PENGARUH SOCIAL SKILL TRAINING TERHADAP KEMAMPUAN EMPATI ANAK USIA DINI

dokumen-dokumen yang mirip
2015 PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE BERMAIN PERAN MAKRO TERHADAP KETERAMPILAN SOSIAL ANAK USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan modal dasar untuk menyiapkan insan yang

MENINGKATKAN EMPATI MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK SOSIODRAMA SISWA KELAS X.2 SMA NEGERI 1 BRINGIN TAHUN PELAJARAN 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Molly Novianti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. berbeda-beda baik itu kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan

UPAYA MENGEMBANGKAN PERILAKU SOPAN MELALUI PEMBIASAAN PADA ANAK KELOMPOK B1 DI TK ALKHAIRAAT TONDO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN KELOMPOK TERHADAP KETERAMPILAN SOSIAL ANAK PADA KELOMPOK B TK TUNAS MEKAR PALANGKA RAYA

BAB I PENDAHULUAN. Anak prasekolah merupakan sosok individu yang sedang mengalami proses

BAB III METODE PENILITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau. perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui sampai

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. meluasnya lingkungan sosial. Anak-anak melepaskan diri dari keluarga dan

BAB II KONSEP KETERAMPILAN SOSIAL ANAK USIA DINI DAN TEKNIK COLLECTIVE PAINTING

BAB I PENDAHULUAN. yang menitik beratkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang. membutuhkan orang lain untuk dapat mempertahankan hidupnya. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. Departemen Kesehatan RI pada tahun 2010 jumlah anak usia dini (0-4 tahun) di

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan bentuk pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir

BAB I PENDAHULUAN. kompetitif. Pendidikan bagi anak usia dini bukan sekedar meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan masa yang banyak mengalami perubahan dalam status emosinya,

MENINGKATKAN PERILAKU SOSIAL ANAK MELALUI METODE BERMAIN PERAN DI KELOMPOK A TK KARYA THAYYIBAH MATANA

BAB I PENDAHULUAN. Nurul Fahmi,2014 EFEKTIVITAS PERMAINAN KELOMPOK UNTUK MENGEMBANGKAN PENYESUAIAN SOSIAL SISWA

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan sosial (IPS) di tingkat sekolah dasar (SD). Pembelajaran IPS

Disampaikan oleh Kusmarwanti, M. Pd. (dari berbagai sumber)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut. Hal ini tertera didalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini pada

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. sebagai usaha mengoptimalkan potensi-potensi luar biasa anak yang bisa

MARINA TRIE RAMADHANY GUNAWAN, 2015 PENGARUH PEMBELAJARAN D ENGAN PERMAINAN MAZE TERHAD AP KECERD ASAN VISUAL SPASIAL ANAK USIA D INI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Erni Nurfauziah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sebenarnya (Suryabrata, 2005 : 38). Dalam penelitian ini peneliti ingin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tahun sampai tiba saatnya individu menjadi matang secara seksual. Masa akhir

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 (1) Pendidikan adalah Usaha sadar dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. siswa diharuskan aktif dalam kegiatan pembelajaran. dengan pandangan Sudjatmiko (2003: 4) yang menyatakan bahwa kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. yang erat hubungannya dengan kehidupan sehari-hari anak, misal di lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan sosial pada anak-anak sekolah dasar ditandai dengan

MENINGKATKAN KOMPETENSI SOSIAL MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL

BAB I PENDAHULUAN. diberikan di tingkat dasar dan menengah. IPS tidak hanya mendengarkan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak

I. PENDAHULUAN. Peserta didik Sekolah Menengah Pertama (SMP ) berada dalam masa

manusia yang memiliki kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar tahun dan

BAB I PENDAHULUAN. buruknya masa depan bangsa. Jika sejak usia dini anak dibekali dengan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang banyak menarik perhatian karena sifatsifat

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. berusia kurang lebih anam tahun (0-6) tahun, dimana biasanya anak tetap tinggal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Anak merupakan generasi penerus dan aset pembangunan. Anak menjadi

Henni Anggraini Universitas Kanjuruhan Malang

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Komunikasi Matematis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. secara bertahap yaitu adanya suatu proses kelahiran, masa anak-anak, remaja,

PENDAHULUAN. dengan apa yang ia alami dan diterima pada masa kanak-kanak, juga. perkembangan yang berkesinambungan, memungkinkan individu

5. DISKUSI, KESIMPULAN, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. dapat meraih hasil belajar yang relatif tinggi (Goleman, 2006).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Educational Psychology Journal

BAB I PENDAHULUAN. yang dijelaskan dalam Undang Undang SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERILAKU SOSIAL ANAK KELOMPOK B DI TK DHARMA WANITA GENENGSARI KEMUSU BOYOLALI TAHUN AJARAN 2015/2016

Surakarta, Indonesia ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sepanjang hayatnya, baik sebagai individu, kelompok sosial, maupun sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat yang penting untuk berkomunikasi bagi setiap

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan

DAFTAR ISI Esya Anesty Mashudi, 2012

BAB I PENDAHULUAN. Program pembelajaran di TK meliputi dua bidang pengembangan, yaitu (1)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan Metode Hypnoteaching Berbasis Pemecahan Masalah Dalam Pembelajaran Menyimak Informasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Vivit Puspita Dewi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Elis Khaerunnisa,2015

BAB 1 PENDAHULUAN. individu terutama dalam mewujudkan cita-cita pembangunan bangsa dan negara.

MACAM KOMPETENSI PENDIDIK

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang harus hidup di tengah lingkungan sosial. Melalui proses sosialisasi. mengadakan interaksi sosial dalam pergaulannya.

BAB I PENDAHULUAN. (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi dan kecerdasan. spiritual) dan sosial emosional (sikap dan perilaku serta agama).

V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. menggunakan model Bermain Peran dengan pembelajarannya. menggunakan model kooperatif tipe Jigsaw.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Syifa Zulfa Hanani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita,

BAB III METODE PENELITIAN. salah pengertian, berikut diberikan definisi beberapa istilah tersebut:

BAB I PENDAHULUAN. Masa usia sekolah dasar merupakan masa akhir kanak-kanak yang. berkisar antara enam tahun sampai dua belas tahun, dimana anak mulai

warga negara yang diandalkan oleh bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. menguasai tingkat yang lebih tinggi dari berbagai aspek. Pada usia ini mengalami

BAB I PENDAHULUAN. cara belajar anak dibuat yang menyenangkan. Di usia 5 6 tahun anak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ada harus dapat mengoptimalkan fungsi mereka sebagai agen of change. sekaligus pembimbing bagi pendidikan moral peserta didiknya.

BAB I PENDAHULUAN. Masa anak-anak identik dengan penerimaan berbagai pengetahuan dari

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan bagi anak yang dimulai

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum perilaku sosial adalah kegiatan yang berhubungan dengan orang lain ataupun dengan pihak lain dimana individu yang melakukannya perlu bersosialisasi dalam hal bertingkah laku, berinteraksi, belajar memainkan peran sosial, serta mengembangkan sikap sosial yang dapat diterima oleh orang lain (Susanto, 2011). Sedangkan jenis-jenis perilaku sosial pada anak-anak ditunjukkan dengan berbagai macam tindakan seperti perilaku empati, berbagi, bergiliran dan bekerja sama (Beaty, 2013). Selain perilaku-perilaku tersebut di atas, Hurlock (1993) menambahkan bahwa pola perilaku sosial pada anak juga dapat dilihat dari sikap adanya persaingan dalam mendapatkan prestasi, memiliki rasa simpati, hasrat akan penerimaan sosial, ketergantungan terhadap orang lain, sikap ramah, sikap tidak mementingkan diri sendiri, meniru serta perilaku kelekatan (attachment behavior). Perilaku sosial khususnya empati merupakan hal yang penting untuk dimiliki oleh setiap individu guna mengembangkan kompetensi sosial dan membangun kualitas yang bermakna dalam berinteraksi, anak yang memiliki perilaku sosial yang baik maka ia memiliki tingkat kemampuan empati yang tinggi (McDonald & Messinger, 2011). Begitu pentingnya perilaku empati dalam lingkungan sosial maka perilaku empati perlu ditanamkan kepada anak sejak dini sebagaimana Muhtadi (2013) menyatakan bahwa empati penting ditanamkan pada anak sejak usia dini guna terbentuknya pribadi yang beradab dan bermoral tinggi, memiliki sopan santun dalam bertindak di masyarakat, serta dapat dipercaya dan dapat diandalkan. Kondisi itu didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Cotton (2005) dan Roshental (Goleman, 2000) yang menunjukan bahwa anak yang memiliki perilaku empati yang tinggi memiliki berbagai keunggulan, diantaranya, yaitu 1. Anak mampu berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain sehingga akan mendapatkan prestasi yang baik di sekolah, 2. Seseorang yang memiliki kemampuan empati akan lebih pandai menyesuaikan diri secara 1

2 emosional, lebih populer, lebih mudah bergaul, dan lebih peka terhadap lingkungannya. Berdasarkan pendapat di atas terlihat bahwa kemampuan empati merupakan perilaku yang sangat dibutuhkan individu dalam berinteraksi di lingkungan sosialnya, namun sayangnya saat ini masih banyak orang tua yang beranggapan bahwa kemampuan IQ (Intelligence Quotient) atau kemampuan akademik lebih penting untuk dimiliki oleh anak. Hal itu sesuai dengan pernyataan Gardner (2013) yang menyatakan bahwa dahulu banyak orang tua, guru, maupun masyarakat lainnya yang beranggapan bahwa siswa yang memiliki IQ yang tinggi serta pandai dalam kemampuan logika matematikanya (akademik) termasuk dalam golongan siswa yang pintar sehingga dapat melanjutkan kejenjang selanjutnya. Fenomena tersebut juga dapat dilihat dari banyaknya orang tua dan guru yang berlomba-lomba memberikan pengalaman belajar pada anak usia dini melalui pembelajaran akademik menggunakan metode calistung dan ceramah, dimana anak mendengarkan serta pembelajaran didominasi dengan pengerjaan lembar kerja (Listiyani, 2013). Kondisi tersebut sangat memprihatinkan karena pembelajaran yang menekankan pada kemampuan akademik diasumsikan akan berdampak pada rendahnya rasa empati anak. Akibat lebih jauh dari penggunaan metode calistung akan menyebabkan penurunan kemampuan empati pada anak yang dapat menimbulkan perilaku negatif. Perilaku tersebut diantaranya anak tidak peduli terhadap kesedihan teman, tidak kontrol diri, mau menang sediri, tidak mau menghargai, dan berbagai perilaku negatif lainnya (Ibung, dalam Farida 2012). Kekhawatiran lain dari penurunan kemampuan empati yaitu akan timbul perilaku membahayakan orang lain maupun teman sebaya seperti terjadinya perilaku kekerasan yang dilakukan oleh anak (Goleman, 2000). Guna mengembangkan dan mengoptimalkan kemampuan empati anak, lembaga pendidikan anak usia dini memerlukan suatu strategi agar kemampuan tersebut dapat berkembang secara optimal. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan dan mengoptimalkan kemampuan empati anak yaitu melalui Social Skill Training atau dikenal pula dengan Pelatihan Keterampilan

3 Sosial. Pelatihan keterampilan sosial adalah suatu intervensi yang menggunakan pendekatan khusus dengan tujuan pengembangan peningkatan suatu perilaku prososial dan memberikan suatu pengenalan keterampilan sosial yang belum dimiliki anak (Mulyani, 2013). Secara lebih lengkap pelaksanaan pelatihan keterampilan sosial yang dikemukakan oleh Spance & Shepherd (1983) terdiri dari pelaksanaan prinsip-prinsip dasar SST, diskusi, a poor role-play, modelling, bermain peran (role-play), pemberian feedback, penguatan (reinforcement), transfer training, serta melakukan permainan (games) (Spance & Shepherd, 1983) dimana pelaksanaan metode-metode tersebut dilaksanakan secara fleksibel yaitu dapat dilaksanakan tidak secara berurutan (random). Keunggulan dari pelatihan keterampilan sosial telah terbukti dengan adanya berbagai penelitian yang dilakukan oleh berbagi pihak atau lembaga. Salah satunya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Darmiany (2009) tentang Efektifitas Pelatihan Keterampilan Sosial untuk Melatih Keterampilan Sosial Siswa Sekolah Menengah. Penelitian tersebut menyatakan bahwa keterampilan sosial siswa menengah mengalami peningkatan setelah diterapkannya pelatihan keterampilan sosial dengan presentase besarnya perubahan tingkat keterampilan pada jenis keterampilan mengemukakan pendapat 72%, keterampilan memperkenalkan diri 53%, keterampilan mengekspresikan perasaan 39%, dan keterampilan merasakan perasaan 36%. Berdasarkan kajian teori yang sudah dikemukakan di atas terlihat bahwa penerapan Social Skill Training (Pelatihan Keterampilan Sosial) dapat meningkatkan kemampuan empati pada siswa sekolah menengah. Akan tetapi sangat disayangkan belum ada penelitian serupa yang dilakukan pada konteks pendidikan anak usai dini. Oleh karena itu peneliti tertarik ingin membuktikan secara empiris apakah Social Skill Training memiliki efektifitas yang sama dalam menigkatkan kemampuan empati pada anak anak usia dini.

4 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini dituangkan dalam pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimana profil kemampuan empati anak kelompok B2 dan B3 di TK Negeri Pembina Tahun Pelajaran 2015-2016 sebelum diterapkan social skill training? 2. Bagaimana profil kemampuan empati anak kelompok B2 dan B3 di TK Negeri Pembina Tahun Pelajaran 2015-2016 sesudah diterapkan social skill training? 3. Bagaimana efektivitas social skill training dalam meningkatkan kemampuan empati anak di B2 dan B3 di TK Negeri Pembina Tahun Pelajaran 2015-2016? C. Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui kemampuan empati anak usia dini sebelum diterapkan social skill training pada kelompok B di TK Negeri Pembina Tahun Pelajaran 2015-2016. 2. Untuk mengetahui kemampuan empati anak usia dini sesudah diterapkan social skill training pada kelompok B di TK Negeri Pembina Tahun Pelajaran 2015-2016. 3. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan empati anak usia dini setelah/sesudah diterapkan social skill training pada kelompok B di TK Negeri Pembina Tahun Pelajaran 2015-2016. D. Manfaat Penelitian Laporan ini disusun sebagai bahan kajian dengan harapan memberikan kegunaan baik secara teoritis maupun secara praktis.

5 1. Secara Teoritis Adapun manfaat penelitian ini secara konseptual yaitu untuk menambah pengetahuan tentang kemampuan empati dan juga tentang social skill training. 2. Secara Praktis a. Untuk anak: 1) Meningkatkan kemampuan anak dalam bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya. 2) Meningkatkan kemampuan anak untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. 3) Meningkatkan kemampuan anak untuk berinteraksi sosial. 4) Meningkatkan kemampuan sosial anak dalam hal berempati dengan orang lain. b. Untuk guru: 1) Memberikan pemahaman kepada guru tentang kemampuan empati. 2) Memberikan pengetahuan kepada guru mengenai social skill training guna meningkatkan kemampuan empati anak. 3) Memberikan motivasi kepada guru agar bisa mengembangkan metode pembelajaran. c. Untuk Lembaga PAUD: 1) Memberikan inspirasi dalam penggunaan metode pelatihan keterampilan sosial pada peserta didik. 2) Sebagai sarana pengembangan dan peningkatan profesionalisme guru. E. Struktur Organisasi Skripsi Untuk memahami alur pikiran dalam penulisan skripsi ini maka perlu adanya struktur organisasi yang berfungsi sebagai pedoman penyusunan laporan penelitian ini, yaitu sebagai berikut: BAB I. PENDAHULUAN Pada Bab I ini dibahas mengenai latar belakang mengenai permasalahan pada kemampuan empati anak yang terjadi di lapangan juga cara penanganan rendahnya kemampuan empati melalui social skill training

6 yang hendak dibahas melalui penelitian ini. Rumusan masalah penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan mengenai efektifitas penggunaan social skill training dalam meningkatkan kemampuan empati anak. Tujuan penelitian menjawab permasalahan penelitian yaitu memperoleh gambaran mengenai pengaruh penggunaan social skill training dalam meningkatkan kemampuan empati anak. Manfaat penelitian memaparkan mengenai pemikiran-pemikiran untuk berbagai pihak dengan adanya penelitian ini. Struktur organisasi skripsi ini sebagai pedoman penyusunan laporan penelitian. BAB II. KAJIAN PUSTAKA Bab II ini berisi penjelasan teori mengenai konsep kemampuan empati meliputi definisi empati, aspek-aspek empati, tahapan empati, dan faktor yang mempengaruhi kemampuan empati, juga memberikan penjelasan mengenai konsep social skill training meliputi definisi social skill training, tujuan social skill training, dan teknik pelaksanaan social skill training. BAB III. METODE PENELITIAN Pada Bab III ini diuraikan mengenai pendekatan kuantitatif, metode penelitian kuasi eksperimen, dan desain penelitian nonequivalent control group design. Lokasi dan subjek penelitian, definisi operasional variabel mengenai kemampuan empati dan definisi social skill training, instrumen penelitian, prosedur penelitian, teknik pengumpulan data yang dilakukan serta teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini. BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dipaparkan mengenai pengolahan data di lapangan dengan menggunakan bantuan program komputer SPSS versi 20 yang membahas mengenai pengaruh social skill training terhadap kemampuan empati anak usia dini. BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini akan menjelaskan kesimpulan dari hasil pengolahan data mengenai ada tidaknya pengaruh penggunaan social skill training

7 terhadap kemampuan empati anak, serta analisis yang telah dilakukan disertai saran yang diberikan pada pihak terkait berikut rekomendasi untuk penelitian selanjutnya. DAFTAR PUSTAKA Daftar pustaka memuat semua sumber yang pernah dikutip dan digunakan dalam penulisan skripsi ini. Lampiran berisi semua dokumen yang digunakan dalam penelitian ini.