OLAHRAGA DAN RADIKAL BEBAS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan, manusia amat tergantung kepada alam sekeliling. Yang

BAB I PENDAHULUAN. Kebugaran jasmani berhubungan dengan keberadaan hemoglobin di. Jumlah sel darah merah dan jumlah hemoglobin didalam sel-sel sangat

BAB I PENDAHULUAN. dan injuri otot (Evans, 2000) serta menimbulkan respon yang berbeda pada jaringan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Aktifitas fisik merupakan kegiatan hidup yang dikembangkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan oksidatif dan injuri otot (Evans, 2000).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas merupakan salah satu penyebab timbulnya berbagai penyakit

OKSIDAN DAN ANTIOKSIDAN

I. PENDAHULUAN. Roundup adalah herbisida yang menggunakan bahan aktif glifosat yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. hidup secara tidak langsung menyebabkan manusia terus-menerus dihadapkan

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya stres oksidatif pada tikus (Senturk et al., 2001) dan manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. Aktivitas fisik merupakan setiap pergerakan tubuh akibat kontraksi otot

BAB I PENDAHULUAN. Aktifitas fisik merupakan kegiatan hidup yang dikembangkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. tingginya penyakit infeksi seperti thypus abdominalis, TBC dan diare, di sisi lain

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi yang semakin maju, terjadi pergeseran dan perubahan

PEMBAHASAN. 6.1 Efek Pelatihan Fisik Berlebih Terhadap Spermatogenesis Mencit. Pada penelitian ini, data menunjukkan bahwa kelompok yang diberi

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas merupakan senyawa yang terbentuk secara alamiah di

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENGARUH PEMBERIAN Virgin Coconut Oil VCO TERHADAP KADAR MALONDIALDEHID TIKUS PADA AKTIFITAS FISIK MAKSIMAL

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan suatu masalah kesehatan pada masyarakat dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Minuman isotonik atau dikenal juga sebagai sport drink kini banyak dijual

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas fisik adalah setiap pergerakan tubuh akibat otot-otot skelet yang

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya anti nyamuk digunakan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus merupakan suatu penyakit kronis yang ditandai oleh

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari emisi pembakaran bahan bakar bertimbal. Pelepasan timbal oksida ke

I. PENDAHULUAN. Parasetamol merupakan obat antipiretik dan analgetik yang telah lama

BAB 1 PENDAHULUAN. membunuh serangga (Heller, 2010). Sebanyak dua juta ton pestisida telah

BAB I PENDAHULUAN. manusia dari semua kelompok usia dan ras. Jong (2005) berpendapat bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. berbahaya dari logam berat tersebut ditunjukan oleh sifat fisik dan kimia.

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga sepatu roda (inline skating) merupakan olahraga yang. membutuhkan keseimbangan antara kelincahan, kekuatan, kecepatan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. saat ini umur harapan hidup di Indonesia sekitar 72 tahun dengan rerata perempuan

BAB I PENDAHULUAN. pada lingkungan hidup masyarakat terutama perubahan suhu, udara, sinar UV,

I. PENDAHULUAN. kesehatan, bahkan pada bungkus rokok-pun sudah diberikan peringatan mengenai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Molekul ini sangat reaktif sehingga dapat menyerang makromolekul sel seperti lipid,

BAB I PENDAHULUAN. bidang obstetri, karena merupakan penyulit 2% sampai 20% dari semua

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam air, tidak berbau dan sangat manis. Pemanis buatan ini mempunyai tingkat kemanisan 550

PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN C TERHADAP KADAR MALONDIALDEHID DAN HAEMOGLOBIN ATLET PADA AKTIFITAS FISIK MAKSIMAL

BAB I PENDAHULUAN. mengonsumsi minuman beralkohol. Mengonsumsi etanol berlebihan akan

I. PENDAHULUAN. progresif. Proses ini dikenal dengan nama menua atau penuaan (aging). Ada

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupannya sehari-hari. Pada lingkungan yang kadar logam beratnya cukup

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. mengurangi kualitas dan angka harapan hidup. Menurut laporan status global

BAB I PENDAHULUAN. vulgaris disertai dengan suatu variasi pleomorfik dari lesi, yang terdiri dari

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Variasi produk dan harga rokok di Indonesia telah menyebabkan Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak ditemukan di lingkungan (WHO, 2010). Logam plumbum disebut non

I. PENDAHULUAN. Penggunaan rokok sebagai konsumsi sehari-hari kian meningkat. Jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Tuak merupakan hasil sadapan yang diambil dari mayang enau atau aren

BAB I PENDAHULUAN. proses penuaan dan meningkatkan kualitas hidup. Proses menjadi tua memang

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus adalah penyakit tidak menular yang bersifat kronis dan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang diakibatkan oleh radikal bebas. Namun tanpa disadari radikal

BAB 1 PENDAHULUAN. berlebihnya asupan nutrisi dibandingkan dengan kebutuhan tubuh sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. Plumbum (Pb) merupakan salah satu jenis logam berat. Logam berat

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas adalah suatu atom atau molekul yang memiliki satu elektron

BAB 1 PENDAHULUAN. digunakan dalam jumlah kecil karena memiliki tingkat kemanisan yang tinggi,

BAB I PENDAHULUAN. tahan aerobik yang baik diperlukan tingkat VO 2 max yang tinggi. Banyak faktor

BAB 1 PENDAHULUAN. 10 juta jiwa, dan 70% berasal dari negara berkembang, salah satunya Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

I. PENDAHULUAN. Satu dekade terakhir, pola komunikasi di Indonesia mengalami banyak

BAB I PENDAHULUAN. jumlah banyak akan menimbulkan stres oksidatif yang dapat merusak sel yang pada

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. serum terhadap kejadian acute coronary syndrome (ACS) telah dilakukan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara konsumen rokok terbesar di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menyebabkan stres oksidatif. Kebutuhan untuk terlihat

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung termasuk penyakit jantung koroner telah menjadi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. waktu hidup manusia relatif panjang. Masing-masing teori atau hipotesa saling

BAB 1 PENDAHULUAN. makhluk hidup, yang berguna bagi kelangsungan hidupnya. Makanan penting

Aktifitas Anti Oksidan Ekstrak Metanol 70% Daun Krokot (Portulaca oleracea L.)

BAB I PENDAHULUAN. Persalinan preterm sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan yang serius

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. penambah rasa makanan dengan L-Glutamic Acid sebagai komponen asam

BAB I PENDAHULUAN. Kebiasaan merokok merupakan masalah penting sekarang ini. Rokok bagi

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 1 (kurangnya sekresi insulin) dan tipe 2 (gabungan antara resistensi

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) (2011) telah mengeluarkan suatu. program yang disebut MPOWER, program tersebut meliputi pemantauan

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan. Umumnya prevalensi abortus sekitar % dari semua. prevalensi masih bervariasi dari yang terendah 2-3% sampai yang

BAB V PEMBAHASAN. asap rokok serta ekstrak akuades biji sirsak (KP 1, KP 2 dan KP 3 ). KN yang tidak

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. antioksidan. Hal ini terjadi karena sebagian besar penyakit terjadi karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan di hati dan ginjal, sedangkan di otak aktivitasnya rendah. 2 Enzim

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2007 menjadi 2,1 pada tahun 2013 (Riskesdas, 2013). Hasil riset tersebut

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Penelitian Pengaruh ekstrak jahe terhadap jumlah spermatozoa mencit yang terpapar 2-ME

BAB I PENDAHULUAN. Tujuh sumber utama pencemaran udara yaitu: partikel debu/partikulat

I. PENDAHULUAN. tingkat gen akan kehilangan kendali normal atas pertumbuhannya. Tumor

Secara sederhana, oksidasi berarti reaksi dari material dengan oksigen. Secara kimiawi: OKSIDASI BIOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

STRESS OKSIDATIF DAN STATUS ANTIOKSIDAN PADA AKTIVITAS FISIK MAKSIMAL

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. transparansinya. Katarak merupakan penyebab terbanyak gangguan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sebuah budaya sosial di seluruh dunia. 1 Data Survei Sosial Ekonomi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Secara sederhana, oksidasi berarti reaksi dari material dengan oksigen OKSIDASI BIOLOGI

Transkripsi:

OLAHRAGA DAN RADIKAL BEBAS Rika Nailuvar Sinaga Abstrak Saat ini sedang terjadi perubahan gaya hidup di kota-kota besar termasuk dalam bidang olahraga. Olahraga yang dilakukan dengan baik dan benar akan membuat fisik menjadi bugar. Akan tetapi olahraga berat atau aktivitas fisik maksimal dapat menghasilkan suatu radikal bebas (oksidan) yang tidak baik bagi tubuh sendiri. Radikal bebas ini dapat dinetralisir dengan antioksidan yang ada di dalam tubuh. Jumlah radikal bebas yang terlalu banyak akan mengganggu keseimbangan dari antioksidan tubuh sehingga dibutuhkan konsumsi antioksidan dari luar. Kata Kunci : Olah Raga, Radikal Bebas, Antioksidan A. PENDAHULUAN Saat ini fenomena perubahan gaya hidup sedang berkembang di kota-kota besar. Aktivitas olahraga seperti fitness dan aerobik sudah dianggap sebagai kebutuhan untuk selalu sehat dan sebagai salah satu gaya hidup masyarakat kini. Hal ini dapat dilihat dengan semakin banyaknya fasilitas fitness yang ada di kota-kota besar. Olahraga yang tepat akan menghasilkan kebugaran fisik, akan tetapi olahraga yang dilakukan secara berlebihan akan menggangu kesehatan. Kondisi lingkungan yang memadai dan takaran pelatihan yang tepat untuk setiap individu meliputi frekuensi, intensitas, tipe dan waktu sangat mendukung untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan resiko yang minimal pada pelatihan olahraga (Sugianto, 2011). Aktivitas fisik yang berlebihan dan pengaruh lingkungan secara tidak langsung menyebabkan timbulnya radikal bebas (oksidan). Radikal bebas yang dihasilkan tersebut akan menyebabkan terjadinya penurunan kualitas performance seseorang. Radikal bebas tersebut dapat dinetralisir dengan penggunaan antioksidan. Penelitian terhadap antioksidan sangat berkembang pesat dan telah banyak ditemukan antioksidan eksogen baik itu vitamin maupun herbal yang dapat digunakan. Rika Naulivar Sinaga adalah Dosen Jurusan Ilmu Keolahragaan, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Medan 329

B. PEMBAHASAN 1. Sisi Gelap Oksigen Semua mahluk hidup kecuali yang bersifat anaerobik memerlukan oksigen untuk menghasilkan energi secara efisien. Oksigen adalah unsur yang paling banyak dijumpai pada kerak bumi. Jumlahnya dalam udara kering adalah 21%. Pada tekanan barometer 760 mmhg, tekanan parsial oksigen adalah 159 mmhg. Oksigen juga dapat bersifat racun. Molekul diatomic oksigen (O2) di atmosfer bumi itu sendiri adalah radikal bebas dan penyebab utama reaksi-reaksi radikal dalam sel-sel hidup (Giriwijoyo et al, 2007). Oksigen dapat memberikan energi pada proses metabolisme dan respirasi, namun pada kondisi tertentu keberadaannya dapat berimplikasi pada berbagai penyakit dan kondisi degeneratif seperti aging, arthritis, kanker dan lain-lain (Winarsi, 2007). Oksigen dalam jumlah besar dapat menimbulkan gejala keracunan dan kerusakan sel. Penyebab keracunan oksigen adalah karena O2 menghambat enzim-enzim sel. Dampak merusak dari O2 terhadap mahluk aerobik bervariasi luas, tergantung pada jenis, umur, kondisi fisiologis dan dietnya. Kepekaan terhadap keracunan O2 juga dipengaruhi oleh komposisi diet misalnya vitamin A,E,C, logam berat dan antioksidan (Giriwijoyo et al, 2007). 2. Radikal Bebas (Oksidan) Radikal bebas adalah molekul dengan elektron yang tidak berpasangan dengan reaktivitas yang sangat tinggi, yang dihasilkan selama proses metabolisme sel normal (endogenus) maupun didapat dari sumber-sumber di luar tubuh (Sugianto, 2011). Sering kali pengertian radikal bebas dan oksidan dianggap sama karena keduanya memiliki kemiripan sifat. Oksidan adalah senyawa penerima elektron atau senyawa yang dapat menarik elektron, sementara radikal bebas adalah atom atau molekul yang memiliki elektron tidak berpasangan. Kemiripan sifat antara radikal bebas dan oksidan terletak pada agresivitas untuk menarik elektron di sekelilingnya (Winarsi, 2007). Radikal bebas memiliki beberapa struktur kimia. Terbentuknya radikal bebas sangat berkaitan erat dengan atom. Atom terdiri dari nukleus, proton dan elektron. Elektron berperan dalam reaksi kimia dan merupakan bahan yang menggabungkan atom-atom untuk membentuk suatu molekul. Suatu bahan yang elektron 330

lapisan luarnya penuh tidak akan terjadi reaksi kimia. Sebuah atom akan berusaha mencapai keadaan stabilitas maksimum dengan menambah atau mengurangi elektron serta membagi elektronnya kepada atom yang lain. Radikal bebas memiliki sifat yang sangat reaktif dan mempunyai spesifitas kimia yang rendah sehingga dapat bereaksi dengan berbagai molekul lain. Dalam rangka mendapatkan stabilitas kimia, radikal bebas tidak dapat mempertahankan bentuk asli dalam waktu lama dan segera berikatan dengan bahan sekitarnya. Radikal bebas akan menyerang molekul stabil yang terdekat dan mengambil elektron, zat yang terambil elektronnya akan menjadi radikal bebas juga sehingga akan memulai suatu reaksi berantai, yang akhirnya terjadi kerusakan sel tersebut (Arief, 2014). Gambar 1 Struktur Kimia Radikal Bebas 331

Radikal bebas yang penting dalam mahluk hidup dan yang sangat berbahaya adalah hidroksil (OH ), superoksida (O2 ), nitrogen monooksida (NO ), dan peroksil (RO2 ). Peroksinitrit (ONOO ), asam hipoklorit (HOCl), hydrogen peroksida (H2O2), oksigen singlet ( 1 O2) dan ozon bukanlah radikal, tetapi dengan mudah dapat menjurus ke reaksi-reaksi radikal bebas (Silalahi, 2006). Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan untuk kesehatan. Fungsi radikal bebas dalam tubuh adalah melawan radang, membunuh bakteri dan mengatur tonus otot polos dalam organ tubuh dan pembuluh darah. Produksi radikal bebas yang terlalu banyak terjadi oleh adanya berbagai faktor misalnya sinar ultra violet, kontaminan dalam makanan, polusi udara, asap rokok, insektisida dan olahraga berat (Giriwijoyo et al, 2007). 3. Mekanisme Pembentukan Radikal Bebas selama Olahraga Latihan fisik dapat meningkatkan 1. Konsumsi oksigen meningkat beberapa konsumsi oksigen 100-200 kali lipat kali lipat selama latihan fisik. karena terjadi peningkatan metabolisme di Kebocoran elektron pada rantai transfer dalam tubuh. Peningkatan penggunaan elektron di mitokondria akan oksigen terutama oleh otot-otot yang menghasilkan anion superoksida. berkontraksi, menyebabkan terjadinya 2. Enzim xantin dehidrogenase akan peningkatan kebocoran elektron dari mengoksidasi hipoksantin menjadi mitokondria yang akan menjadi senyawa xantin dan selanjutnya xantin oksigen reaktif (Clarkson dan Thompson, membentuk asam urat menggunakan 2000; Sauza et al, 2006). Umumnya 2-5% NAD + sebagai akseptor elektron dari oksigen yang digunakan dalam proses membentuk NADH. Selama iskemia, metabolisme di dalam tubuh akan menjadi pada otot aktif xantin akan diubah ion superokside sehingga saat aktivitas menjadi xantin oksidase melalui fisik berat terjadi peningkatan produksi metabolisme anaerobik oleh ATP dan radikal bebas (Chevion et al, 2003). enzim dehidrogenase ATP. Selama Sejumlah jalur potensial yang reperfusi, dengan hasil peningkatan berhubungan dengan produksi senyawa beban oksigen, xantin oksidase oksigen reaktif adalah sebagai berikut mengkonversi hipoksantin menjadi (Belviranli dan Gokbel, 2006) : asam urat, tetapi menggunakan oksigen 332

sebagai akseptor elektron membentuk superoksida. 3. Kerusakan jaringan akibat latihan dapat menyebabkan aktivasi sel inflamasi seperti neutrofil, yang akhirnya menghasilkan radikal bebas dengan menggunakan NADPH oksidase. 4. Konsentrasi katekolamin yang meningkat selama latihan, dan ROS dapat dihasilkan dari hasil autooksidasi. 5. Mitokondria otot mengalami peningkatan uncoupling dan generasi superoksida dengan peningkatan suhu. Oleh karena itu, latihan yang dipicu hipertermia dapat menyebabkan stres oksidatif. 6. Autooksidasi oksihemoglobin menghasilkan methemoglobin dalam produksi superoksida dan laju pembentukan methemoglobin dapat meningkat dengan latihan fisik. Radikal bebas dapat diukur ketika berolahraga dengan melacak residunya. Salah satu residu itu adalah gas pentana yang terdapat dalam udara expirasi. Pengukuran pentana yang dilakukan tahun 1982 pada sejumlah orang yang melakukan latihan dengan ergocycle adalah sebagai berikut: Tabel 1.1 Pengukuran Pentana Waktu % max, intensitas Kadar Pentana 20 25-50% Kadar Pentana dalam udara expirasi tidak ada perubahan 20 75% Kadar Pentana hampir 2x lipat Sumber : (Giriwijoyo et al, 2007). Hasil pengukuran di atas menunjukkan bahwa olahraga berat menghasilkan radikal bebas yang lebih banyak. Residu yang lain adalah thiobarbituric acid reactive substance (TBARS) yang terdapat di dalam darah. Pemeriksaan melalui TBARS juga menunjukkan adanya kenaikan pembentukan radikal bebas pada olahraga dengan intensitas 100% kemampuan maximal, sebaliknya akan menurun bila melakukan olahraga dengan intensitas 40-70% kemampuan maximal (Giriwijoyo et al, 2007). 333

4. Antioksidan Secara alamiah dalam sel terdapat berbagai antioksidan baik enzimatik maupun non-enzimatik (endogen) yang berfungsi sebagai pertahanan bagi organelorganel sel dari pengaruh kerusakan reaksi radikal bebas (Evans, 2000., Marciniak et al., 2009). Antioksidan enzimatik disebut juga antioksidan pencegah, terdiri dari superokside dismutase, katalase, dan glutathione peroxidase. Antioksidan nonenzimatik disebut juga antioksidan pemecah rantai. Antioksidan pemecah rantai terdiri dari vitamin C, vitamin E, dan beta karoten (Chevion et al, 2003; Ji, 1999). Pada saat produksi radikal bebas melebihi antioksidan pertahanan seluler maka dapat terjadi stres oksidatif, dimana salah satu faktor penyebabnya adalah akibat aktifitas fisik (Daniel et al, 2010; Urso dan Clarkson, 2003). Pada kondisi stres oksidatif, radikal bebas akan menyebabkan terjadinya peroksidasi lipid membran sel dan merusak organisasi membran sel (Evans, 2000). Malondialdehyde (MDA) adalah salah satu hasil dari peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas selama latihan fisik maksimal atau latihan daya tahan (endurance) dengan intensitas tinggi sehingga Malondialdehyde (MDA) merupakan indikator umum yang digunakan untuk menentukan jumlah radikal bebas dan secara tidak langsung menilai kapasitas oksidan tubuh. Pelaku olahraga dengan intensias tinggi menghasilkan radikal bebas dalam jumlah besar. Latihan fisik yang dilakukan terus menerus hingga menimbulkan kelelahan dapat menginduksi stres oksidatif pada otot rangka (Thirurnalai et al, 2011). Daniel et al (2010) menemukan bahwa sistem antioksidan enzimatik dan non-enzimatik teraktivasi pada otot rangka dan jantung tikus yang diberi aktivitas fisik berat. Thirurnalai et al (2011) menemukan bahwa kadar gluthation peroxidase menurun secara signifikan pada otot gastrocnemius tikus yang diberi latihan berenang. Oleh karena itu pelaku olahraga berat memerlukan tambahan antioksidan eksogen. Antioksidan eksogen yang sering dipakai adalah vitamin E,C dan β-carotene. Penggunaan vitamin E 600 mg, vitamin C 1000 mg dan β-carotene selama 6 bulan menurunkan radikal bebas sebesar 17-36%. Bila terjadi defisiensi mineral selenium, maka antioksidan endogen GSH (glutathione peroxidase) dalam tubuh menjadi lemah atau jumlahnya menurun. GSH menangkal pengaruh buruk dari hydrogen peroxidase. Dengan demikian 334

selenium secara tidak langsung adalah juga satu antioksidan (Giriwijoyo et al, 2007). Alam juga menyediakan antioksidan eksogen. Ini dapat dilihat dari banyaknya penemuan tumbuh-tumbuhan yang mengandung antioksidan. Antioksidan banyak ditemukan pada sayur dan buah-buahan. Jus delima merah (Punica granatum) dapat meningkatkan kadar glutation peroksidase darah pada mencit (Mus Musculus) dengan aktivitas fisik maksimal (Sugianto, 2011). Komponen bioaktif dalam buah jeruk seperti vitamin C, β-karoten, flavonoida, limonoida, asam folat dan serat pangan berperan sebagai antioksidan. Teh hijau berperan sebagai antioksidan dengan adanya katekin (polifenol dalam teh hijau) (Silalahi, 2006). Pemberian antioksidan eksogen dapat: a. Meningkatkan perlindungan terhadap berbagai bentuk keganasan b. Meningkatkan ketahanan terhadap penyakit kardiovaskuler c. Memberi perlindungan terhadap penglihatan d. Menghambat penuaan dini e. Meningkatkan kemampuan sistem immunitas f. Mengurangi resiko terjadinya penyakit Parkinson dini C. PENUTUP Oksigen merupakan kebutuhan utama pada mahluk hidup, akan tetapi oksigen dalam jumlah besar dapat menjadi racun pada tubuh. Aktifitas fisik maksimal meningkatkan konsumsi oksigen yang dapat menyebabkan terbentuknya radikal bebas. Tubuh dapat menetralisir radikal bebas tersebut dengan menggunakan antioksidan endogen baik yang enzimatik dan non-enzimatik. Jumlah radikal bebas yang begitu besar akan mengganggu keseimbangan dari antioksidan endogen. Oleh sebab itu para pelaku olahraga tetap membutuhkan asupan antioksidan eksogen untuk mencegah terjadinya stress oksidatif. Antioksidan eksogen tersedia dalam bentuk vitamin dan antioksidan yang terkandung didalam tanaman seperti sayur dan buah. 335

DAFTAR PUSTAKA Arief, S. Radikal bebas. Surabaya : Ilmu Kesehatan Anak FK UNAIR. Diakses tanggal 23 Maret 2014. Belviranli, M., Gokbel, H (2006). Acute Exercise induced Oxidative Stress and Antioxidant Changes. Eur J Gen Med; 3(3): 126-131. Chevion, S., Moran D.S., Heled, Y., Shani, Y., Regrev, G., Abbou, B., Berenshtein, E., Stadtman, E.R., Epstein, Y (2003). Plasma antioxidant status and cell injury after severe physical exercise, Proc.Nati.Acad.Sci.USA,Vol.100, Issue 9, 5119-5123. Clarkson, P.M., Thompson, H.S (2000). Antioxidants: what role do they play in physical activity and health?, Am J Clin Nutr, 72, 637S-46S. Daniel, R.M., Dragomir, C., Stelian, S (2010). The effect of acute physical exercise on liver and kidney in the Wistar rat. Romanian Biotechnological Letters. Vol. 15, No. 3, Supplement, p 51-55. Evans, W. J (2000). Vitamin E, vitamin C, and exercise. Am J Clin Nutr, 72, 647S-52S. Giriwijoyo, H.Y.S., Komaryah, L., Kartinah, N.T (2007). Ilmu Kesehatan Olahraga. Bandung. Physical Exercise. Biology of Sport, Vol. 26 No.3, 197-213. Silalahi, J (2006). Makanan Fungsional. Yokyakarta : Kanisius. Souza, C.F., Fernandes, L.C. and Cyrino, E.S. (2006). Production of reactive oxygen species during the aerobic and anaerobic exercise. Rev Bras Cineantropom. Desempenho Hum, Vol.8, 2006. pp. 102-109. Sugianto, N.L (2011). Tesis : Pemberian Jus Delima Merah (Punica granatum) dapat Meningkatkan Kadar Glutation Peroksidase Darah pada Mencit (Mus musculus) dengan Aktivitas Fisik Maksimal. Universitas Udayana, Denpasar. Thirurnalai, T., Therasa, S.V., Elurnalai, E.K., David, E (2011). Intense and exhaustive exercise induce oxidative stress in skeletal muscle. Asian Pacific Journal of Tropical Disease, 63-66. Urso, M.L., Clarkson, P.M (2003). Oxidative stress, exercise, and antioxidant supplementation. Toxicology;189(1-2):41-54. Winarsi, H (2007). Antioksidan Alami & Radikal Bebas. Yogyakarta : Kanisius. Ji, L.L (1999). Antioxidants and Oxidative stress in exercise. Society for Experimental Biology and Medicine, 283: 292. Marciniak, A., Brzeszczynska, J., Gwozdzinski, K., Jegier, A (2009), Antioxidant Capacity and 336