dan Pembelajarannya

PENERAPAN METODE INKUIRI DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam dunia pendidikan, pada setiap jenjang pendidikan, baik itu Sekolah

MASALAH BELAJAR SISWA DAN PENANGANANNYA

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)

BAB I PENDAHULUAN. impian masa depan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE (TTW) SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

Kata Kunci: pendekatan SAVI melalui metode eksperimen, aktivitas belajar siswa dan hasil belajar siswa

PENINGKATAN KEDISIPLINAN MASUK SEKOLAH MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK PADA SISWA KELAS XI IPS 1 SEMESTER 2 SMA 1 KUDUS TAHUN PELAJARAN 2009 / 2010

Ijer.web.id Indonesian Journal on Education and Research - Volume 2 No

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat setiap orang berlomba-lomba

EFEKTIVITAS LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR PESERTA DIDIK DI KELAS X SMA NEGERI 1 PAINAN

Sigit Sanyata

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS DAN MIND MAPPING

BAB I PENDAHULUAN. karena dengan belajar manusia dapat berkembang dan berubah dalam sikap dan

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SEARCH SOLVE CREATE SHARE (SSCS) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII-2 SMP NEGERI 13 PEKANBARU

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk

PENGGUNAAN METODE MIND MAP DENGAN MEDIA VISUAL DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS IV SDN PATEMON GOMBONG TAHUN AJARAN 2013/2014

KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK ADLER UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN INTERPERSONAL SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. universitas, institut atau akademi. Sejalan dengan yang tercantum pasal 13 ayat 1

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia diharapkan memiliki kemampuan untuk beradaptasi

Sarinawati Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 3 Bahorok Surel :

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. education). Pendidikan sangat penting bagi peningkatan kualitas sumber daya

ANALISIS KOMPARASI KINERJA MAHASISWA AKUNTANSI DAN MAHASISWA NON AKUNTANSI PERGURUAN TINGGI SWASTA DI BOGOR (KASUS PADA STIE KESATUAN BOGOR)

MASALAH BELAJAR PESERTA DIDIK YANG TIDAK TINGGAL DENGAN ORANG TUA (Suatu Kajian di SMA Negeri I Rao Kabupaten Pasaman) E-JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. menyadari pentingnya memiliki pendidikan yang tinggi. Untuk mengikuti perkembangan

Kemampuan Komunikasi Dan Pemahaman Konsep Aljabar Linier Mahasiswa Universitas Putra Indonesia YPTK Padang

HUBUNGAN KESIAPAN BELAJAR SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR. Dessy Mulyani 1)

BAB I PENDAHULUAN. dunia kerja nantinya. Perguruan Tinggi adalah salah satu jenjang pendidikan setelah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sri Murni, 2014 Program bimbingan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa

HUBUNGAN GAYA BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR KDPK I PADA MAHASISWA PRODI D-IV BIDAN PENDIDIK REGULER STIKES AISYIYAH YOGYAKARTA TAHUN 2012/2013

BAB I PENDAHULUAN. Jika dilihat berdasarkan tahapan perkembangannya, individu yang baru saja

PENGANTAR. Dalam rutinitas kegiatan perkuliahan yang padat, maka saya mohonkan kepada

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk membantu individu

UPAYA MENGATASI KESULITAN BELAJAR SISWA MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DI SMP NEGERI 2 SUNGKAI UTARA LAMPUNG UTARA

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DIKAJI DARI TEORI BRUNER DALAM MATERI TRIGONOMETRI DI SMA

PENGARUH KEMANDIRIAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR MATA KULIAH KETRAMPILAN DASAR PRAKTEK KLINIK Suyati 1

MENINGKATKAN KREATIVITAS MEMODIFIKASI MEDIA PEMBELAJARAN MICRO TEACHING PENJAS DENGAN METODE PROBLEM SOLVING MAHASISWA IKIP PGRI PONTIANAK

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING

Penyesuaian Akademis Mahasiswa Tingkat Pertama

Course Perfomance Evaluation Odd Semester of Academic Year 2015/2016

ABSTRAK. ii Universitas Kristen Maranatha

MENGATASI KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATERI SISTEM KOORDINAT DENGAN METODE DISKUSI KELOMPOK DI KELAS VIII-B SMP NEGERI 3 SUBANG

BAB I PENDAHULUAN. Bagi masyarakat modern saat ini memperoleh pendidikan merupakan

Peningkatan Aktifitas Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Jigsaw

BAB I PENDAHULUAN. juga diharapkan dapat memiliki kecerdasan dan mengerti nilai-nilai baik dan

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DENGAN MEDIA KONKRET DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS IV SDN 1 PANJER TAHUN AJARAN 2014/1015

Novela Nariska Putri Universitas Sebelas Maret ABSTRAK

METODE BUZZ GROUP DISERTAI MEDIA KELERENG SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS I SD NEGERI BINJAI UTARA

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS TERHADAP SOAL-SOAL OPEN ENDED

Implementasi Accelarated Learning Model untuk Meningkatkan Hasil Belajar Berbasis Video Web

Meningkatkan Kemampuan Menyimak melalui Media Boneka Tangan pada Siswa Kelas II SDN Nogosari 04 Kecamatan Rambipuji Kabupaten Jember

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. perhatian serius. Pendidikan dapat menjadi media untuk memperbaiki sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. akademik dan/atau vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni

BAB I PENDAHULUAN. Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang

HUBUNGAN ANTARA LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP N 4 SEWON BANTUL TAHUN AJARAN 2016 / 2017

BAB I PENDAHULUAN. latihan sehingga mereka belajar untuk mengembangkan segala potensi yang

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN PKN MELALUI MODEL PERTANYAAN TERBUKA. Ramelan SMP Negeri I Kalitengah, Lamongan

COMPLETE: Profile Lulusan Undip

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Siska S. Adu Drs. Djotin Mokoginta, M.Pd. Irvin Novita Arifin,S.Pd., M.Pd. Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

( ). PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

Prodi kedokteran FK UNS Oktober 2016

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBIMBINGAN AKADEMIK PADA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA IKIP PGRI PONTIANAK

Keywords: Enquiring minds, learning result, and automotive motor

Transkripsi:

Vol. 7 No. 2 Oktober 2014 PSIBERNETIKA PEMETAAN MASALAH DAN PEMBERIAN KONSELING BAGI MAHASISWA DENGAN INDEKS PRESTASI RENDAH Shanty Sudarji Linda Dina Argitha ABSTRACT PP No. 30 of 1990 on Higher Education defines that the student is enrolled learners and gain knowledge on a particular college, the institution aims to prepare students to be members of the community who have the academic ability and or professionals who can apply, develop and or create science knowledge, technology, and or art. College world is a new world, different from the high school days. Although some teenagers will still live with parents, self-reliance becomes absolutely necessary in managing studies in college. The problems faced by students, especially new students are varied, ranging from adjustment problems, problems in relationships with fellow students, problems with assignments, problems with teachers, and so forth. All kinds of problems faced by students can influence acquisition performance index achieved during one semester. Counseling is one of services that can be provided for students with low GPA. The method in this study is qualitative. Based on the results obtained with the sample number as many as 70 students, obtained a picture of the problem is as follows: 45.7% for introspection disability issues, 21.4% self-concept and family problems, motivational problems 18.6%, 8.6% learning time management issues, and issues of interest by 5.7%. Counseling include steps proposed by Brammer and MacDonald (2003) covers the determination of problems and goals; problem solving, decision making and planning and behavior change. Keywords: mapping problems, low GPA, counseling A. LATAR BELAKANG PP No. 30 tahun 1990 tentang Pendidikan Tinggi menyebutkan bahwa mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan menimba ilmu pada perguruan tinggi tertentu, yaitu lembaga pendidikan yang bertujuan untuk menyiapkan 89

peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan atau profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan atau menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi, dan atau kesenian. Menurut Damanik (2013) ada empat hal yang harus dimiliki dan dikembangkan oleh seorang mahasiswa untuk meraih kesuksesan dalam berkuliah, yaitu manajemen waktu, motivasi, konsentrasi, dan sikap tak malu bertanya saat ada kesulitan. Segala macam permasalahan yang dihadapi mahasiswa dapat mempengaruhi perolehan indeks prestasi yang dicapai selama satu semester. Berdasarkan observasi dan wawancara, diketahui bahwa beberapa mahasiswa memiliki indeks prestasi yang rendah dikarenakan antara lain salah memilih jurusan di perguruan tinggi dengan berbagai alasan seperti menuruti kemauan orang tua, atau tidak tahu minatnya di bidang apa, atau hanya sekedar ikut-ikutan teman. Selain itu, ada mahasiswa yang kuliah sembari bekerja dan kurang dapat mengatur waktu bekerjanya dengan waktu kuliahnya, kurang beristirahat sehingga energi tidak optimal saat akan kuliah keesokan hari. Sumber permasalahan lainnya yang ditemui adalah belum siapnya mahasiswa menghadapi dunia kuliah yang berbeda dengan dunia sekolah, dimana mereka dituntut untuk jauh lebih mandiri dan lebih aktif di lingkungan perguruan tinggi, baik di dalam kelas maupun di luar kelas, kemampuan mengikuti ritme perkuliahan yang diberikan oleh dosen juga berperan penting dalam kesuksesan mahasiswa di perguruan tinggi. Potensi mahasiswa seringkali tidak dapat tergali ataupun teraktualisasi dengan maksimal akibat permasalahan-permasalahan yang sedang dihadapi. Untuk mengatasi hal-hal yang dapat menghambat prestasi mahasiswa maka diadakan pembinaan lanjutan yang umumnya diberikan melalui konsultasi atau konseling akademik baik per individual ataupun dilakukan secara berkelompok. Pemberian konseling tentunya harus dimulai dengan mengetahui secara jelas permasalahan yang dialami mahasiswa. 90

Vol. 7 No. 2 Oktober 2014 PSIBERNETIKA B. TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pemetaan masalah dan pemberian konseling khususnya bagi mahasiswa angkatan 2013 dengan perolehan indeks prestasi rendah. Penelitian ini diharapkan dapat memetakan permasalahanpermasalahan yang dialami oleh mahasiswa angkatan terbaru terkait dengan perolehan indeks prestasi dibawah standar, sehingga dapat diberikan konseling atau bimbingan yang tepat agar dapat meningkatkan prestasi akademiknya. C. TINJAUAN TEORI Konseling merupakan suatu teknik untuk intervensi, untuk pengubahan tingkah laku. Sebagai terjemahan dari counseling, konseling merupakan bagian dari bimbingan, baik sebagai layanan maupun sebagai teknik. Layanan konseling adalah jantung hati layanan bimbingan secara keseluruhan (Sukardi, 2008). Rogers (1971) mengartikan konseling sebagai suatu hubungan, yang sedikitnya satu dari pihak terkait mempunyai tujuan untuk meningkatkan pertumbuhan, perkembangan, kedewasaan dan juga peningkatan fungsi serta kemampuan untuk menghadapi hidup yang lebih baik dari satu pihak lainnya. Secara umum tujuan konseling adalah agar konseli dapat mengubah perilakunya ke arah yang lebih maju (progressive behavior changed), melalui terlaksananya tugas-tugas perkembangan secara optimal, kemandirian, dan kebahagian hidup. Secara khusus, tujuan konseling tergantung dari masalah yang dihadapi masing-masing konseli (Hartono dan Soedarmadji, 2012).Brammer dan MacDonald (2003) mengemukakan beberapa keterampilan (helping skills) yang harus dimiliki seorang konselor sebagai berikut: a. Kemampuan Mendengarkan (listening skills) Termasuk diantaranya adalah attending, paraphrasing, clarifying, perception checking. Kemampuan mendengarkan, memperhatikan atau menyimak adalah keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh seorang konselor dalam sesi wawancara maupun konseling. 91

b. Kemampuan Mengarahkan (leading skills) Kemampuan konselor dalam mengarahkan konseli dapat bermanfaat untuk memberikan penguatan (encourage) kepada konseli untuk terus melanjutkan ceritanya mengenai permasalahan yang sedang dihadapi, salah satu cara dalam mengarahkan adalah dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan terbuka namun terarah dan spesifik. c. Refleksi (reflecting) Untuk dapat melakukan refleksi, seorang konselor harus memiliki empati terlebih dahulu. Lesmana (2008) mengemukakan bahwa terdapat tiga kondisi yang diperlukan dalam konseling yaitu empathy, acceptance (positive regards), dan geniuneness (congruence). d. Challenging skills Dalam keterampilan ini, salah satu fokus konselor adalah memberikan feedback pada konseli. e. Kemampuan Melakukan Interpretasi (interpreting skills) Dengan bantuan interpretasi dari konselor, konseli diharapkan dapat melihat permasalahannya dari sudut pandang yang lain. Interpretasi juga harus diberikan dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami oleh konseli. f. Informing Skills Merupakan kemampuan konselor untuk memberikan informasi dan saran, umumnya diberikan untuk kasus-kasus seperti perencanaan pendidikan, perencanaan karir, persiapan pensiun, dan hal umum lainnya. g. Summarizing Adalah kemampuan konselor dalam merangkum proses konseling dari awal hingga akhir. Hindari penambahan ide atau saran baru dalam kesimpulan (summary), hanya paparkan apa yang telah didiskusikan sebelumnya. Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Brammer dan MacDonald (2003) terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan dalam kegiatan bantuan melalui konseling yaitu: a. Problems and Goals 92

Vol. 7 No. 2 Oktober 2014 PSIBERNETIKA Goals atau target harus memiliki tiga kriteria yaitu (1) diinginkan oleh konseli, ditetapkan secara sadar tanpa paksaan pihak lain; (2) konselor bersedia membantu konseli mencapai targetnya; (3) target harus dapat diobservasi selama proses pencapaiannya berlangsung. b. Problem Solving, Decision Making and Planning Terdapat 10 langkah yang dapat dilakukan dalam proses rational-problem solving yaitu (1) hubungan antara konselor dan konseli harus dibangun terlebih dahulu, konseli juga harus terlibat aktif dalam proses konseling; (2) temukan akar permasalahan dan tentukan target pencapaian atau goals; (3) gunakan alternatif pemecahan masalah; (4) kumpulkan banyak informasi mengenai sumber bantuan; (5) siapkan diri untuk menghadapi hal baru terkait alternatif pemecahan masalah; (6) arahkan konseli untuk mengetahui dan memahami kompetensi dirinya; (7) tegaskan kembali hal apa yang menjadi tujuan, alternatif pemecahan masalah, dan konsekuensinya; (8) rencanakan langkah-langkah yang akan dilakukan dari alternatif pemecahan masalah; (9) lakukan evaluasi; (10) generalisasikan prosesproses diatas untuk masalah-masalah lainnya. c. Behavior Changing Format atau tabel yang terstruktur berisi rencana perubahan perilaku dapat membantu konseli dalam menjalankan perencanaan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Dalam format tersebut diuraikan mengenai problem atau masalah yang dihadapi, target perilaku, rekaman perilaku saat ini, self-help plan, dan evaluasi. D. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang dipakai adalah metode kualitatif. Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Universitas X yang masih aktif pada periode semester genap angkatan 2013 dengan indeks prestasi rendah diperkirakan sejumlah 200 orang mahasiswa dari sebelas program studi. Sampel dalam penelitian ini ditargetkan 5-10% mahasiswa dengan indeks prestasi rendah dari masing-masing program studi. Teknik analisa dilakukan secara kualitatif. 93

E. HASIL Tabel 1. Data Mahasiswa Angkatan 2013 No Prodi Angkatan 2013 Populasi IPK < 2.0 Sampel 1 Ilmu Komunikasi 317 20 10 2 Bahasa Budaya Inggris 62 7 0 3 Bahasa Budaya China 67 16 3 4 Psikologi 51 13 10 5 Akuntansi 247 35 3 6 Manajemen 251 55 20 7 Sistem Informasi 97 42 2 8 Teknik Informatika 120 30 8 9 Desain Komunikasi Visual 171 25 4 10 Teknik Industri 19 7 4 11 Perhotelan 66 13 0 12 School of Retail 8 3 2 13 School of Marketing 31 10 4 Total 1507 276 70 94

Vol. 7 No. 2 Oktober 2014 PSIBERNETIKA Berdasarkan hasil pertemuan dengan sampel penelitian, ditemukan beberapa hal yang menjadi sumber permasalahan perolehan indeks prestasi atau IPK < 2.0 sebagai berikut: Tabel 2 Sumber Masalah Perolehan IPK < 2.0 No Permasalahan Jumlah Sampel % 1 Dosen mengajar terlalu cepat 13 18.5 2 Malu bertanya jika tidak paham 13 18.5 3 Sulit konsentrasi, lebih suka bermain 10 14.4 4 Penjelasan materi yang diberikan dosen tidak dapat dipahami; tidak ada teman yang mau membantu menjelaskan 5 Dosen tidak memiliki toleransi baik dari segi kehadiran maupun penilaian 6 Belum mampu membagi waktu antara kuliah dan kerja 7 Tidak ada minat terhadap prodi yang sedang dijalani 8 11.5 7 10 6 8.6 4 5.7 8 Belum ada tujuan yang jelas 3 4.3 9 Materi yang disampaikan dosen di kelas berbeda dengan soal ujian yang dihadapi saat UTS dan UAS 10 Dosen tidak menjawab pertanyaan yang dilontarkan mahasiswa 2 2.9 1 1.4 11 Merasa kemampuan diri kurang dalam mengikuti 1 1.4 95

perkuliahan 12 Dosen memberikan nilai lebih besar pada mahasiswi perempuan 13 Masalah keluarga mengganggu konsentrasi belajar 1 1.4 1 1.4 Total 70 100% Setelah sumber masalah diketahui, peneliti membuat pemetaan masalah sebagai berikut: Tabel 3 Pemetaan Masalah No Pemetaan masalah Jumlah Sampel % 1 Ketidakmampuan introspeksi diri 32 45.7 % 2 Masalah konsep diri dan keluarga 15 21.4 % 3 Masalah motivasi diri 13 18.6 % 4 Masalah pengaturan waktu belajar 6 8.6 % 5 Masalah minat 4 5.7 % TOTAL 70 100 % F. PEMBAHASAN Kelima pemetaan masalah diatas dapat dimasukan dalam faktor eksternal dan faktor internal yang mempengaruhi proses belajar, seperti yang dikemukakan Slameto (2003) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi dalam belajar dapat digolongkan menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor 96

Vol. 7 No. 2 Oktober 2014 PSIBERNETIKA internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar yang terdiri dari faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan. Faktor eksternal adalah faktor yang mempengaruhi dalam belajar yang ada diluar individu yang terdiri dari faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat. Pembahasan berdasarkan kelima pemetaan masalah yang didapat adalah sebagai berikut: Ketidakmampuan introspeksi diri Introspeksi memiliki arti yang sama dengan refleksi diri. Sebanyak 45.7% mahasiswa menyalahkan lingkungan sekitarnya sebagai sebab dari kegagalannya mencapai indeks prestasi diatas atau sama dengan standar. Mereka seringkali menyalahkan dosen sebagai tenaga pendidik, teman sekitar, fasilitas yang tersedia, dan hal terkait lainnya. Dengan demikian pemberian konseling diberikan dengan susunan sebagai berikut: a. Problems & Goals Akar permasalahan adalah ketidakmampuan instropeksi diri, maka target pencapaian adalah agar mahasiswa mampu melakukan instropeksi atau refleksi diri sebelum menyalahkan orang lain atau lingkungan sekitarnya atas kegagalan yang dialami. b. Problem Solving, Decision Making & Planning Mahasiswa diberikan insight agar dapat membuat pertimbangan alternatif penyelesaian masalahnya, jika kondisi lingkungan kurang mendukung, hal-hal apa saja yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut. Misalnya, jika dosen dianggap tidak toleransi dalam hal absensi kehadiran perkuliahan dan pemberian tugas, maka saran alternatif yang dapat dilakukan antara lain (1) datang tepat waktu agar persentase kehadiran terpenuhi; (2) kerjakan tugas sesuai permintaan dosen dan; (3) kumpulkan tugas sesuai batas waktu yang ditentukan. c. Behavior Changing Agar memudahkan dalam mencapai target perilaku, buatlah jadwal terstruktur mengenai langkah-langkah yang ingin dijalankan. Perlu diingat bahwa 97

penyusunan jadwal harus dijalankan oleh mahasiswa yang bersangkutan sehingga mereka sendiri yang harus menyusun jadwal tersebut, konselor dalam hal ini hanya mendampingi dan memberikan saran jika diperlukan. Masalah Konsep Diri dan Keluarga Masalah konsep diri dan keluarga dapat berdampak terhadap performa mahasiswa di perguruan tinggi. Sebanyak 21.4% sampel penelitian gagal mencapai indeks prestasi 2.0 disebabkan oleh masalah konsep diri dan keluarga dalam penelitian ini. Dengan demikian pemberian konseling diberikan dengan susunan sebagai berikut: a. Problems & Goals Akar permasalahan adalah permasalahan dengan konsep diri dan adanya masalah dalam keluarga yang berdampak terhadap pencapaian prestasi di perguruan tinggi. Dengan demikian target yang ditetapkan adalah agar mahasiswa dapat mengembangkan konsep diri yang baik dan meminimalisasi dampak permasalahan dalam keluarga terhadap pencapaian prestasi. b. Problem Solving, Decision Making & Planning Mahasiswa diberikan insight agar dapat membuat pertimbangan alternatif penyelesaian masalahnya, misalnya jika malu bertanya, hal-hal apa saja yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut. Saran alternatif yang dapat dilakukan antara lain (1) jika malu bertanya di depan kelas, bertanyalah kepada teman yang lebih paham; (2) jika tidak ada teman yang paham, maka mahasiswa harus berinisiatif untuk bertanya kepada dosen setelah jam kuliah selesai; (3) jika perlu, ikuti seminar-seminar mengenai pengembangan konsep diri agar kepercayaan diri dapat bertumbuh lebih optimal. Dalam hal ini latihan asertif juga diperlukan agar mahasiswa berani bertanya dan mengemukakan pendapat. Untuk meminimalisasi dampak permasalahan keluarga seperti orangtua bercerai, harus diberikan intervensi yang lebih mendalam bagi mahasiswa yang bersangkutan. Dalam penelitian ini peneliti tidak menfokuskan dalam masalah tersebut dikarena diperlukan waktu dan intervensi yang lebih kompleks. 98

Vol. 7 No. 2 Oktober 2014 PSIBERNETIKA c. Behavior Changing Agar memudahkan dalam mencapai target perilaku, buatlah langkah terstruktur mengenai langkah-langkah yang ingin dijalankan. Perlu diingat bahwa penyusunan jadwal harus dijalankan oleh mahasiswa yang bersangkutan sehingga mereka sendiri yang harus menyusun jadwal tersebut, konselor dalam hal ini hanya mendampingi dan memberikan saran jika diperlukan. Masalah Motivasi Diri Masalah motivasi diri dapat berdampak terhadap performa mahasiswa di perguruan tinggi. Rendahnya motivasi dapat menyebabkan mahasiswa tidak ada niat untuk mengikuti proses pembelajaran sehingga berdampak terhadap pencapaian prestasinya. Sebanyak 18.6% sampel penelitian gagal mencapai indeks prestasi 2.0 disebabkan oleh masalah motivasi. Dengan demikian pemberian konseling diberikan dengan susunan sebagai berikut: a. Problems & Goals Akar permasalahan adalah kurangnya motivasi. Dengan demikian target yang ditetapkan adalah agar mahasiswa dapat menumbuhkan motivasi belajarnya sehingga prestasi akademiknya dapat lebih optimal. b. Problem Solving, Decision Making & Planning Mahasiswa diberikan insight agar dapat membuat pertimbangan alternatif penyelesaian masalahnya, misalnya jika belum ada tujuan untuk masa depan, hal-hal apa saja yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut. Saran alternatif yang dapat dilakukan antara lain (1) tentukan target sasaran karir untuk masa mendatang (termasuk disini adalah awareness mahasiswa mengenai batas masa studi dan indeks prestasi serta jumlah sks minimal yang harus diperoleh untuk praktek kerja lapangan dan penyusunan tugas akhir); (2) pikirkan hal apa yang harus dilakukan untuk mencapai target sasaran tersebut; (3) jika perlu, ikuti seminar-seminar mengenai motivasi agar movasi diri dapat bertumbuh lebih optimal. c. Behavior Changing 99

Agar memudahkan dalam mencapai target perilaku, buatlah langkah terstruktur mengenai langkah-langkah yang ingin dijalankan. Perlu diingat bahwa penyusunan jadwal harus dijalankan oleh mahasiswa yang bersangkutan sehingga mereka sendiri yang harus menyusun jadwal tersebut, konselor dalam hal ini hanya mendampingi dan memberikan saran jika diperlukan. Masalah Pengaturan Waktu Belajar Banyak sampel mahasiswa yang menjalankan perkuliahan sembari bekerja. Hal tersebut dilakukan dengan berbagai alasan, antara lain karena menbiayai kuliahnya sendiri, ataupun untuk membantu membayar uang sekolah adiknya serta membiayai keperluan sehari-hari. Bekerja sedikit banyak dapat menyebabkan mereka kesulitan mengatur waktu untuk belajar dan mengerjakan tugas kuliah. Sebanyak 8.6% sampel penelitian gagal mencapai indeks prestasi 2.0 disebabkan oleh masalah pengaturan waktu belajar. Dengan demikian pemberian konseling diberikan dengan susunan sebagai berikut: a. Problems & Goals Akar permasalahan adalah pengaturan waktu belajar dan bekerja. Dengan demikian target yang ditetapkan adalah agar mahasiswa dapat mengatur dan membagi waktu antara bekerja dengan kuliah sehingga prestasi akademiknya dapat lebih optimal. b. Problem Solving, Decision Making & Planning Mahasiswa diberikan insight agar dapat membuat pertimbangan alternatif penyelesaian masalahnya, misalnya jika tidak dapat membagi waktu antara kuliah dan kerja, hal-hal apa saja yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut. Saran alternatif yang dapat dilakukan antara lain (1) sadari konsekuensi dari bekerja sembari kuliah, yaitu perlu waktu ekstra dalam menyempatkan diri untuk belajar; (2) buat jadwal harian; (3) bagi waktu untuk kerja dan belajar, misalnya bekerja dari pagi hari, delapan jam sehari, maka konsekuensinya adalah belajar dan mengerjakan tugas pada malam hari, minimal satu jam atau seselesainya tugas dikerjakan; (4) penting diperhatikan agar waktu tidur tidak terganggu, jika kurang tidur maka akan memperparah 100

Vol. 7 No. 2 Oktober 2014 PSIBERNETIKA keadaan dikeesokan harinya; (5) jika energi tidak cukup untuk membagi waktu dalam dua kegiatan besar tersebut, maka tetapkan prioritas, jika memungkinkan usahakan pencarian beasiswa untuk membiayai kuliah. Langkah ini tidak mudah dilakukan, namun dapat diusahakan dan akan lebih mudah jika didukung dengan kapasitas kecerdasan yang memadai. c. Behavior Changing Agar memudahkan dalam mencapai target perilaku, buatlah langkah terstruktur mengenai langkah-langkah yang ingin dijalankan. Perlu diingat bahwa penyusunan jadwal harus dijalankan oleh mahasiswa yang bersangkutan sehingga mereka sendiri yang harus menyusun jadwal tersebut, konselor dalam hal ini hanya mendampingi dan memberikan saran jika diperlukan. Setelah langkah ditetapkan maka selanjutnya adalah menerapkan dan mengevaluasi. Masalah Minat Sebanyak 5.7% sampel penelitian gagal mencapai indeks prestasi 2.0 disebabkan oleh masalah minat. Dengan demikian pemberian konseling diberikan dengan susunan sebagai berikut: a. Problems & Goals Akar permasalahan adalah ketidaksesuain minat dengan program studi yang sedang dijalani. Dengan demikian target yang ditetapkan adalah agar mahasiswa dapat menjalankan program studi sesuai minatnya sehingga prestasi akademiknya dapat lebih optimal. b. Problem Solving, Decision Making & Planning Mahasiswa diberikan insight agar dapat membuat pertimbangan alternatif penyelesaian masalahnya, misalnya jika tidak ada minat terhadap program studi yang sedang dijalani saat ini, hal-hal apa saja yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut. Saran alternatif yang dapat dilakukan antara lain (1) ikuti tes minat; (2) tentukan target sasaran karir di masa depan agar lebih mudah menentukan bidang pendidikan yang ingin ditekuni saat ini; (3) jika perlu, tanyakan kepada mahasiswa dari program studi lain mengenai kegiatan 101

yang mereka lakukan di program studinya masing-masing, juga bisa melakukan sit in jika diijinkan oleh pihak universitas. c. Behavior Changing Agar memudahkan dalam mencapai target perilaku, buatlah langkah terstruktur mengenai langkah-langkah yang ingin dijalankan. Perlu diingat bahwa penyusunan jadwal harus dijalankan oleh mahasiswa yang bersangkutan sehingga mereka sendiri yang harus menyusun jadwal tersebut, konselor dalam hal ini hanya mendampingi dan memberikan saran jika diperlukan. Langkah-langkah dalam pemberian konseling diatas dilakukan secara individual, mengingat permasalahan setiap sampel penelitian tidak ada yang persis sama, selain itu pribadi setiap mahasiswa juga berperan penting dalam besar kecilnya masalah yang dihadapi. G. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat lima pemetaan masalah yaitu masalah ketidakmampuan instropeksi diri sebesar 45.7%, masalah konsep diri dan keluarga sebesar 21.4%, masalah motivasi diri sebesar 18.6%, masalah pengaturan waktu belajar sebesar 8.6%, dan masalah minat sebesar 5.7%.Pemberian konseling disesuaikan dengan permasalahan yang ditemukan dan dilakukan secara individual, langkah-langkah yang dilakukan mencakup penentuan problems and goals; problem solving, decision making and planning; dan behavior changing. H. SARAN Saran bagi Universitas, Program Studi dan Student Advisory Mahasiswa yang mengalami permasalahan terkait indeks prestasi rendah tentunya memerlukan penanganan yang lebih intensif dan akan lebih mudah jika pendekatan dilakukan secara individual. Untuk itu disarankan agar dapat disediakan sumber daya yang lebih banyak untuk menangani permasalahan 102

Vol. 7 No. 2 Oktober 2014 PSIBERNETIKA mahasiswa tersebut. Jika memungkinkan adakan saringan masuk bagi mahasiswa baik dari segi kemampuan kognitif maupun dari segi kepribadian agar menimalisir permasalahan-permasalahan dikemudian hari. Program studi dapat meluangkan lebih banyak waktu untuk menangani mahasiswa dengan perolehan indeks prestasi dibawah standar, misalnya dengan menyediakan dosen pendamping setiap semester agar dapat memonitor perkembangan mahasiswa yang bersangkutan. Student Advisory disarankan dapat membuat program yang lebih menyeluruh bagi mahasiswa dengan indeks prestasi rendah, mengingat terbatasnya sumber daya konselor maka diperlukan kerjasama dengan program studi terkait, misalnya mengadakan pelatihan atau workshop bagi para dosen mengenai teknik konseling dan bagaimana penanganan yang tepat bagi mahasiswa. Saran bagi Mahasiswa Mahasiswa disarankan untuk lebih aktif dalam mencari bantuan dan terbuka dalam menceritakan permasalahan yang dihadapinya. Mahasiswa dapat mencari bantuan kepada Program Studi terkait ataupun datang ke Student Advisory untuk melakukan konseling maupun konsultasi akademik dan non akademik yang dapat berdampak terhadap pencapaian prestasi mereka. Saran bagi Penelitian Selanjutnya Peneliti menyadari masih banyak kekurangan dalam penelitian ini, maka bagi penelitian selanjutnya dapat disarankan agar: (1) memperbanyak jumlah sampel agar permasalahan yang ditemukan dapat lebih komprehensif dan dapat mewakili populasi; (2) melakukan konseling dengan lebih intensif agar dapat memberikan solusi atau alternatif penyelesaian masalah dengan lebih optimal; (3) melakukan evaluasi setelah pemberian konseling dilaksanakan; (4) melakukan follow up terhadap mahasiswa yang menjadi sampel penelitian. 103

DAFTAR PUSTAKA Brammer, L. M., MacDonald, G. (2003). The helping relationship. Process and skills. USA: Pearson Education, Inc Damanika, C. (2013). 4 hal yang harus dimiliki mahasiswa baru. diunduh pada hari Jumat, 31 Maret 2014 dari Kompas.com Hartono. Soedarmadji., B. (2012). Psikologi konseling. Edisi revisi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Ilmiah pertanian. (2012) Faktor-fakor yang mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa program studi pendidikan akuntansi fakultas ekonomi angkatan 2003 di UNS (p-44), skripsi pendidikan, diunduh pada hari Selasa, 1 Juli 2014 dari google.com Lesmana, J., M. (2008). Dasar-dasar konseling. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press). Poerwandari, K., E. (2011). Pendekatan kualitatif untuk penelitian perilaku manusia. Depok: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3) Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Sukardi, D.K. (2008) Pengantar pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. 104