BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan suatu bangsa. Dalam upaya

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas

I. PENDAHULUAN. suatu perekonomian dari suatu periode ke periode berikutnya. Dari satu periode ke

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkapita, dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan juga

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

PERKEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT : TINJAUAN SECARA MAKRO

PERTUMBUHAN EKONOMI JAMBI TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan oleh sekian banyak Negara berkembang khususnya

Analisis penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian di Kabupaten Tanjung Jabung Barat

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu pertumbuhan, penanggulangan kemiskinan, perubahan atau transformasi

BAB I PENDAHULUAN. daya yang dimiliki daerah, baik sumber daya alam maupun sumber daya

Analisis Tipologi Pertumbuhan Ekonomi Dan Disparitas Pendapatan Dalam Implementasi Otonomi Derah di Propinsi Jambi. Oleh : Etik Umiyati.SE.

BAB I PENDAHULUAN. dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan sisterm kelembagaan.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, terlebih dahulu kita harus menganalisa potensi pada

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah yang sedang dihadapi (Sandika, 2014). Salah satu usaha untuk

I. PENDAHULUAN. dan jasa menjadi kompetitif, baik untuk memenuhi kebutuhan pasar nasional. kerja bagi rakyatnya secara adil dan berkesinambungan.

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi

PENGARUH ALOKASI DANA PERIMBANGAN TERHADAP KETIMPANGAN EKONOMI REGIONAL DI PROVINSI JAMBI

I. PENDAHULUAN. keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi masayarakat industri.

ANALISIS PENDAPATAN DAN PENGELUARAN PERKAPITA DI KABUPATEN BATANGHARI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Berlakang. Pembangunan daerah merupakan implementasi (pelaksaan) serta

BAB I PENDAHULUAN. suatu sistem negara kesatuan. Tuntutan desentralisasi atau otonomi yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduknya. Pembangunan dalam perspektif luas dapat dipandang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama untuk. bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan daerah.

I. PENDAHULUAN. (1) pertumbuhan, (2) penanggulangan kemiskinan, (3) perubahan atau

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, yaitu upaya peningkatan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju. kepada tercapainya kemakmuran seluruh rakyat Indonesia.

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

ANALISIS PENDAPATAN DAN PENGELUARAN PERKAPITA DI KABUPATEN BATANGHARI

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada umumnya pembangunan ekonomi selalu diartikan sebagai

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, namun. dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan. swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KU-APBD) TAHUN ANGGARAN 2016

Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh :

VII. ANALISIS POTENSI PEREKONOMIAN LOKAL DI WILAYAH PEMBANGUNAN CIANJUR SELATAN

Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

BAB I PENDAHULUAN. baru, dengan dilaksanakannya UU No. 5 tahun Pokok- pokok yang

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan 1. Kontribusi sektor pertanian terhadap perekonomian Provinsi Jawa Tengah

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut. Masalah pokok dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah tidak lepas dari pembangunan. yang dimiliki oleh daerahnya. Pembangunan nasional dilakukan untuk

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan kekhasan daerah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DENGAN PENDEKATAN LOCATION QUATION KABUPATEN PELALAWAN. Anthoni Mayes, Yusni Maulida dan Toti Indrawati

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

BAB 4 ANALISIS PENENTUAN SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KABUPATEN KUNINGAN

BAB I PENDAHULUAN. kota dan desa, antara pulau Jawa dengan luar Pulau Jawa maupun antara dua

BAB I PENDAHULUAN. rakyat. Pembangunan merupakan pelaksanaan dari cita-cita luhur bangsa. desentralisasi dalam pembangunan daerah dengan memberikan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. institusi nasional tanpa mengesampingkan tujuan awal yaitu pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. serta pengentasan kemiskinan (Todaro, 1997). Salah satu indikator kemajuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Wilayah Indonesia

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. berkaitan dengan sektor-sektor lain karena sektor pertanian merupakan sektor

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan suatu daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. Dalam melaksanakan pembangunan perekonomian di daerah baik pada tingkat

I. PENDAHULUAN. Kota Depok telah resmi menjadi suatu daerah otonom yang. memiliki pemerintahan sendiri dengan kewenangan otonomi daerah

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Geografis Kabupaten Indragiri Hulu. yang meliputi wilayah Rengat dan Tembilahan di sebelah Hilir.

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu hal yang cukup penting dalam mewujudkan

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PASER

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. upaya mencapai tingkat pertumbuhan pendapatan perkapita (income per capital) dibandingkan laju pertumbuhan penduduk (Todaro, 2000).

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma pembangunan di Indonesia telah mengalami pergeseran dari zaman orde baru

BAB I PENDAHULUAN. setiap daerah di wilayah negaranya. Dalam pembangunan perekonomian di suatu

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia.

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN ,71 PERSEN

I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting di Indonesia. Sektor pertanian merupakan

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2011 MENCAPAI 5,11 PERSEN

I. PENDAHULUAN. setiap negara yang ada di dunia untuk berlomba lomba meningkatkan daya

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. sumber pangan utama penduduk Indonesia. Jumlah penduduk yang semakin

KAJIAN KEMAMPUAN EKONOMI PETANI DALAM PELAKSANAAN PEREMAJAAN KEBUN KELAPA SAWIT DI KECAMATAN SUNGAI BAHAR KABUPATEN MUARO JAMBI

TIPOLOGI PERTUMBUHAN DAN TINGKAT SPESIALISASI REGIONAL KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAMBI

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN I. PENDAHULUAN.. 1

I. PENDAHULUAN 41,91 (42,43) 42,01 (41,60) 1,07 (1,06) 12,49 (12,37) 0,21 (0,21) 5,07 (5,02) 20,93 (20,73) 6,10 (6,04) 0,15 (0,15) (5,84) 1,33 (1,35)

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Usaha ini

BAB IV TINJAUAN PEREKONOMIAN KABUPATEN BUNGO

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan mempunyai tujuan yaitu berusaha mewujudkan kehidupan masyarakat adil dan makmur. Pembangunan adalah suatu proses dinamis untuk mencapai kesejahteraan masyarakat pada tingkat yang lebih baik. Untuk mewujudkan hal tersebut, maka pembangunan harus dilakukan bertahap di segala sektor maupun subsektor secara terencana dan terprogram. Salah satu cara mencapai keberhasilan pembangunan adalah dengan adanya pembangunan ekonomi (Widodo, 2006 dalam Permatasari, 2011:1). Pembangunan ekonomi diartikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk suatu masyarakat meningkat dimana kenaikan pendapatan perkapita merupakan suatu pencerminan dari timbulnya perbaikan dalam kesejahteraan ekonomi masyarakat. Pembangunan ekonomi harus dipandang sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusiinstitusi nasional, disamping tetap mengejar akselerasi pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan, serta pengetasan kemiskinan (Amalia, 2007:1). Dewasa ini pembangunan ekonomi tidak lagi dikendalikan dari pusat tetapi sudah diserahkan kepada daerah kabupaten atau kota masing-masing, sehingga suatu daerah dituntut agar dapat mencari dan mengelola sumber daya yang dimilikinya untuk menjadikan pembangunan di daerah yang bersangkutan maju dan mandiri. Hal ini diperkuat dengan berlakunya otonomi daerah yaitu adanya penetapan UU RI No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan UU RI No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, maka daerah-daerah mempunyai hak, wewenang dan kewajiban mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dengan adanya kebijakan pemerintah tersebut maka setiap daerah harus mampu menaksir potensi sumberdaya yang dapat dikembangkan dan dapat menjadi sektor unggulan serta mampu mengatasi permasalahan yang dihadapi didaerahnya, sehingga

2 kebijakan yang dibuat sesuai dengan sasaran dan kebutuhan daerah yang bersangkutan (Permatasari, 2011:2). Sektor pertanian sebagai salah satu sektor perekonomian termasuk sektor yang sangat potensial dalam memberikan sumbangan terhadap pertumbuhan dan pembangunan ekonomi daerah, baik dari segi pendapatan maupun penyerapan tenaga kerja. Disamping itu, usaha dalam sektor pertanian akan selalu berjalan selama manusia masih memerlukan makanan untuk mempertahankan hidup dan manusia masih memerlukan hasil pertanian sebagai bahan baku dalam industrinya. Sektor pertanian terdiri dari subsektor tanaman bahan makanan, subsektor perkebunan, subsektor perikanan, subsektor perternakan, dan subsektor kehutanan. Sejalan dengan pembangunan ekonomi di daerah, salah satu daerah yang sedang melaksanakan pembangunan ekonomi adalah Kabupaten Tebo. Kabupaten Tebo merupakan salah satu dari 11 kabupaten yang terletak di Provinsi Jambi, dimana 11 kabupaten tersebut adalah Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Kota Jambi, Kabupaten Muaro Jambi, Kabupaten Bungo, Kabupaten Batang Hari, Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Tebo, Kabupaten Merangin, Kabupaten Kerinci, dan Kabupaten Sungai Penuh. Di lihat dari PDRB kabupaten atau kota di Provinsi Jambi, Kabupaten Tebo merupakan kabupaten yang memiliki PDRB ke 4 terendah di Provinsi Jambi, dimana kabupaten yang memiliki PDRB tertinggi di Provinsi Jambi adalah Kabupaten Tanjung Jabung Barat serta kabupaten yang memiliki PDRB terendah adalah Kabupaten Sungai Penuh. Hal ini dapat dilihat dari PDRB atas harga konstan 2010 menurut lapangan usaha kabupaten atau kota pada tahun 2011-2014 (lampiran 1). Kabupaten Tebo memiliki luas wilayah mencapai 646.100 Ha. sekitar 48% luas wilayah di Kabupaten Tebo adalah kawasan perkebunan. Selanjutnya 45% dari luas wilayah Kabupaten Tebo adalah areal hutan, yang terdiri dari areal hutan produksi tetap, hutan produksi terbatas, hutan lindung dan hutan konversi. Jumlah penduduk di Kabupaten Tebo pada tahun 2014 mencapai 324.919 jiwa. Sumberdaya manusia berdasarkan mata pencaharian yang mendominasi adalah sektor pertanian yaitu sebesar 64,99% (BPS Tebo, 2015:4).

3 Pemerintah Kabupaten Tebo mempunyai visi yaitu menuju Kabupaten Tebo sejahtera: aman, harmonis, dan merata. Untuk mewujudkan dan merealisasikan visi Kabupaten Tebo, maka ditetapkan misi Kabupaten Tebo. Salah satu misi yang ingin diwujudkan yaitu: mendorong tumbuhnya perekonomian daerah dan pendapatan masyarakat berbasis agrobisnis dan agroindustri (RPJMD Kabupaten Tebo 2011-2016:VI-6) Sejak berdiri pada tahun 1999, Kabupaten Tebo merupakan wilayah agraris dimana lebih dari 50% pembentukan PDRB berasal dari sektor pertanian. Sektor pertanian mempunyai keterkaitan erat dengan pengurangan kemiskinan, upaya mengatasi pengangguran, usaha membangun ketahanan pangan, memproduksi pangan, dan usaha pelestarian lingkungan (PDRB Tebo, 2013:22). Selain itu, menurut badan pusat statistik Kabupaten Tebo (2015), dari tahun 2010-2014 sektor pertanian memberikan sumbangan terbesar terhadap PDRB Kabupaten Tebo. Sektor pertanian pada tahun 2010 memberikan sumbangan sebesar Rp 2.841.820.000.000,00, tahun 2011 sebesar Rp 3.037.165.600.000,00, tahun 2012 sebesar Rp 3.260.741.100.000,00, tahun 2013 sebesar Rp 3.499.386.900.000,00, dan pada tahun 2014 sebesar Rp 4.050.419.100.000,00. Hal ini dapat dilihat dari tabel PDRB Kabupaten Tebo atas dasar harga konstan 2010 menurut lapangan usaha (dalam juta rupiah) pada tahun 2010-2014 (Lampiran 2). Kabupaten Tebo merupakan salah satu daerah yang struktur perekonomiannya masih bercorak agraris, dimana sebagian besar kegiatan ekonominya masih bertumpu pada sektor pertanian yang terlihat dari besarnya kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB. Dari data PDRB tahun 2010 sektor pertanian memberikan kontribusi sebesar sebesar 49,4%, tahun 2011 sebesar 48,6%, tahun 2012 sebesar 48,46%, tahun 2013 sebesar 48,45%, dan pada tahun 2014 sebesar 51,31% (dihitung berdasarkan PDRB Kabupaten Tebo menurut lapangan usaha atas harga konstan tahun 2010 tahun 2010-2014) (Lampiran 3). Disamping besarnya kontibusi sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Tebo, laju pertumbuhan sektor pertanian pada tahun 2011-2014 juga relatif meningkat walau mengalami sedikit penurunan pada tahun 2013, dimana laju pertumbuhan pada tahun 2011 sebesar 6,87%, tahun 2012 sebesar 7,36%, tahun 2013 sebesar 7,32%, tahun 2014 sebesar 15,75% (Lampiran 4).

4 Selain memberikan kontribusi yang besar terhadap PDRB, sektor pertanian juga berperan besar dalam penyerapan tenaga kerja yang terbukti pada tahun 2010 sektor pertanian mampu menyerap tenaga kerja sebesar 89,66% atau sebesar 133.970 orang dari total tenaga kerja di Kabupaten Tebo, tahun 2012 sektor pertanian mampu menyerap tenaga kerja sebesar 72,36% atau sebesar 104.091 orang dari total tenaga kerja di Kabupaten Tebo, tahun 2013 sektor pertanian mampu menyerap tenaga kerja sebesar 73,87% atau sebesar 102.669 orang dari total tenaga kerja di Kabupaten Tebo, dan pada tahun 2014 sektor pertanian mampu menyerap tenaga kerja sebesar 64,99%, atau sebesar 104.255 orang dari total tenaga kerja di Kabupaten Tebo (lampiran 5). Selanjutnya dalam pola umum pembangunan Provinsi Jambi dijelaskan bahwa hampir seluruh kabupaten atau kota di Provinsi Jambi menggantungkan pembentukan PDRBnya pada sektor pertanian terutama pada subsektor subsektor perkebunan. Adapun salah satu daerah tersebut adalah Kabupaten Tebo (Erfit, 2000:44). Selain itu dilihat dari PDRB atas harga konstan Provinsi Jambi sektor pertanian tahun 2010-2014 merupakan salah satu sektor penyumbang terbesar setelah sektor pertambangan dan penggalian (lampiran 6). Melihat besarnya potensi sektor pertanian terhadap pembangunan Kabupaten Tebo, maka peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut peranan sektor pertanian dalam pembangunan wilayah di Kabupaten Tebo dengan pendekatan teori ekonomi basis dan teori pertumbuhan wilayah sehingga dapat menjadi bahan perencanaan maupun evaluasi pembangunan yang memudahkan pemerintah dalam menetapkan kebijakan pembangunan di wilayah Kabupaten Tebo. Selain itu, Kabupaten Tebo yang merupakan daerah hasil pemekaran akan lebih siap dalam mengantisipasi terjadinya perubahan peranan antar sektor perekonomian. B. Rumusan Masalah Adanya UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, maka daerah-daerah mempunyai hak, wewenang dan kewajiban mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sejalan

5 dengan adanya UU otonomi daerah tersebut maka sudah menjadi kewajiban pemerintah daerah untuk menangani potensi-potensi wilayah yang berada dalam ruang lingkup pemerintahannya. Kondisi tersebut mendorong pemerintah daerah Kabupaten Tebo untuk menetapkan kebijakan ekonomi dengan lebih mengandalkan pada potensi yang dimiliki dengan tetap mencermati dan mengantisipasi kemungkinan munculnya persaingan ekonomi antar daerah kabupaten baik pada tingkat regional maupun global yang pada dasarnya setiap daerah memiliki keunggulan tertentu yang berbeda dengan daerah yang lainnya. Kabupaten Tebo yang merupakan kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Bungo Tebo yang diresmikan pada tanggal 4 oktober 1999 berdasarkan Undang- Undang No. 54 Tahun 1999 merupakan wilayah agraris dimana perekonomiannya masih di dominasi oleh sektor pertanian. Sektor pertanian merupakan sektor yang memberikan sumbangan dan kontribusi terbesar dalam pembangunan ekonomi daerah di Kabupaten Tebo selama lima tahun terakhir (2010-2014) terhadap PDRB Kabupaten Tebo. Selain itu sektor pertanian juga merupakan sektor penyerap tenaga kerja terbesar di Kabupaten Tebo selama tahun 2010-2014. Sektor pertanian yang ada di Kabupaten Tebo terdiri dari 5 subsektor, yaitu subsektor tanaman pangan dan hortikultura, subsektor perkebunan, subsektor perikanan, subsektor peternakan, dan subsektor kehutanan. Dari ke 5 subsektor pertanian tersebut yang memberikan kontribusi PDRB sektor pertanian terbesar terhadap sektor pertanian adalah subsektor perkebunan. Dengan berpedoman kepada RPJMD Kabupaten Tebo tahun 2011-2016 di dapat gambaran bahwa Kabupaten Tebo menggantungkan pembentukan PDRBnya pada sektor pertanian terutama pada subsektor perkebunan dan subsektor tanaman pangan dan hortikultura. Subsektor perkebunan merupakan sebsektor andalan Kabupaten Tebo. Dilihat dari produksi komoditi pertanian pada subsektor perkebunan dan subsektor tanaman pangan dan hortikultura cenderung mengalami fluktuasi pada lima tahun terakhir (2010-2014) hanya beberapa komoditi yang mengalami peningkatan tiap tahunnya bahkan ada komoditi yang mengalami penurunan tiap

6 tahunnya di Kabupaten Tebo (lampiran 7 dan 8) maupun di Provinsi Jambi (lampiran 9 dan 10). Dalam usaha memacu pertumbuhan ekonomi suatu daerah sekurangkurangnya akan berkaitan dengan beberapa hal, salah satunya adalah mendorong tumbuhnya sektor penggerak utama atau sektor basis yang dimiliki perekonomian daerah tersebut. Sektor basis merupakan sektor yang melakukan aktifitas yang berorientasi ekspor (barang dan jasa) keluar batas wilayah perekonomian yang bersangkutan. Salah satu cara untuk mengetahui apakah suatu sektor merupakan sektor penggerak utama atau unggulan dalam pembangunan suatu wilayah adalah melalui pendekatan location quotient dan shift share analysis. Melalui pendekatan location quotient dapat ditentukan sektor penggerak utama atau unggulan di Kabupaten Tebo dan shift share analysis menguraikan faktor-faktor yang mempengaruhi dan menentukan pertumbuhan sektor unggulan tersebut. Selain itu melalui pendekatan location quotient dan shift share analysis juga dapat ditentukan komoditi unggulan Kabupaten Tebo. Sejalan dengan hal tersebut mengingat besarnya potensi sektor pertanian yang yang dimiliki dan juga kontribusinya terhadap pembangunan daerah Kabupaten Tebo maka perlu diteliti lebih lanjut menyangkut peran sektor pertanian di Kabupaten Tebo. Dengan demikian diharapkan nantinya akan dapat di ketahui apakah sektor pertanian dapat dijadikan leading sektor atau sektor basis dalam pembangunan di Kabupaten Tebo serta komoditi pertanian pada subsektor tanaman pangan dan hortikultura, dan subsektor perkebunan apa saja yang menjadi komoditi unggulan di Kabupaten Tebo, karena pada pembangunan daerah yang mengutamakan pemberdayaan potensi daerah akan bisa berjalan jika sektor basis daerah dapat dioptimalkan. Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas mebuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Analisis peranan Sektor Pertanian dalam Pembangunan Wilayah Kabupaten Tebo dengan pendekatan Location Quotient dan Shift Share Analysis.

7 Berdasarkan rumusan masalah tersebut pertanyaan penelitian yang muncul adalah sebagai berikut: 1. Apakah sektor pertanian merupakan sektor unggulan dalam pembangunan wilayah Kabupaten Tebo? 2. Komoditi pertanian apa saja yang menjadi komoditi unggulan dalam pembangunan wilayah Kabupaten Tebo? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang penulis jabarkan maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengidentifikasi sektor pertanian sebagai sektor unggulan dalam pembangunan wilayah Kabupaten Tebo. 2. Mengidentifikasi komoditi pertanian yang menjadi komoditi unggulan dalam pembangunan wilayah Kabupaten Tebo. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi penulis, memberikan tambahan informasi dan kajian tentang pengidentifikasian sektor basis dalam perekonomian di Kabupaten Tebo. 2. Bagi pemerintah Kabupaten Tebo, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan perencanaan maupun evaluasi pembangunan yang memudahkan pemerintah dalam menetapkan kebijakan pembangunan di Kabupaten Tebo. 3. Bagi akademisi, sebagai referensi untuk pengembangan ilmu ekonomi regional.