BAB I PENDAHULUAN. sejak adanya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan bank syariah di Indonesia menunjukan arah

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan perbankan syariah di Indonesia telah muncul pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi (financial intermediary) yaitu lembaga keuangan yang berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, perbankan menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki kelebihan dana

BAB 1 PENDAHULUAN. lepas dari peran Bank sebagai lembaga keuangan. Menurut Susilo (2000:6) secara

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan kurangnya inisiatif perbankan. Perkembangan bank yang makin pesat

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian tentang bagaimana perbandingan antara kinerja perbankan syariah

BAB I PENDAHULUAN. terjadi perkembangan yang sangat pesat dari tahun-tahun sebelumnya. Hal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis moneter pada tahun 1998 yang terjadi di indonesia memberikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ekonomi syariah dalam beberapa tahun belakangan ini mengalami. perkembangan yang signifikan terutama di bidang perbankan.

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya pertumbuhan ekonomi suatu negara (Dietrich dkk, 2014). Dimana Bank

BAB I PENDAHULUAN. fungsinya sebagai lembaga intermediasi, penyelenggara transaksi

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank, mencakup

BAB I PENDAHULUAN. menunjang berjalannya roda perekonomian mengingat fungsinya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. CAR (Capital Adequacy Ratio) adalah Rasio yang memperlihatkan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Bank berperan sebagai perantara keuangan (financial

BAB I PENDAHULUAN. dengan metode pendekatan syariah Islam yang dapat menjadi alternatif bagi masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. ialah pihak manajemen, pemilik, pemerintah, karyawan dan investor.

BAB I PENDAHULUAN. suatu badan usaha terus-menerus memperoleh laba, ini berarti kelangsungan hidup

BAB I PENDAHULUAN. sistem perekonomian dan sebagai alat dalam pelaksanakan kebijakan moneter

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam bentuk kredit dan bentuk-bentuk lainnya dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Karena laba merupakan suatu hal yang akan menjamin dari kelangsungan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan pada umumnya, bank juga berorientasi untuk mendapatkan laba yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sektor perbankan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana telah diubah dengan Bank dalam Pasal 1 ayat (2) UU Nomor 10

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pembangunan nasional yang berfungsi sebagai financial. pihak-pihak yang memerlukan dana (Mahardian, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. aman dan percaya untuk menanamkan investasi atau dananya di bank.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perekonomian tumbuh dan berkembang dengan berbagai macam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak yang surplus

BAB I PENDAHULUAN. lembaga keuangan terbesar didunia asal Amerika Lehman Brother, kredit

BAB I PENDAHULUAN. besar atau paling tidak sama dengan return (imbalan) yang dikehendaki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keuangan Bank Syariah membutuhkan kajian teori sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. tabungan dan deposito) dan menyalurkannya dalam bentuk kredit oleh bank-bank

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit), kemudian menempatkanya

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dijelaskan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V PENUTUP. independen yang berupa Return On Asset (ROA), BOPO, Financing to Deposit Ratio

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga perantara keuangan ( financial. intermediaries) yang menyalurkan dana dari pihak kelebihan dana ( surplus

BAB 1 PENDAHULUAN. (Nopirin, 2009:34). Kelangkaan dana yang dimiliki dunia perbankan memicu

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bunga baik tabungan, deposito, pinjaman, dll.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari sektor perbankan. Dunia

BAB I PENDAHULUAN. intermediary) antara pihak yang mempunyai dana (surplus unit) dengan pihak

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting. Menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lain dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. memberikan jasa bank lainnya (Martono, 2010 : 37). Tujuan fundamental bisnis

BAB 1 PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan ekonomi. Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah

BAB I PENDAHULUAN. modal yang menghasilkan laba tersebut. Sama seperti pernyataan Pandia. mengukur efektivitas perusahaan memperoleh laba.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perbankan merupakan lembaga keuangan yang berintensitas misal

BAB I PENDAHULUAN. karena melibatkan pengelolaan uang masyarakat dan diputar dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. dan pihak yang kekurangan dana. Kelebihan dana tersebut dapat disalurkan

BAB I PENDAHULUAN. Peran Perbankan sebagai lembaga intermediasi cukup penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. mengelompokkan unsur-unsur pendapatan dan biaya, akan dapat diperoleh hasil pengukuran

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. nasabahpun juga semakin meningkat. syariah menerapkan sistem bagi hasil berdasarkan prinsip Profit Sharing

BAB 1 PENDAHULUAN. peranan dunia perbankan semakin dibutuhkan oleh seluruh lapisan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan akan ketersediaan pendanaan atau biaya. Sektor perbankan memiliki

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN. konvensional yang tumbuh berkisar 8%. (Otoritas Jasa Keuangan, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. pada kegiatan ekonomi baik di negara maju maupun negara berkembang. Negara

BAB I PENDAHULUAN. stabilitas ekonomi. Bank untuk bisa menjaga kepercayaan masyarakat, maka harus

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan perekonomian mencakup semua sektor, baik sektor industri. (manufaktur), jasa, dan perbankan. Perkembangan perekonomian ini

BAB I PENDAHULUAN. /atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak.

BAB I PENDAHULUAN. peran lembaga keuangan tersebut menjadi sangat penting. taraf hidup rakyat banyak (UU RI No. 10 tahun 1998).

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian perbankan secara umum menurut Undang-Undang No.10 Tahun 1998

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA BANK KONVENSIONAL DAN BANK SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. kepada pihak yang kekurangan dana pada waktu yang ditentukan (Dendawijaya,

BAB I PENDAHULUAN. kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam

ANALISIS KINERJA BANK SYARIAH DI INDONESIA (Studi Empiris Bank Umum Syariah)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Banking atau disebut juga Interest Free Banking. Menurut Muhammad. produknya dikembangkan berdasarkan Al-Qur an dan Hadist.

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga perantara keuangan ( Financial Intermediales )

BAB I PENDAHULUAN. alokasi sumber-sumber dana secara efektif dan efisien, bank juga memberikan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. produksi yang tersedia secara optimal untuk dapat menghasilkan output yang

hidup rakyat (Anshori:2009:226). Mengingat semakin berkembangnya zaman

BAB 1 PENDAHULUAN. bunga yang sangat tinggi. Hingga saat ini, sistem pengkreditan bank sudah merata

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. pertama kali yang berdiri di Indonesia yaitu Bank Muamalat dapat membuktikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bank sebagai lembaga keuangan adalah bagian dari faktor

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis yang berkembang dengan pesat sehingga sangat diperlukan sumber-sumber

BAB I PENDAHULUAN. terlihat dari data yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia. Pada Desember

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perusahaan pada umumnya ditandai dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

UCAPAN TERIMA KASIH...

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. nilai-nilai normatif dan rambu-rambu Ilahi (Antonio, 2001).

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan bank syariah dalam sistem perbankan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dan lainnya (Hanafi dan Halim, 2009). Sedangkan kinerja keuangan bank dapat

BAB I PENDAHULUAN. mengikutsertakan peran dan partisipasi masyarakat secara keseluruhan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dengan ditandai adanya krisis global di Amerika Serikat, pada tahun 2008

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan ekonomi yang dilaksanakan oleh. masyarakat dan negara kita adalah mencapai keadilan dan kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Menurunnya kapasitas permintaan dan produksi di sektor riil berpotensi

BAB I PENDAHULUAN. sebagai lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial

BAB I PENDAHULUAN. usahanya. Perbankan memiliki kedudukan yang strategis, yakni sebagai

BAB I PENDAHULUAN. ditengah kondisi perekonomian yang masih dalam tahap pemulihan, membuktikan

BAB I PENDAHULUAN. Bank memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi sebagai

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Eksistensi perbankan syariah di Indonesia saat ini semakin meningkat sejak adanya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah yang memberikan landasan operasi yang lebih jelas bagi bank syariah. Hasil survei dari Islamic Finance Country Index dari Global Islamic Finance Report, industri keuangan syariah di Indonesia telah menorehkan prestasi dengan menempati peringkat keempat industri keuangan syariah dunia yang dinilai dari ukuran-ukuran tertentu dan bobot yang bervariasi, seperti jumlah lembaga keuangan syariah, izin pengaturan syariah, besarnya volume industri, edukasi dan budaya serta kelengkapan infrastruktur ( Pratiwi, 2012: 2). Perkembangan jumlah lembaga keuangan syariah di Indonesia yang terdiri dari Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS) Dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) ditunjukkan dalam Tabel 1.1 berikut: Tabel I.1 Perkembangan Kelembagaan Perbankan Syariah Kelompok Tahun Bank 2009 2010 2011 2012 BUS 5 6 11 11 UUS 27 25 23 24 BPRS 131 139 150 155 Sumber: Statistik Perbankan Indonesia, 2012: 129 Peningkatan eksistensi bank syariah di Indonesia juga didorong oleh tingginya minat masyarakat untuk menempatkan dananya di bank syariah dan 1

2 telah berkembang menjadi sebuah tren. Tren yang berkembang tersebut dikarenakan produk dana perbankan syariah memiliki daya tarik bagi nasabah mengingat nisbah bagi hasil dan margin produk tersebut masih kompetitif dibanding bunga di bank konvensional. Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi kegiatan sektor riil yaitu sektor jasa keuangan (perbankan) di Indonesia terpaksa ditutup atau dibekukan kegiatannya akibat ketidakmampuan bank tersebut dalam mengelola operasionalnya. Hal tersebut mengakibatkan bank mengalami likuidasi serta pembekuan operasi dan menimbulkan suatu krisis sosial yaitu tingkat pengangguran meningkat, penduduk dibawah garis kemiskinan meningkat serta kriminalitas yang meningkat. Dampak yang muncul akibat kegagalan usaha bank menimbulkan perlunya dilakukan serangkaian analisis rasio keuangan yang sedemikian rupa sehingga risiko kegagalan bank dapat dideteksi sedini mungkin. Kondisi perekonomian yang sulit, terjadinya perubahan peraturan yang cepat, persaingan yang semakin tajam dan semakin ketat sehingga kinerja bank yang menjadi rendah karena sebenarnya tidak mampu bersaing di pasar. Hal tersebut mengakibatkan banyak bank yang sebenarnya kurang sehat. Sehat tidaknya kinerja keuangan perbankan dapat dilihat melalui kinerja profitabilitasnya suatu bank tersebut. Penilaian terhadap kinerja suatu bank dapat dilakukan dengan melakukan analisis terhadap laporan keuangnya. Laporan keuangan bank berupa neraca memberikan informasi kepada pihak di luar bank, misalnya bank sentral, masyarakat umum, dan investor, mengenai gambaran posisi keuangannya,

3 yang lebih jauh dapat digunakan pihak eksternal untuk menilai besarnya risiko yang ada pada suatu bank. Laporan laba rugi memberikan gambaran mengenai perkembangan bank yang bersangkutan. Informasi mengenai kondisi suatu bank dapat digunakan oleh pihak-pihak tersebut untuk mengevaluasi kinerja bank dalam menerapkan prinsip kehati-hatian, kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku dan manajemen risiko. Perkembangan kondisi bank perlu di-review secara periodik untuk menyesuaikan kondisi terkini dengan tujuan agar lebih mencerminkan kondisi bank saat ini dan di waktu yang akan datang (Adyani, 2011: 2-3). Laporan keuangan termuat informasi mengenai jumlah kekayaan (assets) dan jenis-jenis kekayaan yang dimiliki (disisi aktiva). Kemudian juga akan tergambar kewajiban jangka pendek ataupun jangka panjang serta ekuitas (modal sendiri) yang dimilikinya. Informasi seperti ini biasanya disebut dengan neraca. Laporan keuangan juga memberikan informasi tentang hasil usaha yang diperoleh bank pada suatu periode tertentu dan biaya-biaya atau beban yang dikeluarkan untuk memperoleh hasil tersebut. Informasi ini akan memuat dalam laporan laba/rugi. Laporan keuangan bank juga memberikan gambaran tentang arus kas suatu bank yang tergambar dalam laporan arus kas. Tujuan utama operasional bank adalah mencapai tingkat profitabilitas yang maksimal. Profitabilitas merupakan kemampuan bank untuk menghasilkan /memperoleh laba secara efektif dan efisien. Profitabilitas yang digunakan adalah ROA karena dapat memperhitungkan kemampuan manajemen bank dalam memperoleh laba secara keseluruhan. Tingkat profitabilitas dengan pendekatan

4 ROA bertujuan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva yang dikuasainya untuk menghasilkan income. Apabila ROA meningkat berarti profitabilitas perusahaan meningkat sehingga dampak akhirnya adalah peningkatan profitabilitas. (Husnan, 2004). Profitabilitas digunakan untuk mengukur efektifitas manajemen berdasarkan hasil pengembalian yang dihasilkan dari pinjaman dan investasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi profitabilitas bank dapat bersumber dari berbagai kinerja profitabilitas yang ditunjukkan beberapa indikator. Rasio profitabilitas yang penting bagi bank adalah Return On Asset (ROA). ROA penting bagi bank karena ROA digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. ROA merupakan rasio antara laba sesudah pajak terhadap total asset. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja perusahaan semakin baik, karena tingkat kembalian (return) semakin besar (Adyani, 2011: 3). Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio yang berkaitan dengan faktor permodalan bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung resiko. Minimal CAR sebesar 8% dari Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR) atau ditambah dengan Risiko Pasar dan Risiko Operasional, hal ini tergantung pada kondisi bank yang bersangkutan. Modal suatu bank akan berpengaruh pada mampu atau tidaknya suatu bank secara efisien menjalankan kegiatannya. Modal yang dimiliki oleh bank tersebut mampu menyerap kerugian-kerugian yang tidak dapat dihindarkan, maka bank dapat mengelola seluruh kegiatannya secara efisien, sehingga

5 kekayaan bank (kekayaan pemegang saham) diharapkan akan semakin meningkat demikian juga sebaliknya. Kesimpulannya adalah hubungan antara CAR dengan ROA adalah positif (Pratiwi, 2012: 6). BOPO atau Operational Efficiency Ratio merupakan perbandingan antara total biaya operasi dengan total pendapatan operasi. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Rasio BOPO yang semakin tinggi mak kinerja bank akan semakin menurun dan begitu pula sebaliknya. Kesimpulannya besar kecilnya BOPO akan mempengaruhi profitabilitas bank (ROA) (Pratiwi, 2012: 6). Non Performing Financing (NPF) merupakan rasio keuangan yang bekaitan dengan risiko kredit. Non Performing Financing adalah perbandingan antara total pembiayaan bermasalah dengan total pembiayaan yang di berikan kepada debitur. Rasio Non Performing Financing analog dengan Non Performing Loan pada bank konvensional karena pada bank syariah tidak mengenal adanya pinjaman namun menggunakan istilah pembiayaan. NPL mencerminkan risiko kredit, semakin kecil NPL semakin kecil pula risiko kredit yang ditanggung pihak bank sehingga dikatakan bahwa NPF berpengaruh negatif terhadap ROA (Pratiwi, 2012: 7). Financing to Deposit Ratio (FDR) analog dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) pada bank konvensional, merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas bank yang menunjukkan kemampuan bank untuk memenuhi permintaan kredit dengan menggunakan total aset yang dimiliki bank. Rasio FDR semakin tinggi maka laba bank semakin meningkat (dengan asumsi

6 bank tersebut mampu menyalurkan kreditnya dengan efektif), dengan meningkatnya laba bank, maka kinerja bank juga meningkat. Kesimpulannya besar kecilnya rasio FDR suatu bank akan mempengaruhi kinerja bank tersebut (Pratiwi, 2012: 7). Adapun dinamika pergerakan rasio keuangan Perbankan Syariah periode tahun 2009 hingga 2012 ditunjukkan dalam Tabel 1.2 sebagai berikut: Tabel I.2. Data Pergerakan Rasio Keuangan Perbankan Syariah Rasio 2009 2010 2011 2012 ROA 2,76 5,00 3,49 2,67 CAR 30,28 29,98 27,46 23,49 BOPO 80,85 64,69 78,08 76,31 NPF 8,38 7,03 6,50 6,11 FDR 128,78 126,89 128,47 127,71 Sumber: Statistik Perbankan Syariah, 2012: 39 (Dalam %) Menilik apa yang terjadi secara empiris tampak bahwa rasio-rasio keuangan dari tahun ke tahun mengalami perubahan dan terdapat penyimpangan dengan teori yang menyatakan hubungan CAR, BOPO, NPF dan FDR terhadap ROA. Tabel I.3. Perkembangan Rasio Bank Umum Syariah Di Indonesia Periode Tahun 2009-2012 (Dalam %) Rasio 2009-2010 2010-2011 2011-2012 ROA +2,24-1,51-0,82 CAR -0,3-2,52-3,97 BOPO -16,16 +13,39-1,77 NPF -1,35-0,53-0,39 FDR -1,89 +1,58-0,76 Sumber: data diolah

7 Periode 2009-2010, ketika ROA naik sebesar 2,24%, CAR justru mengalami penurunan sebesar 0,3%. Hal ini bersimpangan dengan teori yang menyatakan bahwa CAR berpengaruh positif terhadap ROA. Hal yang sama terjadi pada rasio BOPO, dimana pada periode 2010-2011. Rasio BOPO turun sebesar 1,77%, rasio ROA justru ikut turun sebesar 0,82%. Hal tersebut memberikan kesan bahwa rasio BOPO berpengaruh positif terhadap ROA. Sedangkan berdasarkan teori BOPO berpengaruh negatif terhadap ROA. Periode 2010-2011, ketika rasio NPF turun sebesar 0,53%, rasio ROA ikut turun sebesar 1,51%. Hal ini bersimpangan dengan teori yang menyatakan NPF berpengaruh negatif terhadap ROA. Rasio FDR pun mengalami penyimpangan dengan teori yang ada. Rasio FDR turun sebesar 1,89% periode 2009-2010, ROA justru naik sebesar 2,24% sehingga ada kesan bahwa FDR berpengaruh negatif terhadap ROA, padahal dalam teori sebelumnya, dikatakan bahwa FDR berpengaruh positif terhadap ROA. Dari fenomena gap di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak setiap kejadian empiris sesuai dengan teori yang ada. Hal ini diperkuat oleh adanya research gap dalam penelitian-penelitian terdahulu. Hasil penelitian Millatina (2012) menunjukkan bahwa CAR tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ROA sedangkan hasil penelitian Pratiwi (2012) menunjukkan bahwa CAR berpengaruh negatif secara signifikan terhadap ROA. Hasil penelitian Millatina (2012) menunjukkan bahwa NPL tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ROA sedangkan hasil penelitian Pratiwi (2012) menunjukkan bahwa NPF berpengaruh negatif secara signifikan terhadap ROA. Hasil penelitian Millatina

8 (2012) menunjukkan bahwa LDR tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ROA sedangkan hasil penelitian Pratiwi (2012) menunjukkan ba hwa FDR berpengaruh positif secara signifikan terhadap ROA. Penelitian lebih lanjut berdasarkan fenomena gap dan research gap di atas mengenai Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Profitabilitas (Pada Bank Umum Syariah Di Indonesia Periode Januari 2009-Desember 2012). 1.2. Rumusan Masalah Perumusan masalah dari permasalahan yang muncul tersebut, dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh CAR terhadap ROA (Pada Bank Umum Syariah Di Indonesia Periode Januari 2009-Desember 2012)? 2. Bagaimana pengaruh BOPO terhadap ROA (Pada Bank Umum Syariah Di Indonesia Periode Januari 2009-Desember 2012)? 3. Bagaimana pengaruh NPF terhadap ROA (Pada Bank Umum Syariah Di Indonesia Periode Januari 2009-Desember 2012)? 4. Bagaimana pengaruh FDR terhadap ROA (Pada Bank Umum Syariah Di Indonesia Periode Januari 2009-Desember 2012)? 1.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini mempunyai tujuan sesuai dengan rumusan masalah adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pengaruh CAR terhadap ROA (Pada Bank Umum Syariah Di Indonesia Periode Januari 2009-Desember 2012)

9 2. Untuk mengetahui pengaruh BOPO terhadap ROA (Pada Bank Umum Syariah Di Indonesia Periode Januari 2009-Desember 2012) 3. Untuk mengetahui pengaruh NPF terhadap ROA (Pada Bank Umum Syariah Di Indonesia Periode Januari 2009-Desember 2012) 4. Untuk mengetahui pengaruh FDR terhadap ROA (Pada Bank Umum Syariah Di Indonesia Periode Januari 2009-Desember 2012) 1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat bermanfaat bagi: 1. Bagi pengambil kebijakan (manajemen bank), dapat digunakan sebagai dasar untuk merencanakan pengelolaan dana dalam rangka menjaga kesehatan bank melalui Return On Assets (ROA) 2. Bagi lembaga perbankan, dapat digunakan sebagai masukan dalam menilai tingkat kesehatan bank 3. Bagi para investor, dapat menjadi masukan untuk menilai tingkat kesehatan bank sebelum menanamkan modalnya di bank tersebut. 1.5. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dibuat untuk memudahkan pemahaman dan memberi gambaran kepada pembaca tentang penelitian yang diuraikan oleh penulis BAB I PENDAHULUAN Bab satu berisi pendahuluan yang menjelaskan latar belakang masalah yang mendasari diadakannya penelitian, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian serta sistematika penulisan

10 BAB II TELAAH PUSTAKA Bab dua berisi tinjauan pustaka yang menjelaskan tentang landasan teori yang menjadi dasar dan bahan acuan dalam penelitian ini, penelitian terdahulu, kerangka pemikiran teoritis dan hipotesis BAB III METODE PENELITIAN Bab tiga berisi metode penelitian yang terdiri dari variabel penelitian dan definisi operasional variabel, penentuan populasi dan sampel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data dan metode analisis data BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab empat berisi hasil dan pembahasan yang menjelaskan deskripsi objek penelitian, analisis data, dan interpretasi hasil BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab lima berisi simpulan dari hasil analisis, keterbatasan penelitian, dan saran yang berupa tindakan-tindakan yang sebaiknya dilakukan