BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai bobot badan optimum dalam pemeliharaan 8 minggu dibandingkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persilangan dapat meningkatkan rata-rata bobot potong ayam (Gunawan dan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai pengaruh frekuensi dan periode pemberian pakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fungsi, yaitu sebagai ayam petelur dan ayam potong.

BAB III MATERI DAN METODE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam buras super merupakan hasil dari program persilangan (crossbreding)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kondisi suhu rendah ke suhu tinggi kemudian turun kembali ke suhu rendah. Suhu

I. PENDAHULUAN. peternakan pun meningkat. Produk peternakan yang dimanfaatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Burung Puyuh Jepang (Coturnix coturnix japonica)

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sudah melekat dengan masyarakat, ayam kampung juga dikenal dengan sebutan

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk

Uji lanjut. Rata-rata K ,620 K ,380 K ,620 P 1,000 1,000 1,000. Kandang

PENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau

PENDAHULUAN. relatif singkat, hanya 4 sampai 6 minggu sudah bisa dipanen. Populasi ayam

BAB I PENDAHULUAN. terjadi kekosongan pasokan. Berdasarkan data Kementan (2015), pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan, Bobot Badan dan Mortalitas Puyuh

Performan Pertumbuhan dan Produksi Karkas Itik CA [Itik Cihateup x Itik Alabio] sebagai Itik Pedaging

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi ransum merupakan jumlah ransum yang dikonsumsi dalam

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Standar Performa Mingguan Ayam Broiler CP 707

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian Pengaruh Frekuensi dan Periode Pemberian Pakan yang Berbeda

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang pengaruh penggunaan tepung daun katuk (Sauropus

TINJAUAN PUSTAKA. Ayam Kampung. Ayam kampung merupakan ayam lokal Indonesia yang berasal dari ayam

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Ayam Broiler Awal Penelitian

I. PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan dan kecerdasan bangsa. Permintaan masyarakat akan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Suhu Kandang Selama Lima Minggu Penelitian Pengukuran Suhu ( o C) Pagi Siang Sore 28-32

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan penduduk yang semakin pesat, permintaan produk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lingkungan sekitarnya, sehingga lebih tahan terhadap penyakit dan cuaca. dibandingkan dengan ayam ras (Sarwono, 1991).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam lokal persilangan merupakan ayam lokal yang telah mengalami

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas ayam buras salah satunya dapat dilakukan melalui perbaikan

SKIPSI. Oleh: AFIT SETIAWAN

[Evaluasi Hasil Produksi Ternak Unggas]

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil

I. PENDAHULUAN. tinggi. Fakta ini menyebabkan kebutuhan yang tinggi akan protein hewani

OPTIMALISASI TEKNOLOGI BUDIDAYA TERNAK AYAM LOKAL PENGHASIL DAGING DAN TELUR

Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Desember Juni 2002.

1. PENDAHULUAN. Produktivitas ayam petelur selain dipengaruhi oleh faktor genetik juga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Negara China, Amerika maupun Australia. Itik Peking merupakan itik yang dapat

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Usaha peternakan ayam saat ini cukup berkembang pesat. Peredaran daging ayam cukup besar di pasaran sehingga menyebabkan

I PENDAHULUAN. Ternak itik mulai diminati oleh masyarakat terutama di Indonesia. Karena,

I. PENDAHULUAN. Secara umum, ternak dikenal sebagai penghasil bahan pangan sumber protein

BAB III MATERI DAN METODE. Merah (Hylocereus polyrhizus) terhadap Performa Burung Puyuh Betina Umur 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gram dan mendekati 2 kg pada umur 37 hari dan siap potong (Weeks dan. Ayam pedaging mengandung protein dan asam amino

MATERI DAN METODE. Materi

BAB III MATERI DAN METODE. berbeda terhadap tingkah laku burung puyuh petelur, dilaksanakan pada bulan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Penggunaan Tepung Daun Mengkudu (Morinda

PENDAHULUAN. dan dikenal sebagai ayam petarung. Ayam Bangkok mempunyai kelebihan pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler atau yang juga disebut ayam pedaging merupakan salah satu

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam ras petelur adalah ayam yang dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan

PENDAHULUAN. Tingkat keperluan terhadap hasil produksi dan permintaan masyarakat berupa daging

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian

Nama : MILA SILFIA NIM : Kelas : S1-SI 08

HASIL DAN PEMBAHASAN. sangat berpengaruh terhadap kehidupan ayam. Ayam merupakan ternak

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 minggu dari 02 April--23 April 2014, di

MATERI DAN METODE. Materi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Rataan jumlah konsumsi pakan pada setiap perlakuan selama penelitian dapat. Perlakuan R1 R2 R3 R4 R5

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Nutrien

lagomorpha. Ordo ini dibedakan menjadi dua famili, yakni Ochtonidae (jenis

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2013 di

BAB III MATERI DAN METODE. Pertanian, Universitas Diponegoro pada tanggal 22 Oktober 31 Desember 2013.

Peubah yang diamati meliputi berat badan awal, berat badan akhir, pertambahan berat badan, konsumsi pakan, feed convertion ratio (FCR), kecernaan

BAB III METODE PENELITIAN Analisis proksimat dilakukan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak

THERMOREGULATION SYSTEM ON POULTRY

BAB III MATERI DAN METODE. protein berbeda pada ayam lokal persilangan selama 2 10 minggu dilaksanakan

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. hari (DOC) sebanyak 38 ekor. Ayam dipelihara secara semiorganik sampai umur

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan ayam hutan hijau

PERSILANGAN AYAM PELUNG JANTAN DENGAN AYAM BURAS BETINA UNTUK MENINGKATKAN AYAM BURAS PEDAGING

PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan daging yang paling banyak dikonsumsi masyarakat

I. PENDAHULUAN. Sektor peternakan sangat penting dalam memenuhi kebutuhan gizi. Sumber daya

PENDAHULUAN. percobaan, penghasil bulu, pupuk kandang, kulit maupun hias (fancy) dan

MATERI DAN METODE. Gambar 2. Contoh Domba Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adanya wabah flu burung pada unggas, tidak mustahil untuk memenuhi kebutuhan

BAB III MATERI DAN METODE. Februari 2017 di kandang, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas

HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

MATERI DAN METODE. Materi. Tabel 2. Komposisi Zat Makanan Ransum Penelitian Zat Makanan Jumlah (%)

EFFECT OF HOUSE TEMPERATURE ON PERFORMANCE OF BROILER IN STARTER PERIOD

PERSILANGAN AYAM PELUNG JANTAN X KAMPUNG BETINA HASIL SELEKSI GENERASI KEDUA (G2)

PENDAHULUAN. jualnya stabil dan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan ayam broiler, tidak

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan September - Desember 2015 di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yaitu tipe pedaging, tipe petelur dan tipe dwiguna. Ayam lokal yang tidak

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. (Setianto, 2009). Cahaya sangat di perlukan untuk ayam broiler terutama pada

KAJIAN KEPUSTAKAAN. japanese quail (Coturnix-coturnix Japonica) mulai masuk ke Amerika. Namun,

BAB III METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

BAB III MATERI DAN METODE. periode starter terhadap performans pada Ayam Kedu Hitam umur 0-10 Minggu.

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian yang berjudul Pengaruh Pemberian Tingkat Protein Ransum dan

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Jumlah penduduk di Indonesia selalu menunjukkan peningkatan dari tahun ke

PENDAHULUAN. yang berkembang pesat saat ini. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2014)

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan waktu, pertambahan jumlah penduduk,

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Konsumsi Pakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. ayam yang umumnya dikenal dikalangan peternak, yaitu ayam tipe ringan

Transkripsi:

4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Buras Super Ayam buras super merupakan hasil rekayasa genetika yang mampu mencapai bobot badan optimum dalam pemeliharaan 8 minggu dibandingkan ayam buras pada umum nya yang memerlukan waktu 5-6 bulan (Abun dkk., 2007). Ayam persilangan memiliki performa yang lebih baik jika dibandingkan dengan ayam buras biasa dilihat dari bobot badan, produksi telur, kesuburan dan kualitas telur. Ayam persilangan bertujuan untuk perbaikan genetik sehingga dihasilkan ayam dengan produktivitas yang lebih baik (Islam dan Nishibori, 2010). Dalam jangka pendek metode persilangan dapat meningkatkan rata-rata bobot potong ayam (Gunawan dan Sartika, 2001). Keunggulan ayam buras super antara lain dapat diproduksi atau dipanen dengan cepat 2 2,5 bulan (pertumbuhan cepat), tingkat kematian relatif rendah sekitar 5%. memiliki rasa daging mirip ayam kampung biasa (Pramono, 2006). Ayam buras super memiliki keunggulan yaitu pertumbuhan yang lebih cepat, sehingga bisa dipanen pada umur 50 60 hari dengan bobot badan sekitar 0,7 0,85 kg/ekor (Muryanto dkk., 2009). Ayam buras super memiliki kebutuhan nutrien dalam dua jenis ransum, yaitu ransum starter untuk umur 0-4 minggu (kadar protein 21 %) dan ransum finisher untuk umur 4 12 minggu (kadar protein 19%), serta EM untuk kedua ransum yaitu 2900 kkal/kg (Iskandar, 2006).

5 2.2. Frekuensi dan Periode Pemberian Pakan Ayam dapat tumbuh dengan optimal pada suhu 20º-26ºC (Kuczynski, 2002). Suhu kandang yang lebih tinggi menyebabkan ayam mengurangi konsumsi ransumnya agar produksi panas dalam tubuhnya tidak berlebih dan akan meningkatkan konsumsi air minum sebagai upaya dalam mengurangi tekanan panas (Fijana dkk, 2012). Produktivitas ayam dapat optimum ketika kelembaban lingkungan 50-70% ditunjang dengan suhu 22-28ºC (Ajakaiye dkk., 2011). Frekuensi pemberian ransum dapat meningkatkan nafsu makan ayam dan dapat meminimalisir pakan yang tercecer sehingga lebih efisien (Imamudin dkk., 2012). Pemberian pakan pada ayam 2 kali sehari lebih baik dan lebih efisien dibandingkan dengan pemberian 2, 3 dan 4 kali sehari karena dapat memaksimal konversi pada ayam (Idayat dkk., 2012). Frekuensi pemberian pakan 2 kali pukul 06.00 WIB dan pukul 18.00 WIB; 3 kali pukul 06.00 WIB, 12.00 WIB, dan 18.00WIB; dan 4 kali pukul 06.00 WIB, 10.00 WIB, 14.00, dan 18.00 WIB tidak berpengaruh terhadap bobot karkas karena pakan yang dikonsumsi ayam mampu dimanfaatkan oleh tubuh nya sebab kondisi lingkungan nyaman (24-27 o C) (Herlina dkk., 2015). Pemberian pakan secara ad libitum dengan pengaturan pemberian pakan secara berkala tidak memberikan pengaruh terhadap persentase dan bobot pada dada, paha serta sayap akibat kondisi yang disesuaikan dengan kenyamanan ayam (Jahanpour dkk., 2015). Periode penyajian pemberian ransum pada ayam dilakukan untuk memberikan kesempatan ayam makan lebih lama pada saat kondisi comfort zone. Menurut Li dkk. (2010) penyajian ransum dengan memberi pencahayaan selama

6 23 jam, 20 jam, 16 jam dan 12 jam tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap persentase dada, sayap dan paha akibat suhu yang dijaga pada 22 0 C. Kondisi kandang selama penelitian bersuhu 18 21ºC dengan periode penyajian ransum diatur dari 16 jam pencahayaan kemudian menjadi 18 jam tidak memberikan pengaruh terhadap bobot realtif paha dan dada (Liu dkk., 2015). Bobot relatif karkas menunjukkan tidak ada perbedaan untuk penyajian ransum dengan pemberian cahaya 24 jam dan 23 jam serta suhu kandang antara 18 33ºC (Obansilar dkk., 2007). 2.3. Bobot Karkas Ayam akan mengoptimalkan konsumsi ransum ketika tidak terkena cekaman panas akibat suhu lingkungan tinggi sehingga mampu memaksimalkan bobot karkas (Hamidi, 2006). Ketika suhu 33 C dan kelembaban 50% dibandingkan suhu 33 C dan kelembaban 80% dapat berpengaruh terhadap bobot karkas. Suhu dan kelembaban akan mempengaruhi apabila kondisi nyaman akan mendapatkan bobot karkas lebih baik apabila dibandingkan dalam kondisi lingkungan tinggi (Gu dkk., 2008). Pertumbuhan dapat terjadi secara optimal disebabkan karena jaringan tubuh dapat terbentuk dengan baik apabila ayam berada pada kondisi lingkungan yang nyaman (Mujahid, 2011). Terjadi penurunan bobot karkas sebanyak 5-10% dari pemeliharaan suhu 24ºC menjadi kisaran 26-34ºC (Al-Batshan dan Hussein, 1999). Energi dari ransum dapat dimanfaatkan dengan optimum untuk pembentukan jaringan ketika selama pemeliharaan kelembaban dijaga pada 65%

7 dengan suhu berkisar 21º-25ºC dimana penurunan bobot karkas kurang dari 1% (Lagana dkk, 2007). Menurut Rosa dkk. (2007) pemanfaatan energi dari ransum menjadi tidak efisien saat periode heat stress (suhu 32ºC) karena terjadi pembongkaran energi untuk mengurangi panas tubuh dan mengakibatkan penurunan bobot karkas sebanyak 4%. 2.4. Bobot Potongan Komersial Karkas Potongan komersial dibagi menjadi dada, sayap, paha atas, paha bawah dan punggung (Marsetyo dkk., 2015). Semakin tinggi bobot karkas maka semakin berat bobot potongan komersial karkasnya, tetapi potongan tertinggi adalah bagian dada jika dibanding paha, punggung dan sayap (Muryanto dkk., 2002). Kandungan nutrient dalam ransum terutama protein merupakan elemen yang penting dalam pertumbuhan jaringan tubuh sehingga mempengaruhi bobot potongan komersial (Solangi, 2003). Fluktuasi suhu dapat mempengaruhi konsumsi ransum yang kemudian berpengaruh terhadap bobot potongan komersial karkas. Suhu 29ºC dengan kelembaban 54% memiliki pengaruh lebih baik dibandingkan dengan suhu 33ºC dan kelembaban 57% terhadap bobot potongan komersial dilihat dari bobot paha, dada dan sayap. Keadaan lingkungan nyaman menghasilkan bobot yang lebih baik (Filho dkk., 2005). Menurut Baziz dkk. (1996) bobot potongan komersial karkas yang terdiri dari dada, paha atas dan paha bawah mengalami peneurunan sebesar 10 30% saat terjadi kenaikan suhu lingkungan dari 22ºC menjadi 32ºC. Tidak terjadi penurunan yang signifikan pada bobot dada, paha atas dan paha bawah saat

8 temperature lingkungan mengalami kenaikan dari 22ºC hingga 33ºC akibat kelembaban yang relatif konstan yaitu 50% (Gu dkk., 2008). Ilustrasi 1. Gambar Potongan Komersial Karkas (Sumber : Jull, 1972) 2.5. Persentase Potongan Komersial Karkas Persentase potongan komersial karkas dipengaruhi oleh bobot karkas dan bobot potongan komersial. Perhitungan persentase potongan komersial kartas dapat dihitung dengan cara menimbang bobot potongan komersial karkas (g) dibagi dengan bobot karkas (g) dikali 100% (Hidayat dkk., 2015). Hal yang mempengaruhi potongan komersial yaitu konsumsi ransum dan fluktuasi suhu. Persentase potongan komersial, protein dan energi memiliki hubungan yang linier.

9 Protein dan energi digunakan untuk memproduksi daging dalam tubuh sehingga efisiensi penggunaan nutrien ransum mempengaruhi persentase potongan komersial (Anggitasari dkk., 2016). Fluktuasi suhu yang dimaksud berkaitan dengan suhu nyaman dan kondisi stress saat suhu lingkungan tinggi. Ayam yang dikelompokkan pada kondisi heat stress dibandingkan pada kondisi nyaman memiliki persentase potongan komersial lebih rendah 1-2% yaitu persentase sayap, paha dan dada (Mello dkk., 2015). Persentase paha, dada, sayap dan punggung mengalami penurunan 1% ketika terpapar pada suhu 36ºC selama 6 jam dan suhu 26ºC untuk 18 jam sisanya (Barbour dkk, 2010). Persentase dada, punggung, sayap, paha atas dan paha bawah tidak mengalami penurunan yang siginifikan (<1%) ketika meskipun suhu tinggi mencapai 31,7ºC tetapi kelembaban tetap rendah yaitu 59,1% (Zeferino dkk, 2015).