konfigurasi sumbu, bidang kontak antara roda perkerasan. Dengan demikian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Permukaan tanah pada umumnya tidak mampu menahan beban kendaraan

I. PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan, pendidikan, dan pekerjaan. Ketersediaan jalan adalah

DR. EVA RITA UNIVERSITAS BUNG HATTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melebihi daya dukung tanah yang diijinkan (Sukirman, 1992).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari bahan khusus yang mempunyai kualitas yang lebih baik dan dapat

I. PENDAHULUAN. diperkirakan km. Pembangunan tersebut dilakukan dengan kerja paksa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hobbs (1995), ukuran dasar yang sering digunakan untuk

KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN FLEXIBLE PAVEMENT DAN RIGID PAVEMENT. Oleh : Dwi Sri Wiyanti

ANALISA KERUSAKAN PERKERASAN JALAN DITINJAU DARI DAYA DUKUNG TANAH DAN VOLUME LALU LINTAS

yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikat, lapisan lainnya hanya bersifat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan untuk menunjang dan menggerakkan bidang bidang kehidupan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pekerasan Jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan merupakan infrastruktur yang menghubungkan satu daerah dengan daerah yang lain yang sangat penting dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS KORELASI ANTARA MARSHALL STABILITY DAN ITS (Indirect Tensile Strength) PADA CAMPURAN PANAS BETON ASPAL. Tugas Akhir

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Perencanaan Tebal Lapis Tambah Perkerasan Lentur Menggunakan Metode Benkelman Beam Pada Ruas Jalan Kabupaten Dairi-Dolok Sanggul, Sumatera Utara

Course"), lapis pondasi bawah ("Sub Base Course") dan tanah dasar ("Subgrade")

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk dan kemajuan teknologi pada zaman sekarang,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk sosial memerlukan kebutuhan hidup dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam campuran beraspal, aspal berperan sebagai pengikat atau lem antar partikel

1. Kontruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kerusakan yang berarti. Agar perkerasan jalan yang sesuai dengan mutu yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I. SEJARAH PERKERASAN JALAN.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terletak pada lapis paling atas dari bahan jalan dan terbuat dari bahan khusus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum

PENGARUH KELEBIHAN BEBAN TERHADAP UMUR RENCANA JALAN BAB I PENDAHULUAN

PERBANDINGAN KONSTRUKSI PERKERASAN LENTUR DAN PERKERASAN KAKU PADA PROYEK PEMBANGUNAN PASURUAN- PILANG KABUPATEN PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

sampai ke tanah dasar, sehingga beban pada tanah dasar tidak melebihi daya

BAB I PENDAHULUAN. Campuran beraspal adalah suatu kombinasi campuran antara agregat dan aspal.

ANALISA BEBAN KENDARAAN TERHADAP DERAJAT KERUSAKAN JALAN DAN UMUR SISA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkerasan jalan adalah suatu bagian dari jalan yang diperkeras dengan lapisan

PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTUR RUAS JALAN PARINGIN- MUARA PITAP KABUPATEN BALANGAN. Yasruddin¹)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PERBANDINGAN PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN KAKU DENGAN METODE BINA MARGA 2013 DAN AASHTO 1993 (STUDI KASUS JALAN TOL SOLO NGAWI STA

BAB I PENDAHULUAN. dengan tingginya laju pertumbuhan ekonomi hal ini mengakibatkan peningkatan

LAPISAN STRUKTUR PERKERASAN JALAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN TAMBAHAN MENGGUNAKAN METODE BENKELMAN BEAM PADA RUAS JALAN SOEKARNO HATTA, BANDUNG

Perkerasan kaku Beton semen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah umum Jalan sesuai dalam Undang-Undang Republik Indonesia. Nomor 38 Tahun 2004 tentang JALAN, sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERANCANGAN STRUKTURAL PERKERASAN BANDAR UDARA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dalam aktivitas perekonomian di bidang transportasi. Sebab dapat menjamin

Agus Surandono 1) Rivan Rinaldi 2)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA PERENCANAAN MEKANISTIK EMPIRIS OVERLAY PERKERASAN LENTUR

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN " LEMBAR PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR LAMPIRAN ABSTRAKSI. BAB I. PENDAHULUAN l BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 6

Berdasarkan bahan pengikatnya konstmksi perkerasanjalan dapat dibedakan atas:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KARAKTERISTIK MARSHALL ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) DENGAN MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada perkerasan Jalan Raya, dibagi atas tiga jenis perkerasan, yaitu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STUDI KORELASI DAYA DUKUNG TANAH DENGAN INDEK TEBAL PERKERASAN JALAN MENGGUNAKAN METODE BINA MARGA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang merupakan sebagai negara yang berkembang,sedang

Outline Bahan Ajar. Prasyarat : MK Perancangan Geometri Jalan (TKS 7311/2 sks/smt V) Dosen Pengampu : Dr. Gito Sugiyanto, S.T., M.T.

Perencanaan Bandar Udara

BAB 1. PENDAHULUAN. Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak diantara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Provinsi Banten ini nantinya akan berubah status dari Jalan Kolektor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN

Lapisan-Lapisan Perkerasan Pada umumnya, perkerasan jalan terdiri dari beberapa jenis lapisan perkerasan yang tersusun dari bawah ke atas,seba

BAB I PENDAHULUAN. satu atau beberapa lapis perkerasan dari bahan-bahan yang diproses, dimana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perkerasan Jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sandhyavitri (2005), bandar udara dibagi menjadi dua bagian

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)

BAB I PENDAHULUAN. golongan, yaitu : struktur perkerasan lentur (Flexible Pavement) dan struktur

Studi Pengaruh Pengurangan Tebal Perkerasan Kaku Terhadap Umur Rencana Menggunakan Metode AASHTO 1993

3.2. Mekanisme Tegangan dan Regangan pada Struktur Perkeraan 11

Perbandingan Kekerasan Kaku I Gusti Agung Ayu Istri Lestari 128

BAB II KERUSAKAN DAN REHABILITASI JALAN

Perbandingan Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Metode Bina Marga 2011 Dengan Metode Jabatan Kerja Raya Malaysia 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II Tinjauan Pustaka TINJAUAN PUSTAKA. A. Perkerasan Jalan

STUDI PENGARUH BEBAN BELEBIH (OVERLOAD) TERHADAP PENGURANGAN UMUR RENCANA PERKERASAN JALAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. jalan, diperlukan pelapisan ulang (overlay) pada daerah - daerah yang mengalami

LAPORAN. Ditulis untuk Menyelesaikan Mata Kuliah Tugas Akhir Semester VI Pendidikan Program Diploma III. oleh: NIM NIM.

Sumber : SNI 2416, 2011) Gambar 3.1 Rangkaian Alat Benkelman Beam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN BAB I. berpopulasi tinggi. Melihat kondisi geografisnya, transportasi menjadi salah satu

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beban Lalu lintas Konstruksi perkerasan jalan menerima beban lalu lintas yang dilimpahkan melalui roda-roda kendaraan. Besarnya tergantung dari berat total kendaraan, konfigurasi sumbu, bidang kontak antara roda perkerasan. Dengan demikian pengaruh dari masing-masing kendaraan terhadap kerusakan yang ditimbulkan tidak sama maka perlu adanya beban standar sehingga semua beban dapat diekivalensikan ke beban standar. Beban standar merupakan beban sumbu tunggal beroda ganda seberat 18.000 lbs atau setara dengan 8,16 ton. Semua beban kendaraan lain dengan beban sumbu yang berbcda diekivalensikan ke beban sumbu standar dengan mengunakan "angka ekivalen beban sumbu (E)", yang merupakan angka yang menyatakan perbandingan tingkat kerusakan yang ditimbulkan oleh suatu lintasan beban sumbu tunggal kendaraan terhadap tingkat kerusakan oleh suatu lintasan kendaraan seberat 8,16 ton (18.000 lbs) apabila kendaraan tersebut melintas satu kali. (Bina Marga, 1987).

2.2 Lapis Perkerasan Konstruksi perkerasan berdasarkan bahan pengikatnya dapat dibedakan menjadi tiga: Flexible pavement, yaitu perkerasan yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikatnya. Rigid pavement, yaitu perkerasan yang menggunakan semen (portland cement) sebagai bahan pengikatnya. Composite pavement, yaitu perkerasan kaku yang dikombinasikan dengan perkerasan lentur. Lapis perkerasan lentur terdiri dari lapisan-lapisan yang diletakan diatas tanah dasar yang telah dipadatkan. Lapisan-lapisan tersebut berfungsi untuk menerima beban lalu lintas dan menyebarkannya kelapisan dibawahnya. Pada prinsipnya lapis keras lentur terdiri dari beberapa lapis (Sukirman, 1999) yaitu: 1. Lapisan permukaan (surface course) 2. Lapis pondasi atas (base course) 3. Lapis pondasi bawah (sub base course) 4. Tanah dasar (subgrade) Struktur perkerasan lentur jalan dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut: surface course base course sub base course subgrade Gambar 2.1 Struktur Perkerasan Lentur

2.3 Perkerasan Beton Aspal Perkerasan beton aspal merupakan salah satu jenis dari lapis perkerasan konstruksi perkerasan lentur, jenis perkerasan ini merupakan campuran antara agregat dan aspal sebagai bahan pengikat pada suhu tertentu. Untuk mengeringkan agregat dan mendapatkan tingkat kecairan yang cukup dari aspal sehingga diperoleh kemudahan untuk mencampurnya, maka kedua material harus dipanaskan dulu sebelum dicampur. (Sukirman, 1999). Sedangkan menurut Bina Marga, 1987. Lapis aspal beton adalah merupakan suatu lapisan pada kontruksi jalan yang terdiri dari agregat kasar, agregat halus, bahan pengisi (filler) dan aspal keras, yang dicampur, dihampar dan dipadatkan dalam keadaan panas pada suhu tertentu. 2.4 Tanah Dasar (Subgrade) Perkerasan jalan adalah kontruksi yang dibangun di atas lapisan tanah dasar (subgrade) yang berfungsi untuk menopang beban lalu lintas. Beban kendaraan yang dilimpahkan ke lapisan perkerasan melalui roda-roda kendaraan, selanjutnya disebarkan ke lapisan-lapisan dibawahnya dan akhirnya diterima oleh tanah dasar. Dengan demikian kekuatan konstruksi perkerasan selama masa pelayanan tidak saja ditentukan oleh kekuatan lapisan perkerasan, tetapi juga tanah dasar (subgrade). (Sukirman, 1999)

2.5 Kinerja (Performance) Perkerasan Lentur Lapisan perkerasan walaupun telah direncanakan dan dalam pelaksanaan telah dikontrol dengan baik tetap akan mengalami kerusakan. Hal ini disebabkan beban dinamis yang berulang-ulang dialami oleh lapis perkerasan. Tingkat pelayanan suatu jalan akan berkurang seiring dengan bertambahnya umur perkerasan. Meskipun diadakan usaha pemeliharaan yang hati-hati dan mantap kemampuan pelayanan jalan tetap akan mengalami kemunduran, sehingga ada saatnya jalan akan memerlukan pembangunan yang lebih besar. (Wright dan Paquetta dalam Heriyanto, 2003). Hal ini dapat dilihat pada gambar 2.2 berikut: 3 s o ' 2 in x\{ Anual Maintenance Expenditure Anual Reduction in Serviceability 2 Major r Rehabilitation = 4 > ; Expenditure, 0! Not A Port 'Of Maintenance " K! X 1 n. 8 2. 6 10 12 C 5 c 14 a X 1U 16 6 8 10 Age Of Load 12 14 16 Gambar 2.2 Hubungan Antara Tingkat Pelayanan Dengan Umur Perkerasan Sumber: Heriyanto, 2003

2.6 Lendutan (Deflection), Lendutan Balik (Rebound Deflection) Lendutan (deflection) adalah besarnya gerak turun vertikal suatu permukaan jalan akibat beban diatasnya. Lendutan balik (rebound deflection) adalah besar lendutan balik vertikal suatu permukaan jalan akibat dihilangkannya beban. (Bina Marga, 1983). Menurut Bina Marga 1983. lendutan yang terjadi akibat pembebanan berhubungan dengan tebal lapis tambahan yang dibutuhkan. Pada gambar 2.3 berikut digambarkan hubungan lendutan dengan pembebanan. \'i A I <* '< Gambar 2.3 Hubungan Antara Lendutan Dengan Pembebanan 2.7 Lapis Tambahan (Overlay) Perancangan lapis tambahan (overlay) adalah merencanakan tebal lapisan yang ditambahkan pada perkerasan yang ada sehingga menambah nilai struktural perkerasan dan memperpanjang umur rencana. (Sukirman, 1999)

11 Pengukuran lendutan balik dengan menggunakan alat Benkelman Beam dapat menunjukkan kemungkinan periunya dilakukan overlay pada stmktur lapis keras lentur. Kontruksi perkerasan lentur diberi lapis tambahan (overlay) untuk mengurangi lendutan yang terjadi selama umur rencana sampai batas yang diijinkan. (Sukirman, 1999)