KONSEP PENYEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK MELALUI PUBLIC PRIVATE PARTNERSHIP DI KOTA MALANG

dokumen-dokumen yang mirip
Arahan Optimalisasi RTH Publik Kecamatan Kelapa Gading, Jakarta Utara

KONSEP PENYEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DI KOTA DILI TIMOR LESTE

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota seringkali menyebabkan terjadinya perubahan kondisi ekologis lingkungan perkotaan yang

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU KECAMATAN KOTA TENGAH KOTA GORONTALO. Sri Sutarni Arifin 1. Intisari

Konsep Penataan Ruang Terbuka Hijau di Kota Ponorogo. Dirthasia G. Putri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. (DIY) memiliki peran yang sangat strategis baik di bidang pemerintahan maupun

INFORMASI RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DI PROVINSI JAMBI

KEMITRAAN PEMERINTAH DAN SWASTA DALAM PEMBANGUNAN RUANG TERBUKA HIJAU DI SURABAYA (STUDI KASUS TAMAN BUAH UNDAAN) Ridho Akhir Hendratna

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB IV PENUTUP. 1. Pelaksanaan Kemitraan PDPS Surabaya dengan PT AIW IV-1

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang

I. PENDAHULUAN. sebagai bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari peforma pembangunan infrastrukturnya. Maka dari itu, perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap penduduk kota maupun penduduk dari wilayah yang menjadi wilayah

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kabupaten Bantul merupakan kabupaten yang berada di Propinsi Daerah

2016 KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERD ASARKAN JUMLAH PEND UD UK D I KECAMATAN JATINANGOR KABUPATEN SUMED ANG

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan

BAB IV ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG RUANG TERBUKA DI KELURAHAN TAMANSARI

BAB II KAJIAN PUSTAKA...

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Disajikan oleh: LIA MAULIDA, SH., MSi. (Kabag PUU II, Biro Hukum, Kemen PU)

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. mengembangkan otonomi daerah kepada pemerintah daerah.

PENDAHULUAN. Kota adalah suatu wilayah yang akan terus menerus tumbuh seiring

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan, kawasan industri, jaringan transportasi, serta sarana dan prasarana

Tabel III-1 Rekapitulasi RTH Publik Per SWK dam Potensi RTH Kota Bandung Tahun 2014 SWK

EVALUASI PERKEMBANGAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA MADIUN

Pembangunan Geodatabase Ruang Terbuka Hijau Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Perhitungan Ruang Terbuka Hijau Perkotaan Jenis Publik (Studi Kasus : Kota Surakarta)

BAB I Pembangunan Infrastruktur di Indonesia

I. PENDAHULUAN. heterogen serta coraknya yang materialistis (Bintarto,1983:27). Kota akan selalu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk di Indonesia disetiap tahun semakin meningkat. Hal ini

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DI KOTA BITUNG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, Negara dengan jumlah penduduk ± jiwa dengan laju

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan diuraikan beberapa hal antara lain latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan metode penelitian.

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

6 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

INVENTARISASI DAN PENENTUAN KEMAMPUAN SERAPAN EMISI CO2 OLEH RUANG TERBUKA HIJAU DI KABUPATEN SIDOARJO, JAWA TIMURM

RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) WILAYAH PERKOTAAN

Kajian Perencanaan Infrastruktur Ruang Terbuka Hijau pada Perumahan Kota Terpadu Mandiri di Bungku Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi Tengah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STRATEGI MEMBANGUN INFRASTRUKTUR PEMERINTAH DAERAH

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA POSO (STUDI KASUS : KECAMATAN POSO KOTA)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Penentuan Lokasi Alternatif Kawasan Hijau Binaan Di Jakarta Barat

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. melalui APBN maupun APBD dalam penyediaan dana untuk pembangunan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015

Sustainable Waterfront Develepmont sebagai Strategi Penataan Kembali Kawasan Bantaran Sungai

ARAHAN PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT PETANI JERUK SIAM BERDASARKAN PERSPEKTIF PETANI DI KEC. BANGOREJO KAB. BANYUWANGI

MATA KULIAH PRASARANA WILAYAH DAN KOTA I (PW ) Jur. Perencanaan Wilayah dan Kota FTSP INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Kebutuhan Terhadap Pedoman Pejalan Kaki

INVENTARISASI SERAPAN KARBON OLEH RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA MALANG, JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Arahan Pengembangan RTH Berdasarkan Fungsi Ekologis di Kota Blitar

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan ruang terbuka hijau khususnya ruang terbuka hijau publik.

Penataan Lingkungan Permukiman Kumuh Di Wilayah Kecamatan Semampir Kota Surabaya Melalui Pendekatan Partisipasi Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Keberadaan ruang terbuka hijau saat ini mengalami penurunan yang

Arahan Peningkatan Ekonomi Masyarakat Petani Jeruk Siam berdasarkan Perspektif Petani di Kec. Bangorejo Kab. Banyuwangi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

EVALUASI PENYEDIAAN FASILITAS RUMAH SUSUN (Studi Kasus Rumah Susun Warugunung dan Rumah Susun Penjaringansari I di Kota Surabaya)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Lingkungan adalah semua benda, daya serta kondisi, termasuk di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. dimensi ekonomi dibandingkan dengan dimensi ekologi. Struktur alami sebagai tulang punggung Ruang Terbuka Hijau harus dilihat

I. PENDAHULUAN. Kota Jakarta Barat dikenal sebagai kota jasa dan pusat bisnis yang

BAB I PENDAHULUAN. lahan terbangun yang secara ekonomi lebih memiliki nilai. yang bermanfaat untuk kesehatan (Joga dan Ismaun, 2011).

VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SAKIP Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Malang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kota sebagai pusat pemukiman, industri dan perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. RTH :Ruang terbuka hijau adalah ruang terbuka di wilayah. air(permen PU No.5 Tahun, 2008).

IV. METODOLOGI 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des Jan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

OPTIMALISASI PEMANFAATAN TAMAN KOTA OLEH MASYARAKAT KOTA BEKASI

CONTOH BENTUK/MODEL KERJA SAMA DAERAH

JAWABAN UJIAN TENGAH SEMESTER MATA KULIAH ILMU HUTAN KOTA LANJUTAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

BAB I PENDAHULUAN. Kecenderungan terjadinya penurunan kwantitas ruang terbuka publik,

ARAHAN POLA PENYEBARAN RUANG TERBUKA HIJAU IBUKOTA KECAMATAN TADU RAYA KABUPATEN NAGAN RAYA, NAD. Oleh : Linda Dwi Rohmadiani

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perlunya perumahan dan pemukiman telah diarahkan pula oleh Undang-undang Republik

BAB III METODE PENELITIAN

PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN SELAKU KETUA KOMITE KEBIJAKAN PERCEPATAN PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR NOMOR : PER- 01 /M.

Karakteristik Pengunjung dan Aktivitasnya Terhadap Penggunaan Taman Kota Sebagai Ruang Sosial di Taman Keplaksari Kabupaten Jombang

SKRIPSI. Disusun sebagai salah satu syarat untuk memproleh gelar kesarjanaan Strata Satu (S1) Ilmu Pemerintahan. Oleh: HENDRA PERMADI

III PENYUSUNAN MASTERPLAN RTH PERKOTAAN MASTERPLAN RTH

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Transkripsi:

KONSEP PENYEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK MELALUI PUBLIC PRIVATE PARTNERSHIP DI KOTA MALANG Rizka Rahma Maulida *), Rimadewi Suprihardjo dan Haryo Sulistyarso Jurusan Arsitektur Alur Manajemen Pembangunan Kota Institut Teknologi Sepuluh November Jalan Raya ITS, Campus ITS Sukolilo, Surabaya, Jawa Timur, 60111 Indonesia rizkarahma10@yahoo.com * Corresponding author ABSTRAK Pemerintah mengalami keterbatasan pembiayaan untuk mengembalikan luas ruang terbuka hijau (RTH) yang menurun,. Swasta memiliki sumber dana yang diperlukan oleh pemerintah daerah berupa public private partnership (PPP). PPP merupakan bentuk kegiatan pengembalian sektor swasta terhadap kebutuhan masyarakat berupa pembangunan infrastruktur publik. Sehingga perlu adanya kajian mengenai kemungkinan memanfaatkan PPP untuk menyediakan RTH publik. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dan preskriptif. Analisa standar penyediaan RTH untuk mengetahui kebutuhan RTH publik. Content analysis untuk mengetahui potensi swasta dan kebutuhan penyediaan RTH publik dari pemerintah Kota Malang. Analisa triangulasi untuk merumuskan konsep penyediaan RTH publik melalui PPP. Kondisi menunjukkan bahwa Kota Malang masih memiliki kebutuhan pada fungsi RTH ekologis, sosial-ekonomi dan arsitektural seluas 1637,81 ha. Berdasarkan hasil content analysis didapatkan parameter kerjasama pemerintah dan swasta untuk penyediaan RTH, yaitu kerjasama pembangunan, kerjasama parsial, keuntungan dan resiko. Bentuk kerjasama dalam penyediaan RTH antara lain corporate social responsibility (CSR), corporate accountability (CA ), kerjasama sosial-ekonomi, design-build dan wrap around addition. Bentuk kerjasama bergantung pada karakteristik masing-masing bagian wilayah kota (BWK) dan jenis RTH yang akan dikembangkan. RTH publik yang dapat disediakan melalui PPP di Kota Malang adalah taman kota, taman alun-alun kota, taman rekreasi, hutan kota, taman pembibitan, jalur hijau dan taman di median jalan. Kata kunci: kerjasama pemerintah swasta, ruang publik, ruang terbuka hijau publik PENDAHULUAN Pada tahun 2009 menurut data AMPL (Alian si Masyarakat Peduli Lingkungan) Kota Malang, jumlah RTH hanya tersisa 4% atau 440,24 ha dari 11.006 ha luas Kota Malang (AMPL, 2009). Pembahasan khusus tentang pentingnya mempertahankan RTH kota dalam pengelolaan lingkungan perkotaan sudah sering dilakukan, namun sampai saat ini masih merupakan pertimbangan dan keputusan politis terakhir. Penyebab utama, adalah dasar kebijakan perlu dipertahankannya RTH itu, hanya pertimbangan nilai ekonomis jangka pendek, sehingga RTH justru seringkali tergusur (Kementerian PU, 2006). Selain itu, kemampuan keuangan pemerintah terbatas karena banyak pula kebutuhan sektor lain yang tak kalah mendesak (Hidayat, 2013). Implikasi dari keterbatasan kemampuan pemerintah ini mengakibatkan tidak seimbangnya ketersediaan infrastruktur kota dengan kebutuhan masyarakat. Sudah sewajarnya B-28-1

apabila pemerintah lebih mengembangkan pendekatan public private partnership untuk memenuhi ketersediaan infrastruktur perkotaan dan peningkatan pelayanan kebutuhan dasar masyarakat (Riyanto, 2011). Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Malang menyebutkan pada tahun 2014 terdapat satu perusahaan swasta dan dua BUMN (Badan Usaha Milik Negara) yang bekerjasama dalam pembangunan ruang terbuka hijau publik dalam bentuk CSR (corporate social responsibility). Berdasarkan hal tersebut, kemampuan dana yang terbatas dari pemerintah dalam penyelenggaraan infrastruktur publik memerlukan dukungan finansial dari pihak swasta sehingga dapat memenuhi kebutuhan masyarakat akan ruang terbuka hijau. Tujuan penelitian ini adalah untuk menghasilkan konsep pembiayaan dalam penyediaan ruang terbuka hijau publik dengan memanfaatkan kerjasama pemerintah dan swasta atau public private partnership (PPP) di Kota Malang. Untuk mencapai tujuan yang diinginkan, maka sasaran penelitian ini yaitu identifikasi kebutuhan ruang terbuka hijau publik, analisa potensi peran swasta terhadap pembangunan ruang terbuka hijau, analisa kemampuan penyediaan ruang terbuka hijau publik melalui public private partnership (PPP) dan merrumuskan konsep penyediaan ruang terbuka hijau publik melalui public private partnership (PPP) di Kota Malang. Hal utama yang harus diperhatikan dalam rencana pembangunan dan pengembangan ruang terbuka hijau yang fungsional suatu wilayah perkotaan menurut Makalah Lokakarya Pengembangan Sistem RTH di Perkotaan Tahun 2009 yaitu: 1. Luas RTH minimum yang diperlukan dalam suatu wilayah perkotaan di-tentukan secara komposit oleh tiga komponen yaitu kapasitas atau daya dukung alami wilayah, kebutuhan per kapita (kenyamanan, kesehatan, dan bentuk pelayanan lainnya) dan arah/tujuan pembangunan kota 2. Lokasi lahan kota yang potensial dan tersedia untuk RTH 3. Struktur dan pola RTH yang akan dikembangkan (bentuk, konfigurasi, dan distribusi) 4. Seleksi tanaman sesuai kepentingan dan tujuan pembangunan kota. METODE Penelitian ini meliputi empat tahapan analisa berdasarkan atas empat sasaran yang ingin dicapai, yaitu : 1. Analisis kebutuhan ruang terbuka hijau publik, menggunakan analisis standar dari Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.5 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan. Melalui analisis ini akan ditentukan luas dan jenis kebutuhan ruang terbuka hijau publik yang ada di Kota Malang. 2. Analisis potensi peran swasta, dilakukan dengan menggunakan wawancara ( in-depth interview) kemudian diolah dengan teknik content analysis. Narasumber yang diambil pada wawancara yang dilakukan adalah pihak swasta dari sektor yang berbeda serta mampu bekerja sama dalam memberikan informasi mengenai public private partnership. Teknik content analysis merupakan analisa yang mengandalkan kode-kode yang ditemukan dalam sebuah teks perekaman data selama wawancara dilakukan dengan subjek di lapangan. Berikut alur dalam pelaksanaan content analysis berdasarkan Bungin (2010) : Menemukan kode Klasifikasi data berdasarkan kode Gambar 1. Proses Content Analysis Prediksi Data B-28-2

3. Analisis kemampuan penyediaan RTH melalui public private partnership, dipergunakan untuk menyesuaikan hasil kebutuhan ruang terbuka hijau publik dengan potensi swasta dalam penyediaan ruang terbuka hijau publik. Penyesuaian hasil dilakukan dengan melakukan wawancara (in-depth interview) kepada pemerintah daerah terkait. Pemerintah daerah yang terkait dengan public private partnership serta ruang tebruka hijau disesuaikan dengan analisa stakeholder. Hasil wawancara ( in-depth interview) tersebut kemudian diolah dengan teknik content analysis. 4. Perumusan konsep ruang terbuka hjau publik melalui public private partnership, ditentukan dengan menggunakan metode deskriptif dengan menggunakan analisis triangulasi. Analisa triangulasi pada dasarnya menggunakan 3 sumber data yang nantinya akan dijadikan sebagai pertimbangan dalam penentuan konsep penyediaan ruang terbuka hijau publik. Dalam penelitian ini, sumber informasi yang akan digunakan antara lain : a. Hasil penelitian berupa kerjasama yang dapat dilakukan dalam penyediaan ruang terbuka hijau publik. b. Studi literatur mengenai arahan pengendalian perubahan pemanfaatan lahan yang pernah diterapkan. c. Kebijakan yang terkait dalam kerjasama pemerintah dan swasta Variabel yang digunakan pada penelitian ini dipilih melalui kajian teori dan kondisi eksisting yang ada di lapangan atau wilayah studi. Variabel yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Variabel Penelitian Aspek Indikator Variabel Struktur dan pola RTH yang Sebaran penyediaan RTH Luas wilayah akan dikembangkan Lokasi RTH Keterjangkauan masyarakat terhadap lokasi RTH Fungsi RTH yang diperlukan Fungsi sosial-ekonomi Fungsi arsitektural Fungsi ekologis Kriteria dalam penyediaan RTH Kontrak kerjasama Kontrak pelayanan Kontrak pembangunan Investasi Lahan Finansial Sarana pelengkap Vegetasi Transfer Resiko pembiayaan Mekanisme transfer resiko Bentuk transfer resiko Insentif kerjasama Jenis perusahaan swasta Bentuk kerjasama Jenis investasi Besar resiko Sumber : Hasil Kajian Pustaka, 2015 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Publik Kebutuhan ruang terbuka hijau yang ada di wilayah perkotaan berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan, menyebutkan bahwa ruang terbuka hijau memiliki proporsi minimal 30% dari luas kota. Luas tersebut terbagi menjadi 20% merupakan ruang terbuka hijau publik dan 10% merupakan ruang terbuka hijau privat. B-28-3

Tabel 2 Perhitungan Kebutuhan RTH Berdasarkan Luas Wilayah per Bagian Wilayah Kota (BWK) Kota Malang Luas RTH Penambahan Luas BWK Kebutuhan RTH No BWK Eksisting Kebutuhan RTH (ha) Publik (ha) (1) (2) (4) ((5) (4)) (3) ((3) x 20% = (5)) Ha % ha % 1 Malang Barat 1.437.84 29.66 2.06 287.59 257.93 17.94 2 Malang Tengah 812.44 88.35 10.87 162.49 74.14 9.13 3 Malang Tenggara 3.004.42 109.60 3.65 600.88 491.28 16.35 4 Malang Timur 1.678.36 150.06 8.94 335.67 185.61 11.06 5 Malang Timur Laut 1.767.05 80.25 4.54 353.41 273.16 15.46 6 Malang Utara 2.397.00 123.71 5.16 479.40 355.69 14.84 Jumlah 11.097.11 581.63 35.23 2.219.44 1.637.81 84.77 Sumber : Hasil Analisis, 2015 Pada penelitian ini, kebutuhan ruang terbuka hijau publik disesuaikan dengan kebijakan RTRW dan Masterplan RTH Kota Malang yaitu penyediaan ruang terbuka hijau yang didasarkan pada fungsi pada masing-masing bagian wilayah kota. Sehingga untuk menentukan fungsi yang masih belum terpenuhi pada masing-masing bagian wilayah kota dilakukan analisa deskriptif dengan komponen karakteristik guna lahan, kebijakan daerah dan fungsi ruang terbuka hijau eksisting Sesuai dengan luas kebutuhan ruang terbuka hijau publik berdasarkan luas wilayah serta identifikasi fungsi ruang terbuka hijau yang diperlukan pada masing-masing bagian wilayah di Kota Malang, maka dapat dihasilkan ringkasan kebutuhan ruang terbuka hijau publik di Kota Malang seperti yang ada pada Tabel 3. Tabel 3 Hasil Analisa Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Publik Per BWK di Kota Malang BWK Fungsi RTH Prioritas Jenis RTH (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.05/PRT/M/2008) Malang Barat 1. Sosial ekonomi - Hutan kota - Taman rekreasi - Lapangan olahraga 2. Ekologis - Hutan kota - Kawasan dan jalur hijau Malang Tengah 1. Sosial ekonomi - Taman rekreasi - Lapangan olahraga 2. Ekologis - Hutan kota - Kawasan dan jalur hijau 3. Arsitektural - Kawasan dan jalur hijau Malang Tenggara 1. Ekologis - Hutan kota - Kawasan dan jalur hijau 2. Sosial-ekonomi - Hutan kota 3. Arsitektural - Jalur hijau Malang Timur 1. Arsitektural - Jalur hijau Malang Timur Laut 2. Sosial-ekonomi - Lapangan olahraga 1. Arsitektural - Kawasan dan jalur hijau 2. Ekologis - Kawasan dan jalur hijau B-28-4

BWK Fungsi RTH Prioritas Jenis RTH (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.05/PRT/M/2008) Malang Utara 1. Sosial ekonomi - Taman rekreasi - Lapangan olahraga 2. Ekologis - Hutan kota - Kawasan dan jalur hijau Sumber : Hasil Analisis, 2015 Analisis potensi peran swasta dalam penyedian ruang terbuka hijau publik di Kota Malang Analisa potensi peran swasta digunakan untuk mengetahui apa saja peran swasta yang dapat diberikan dalam penyediaan ruang terbuka hijau publik. Faktor untuk mendapatkan informasi dilakukan dengan cara in depth interview. Narasumber yang digunakan merupakan pihak swasta dari beberapa sektor, antara lain sektor keuangan perbankan, sektor industri rokok dan sektor pengembang perumahan. Kemudian untuk mengetahui potensi peran swasta digunakan teknik content analysis. Berdasarkan wawancara yang sudah dilakukan, maka akan muncul konfirmasi dari faktor yang ditetapkan dari variabel. Berdasarkan pada tabel frekuensi faktor, didapatkan bahwa ada faktor yang terkonfirmasi dan tidak terkonfirmasi. Kesimpulan terkonfirmasi atau tidaknya faktor dari narasumber didapatkan dari konsistensi penyebutan dari masing-masing narasumber. Berdasarkan tabel frekuensi penyebutan, maka didapatkan beberapa faktor yang terkonfirmasi, tidak terkonfirmasi dan faktor baru yang disebutkan oleh narasumber, selengkapnya pada Tabel 4. Tabel 4 Faktor konfirmasi dari masing-masing variabel dari narasumber Faktor Terkonfirmasi Faktor tidak terkonfirmasi Faktor baru a. Kontrak kerjasama berbentuk pelayanan a.investasi lahan a. Negosiasi bentuk b. Kontrak kerjasama berbentuk pembangunan c. Mekanisme transfer resiko d. Bentuk transfer resiko e. Besar profit dari insentif b.investasi finansial c. Investasi sarana pelengkap d.investasi vegetasi kerjasama b. Prosedur kerjasama f. Bentuk insentif g. Besar resiko Alasan munculnya konfirmasi tersebut dijabarkan kembali sesuai dengan wawancara dan pemahaman yang dilakukan dalam melakukan content analysis. Pemahaman kembali dimaksudkan untuk menunjukkan maksud dari narasumber dan konsistensi yang diberikan antar narasumber pada faktor yang dimaksudkan. Sehingga hasil yang didapatkan dari analisa ini didapatkan potensi peran swasta yang ada di Kota Malang adalah : 1. Potensi kerjasama didasari pada kebijakan daerah sesuai Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Malang Tahun 2012-2032, bahwa pihak swasta memberikan bantuan pendanaan bagi masyarakat dalam realisasi pemanfaatan dan pemeliharaan ruang terbuka hijau 2. Sektor swasta memiliki bersedia untuk kerjasama dalam bentuk pelayanan maupun pembangunan ruang terbuka hijau publik 3. Adanya potensi investasi dalam penyediaan ruang terbuka hijau dalam bentuk finansial, sarana pelengkap maupun vegetasi, namun dilakukan melalui pihak ketiga untuk meminimalkan resiko Analisis kemampuan penyediaan ruang terbuka hijau melalui public private partnership di Kota Malang Analisis ini diawali dengan melakukan analisa kemampuan stakeholder pemerintah dalam menyediakan ruang terbuka hijau publik di Kota Malang. Langkah yang dilakukan pada analisis ini adalah melakukan in-depth interview pada pemerintah daerah Kota Malang sebagai narasumber. Hal ini dilakukan untuk mengetahui komponen yang dibutuhkan dalam B-28-5

penyediaan ruang terbuka hijau publik namun masih belum dapat dipenuhi oleh pemerintah daerah. Analisis yang dilakukan untuk mengolah hasil wawancara adalah content analysis. Hasil yang didapatkan adalah : 1. Pemerintah lebih memerluka kerjasama dalam bentuk pembangunan ruang terbuka hijau 2. Kebutuhan pemerintah dalam penyediaan ruang terbuka hijau adalah lahan, finansial, sarana pelengkap dan vegetasi 3. Negosiasi menjadi titik penting dalam kerjasama yang akan dilakukan oleh pemerintah dan swasta 4. Pemerintah menginginkan faktor resiko yang kecil dalam kerjasama Kemudian dilakukan analisa pemahaman dari pendapat pemerintah dan swasta mengenai kerjasama dalam penyediaan ruang terbuka hijau publik di Kota Malang. Hasil analisa tersebut adalah : 1. Kontrak kerjasama yang dilakukan adalah kontrak pembangunan. Pihak swasta menolak adanya kerjasama parsial (hanya pengadaan sarana pelengkap, hanya pengadaan vegetasi, hanya pengadaan lahan atau hanya pemberian finansial). Untuk menghindari konflik dalam kerjasama harus melalui pihak ketiga 2. Untuk investasi berupa sarana pelengkap dan juga vegetasi yang diperlukan oleh pemerintah, maka perlu adanya kerjasama tertentu untuk menegosiasi penolakan pihak swasta dalam pengadaan komponen tersebut 3. Mekanisme dan bentuk transfer resiko dilakukan melalui perjanjian resmi secara hukum 4. Terdapat penentuan keuntungan dan bentuk insentif yang dapat diberikan oleh pemerintah kepada swasta 5. Besar resiko dalam penyediaan ruang terbuka hijau publik seminimal mungkin 6. Negosiasi kerjasama harus dilakukan berulang-ulang untuk mematangkan faktor lain seperti resiko, insentif, bentuk kerjasama Hasil pemahaman ini digunakan sebagai karakteristik dalam menentukan bentuk kerjasama yang dapat dilakukan untuk penyediaan ruang terbuka hijau publik melalui public private partnership. Melalui karakteristik kerjasama maka ditentukan parameter yang digunakan adalah kerjasama pembangunan, kerjasama parsial, keuntungan dan resiko. Bentuk-bentuk kerjasama pemerintah dan swasta sesuai dengan kajian teori yang sudah dilakukan antara lain berdasarkan teori: 1. Corporate Social Responsibility, Public Private Partnership and Human Development : Towards a New Agenda (and Beyond). Public Private Partnerships in the Post -WSSD Context Conference dari Ananya Mukherjee and Darryl Reed tahun 2006 2. Analisis Participating Interest (PI) dalam Kontrak Kerjasama (KKS) Pemerintah Daerah dan Swasta oleh Ahita Nur Aisyah dan Nurkholis Zen tahun 2014 3. America s National Council on Public Private Partnership tahun 2000 Hasil yang didapatkan dari analisa yang dilakukan melalui parameter dan bentuk kerjasama, didapatkan bentuk kerjasama pemerintah dan swasta yang dapat dilakukan dalam penyediaan ruang terbuka hijau publik di Kota Malang antara lain corporate social responsibility (CSR), corporate accountability (CA), kerjasama sosial-ekonomi, design-build dan wrap around addition. Konsep penyediaan ruang terbuka hijau publik melalui public private partnership di Kota Malang Analisa konsep penyediaan dilakukan untuk mengetahui aplikasi kerjasama pemerintah dan swasta yang dapat diterapkan dalam penyediaan ruang terbuka hijau publik di Kota Malang. Penyusunan konsep menggunakan analisa triangulasi. Komponen yang digunakan B-28-6

dalam analisa triangulasi antara lain hasil analisa kebutuhan ruang terbuka hijau, teori atau hasil referensi dan kebijakan daerah yang berlaku. 1. BWK Malang Barat a. Penyediaan taman kota dapat dilakukan dengan menggunakan kerjasama sosial ekonomi, design build dan wrap around addition. Untuk taman rekreasi dapat dilakukan dengan kerjasama design build dan wrap around addition. Sedangkan untuk lapangan olahraga kerjasama dapat dilakukan melalui bentuk CSR. b. Pengembangan RTH di TPA Supit Urang, diarahkan untuk jenis ruang terbuka hijau berupa hutan kota dengan kerjasama bentuk design build dan wrap around addition. c. Pengembangan jalur hijau dapat dikembangkan dengan bentuk kerjasama pemerintah dan swasta berupa CSR atau CA 2. BWK Malang Tengah Pengembangan ruang terbuka hijau yang dilakukan adalah penambahan jalur hijau dengan bentuk kerjasama yang akan dilakukan adalah CSR. 3. BWK Malang Tenggara a. Pengembangan ruang terbuka hijau yang dilakukan salah satunya adalah penambahan jalur hijau jalan dengan jenis kerjasama pemerintah dan swasta berupa CSR dan CA b. Penambahan taman sebagai median jalan, dapat berupa fungsi ekologis dan fungsi arsitektural. Jenis kerjasama pemerintah dan swasta yang dapat dilakukan adalah CSR dan CA. c. Pengembangan ruang terbuka hijau berupa hutan kota dapat dilakukan dengan kerjasama design-build dan wrap around addition. 4. BWK Malang Timur a. Pengembangan jalur hijau dapat dilakukan dengan kerjasama pemerintah dan swasta melalui bentuk CSR dan CA. b. Jalur median jalan dapat disediakan dengan kerjasama pemerintah dan swasta melalui bentuk CSR dan CA. c. Bentuk kerjasama yang dapat dilakukan dalam penyediaan taman alun-alun kota adalah sosial ekonomi, design-build dan wrap around addition d. Lapangan olahraga dapat disediakan dengan kerjasama pemerintah dan swasta melalui bentuk CSR. 5. BWK Malang Timur Laut a. Penyediaan taman kota dapat berupa alun-alun dan monumen kota, yang dapat dilakukan melalui kerjasama dengan bentuk sosial ekonomi, design-build dan wrap around addition b. Median jalan yang diperlukan dapat disediakan melalui kerjasama pemerintah dan swasta dengan bentuk kerjasama berupa CSR dan CA. c. Penyediaan jalur hijau dapat dilakukan melalui kerjasama pemerintah dan swasta dengan bentuk CSR dan CA 6. BWK Malang Utara a. Penambahan taman pembibitan dapat dilakukan melalui kerjasama pemerintah dan swasta melalui bentuk design build dan wrap around addition b. Bentuk kerjasama yang dapat dilakukan untuk penyediaan taman kota dan rekreasi adalah design build dan wrap around addition c. Jalur hijau yang diperlukan ini dapat dilakukan dengan kerjasama pemerintah dan swasta dengan bentuk CSR dan CA. B-28-7

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah bentuk kerjasama yang dapat dilakukan dalam penyediaan ruang terbuka hijau publik di Kota Malang hanya memiliki lima bentuk, antara lain corporate social responsibility (CSR), corporate accountability (CA), kerjasama sosial-ekonomi, design-build dan wrap around addition. Berdasarkan kerjasama pemerintah dan swasta yang dilakukan dalam penyediaan ruang terbuka hijau publik, dapat membantu memenuhi kebutuhan infrastruktur publik di masyarakat. Ruang terbuka hijau publik yang dapat dipenuhi adalah ruang terbuka hijau dengan jenis taman kota, taman alun-alun kota, taman rekreasi, hutan kota, taman pembibitan, jalur hijau dan taman di median jalan. Saran untuk penelitian selanjutnya, yaitu : 1. Perlu dilakukan studi lebih lanjut mengenai kelayakan proyek yang dapat dikerjasamakan antara pihak pemerintah dan swasta 2. Perlu adanya kajian mengenai dampak positif dan negarif yang muncul dari kerjasama yang akan dilakukan 3. Perlu adanya masukan dari masyarakat terkait konsep penyediaan dan penataan ruang terbuka hijau publik DAFTAR PUSTAKA Aliansi Masyarakat Peduli Lingkungan, (2009), Evaluasi Taman Kota Binaan Masyarakat di Kota Malang Bagian Utara Berdasarkan Struktur Vegetasi dan Fungsi Ekologis, Universitas Negeri Malang, Malang. Kementerian Pekerjaan Umum, (2006), Pekerjaan Umum, Jakarta. Ruang Terbuka Hijau Perkotaan, Kementerian Hidayat, Dadang, (2013), Butuh 20 Tahun Penuhi Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau. Antara. Wisma Antara. Jakarta Pusat Riyanto, Anton, ( 2011), Pengembangan Potensi Pembangunan di Kota Tangerang Melalui Kerjasama Pemerintah-Swasta (KPS /Public Private Partnership), http://www.slideshare.net/antonirfanilham/pengembangan-kerjasama-pemerintahswasta. America s National Council on Public Private Partnership, (2000), National Council on Public Private Partnership, http://america s National Council on Public Private Partnership.org Reed, Ananya Mukherjee and Darryl, (2006), Corporate Social Responsibility, Public Private Partnership and Human Development : Towards a New Agenda (and Beyond), Copenhagen Business Scholl, Copenhagen. Zen, Ahita Nur Aisyah dan Nurkholis, (2014), Analisis Participating Interest (PI) dalam Kontrak Kerjasama (KKS) Pemerintah Daerah dan Swasta, Universitas Brawijaya, Malang. B-28-8