ABSTRACT. Lecture in Faculty of Medicine, General Medical Programe, Riau University

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. tahun. Data rekam medis RSUD Tugurejo semarang didapatkan penderita

PERBANDINGAN BAKTERI STREPTOCOCCUS PADA SWAB TONSILOFARINGITIS DENGAN DARAH

BAB I PENDAHULUAN. Tonsilitis kronis merupakan penyakit yang paling sering dari semua

BAB I PENDAHULUAN. berbagai sumber infeksi, seperti: gigi, mulut, tenggorok, sinus paranasal, telinga

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi di Indonesia, termasuk dalam daftar jenis 10 penyakit. Departemen Kesehatan pada tahun 2005, penyakit sistem nafas

BAB I PENDAHULUAN. antigen (bakteri, jamur, virus, dll.) melalui jalan hidung dan mulut. Antigen yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Farokah, dkk Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL Fakultas Kedokteran

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Seiring dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) menurut Global Initiative of

BAB I PENDAHULUAN. sinus yang disebabkan berbagai macam alergen. Rinitis alergi juga merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang paling utama untuk mempertahankan kehidupan (Volk dan Wheeler, 1990).

BAB I PENDAHULUAN. (40 60%), bakteri (5 40%), alergi, trauma, iritan, dan lain-lain. Setiap. (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Salah satu penyebab kematian tertinggi di dunia. adalah infeksi. Sekitar lima puluh tiga juta kematian

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi pada saluran napas merupakan penyakit yang umum terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

POLA BAKTERI AEROB PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSIS OTITIS MEDIA SUPURATIF AKUT DI POLIKLINIK THT-KL RSUP. PROF. DR. R. D.

ABSTRAK. Sandra A. Setyo Budi, 2014, Pembimbing I : Widura, dr., M. S. Pembimbing II: Wenny Waty, dr. MPdKed.

PENDERITA TONSILITIS DI POLIKLINIK THT-KL BLU RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO JANUARI 2010-DESEMBER 2012

I. PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang didapat selama pasien dirawat di

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir, angka kejadian penyakit infeksi

KESEHATAN TENGGOROK PADA SISWA SEKOLAH DASAR EBEN HAEZAR 1 MANADO DAN SEKOLAH DASAR GMIM BITUNG AMURANG KABUPATEN MINAHASA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Rinitis alergi (RA) merupakan suatu inflamasi pada mukosa rongga hidung

PENDAHULUAN. kejadian VAP di Indonesia, namun berdasarkan kepustakaan luar negeri

ABSTRAK ANTIBIOGRAM INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT DI LABORATORIUM MIKROBIOLOGI KLINIK RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI -DESEMBER 2008

BAB I PENDAHULUAN. yang mana tidak hanya terkait dengan persoalan estetika, tetapi juga

POLA KUMAN DAN UJI KEPEKAANNYA TERHADAP ANTIBIOTIKA PADA PENDERITA OTITIS EKSTERNA DI POLIKLINIK THT-KL BLU RSU PROF. DR. R. D.

III. METODELOGI PENELITIAN. Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif laboratorik dengan

Actinomyces israelii

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pneumonia, mendapatkan terapi antibiotik, dan dirawat inap). Data yang. memenuhi kriteria inklusi adalah 32 rekam medik.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada keadaan fisiologis vagina dihuni oleh flora normal. Flora

I. PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di dunia.

IDENTIFIKASI BAKTERI UDARA PADA INSTALASI RADIOLOGI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA PALU. Rosa Dwi Wahyuni

BAB I PENDAHULUAN. penyebarannya sangat cepat. Penyakit ini bervariasi mulai dari hiperemia

Waspada penyakit yang menyebar di musim kemarau : Nocardiosis!

BAB I PENDAHULUAN. Rinitis alergi (RA) adalah penyakit yang sering dijumpai. Gejala utamanya

ABSTRAK PEMERIKSAAN BAKTERIOLOGI CAIRAN PERAWATAN LENSA KONTAK SEKELOMPOK MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BAB I PENDAHULUAN. Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia di seluruh dunia sangat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KOLONISASI BAKTERI PATOGEN POTENSIAL PENYEBAB INFEKSI DAERAH OPERASI PADA KULIT PASIEN PRAOPERATIF LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

BAB 1. Infeksi terkait dengan perawatan kesehatan melalui pemasangan alat-alat medis

POLA KUMAN PENYEBAB OTITIS EKSTERNA SERTA KEPEKAANNYA TERHADAP ANTIBIOTIK DI POLIKLINIK THT-KL RSUP PROF DR RD KANDOU MANADO PERIODE MEI OKTOBER 2016

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama. morbiditas dan mortalitas di dunia.

dan menjadi dasar demi terwujudnya masyarakat yang sehat jasmani dan rohani.

Pola bakteri aerob pada sputum penderita infeksi saluran pernapasan akut di Poliklinik Paru RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado

FARINGITIS AKUT. Finny Fitry Yani Sub Bagian Respirologi Anak Bagian IKA RS M Djamil- FK Unand

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STREPTOCOCCUS PNEUMONIAE

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, berdasar data Riskesdas tahun 2007, pneumonia telah menjadi

GAMBARAN KASUS ABSES LEHER DALAM DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN TAHUN Oleh : VERA ANGRAINI

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan pokok hidup manusia yang

BAB 1 PENDAHULUAN. jamur, dan parasit (Kemenkes RI, 2012; PDPI, 2014). Sedangkan infeksi yang

Laporan kasus. Dua hari berikutnya os batuk,dahak tidak banyak berwarna kekuningan dan suara parau

BAB I PENDAHULUAN. Gigi yang sehat adalah gigi yang rapi, bersih, didukung oleh gusi yang kuat dan

IDENTIFIKASI MIKROORGANISME PADA KUKU ANAK SDN JL. KEMUNING KEL. TJ. REJO KEC. SUNGGAL TAHUN Oleh: SHYLVIA DEWI

BAB I PENDAHULUAN. Propolis adalah campuran dari sejumlah lilin lebah dan resin yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terisi dengan cairan radang, dengan atau tanpa disertai infiltrasi dari sel

BAB I PENDAHULUAN. dalam morbiditas dan mortalitas pada anak diseluruh dunia. Data World

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian pada penelitian ini adalah Deskriptif Laboratorik.

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit paru obstruktif kronik atau yang biasa disebut PPOK merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat

ABSTRAK AKTIVITAS TEH HIJAU SEBAGAI ANTIMIKROBA PADA MIKROBA PENYEBAB LUKA ABSES TERINFEKSI SECARA IN VITRO

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran napas bawah masih tetap menjadi masalah utama dalam

UNIVERSITAS INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. kematian di negara-negara berkembang termasuk Indonesia, sebagai akibatnya

IDENTIFIKASI BAKTERI TAHAN ASAM (BTA) PADA PASIEN SUSPEK TUBERCULOSIS DI PUSKESMAS NGRONGGOT, KABUPATEN NGANJUK, JAWA TIMUR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. melaksanakan tugas teknis Dinas Kesehatan Kota Semarang yang. bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Klebsiella pneumoniae. Gamma Proteobacteria Enterobacteriaceae. Klebsiella K. pneumoniae. Binomial name Klebsiella pneumoniae

LAPORAN HASIL PENELITIAN. Oleh : VINISIA

POLA BAKTERI AEROB PADA PASIEN ULKUS DIABETIKUM DI RSUP Prof. dr. R. D. KANDOU MANADO

25 Universitas Indonesia

Kata kunci : Otitis Media Akut, Karakteristik, Anak, Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya Denpasar.

IDENTIFIKASI BAKTERI PENYEBAB INFEKSI LUKA OPERASI (ILO) NOSOKOMIAL PADA RUANG RAWAT INAP BEDAH DAN KEBIDANAN RSAM DI BANDAR LAMPUNG

IDENTIFIKASI BAKTERI PENYEBAB TONSILITIS KRONIK PADA PASIEN ANAK DI BAGIAN THT RSUD ULIN BANJARMASIN

Pseudomonas aeruginosa adalah kuman patogen oportunistik yang dapat

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. menggambarkan kolonisasi kuman penyebab infeksi dalam urin dan. ureter, kandung kemih dan uretra merupakan organ-organ yang

Hasil Uji Kepekaan Bakteri Yang Diisolasi Dari Sputum Penderita Infeksi Saluran Pernafasan Bawah Di Poliklinik BP 4 Medan

BAB II TINJAUAN TEORI. kecil dan hanya dapat dilihat di bawah mikroskop atau mikroskop elektron.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mikroorganisme ke dalam tubuh, mikroorganisme tersebut masuk bersama makanan

Pola bakteri aerob dan kepekaan antibiotik pada otitis media supuratif kronik yang dilakukan mastoidektomi

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dua yaitu, infeksi saluran napas atas dan infeksi saluran napas bawah.

Lampiran I. Hasil Identifikasi/Determinasi Tumbuhan. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. bahan partikulat debu dan tetesan cairan, yang semuanya mengandung. rumah sakit yang bisa menyebabkan terjadinya infeksi nosokomial

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan salah satu jenis infeksi yang paling sering

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAPORAN INDIKATOR MUTU RUMAH SAKIT UPDATE WEBSITE DAN MADING TRIWULAN I TAHUN 2017

B A B 1 PENDAHULUAN. menginfeksi manusia. Menurut Tuula (2009), bakteri ini berada di kulit (lapisan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu masalah kesehatan utama yang ditemukan pada banyak populasi di

Transkripsi:

1 Identification Of Bacteria In Tonsilofaringitis Patients at Ear-Nose-Throat Department Arifin Achmad Pekanbaru Regional Hospital Anne Fretha Permata Sari 1, Roy David Sarumpaet 2, Rita Endriani 3 ABSTRACT Background: Tonsilofaringitis is a inflammation of the oropharynx and palatine tonsil and most often caused by Gram-positive bacteria such as Streptococcus β-hemolyticus group A, Streptococcus pyogenes and Streptococcus viridians. Research Goals: This research was to determine the type and the dominant bacteria in tonsilofaringitis. Methode: The sample was the swab of entire population of patients that diagnosed tonsilofaringitis and already asked to fill out informed consent. variables in this study were Gram-positive and Gram-negative bacteria on tonsilofaringitis. The variables in this study were Gram-positive and Gram-negative bacteria on tonsilofaringitis. The Results: Bacteria caused tonsilofaringitis in Gram positive (+) : Staphylococcus aureus 30.3% and Staphylococcus albus 24.2%. In Gram negative (-): Klebsiella sp 6.1%, Enterobacter sp 3.1%, Pseudomonas sp 27.2%, and Proteus sp 9.1%. Keywords: tonsilofaringitis, Gram-positive, Gram-negative PENDAHULUAN Tonsilofaringitis adalah kondisi peradangan pada orofaring dan tonsila palatina.tonsilofaringitis paling sering disebabkan oleh bakteri Gram positif seperti Streptococcus β-hemolyticus group A, Streptococcus pyogenes dan Streptococcus viridans. 1,2 Berdasarkan data epidemiologi penyakit Telinga Hidung Tenggorok (THT) di 7 provinsi di Indonesia pada tahun 1994-1996, prevalensi tonsilitis kronik tertinggi (4,6%) setelah nasofaringitis akut yaitu sebesar (3,8%). 3 Berdasarkan pola penyakit terbesar tahun 2009 di Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru infeksi akut saluran nafas bagian atas merupakan peringkat pertama sebesar 49,38%. 5 Penelitian Balbani AP dkk di Sao Paulo State, Brazil di dapatkan 91,5% dari dokter spesialis THT lebih sering langsung memberikan resep antibiotik tanpa melakukan tes laboratorium dan tes sensitivitas untuk mendiagnosis pasien tonsilofaringitis. Penelitian Gitawati R dan Isnawati A di Puskesmas Jakarta Pusat didapatkan pola bakteri pada tosilofaringitis akut yaitu : Streptococcus viridans 54,2%, Branhamella catarrhalis 22,9%, Streptococcus β-hemolyticus 6,11%, Streptococcus pneumoniae 3,82% dan Streptococcus non-hemolyticus 3,82%. 7 Penelitian Undaya R dan Sarbini TB di RSUD Hasan Sadikin Bandung di dapatkan kesamaan jenis bakteri pada jaringan tonsil dan pada permukaan tonsil. Pada permukaan tonsil bakteri aerob Gram positif terdapat Staphylococcus aureus 37,5%, Streptococcus pneumonia 3,1% dan bakteri aerob Gram negatif terdapat Klebsiella pneumonia 37,5%, Pseudomonas auroginosa 3,1%, Moraxella kataralis 3,1%, Proteus mirabilis 3,1%. Tonsilofaringitis dipengaruhi oleh kondisi lingkungan ( paparan, musim dan lokasi ) serta variabel individu ( umur, sistem kekebalan tubuh ), mengidentifikasi agen yang spesifik dapat mempermudah proses pemulihan yang cepat dan mencegah komplikasi. 14 Radang pada tonsil palatina (amandel) di anggap sebagai ukuran yang paling efektif untuk pencegahan bakteri tonsilofaringitis dan di gunakan oleh separuh dari dokter anak. 7 Pasien yang didiagnosis tonsilofaringitis terjadi pada segala umur,gejala klinis berupa 1 Student in Faculty of Medicine, General Medical Programe, Riau University 2 Lecture in Faculty of Medicine, General Medical Programe, Riau University 3 Lecture in Faculty of Medicine, General Medical Programe, Riau University

2 demam tinggi sampai 40º C, sakit menelan, tonsil membesar dan merah dan dengan tanda tanda dedritus, batuk, hiperemis, kadang disertai folikel bereksudat. 8 Berdasarkan hal diatas maka perumusan masalah dari penelitian ini adalah Bagaimana hasil identifikasi bakteri penyebab tonsilofaringitis pada pasien di Poli THT-KL RSUD Arfin Achmad Pekanbaru?. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui bakteri yang menyebabkan infeksi pada tonsilofaringitis, terutama untuk mengetahui jenis bakteri yang ada pada tonsilofaringitis dan untuk mengetahui bakteri yang dominan pada tonsilofaringitis METODELOGI PENELITIAN Jenis penelitian yang dilakukan adalah deskriptif laboratorik. Penelitian ini telah dilaksanakan pengambilan sampel di Poli THT-KL RSUD Arifin Achmad Pekanbaru dan identifikasi bakteri di laboratorium Mikrobiologi pada bulan September November 2011. Sampel pada penelitian ini adalah pasien yang didiagnosis tonsilofaringitis oleh dokter yang menangani pasien pada periode September November 2011. Pada sampel dilakukan pengambilan swab seluruh populasi yang berjumlah 35 orang dan pasien di minta untuk mengisi informed consent. Penelitian ini dilakukan 3 tahap prosedur kerja yang terdiri dari persiapan, pengambilan bahan pemeriksaan dan identifikasi bakteri : Pada tahap persiapan dilakukan pengumpulan data yang berisi data subjek penelitian dan informed consent, pada penelitian ini alat serta bahan dalam keadaan bersih dan steril, pengambilan sampel dilakukan oleh dokter yang menangani, menggunakan masker (penutup hidung) dan sarung tangan sterilyang dilakukan oleh dokter dengan cara pasien diminta untuk membuka mulut,kemudian lidah ditekan dengan tounge spatel dengan posisi menghadap lampu senter, lidi kapas steril yang sudah dibasahi dengan Nacl diusap pada dinding tonsil faringael dan dinding posterior orofaring dan lidi kapas tersebut. Identifikasi dilakukan dari masing masing bakteri yang tumbuh pada media dilakukan identifikasi morfologi koloni, warna, bau, dan sifat hemolisis pada agar darah serta pemeriksaan mikroskopis dilakukan dengan pewarnaan Gram Untuk identifikasi bakteri kokus Gram positif dilanjutkan dengan uji katalase, uji koagulase dan uji hemolisis. Untuk identifikasi bakteri Gram Negatif dilanjutkan dengan reaksi biokimia berupa Triple Sugar Iron Agar ( TSIA), uji semmi solid dan uji simmon s sitrat. HASIL PENELITIAN. Berdasarkan kultur didapatkan hasil sebagai berikut : Tabel 4.1 Hasil Kultur / Koloni dari Pasien Infeksi Tonsilofaringitis Sampel n % Ada Pertumbuhan 33 94,3 Tidak ada pertumbuhan / steril 2 5,7 Total 35 100%

3 Setelah kultur dilanjutkan dengan pemeriksaan mikroskopis dengan pewarnaan Gram dengan hasil pada tabel berikut. Tabel 4.2 Hasil Pemeriksaan Mikroskopis Sampel n % Gram positif (+) 18 54,5 Gram negatif (-) 15 45,5 Total 33 100% Untuk Gram positif (+) dilakukan dengan uji katalase dan koagulase dengan hasil dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 4.3 Hasil Uji Katalase dan Uji Koagulase untuk Gram Positif (+) Uji katalase n bakteri + 18 Staphylococcus sp Uji koagulase + 10 Staphylococcus aureus - 8 Staphylococcus albus Total 18 Tabel 4.4 Hasil Uji TSIA, Uji Simmon s Sitrat, Uji Semi Solid untuk Gram Negatif (-) TSIA simmon s sitrat semi solid n bakteri +/- + - 2 Klebsiella sp +/- - + 1 Enterobacter sp -/- + - 9 Pseudmonas sp -/+ + - 3 Proteus sp Total 15 Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka pola bakteri yang dapat di identifikasi sebagai penyebab infeksi tonsilofaringitis adalah sebagai berikut: Tabel 4.5 Pola Bakteri Penyebab Tonsilofaringitis Berdasarkan Keseluruhan Sampel Bakteri n % Gram positif (+) - Staphylococcus sp Staphylococcus aureus 10 30,3 Staphylococcus albus 8 24,2 Gram negatif (-) - Klebsiella sp 2 6,1 - Enterobacter sp 1 3,1 - Pseudomonas sp 9 27,2 - Proteus sp 3 9,1 Total 33 100

4 Tabel di atas maka bakteri penyebab tonsilofaringitis yang dominan adalah Staphylococcus aureus 30,3 %, di ikuti oleh Pseudomonas sp 27,2 %, Staphylococcus albus 24,2%, Proteus sp 9,1%. dan Klebsiella sp 6,1%, Enterobacter sp 3,1%. PEMBAHASAN Pola bakteri pada pasien infeksi tonsilofaringitis di poli THT-KL RSUD Arifin Achmad kota Pekanbaru didapatkan bakteri Gram positif (+) yang dominan adalah Staphylococcus aureus sebesar 30,3% jenis ini ditemukan pada penelitian Undaya di dapatkan bakteri yang dominan yaitu Staphylococcus aureus sebesar 37,5%. 8 sama halnya dengan penelitian Isnaeni didapatkan jenis bakteri dominan adalah Staphylococcus aureus sebesar 32,5%, 20 namun berbeda dengan penelitian yang dilakukan Gitawati bakteri yang dominan adalah Streptococcus viridians sebesar 54,2%. 7 Staphylococcus aureus merupakan jenis bakteri yang menimbulkan penyakit pada manusia. Setiap infeksi oleh Staphylococcus aureus menimbulkan penyakit dengan tandatanda yang khas, yaitu peradangan, nekrosis dan pembentukan abses.16 Pola bakteri Gram positif (+) selanjutnya pada pasien infeksi tonsilofaringitis di poli THT-KL RSUD Arifin Achmad kota Pekanbaru adalah Staphylococcus albus sebesar 24,2%, bakteri ini tidak ditemukan oleh penelitian yang dilakukan Gitawati Undaya. 7,8 Staphylococcus albus menyebar melalui udara tetapi juga bisa melalui kontak langsung dengan benda yang ditutupi oleh debu, sebagian besar Staphylococcus albus ini menyebabkan infeksi. 16 Pola bakteri pada pasien infeksi tonsilofaringitis di poli THT-KL RSUD Arifin Achmad kota Pekanbaru jenis bakteri Gram negatif (-) adalah Klebsiella sp sebesar 6,1%, jenis ini ditemukan pada penelitian Undaya yaitu bakteri Klebsiella sebesar 37,5, 8 jenis ini juga ditemukan pada penelitian Gitawati didapatkan Klebsiella sebesar 3,05%. 7 Klebsiella adalah genus yang sangat umum dari bakteri yang berkembang pada manusia. Ketika bakteri Klebsiella terdapat di luar usus dapat terjadi infeksi serius. Infeksi Klebsiella cenderung terjadi pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, Orang yang terinfeksi biasanya mendapatkan demam tinggi, menggigil, gejala seperti flu dan batuk produktif banyak lendir. 16 Pola bakteri Gram negatif (-) selanjutnya pada pasien infeksi tonsilofaringitis di poli THT-KL RSUD Arifin Achmad kota Pekanbaru adalah Enterobacter sp sebesar 3,1%, berbeda dengan Penelitian Undaya serta penelitian yang dilakukan Gitawati tidak ditemukannya bakteri jenis Enterobacter sp. 7,8 Enterobacter sp dapat di temukan dari setiap bagian tubuh yang terinfeksi. Bahan pemeriksaan dapat berupa: darah, cairan tubuh, sputum, pus, urin, dan usap tenggorok. 16 Pola bakteri Gram negatif (-) selanjutnya pada pasien infeksi tonsilofaringitis di poli THT-KL RSUD Arifin Achmad kota Pekanbaru adalah Pseudomonas sp sebesar 27,2 %, jenis ini juga ditemukan pada penelitian Gitawati, 7 di dapatkan Pseudomonas sp sebesar 0,76 %, 7 serta jenis ini juga ditemukan pada penelitian Undaya di dapatkan Pseudomonas sp sebesar 3,1 %. 8 Pseudomonas sp terdiri dari sejumlah kuman batang Gram negatif yang tidak meragi karbohidrat. Bergerak dengan flagel polar satu atau lebih. Bakteri ini penting karena bersifat oportunis patogen, dapat menyebabkan infeksi pada individu dengan ketahanan tubuh yang menurun. 16 Pseudomonas merupakan bakteri saprofit yang dianggap patogen bagi manusia, pada flora normal ada dalam usus dan juga kulit manusia. 21 Pola bakteri Gram negatif (-) selanjutnya pada pasien infeksi tonsilofaringitis di poli THT-KL RSUD Arifin Achmad kota Pekanbaru adalah Proteus sebesar 9,1%, jenis ini juga

5 ditemukan pada penelitian Undaya didapatkan proteus sp sebesar 3,1%, 8 sedangkan pada penelitian Gitawati, 7 tidak ditemukan bakteri Proteus sp. Proteus sp adalah Gram negatif berbentuk batang yang dapat ditemukan sebagai bagian flora normal dalam usus manusia. Proteus sp yang ditemukan diluar usus manusia bisa menyebabkan infeksi mata, kulit, saluran kemih dan saluran pernafasan. Pada saluran pernafasan Bakteri Proteus menyebabkan terjadinya infeksi tenggorokan, hal ini di sebabkan adanya bakteri masuk melalui nasofaring. 16 Menurut Jawetz et al, 2008, penyakit tonsilofaringitis disebabkan oleh bakteri jenis Streptococcus β-hemolitik yang merupakan bakteri patogen utama pada manusia dan dikaitkan dengan invasi lokal atau sistemik serta gangguan imunologi. 19 Flora normal pada faring terdiri dari Streptococcus viridans (a- haemolyticus), pneumokokus, Neisseria spp, Staphylococcus aureus, Stphylococcus epidermidis, Haemophilus spp, Candida spp. 22 Flora normal dalam rongga mulut terdiri dari Streptococcus viridans, Staphylococcus sp dan Lactobacillus sp. Meskipun sebagai flora normal dalam keadaan tertentu bakteribakteri tersebut bisa berubah menjadi patogen karena adanya faktor predisposisi yaitu kebersihan rongga mulut. 19 Hasil dari diagnosis di dapatkan bahwa penderita tonsilofaringitis terjadi pada segala umur, adanya rasa sakit menelan, tonsil membesar dan merah kadang folikel bereksudat. 8 Hasil pemeriksaan bakteriologi pada pengambilan sampel menunjukkan bakteri yang terbanyak adalah bakteri Staphylococcus aureus, hal ini menunjukkan adanya infeksi pada penderita tonsilofaringitis. Terima kasih kepada RSUD Arifin Achmad Pekanbaru dan Fakultas Kedokteran Universitas Riau yang telah megizinkan penulis untuk menyelesaikan penelitian ini. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan identifikasi bakteri pada pasien infeksi tonsilofaringitis di poli THT-KL RSUD Arifin Achmad Kota Pekanbaru dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Pola bakteri penyebab tonsilofaringitis berdasarkan jumlah keseluruhan sampel ditemukan Gram positif (+) dengan jenis bakteri Staphylococcus aureus 30,3%, Staphylococcus albus 24,2%. Pada Gram negatif (-) adalah Klebsiella sp 6,1%, Enterobacter sp 3,1%, Pseudomonas sp 27,2%, Proteus sp 9,1%. 2. Bakteri yang sering ditemukan pada pola bakteri tonsilofaringitis adalah Staphylococcus aureus, diikuti Pseudomonas sp. Berdasarkan hal di atas, dapat disarankan perlu dilakukan penelitian selanjutnya dengan sampel yang serta dilakukannya uji sensitivitas terhadap bakteri infeksi tonsilofaringitis. RUJUKAN 1. Meadow R, Newel S. Telinga,hidung, dan Tenggorokan. dalam : Lecture Notes Pediatrica Safitri A. Edisi 7. Jakarta: Erlangga; 2005. Hal 167 168. 2. Adam G.L. Penyakit penyakit nasofaring dan orofaring. dalam Boies Buku ajar penyakit THT. Edisi bahasa indonesia.jakarta:egc; 2002. 3. Farokah, Supihati, Slamet S, Hubungan Tonsilitis dengan prestasi belajar pada siswa kelas II sekolah dasar di kota semarang.2007[ dikutip tgl 10 Oktober 2010]; CDK nomor 155: hal 1. Diakses dari: http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/155_10tonsilitaskronikprestasibelajarkel as.pdf.

6 4. Profil RSUD Polewali Mandar. Sulsel, Polewali Mandar;2009. [di kutip pada tgl 10 oktober 2010]. diakses dari: http://arali2008.files.wordpress.com/2008/08/profil-rsud-polewali-mandar- 2009.pdf. 5. Profil Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru Tahun 2009. Pekanbaru; 2009. 6. Balbani silveria.ap, Montovani.JC, de Carvalbo.LR. Pharyngotonsilitis in children: view from a sample of pediatricans and otorhinolaryngologis.2009. [dikutip tanggal 12 maret 2011]; diakses dari : http://www.scielo.br/pdf/rboto/v75n1/en_v75n1a22.pdf 7. Ginawati R, Isnawati A. Pola sensitivitas kuman dari isolate hasil usap tenggorok penderit tonsilo-farigitis akut di puskesmas Jakarta pusat terhada beberapa antimikroba betalaktam.1999.[dikutip tanggal 12 maret 2011]; diakses dari : http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/cdk_155_tht.pdf 8. Undaya R, Sarbini TB. Pola kuman aerob dan uji kepekaannya pada apus tonsil dan jaringan tonsil pada tonsilitis kronis yang mengalami tonsilektomi.1998. 9. Leeson C.Roland, Leeson Thomas S., Paparo Anthony A. Buku ajar histologi.edisi 5.jakarta: EGC;2002 10. Snell R.S. kepala dan leher. dalam: anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran sugiharto L. Jakarta: EGC; 2006. Hal 798 799 11. De kumar.s. Fundamentals of ear,nose and throat disease and head neck surgery.bombay. Medical Book Company ; 1996 12. Rusmarjono, Hermani B. Nyeri Tenggorok. dalam: Buku Ajar Telinga hidung Tenggorok Kepala Dan Leher Soepardi E.A, Iskandar N, Bashirudin J, Restuti R.D. Edisi keenam. Jakarta: FKUI ; 2007. Hal 221 225. 13. Chatim Aldifet, suharto. Fisiologi pertumbuhan kuman. Dalam : buku ajar mikrobiologi kedokteran. tangerang : Binarupa Aksara ; 2002. Hal 46. 14. Departement of pediatric,george town university school of medicine. Diagnosis and management of pharyngotonsilitis.2008.[ dikutip tanggal 12 maret 2011]; volume 8 no.2. diakses dari : http://www.isrjem.org/isrjem_brook%20oharyngo_postprod2.pdf 15. Baylay.JB. Head and neck surgery otolaryngology.edisi 3. Philadelpia : Lippincott Williams ;2001 16. Warsa Usman Chatib. Kokus positif Gram.dalam: buku ajar mikrobiologi kedokteran. Tangerang : Binarupa Aksara ; 2006. Hal 135 150. 17. Capucino JG,Sherman N. Microbiologi A Laboratory Manual. 6 th Edition. San Fransisco: Person Education Inc; 2001

7 18. Forbes BA, Sahm DF, Weissfield As.Baily And Scott s Diagnostic Microbiology. 11 th Edition.Missouri;Mosbi Inc;2002 19. Jawetz, J.L. et al. Mikrobiologi Untuk Profesi Kesehatan, Edisi 23. Jakarta;Buku Kedokteran, EGC;2008. 20. Isnaini D, dkk. Perbandingan Bakteri Streptococcus Pada Swab Tonsilofaringitis Dengan Darah.2012 [Dikutip tanggal 23 September 2012]; Diakses dari: http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/846ca0aad4f55639d05d30837aa0e264.pdf 21. Sulistiyaningsih.Potensi Daun Beluntas sebagai inhibitor terhadap Pseudomonas aeruginosa Multi Resistant dan Methicillin Resistant Stapylococcus aureus [Laporan Penelitian]. Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran Bandung;2009. [Dikutip tanggal 25 September]; Diakses dari: http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2010/11/potensi_daun_beluntas.pdf 22. Yandepitte J,Yerhaegen EJ.Prosedur Laboratorium Dasar Untuk Bakteriologi Klinis, Edisi 2. Jakarta;Buku Kedokteran, EGC;2003.