PENYELIDIKAN ENDAPAN GAMBUT DI DAERAH KUALA KAPUAS DAN SEKITARNYA KABUPATEN KAPUAS, PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

dokumen-dokumen yang mirip
PENYELIDIKAN ENDAPAN GAMBUT DI DAERAH BARITO BELAWANG, KABUPATN BARITO KUALA PROPINSI KALIMANTAN SELATAN

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM

INVENTARISASI BITUMEN PADAT DAERAH LOA JANAN DAN SEKITARNYA KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA DAN KOTA SAMARINDA, PROPINSI KALIMANTAN TIMUR

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

KONDISI UMUM BANJARMASIN

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

INVENTARISASI BATUBARA BERSISTIM DI DAERAH SUNGAI SANTAN DAN SEKITARNYA KABUPATEN KUTAI TIMUR, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PENYELIDIKAN BATUBARA DAERAH PRONGGO DAN SEKITARNYA, KABUPATEN MIMIKA, PROVINSI PAPUA. SARI

POTENSI BAHAN GALIAN PASIR KUARSA DI KECAMATAN LABUHAN MARINGGAI, KABUPATEN LAMPUNG TIMUR, PROVINSI LAMPUNG

INVENTARISASI DAN EVALUASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT DAN SUMBAWA, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI W I L A Y A H

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PROSPEKSI ENDAPAN BATUBARA DI DAERAH KELUMPANG DAN SEKITARNYA KABUPATEN MAMUJU, PROPINSI SULAWESI SELATAN

III.1 Morfologi Daerah Penelitian

PEMETAAN GEOLOGI METODE LINTASAN SUNGAI. Norma Adriany Mahasiswa Magister teknik Geologi UPN Veteran Yogyakarta

Stadia Sungai. Daerah Aliran Sungai (DAS)

INVENTARISASI ENDAPAN GAMBUT DI DAERAH MANDOMAI DAN SEKITARNYA, KABUPATEN KAPUAS, PROVINSI KALIMANTAN TENGAH (Lembar Peta )

By : Kohyar de Sonearth 2009

BAB IV GEOLOGI PANTAI SERUNI DAERAH TAPPANJENG. pedataran menempati sekitar wilayah Tappanjeng dan Pantai Seruni. Berdasarkan

PROSPEKSI BATUBARA DAERAH AMPAH DAN SEKITARNYA KABUPATEN BARITO TIMUR, PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud dan Tujuan

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang

Oleh: Uyu Saismana 1 ABSTRAK. Kata Kunci : Cadangan Terbukti, Batugamping, Blok Model, Olistolit, Formasi.

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III KONDISI EKSISTING DKI JAKARTA

BAB II TINJAUAN UMUM

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 19 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P /

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. masalah yang berhubungan dengan ilmu Geologi. terhadap infrastruktur, morfologi, kesampaian daerah, dan hal hal lainnya yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.2 TUJUAN 1.3 LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pilihan yang sulit dihindari (Manwan, dkk dan Suryana. 2004). Hal ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sumatera terletak di sepanjang tepi Barat Daya Paparan Sunda, pada perpanjangan

Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai.

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

BAB II TINJAUAN UMUM

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis LS dan BT. Beriklim tropis dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

INVENTARISASI BATUBARA PEMBORAN DALAM DAERAH SUNGAI SANTAN-BONTANG KABUPATEN KUTAI TIMUR, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. potensi sumber daya energi yang cukup besar seperti minyak bumi, gas, batubara

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas

BAB II KEADAAN UMUM DAN KONDISI GEOLOGI

KAJIAN UMUM WILAYAH Wilayah Administrasi, Letak Geografis dan Aksesbilitas

HIDROSFER Berdasarkan proses perjalanannya, siklus dapat dibedakan menjadi 3 jenis sebagai berikut :

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PROSPEKSI ENDAPAN BATUBARA DI DAERAH SUNGAI BELINTANG DAN SUNGAI SAI, KABUPATEN SINTANG, KALIMANTAN BARAT

EKSPLORASI ENDAPAN BATUBARA DI DAERAH BUNGAMAS, KABUPATEN LAHAT PROPINSI SUMATERA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Maksud dan Tujuan Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui dan memahami kondisi geologi daerah penelitian.

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34" - 110º31'08" Bujur Timur. Di

KONDISI UMUM. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 12. Peta Adminstratif Kecamatan Beji, Kota Depok

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Tugas Akhir (SI 40Z1) 1.1. UMUM

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

KAJIAN ZONASI DAERAH POTENSI BATUBARA UNTUK TAMBANG DALAM PROVINSI KALIMANTAN SELATAN BAGIAN TENGAH

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB IV ENDAPAN BATUBARA

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Gambar 2. Lokasi Penelitian Bekas TPA Pasir Impun Secara Administratif (

BAB I PENDAHULUAN. Geologi Daerah Beruak dan Sekitarnya, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur

PENYELIDIKAN LANJUTAN BITUMEN PADAT DI DAERAH NANGASILAT DAN SEKITARNYA KABUPATEN KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT. Soleh Basuki Rahmat 1

BAB IV GEOMORFOLOGI DAN TATA GUNA LAHAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB IV DATA DAN HASIL PENELITIAN

Bab II Geologi Regional

BAB II GEOLOGI REGIONAL

dampak perubahan kemampuan lahan gambut di provinsi riau

INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN BOVEN DIGOEL PROVINSI PAPUA Reza Mochammad Faisal Kelompok Penyelidikan Mineral Logam SARI

SURVEI TINJAU ENDAPAN BATUBARA DI DAERAH TALANG KARANGAN DAN SEKITARNYA, KABUPATEN MUARA ENIM PROPINSI SUMATERA SELATAN

Batuan beku Batuan sediment Batuan metamorf

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. maret Pada tahun 2008 tentang pembentukan Kabupaten Mesuji dan

KONSEP PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PELAPORAN BAHAN GALIAN LAIN DAN MINERAL IKUTAN. Oleh : Tim Penyusun

EKSPLORASI UMUM ENDAPAN PASIR BESI DI KABUPATEN MINAHASA SELATAN. PROVINSI SULAWESI UTARA

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

BAB I PENDAHULUAN. prasarana dan sarana kota yang lengkap dan baik serta merupakan pusat utama

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB I PENDAHULUAN. 1. Menerapkan ilmu geologi yang telah diberikan di perkuliahan.

PROSPEKSI BATUBARA DAERAH TABAK, KABUPATEN BARITO SELATAN PROVINSI KALIMATAN TENGAH

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara administratif, daerah penelitian termasuk dalam wilayah Jawa Barat. Secara

Transkripsi:

PENYELIDIKAN ENDAPAN GAMBUT DI DAERAH KUALA KAPUAS DAN SEKITARNYA KABUPATEN KAPUAS, PROPINSI KALIMANTAN TENGAH Oleh : A.D. Soebakti Subdit Batubara S A R I Daerah Kuala Kapuas yang diselidiki terletak di dalam Lembar Peta Bakosurtarnal (1712 44), secara administrative termasuk dalam 5 wilayah kecamatan, yaitu Kecamatan Selat, Kecamatan Kapuas Hilir, Kecamatan Maliku, Kecamatan Pangkuh dan Kecamatan Bahaur, Kabupaten Kapuas, Propinsi Kalimantan Tengah. Secara geografis terletak di antara 3 00-3 15 Lintang Selatan dan 114 15-114 30 Bujur Timur. Secara geologi daerah penyelidikan terletak dalam Cekungan Barito bagian Tepi Selatan, daerahnya berupa dataran bergelombang rendah yang disusun oleh satuan endapan alluvium yeng terbentuk Kala Holosen. Dari hasil penyelidikan endapan aluvium ini dapat dibedakan menjadi 2 satuan, yaitu satuan Endapan Permukaan Tua (Qal) dan Endapan Permukaan Muda (Qa). Endapan Gambut di daerah ini kemungkinan secara Paleogeografi terbentuk pada lensalensa tipis yang dipengaruhi sungai, sehingga tidak terbentuk baik dan tipis-tipis, ketebalan maksimal ± 0,40 meter. Secara megaskopis endapan gambut yang ditemukan di daerah ini termasuk kelas Sapric berkomponen halus berupa pasta, termasuk jenis endapan Topogeneous Peat. Dari ratusan ribu hektar daerah yang diselidiki terdapat endapan gambut ± 550 Ha dengan ketebalan maksimal 0,40 meter. Sumberdaya gambut dihitung dari perkalian luas sebaran dan rata-rata adalah lebih kurang 1.112.000 m³. Prospek pemanfaatan dan pengembangan gambut di daerah ini sebagian telah dimanfaatkan sebagai lahan transmigrasi dan lahan sejuta hektar proyek nasional pesawahan pasang surut. 1. PENDAHULUAN Indonesia termasuk negara nomor 4 di dunia yang mempunyai potensi endapan gambut setelah Kanada, Rusia dan Amerika Serikat. Endapan ini terbesar diseluruh Indonesia seluas kurang lebih 26 Juta Ha (Anderson, 1964, Report Energy Of Peat, Shell Companies in Indonesia). Berkaitan dengan hal tersebut, dalam rangka menjalankan tugas fungsi dan inventarisasi sumber daya mineral yaitu menginventarisasikan potensi sumber daya gambut di Indonesia, maka Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral melakukan penyelidikan endapan gambut didaerah Kuala Kapuas, Kabupaten Kapuas, Propinsi Kalimantan Selatan dengan biaya anggaran DIK-S T.A. 2002 Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral. Penyelidikan ini dilaksanakan untuk mengetahui sebaran, ketebalan, sumber daya, mutu, bentuk endapan dan kondisi geologi endapan gambut didaerah penyelidikan. Selain hal tersebut juga untuk mengetahui data umum wilayah seperti infra sturktur, kondisi sosial masyarakat, iklim, curah hujan, demografi dan hal-hal lain yang erat kaitannya dengan kegiatan selanjutnya. Seluruhnya data yang didapat diharapkan merupakan data inventarisasi yang akan menunjang dalam menentukan kegiatan selanjutnya, prospek pemanfaatan dan pengembangan penggunaannya dikemudian hari. Kolokium Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral (DIM) TA. 2002 40-1

Daerah penyelidikan secara administrasi terdapat dalam 5 kecamatan, yaitu Kecamatan Selat, Kapuas Hilir, Maliku, Pangkuh dan Bahaur, Kabupaten Kapuas, Propinsi Kalimantan Tengah. Secara geografis terletak diantara 3 0 00-3 0 15 LS dan 114 0 15-114 0 30 BT (Gambar 1). Daerah penyelidikan terletak diantara muara Sungai Kahayan dan Sungai Kapuas Murung, sebelah Selatan Kota Kabupaten Kapuas berjarak sampai kurang kebih 50 km, dapat dicapai hanya dengan kendaraan air dan sebagian kendaraan roda dua melalui penyebrangan Feri. Penyelidikan terdahulu diantaranya ; N. Sikumbang dan R. Heryanto, 1994, dalam Peta Geologi Bersistim Lembar Bamjarmasin, Kalimantan. Kedasar 1:250.000 dimana didalamnya tercakup daerah penyelidikan yang disusun oleh endapan aluvium (Qa) terdiri dari kerilil, pasir, lempung, lumpur dan gambut. - Truman Widjaya dkk,1999, dalam Laporan Penyelidikan Endapan Gambut didaerah Kecamatan Pandihbatu (pangkuh) yang terletak disebelah barat daerah penyelidikan melaporkan adanya endapan gambut sampai ketebalan 7,50 meter. - A.D. Soebakty dkk, 2001, dalam Laporan Penyelidikan Endapan Gambut didaerah Belawang yang terletak sebelah timur daerah penyelidikan melaporkan adanya endapan gambut tipis 0,40 meter. 2. GEOLOGI REGIONAL Seluruh daerah penyelidikan berupa dataran bergelombang rendah yang disusun oleh satuan endapan aluvium dan dialiri oleh sungaisungai berpola meander membentuk rawa-rawa yang sangat luas. Sungai utama adalah Sungai Kapuas Murung dan Sungai Kahayan. 2.1 Stratigrafi Tatanan Stratigrafi daerah penyelidikan menurut N. Sikumbang dan R. Heryanto, 1994 dalam Peta Geologi bersistim Lembar Banjarmasin seluruh daerah tertutup oleh endapan permukaan yaitu Aluvium (Qa), yang terdiri dari ; Kerikil, pasir, lanau, lempung, lumpur dan gambut. 2.2 Struktur Katili (1983), mengklasifikasi bahwa sedimen yang mengisi Basin Tersier dibawah endapan rawa gambut sebagai Back Arc Basin Basin Kalimantan Selatan diperkirakan dikorelasikan dengan Basin Kalimantan Barat dan Basin Serawah yang diklasifikasikan dengan Basin Dataran Stabil, sehingga tidak terjadi strukturisasi. 3. GEOLOGI 3.1 Morfologi Secara keseluruhan daerah yang diselidiki memperlihatkan bentuk morfologi berelief rendah dengan, ketinggian berkisar antara 2 meter sampai kurang lebih 14 meter diatas permukaan laut (dp1). Relief tertinggi berupa indah bukit di utara bagian tengah diantara sungai Kapuas Murung dan sungai Kahayan dengan ketinggian berkisar antara 12-14 meter dan disusun oleh satuan kerikil, pasir, lanau dan lempung. Relief terendah berupa rawa-rawa tersebar tidak merata di selatan bagian timur dan timur daerah penyelidikan dengan ketinggian berkisar antara 2-6 meter (dp1), disusun oleh lanau, lempung, lumpur dan gambut tipis. Undak sungai dan bukit merupakan tunggul utama pembentuk rawa, lembah irisan sungai-sungainnya mempunyai kemiringan lereng sangat rendah dan gradien sungai kurang lebih 2 0, bentuk alirannya berupa meander. 3.2 Stratigrafi dan Lingkungan Pengendapan Seluruh satuan batuan yang ditemukan didaerah penyelidikan termasuk kedalam satuan aluvium. Dari hasil orientasi pemetaan geologi permukaan dan didukung pemboran endapan gambut, batas litologi terutama antara endapan gambut dan litologi sekitarnya dapat diketahui lebih jelas. Satuan batuan yang terdapat didaerah penyelidikan ini berupa endapan permukaan yang dibedakan jadi 2 satuan sebagai berikut : 1. Endapan Permukaan Muda (Qa) terdiri dari lanau abu-abu kekuningan, padat, bercampur organik didaerah endapan dataran banjir sungai, lempung abu-abu terang agak kotor, lembek-padat, lumpur, gambut berwarna coklat tua-coklat kehitaman. Satuan ini terdapat diantara tanggul-tanggul sungai dan undak bukit. 2. Endapan Permukaan Tua (Qal), terdiri dari kerikil lempungan berwarna kekuningan, lanau abu-abu kekuningan, padat, kadangkadang bercampur organik, lempung berwarna abu-abu terang-agak kotor kekuningan berbutir halus-sedang, sebagian bercampur lempung dan organik. Kedua endapan permukaan ini berumur Holosen (N. Sikumbang dan R. Heryanto,1994; Peta Geologi Lembar Banjarmasin, Kalimantan). Kolokium Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral (DIM) TA. 2002 40-2

Satuan endapan permukaan muda merupakan daerah utama yang terisi endapan gambut. Pendekatan yang dipakai dalam analisis lingkungan pengendapan gambut adalah atas sifat-sifat litologi dan struktur sedimen yang berkembang disekitar daerah penyelidikan dan batuan dasar dari endapan gambut. Sungai Kahayan dan Kapuas di daerah Kuala Kapuas yang mengalir sepanjang tepi selatan mempunyai arti penting dalam pembentukan endapan rawa gambut didaerah Kuala Kapuas. Basal sedimen yang terletak dibawah endapan rawa gambut terdiri dari lempung abu-abu terang kurang padu. Ini memberi kesan bahwa kelambatan aliran air tawar Sungai Kahayan dan Kapuas membentuk areal rawa gambut dan material yang diendapkan di daerah dataran banjir lebih kasar. Sepanjang sungai tersebut material sedimen tersebut membentuk tanggul-tanggul sungai. Sedangkan pada dataran pertanian, perkampungan tanahnya umumnya terdiri dari pasir lepas bersifat laut ( MARINE ORIGIN ). Dari beberapa lubang bor diketahui memotong endapan pasir lepas. Endapan ini diperkirakan berasal dari endapan sungai dan terakumulasi dalam dataran tua sebelum pengendapan gambut. Pada umumnya endapan gambut di daerah ini terdapat berasosiasi dengan lempung organik, lempung tidak padu. Dari hasil pengamatan sisa tumbuhan terdiri dari tumbuhan rendah, berbatang lunak, endapan gambut terjadi insitu Autochtonus, terbentuk di dalam lensalensa tipis yang berundulasi dan di antara tanggul-tanggul sungai membentuk rawa-rawa. Berdasarkan asumsi diatas ditunjang laporan penyelidik terdahulu diantaranya, N. Sikumbang dan R. Heryanto, 1994 dalam Peta Geologi Lembar Banjarmasin, Kalimantan, maka lingkungan pengendapan gambut di daerah ini terjadi dalam lingkungan rawa air tawar sampai dataran banjir sungai. 3.3 Indikasi Endapan Gambut Daerah penyelidikan termasuk Peta Geologi Lembar Banjarmasin (N. Sikumbang dan R. Heryanti, 1994) dan Peta topografi Bakorsurtanal Lembar Peta 1712-44, dimana di dalamnya terlihat penyebaran rawa yang sangat luas dan dilaporkan adanya endapan gambut pada satuan endapan aluvium. Dari laporan Truman Widjaya, Penyelidikan Endapan Gambut didaerah Pandihbatu, 1999 yang letaknya sejajar sebelah barat daerah penyelidikan terdapat endapan gambut dengan ketebalan sampai 7.50 meter dan dari laporan A.D. Soebakty Laporan Penyelidikan Endapan Gambut daerah Belawang, 2001 yang letaknya sebelah timur juga terdapat endapan gambut kurang dari 1 meter dimana ketiga daerah ini mempunyai ciri-ciri geologi yang sama. 4. HASIL PENYELIDIKAN 4.1 Geologi Endapan Gambut Seperti telah diuraikan dalam sub Bab 2.2.2. bahwa seluruh satuan batuan yang ditemukan didaerah penyelidikan termasuk kedalam satuan aluvium, dimana dari hasil pemetaan geologi permukaan dan didukung pemboran endapan gambut, batas litologi antara endapan gambut dan litologi sekitarnya diketahui lebih jelas. Dari satuan alivium yang dapat dibedakan menjadi dua satuan endapan permukaan tua dan muda, endapan gambut didaerah ini terdapat diatas endapan Permukaan Muda (Qa) yang terdiri dari lanau, lempung, lumpur dan gambut. Dimana endapan gambut sendiri terjadi pada daerah rawa-rawa dataran banjir (flood plain), dibelakang tanggul alam (natural levee) dan termasuk dalam lingkungan pengendapan fluviatil (Tabel 1). Kolokium Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral (DIM) TA. 2002 40-3

Tabel 1. Stratigrafi Daerah Penyelidikan UMUR SATUAN KETERANGAN H O L O S E N ENDAPAN PERMU- KAAN MUDA (Qa) ENDAPAN PERMU- KAAN TUA (Qal) Dari hasil pengamatan penampang bor tangan pembentukan gambut (ganesa) didaerah ini diperkirakan dimulai dari penimbunan sisasisa tumbuhan jenis tanaman rendah pada lensalensa dataran bergelombang rendah, endapan gambut didaerah ini dicirikan terbentuk pada tempat-tempat atau lensa-lensa yang mempunyai perbedaan kedalaman relatif rendah 2-4 meter pada jarak lateral yang luas. Diperkirakan pula dalam pembentukan awal pengaruh air sungai cukup dominan hampir diseluruh bagian daerah penyelidikan, dicirikan dengan banyaknya anak-anak sungai yang mengalir didaerah ini, sehingga tidak terbentuk endapan gambut yang cukup baik seperti pada daerah-daerah yang mempunyai ganesa gambut pada lensa/cekungan yang dalam dan tidak banyak dipengaruhi sungai, seperti didaerah sebelah barat yang hanya dipisahkan oleh Kahayan mempunyai ketebalan sampai 7.50 meter (lampiran 1). Endapan gambut didaerah ini termasuk bentuk endapan Topogenesus peat atau Endapan Permukaan Muda terdiri dari lanau abu-abu kekuningan, padat, bercampur organik di daerah dataran banjir sungai, lempung abuabu terang-agak kotor lembek padat, Lumpur dan gambut berwarna coklat tua-coklat kehitaman. LINGKUNGAN PENGENDAPAN Endapan permukaan tua terdiri dari kerikil, lanau abu-abu, DATARAN BANJIR kerikil lem-pungan berwarna kekuningan, padat dan pasir lepas berwarna keku-ningankecoklatan, padat dan pasir lepas berwarna kekuningan berbutir halus-sedang, sebagian bercampur lempung dan organik. RAWA AIR TAWAR SAMPAI diklasifikasikan sebagai gambut bercampur mineral/abu dengan ketebalan relatif tipis berkisar antara beberapa cm hingga kurang lebih 0,40 meter. Secara megaskopis seluruh endapan gambut tersebut termasuk kelas/jenis Safric (Sistem Pemeran U.S. Agric), yang terdiri dari sisa-sisa komponen material tumbuhan berukuran halus berupa pasta, tapi fragmenfragmen sisa tumbuhan masih terlihat jelas dengan tingkat pembusukan H7-H8 Skala Van Past. Sehingga secara lateral maupun vertikal endapan gambut didaerah ini bentuk maupun jenisnya sama termasuk kelas safric. 4.3 Kadar dan Kualitas Endapan Gambut 4.3.1. Megaskopis Seperti diuraikan pada sub Bab 3.2. secara megaskopis endapan gambut didaerah ini seluruhnya termasuk kelas safric terdiri dari sisasisa komponen material tumbuhan halus, berupa pasta berwarna coklat kehitaman, kehitaman bercampur mineral, mengandung sisa-sisa akar, kulit dan batang halus, kandungan air (moister) karena musim kemarau relatif kurang-sedang. Kolokium Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral (DIM) TA. 2002 40-4

4.3.2. Hasil Analisa Laboratorium Untuk mengetahui kualitas gambut telah telah dianalisa 8 contoh yang dianggap mewakili dari penyelidikan. Contoh-contoh gambut ini diambil 60-70 persen dari setiap ketebalan bagian atas untuk menghindari bercampurnya lempung dasar / material matter. Endapan gambut yang tipis kurang dari 1 meter dan keadaan musim kemarau umumnya agak kering, sehingga pada saat analisa AS Received nya biasanya tidak dianalisa karena kandungan air / moister tidak bisa dianalisa sebab sudah kering. Dari hasil analisa AS Determined basis secara keseluruhan diketahui kandungan abu dan suftur total masih rendah dan harga kalosi tidak berbeda dengan gambut umumnya di Indonesia walaupun terjadi pada jenis Topogeneous peat yang biasanya kandungan abu dan sulfurnya tinggi. Block 1 KODE CONTO M (%) AS DETERMINED BASIS VM FC ASH (%) (%) (%) St (%) CV Cal/gr GBK-3 10.0 60.3 28.7 1.0 0.18 4835 GBK.10 10.5 59.5 29.1 0.9 0.14 4910 GBK-11 10.3 59.0 29.9 0.8 0.18 4980 Block 2 Block 3 GBK-14 11.2 50.5 26.9 11.4 0.46 4265 GBK-17 11.1 55.8 31.2 1.9 0.23 4880 GBK-42 10.9 54.3 30.8 4.0 0.28 4750 GBK-50 10.5 58.2 29.6 1.7 0.20 4965 GBK-54 10.5 55.9 31.5 1.7 0.23 4920 Tabel 2 Hasil Analisa Gambut Kering Daerah Kuala Kapuas, Kabupaten Kapuas 4.3.3. Interprestasi Dari referensi terdahulu diantaranya ; Widjaya. T. 1999 dalam Laporan Penyelidikan Endapan gambut di daerah Pandihbatu, Kabupaten Kapuas yang ada di sebelah barat daerah penyelidikan yang hanya dipisahkan oleh S. Kahayan terdapat endapan gambut dengan gambut dengan ketebalan sampai 7,50 meter. Dari Laporan Soebakty A.D. 2001; dalam Laporan Penyelidikan Endapan Gambut daerah Belawang yang letaknya sebelah timur dan dipisahkan oleh S.Murung terdapat endapan gambut kurang dari 1 meter. kedua daerah tersebut mempunyai cirri-ciri geologi yang sama, namun di daerah penyelidikan endapan gambut hanya sampai 0,40 meter. Dari hasil penyelidikan ini, penulis berpendapat/diinterpretasikan bahwa endapan gambut di daerah ini terbentuk pada daerah bergelombang rendah atau pada lensalensa tipis sehingga disimpulkan bahwa factor Paleogeografi sangat berpengaruh besar terhadap pembentukan endapan gambut di wilayah Kolokium Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral (DIM) TA. 2002 40-5

sedimentasi daerah ini selain Paleografi dimungkinkan pula pengaruh-pengaruh lain pada saat pembentukan diantaranya ; - buruknya perlindungan rawa-rawa gambut oleh air limpahan banjir sungai yang banyak mengalir di daerah ini sehingga tidak terbentuk gambut dengan baik, Pasokan sediment sungai yang berlebihan sehingga pembentukan endapan gambut tidak baik. Dari hasil analisa diketahui kualitas gambut masih cukup baik, disebabkan pengambilan contohnya sangat selektif dimana contoh dipilih dari endapan-endapan yang belum terganggu aktifitas manusia dan diambil contohnya lebih kurang 60-70 persen bagian atas dari ketebelannya, sehingga kemungkinan pengaruh dari mineral matternya sangat sedikit. 4.4. Sumber Daya Gambut Daerah penyelidikan dibagi menjadi 3 blok, blok 1 dan blok 2 terletak diantara sungai Kahayan dan sungan Kapuas Murung, blok 3 disebelah timur sungai Kapuas Murung (lampiran peta 1). Ratusan ribu hektar daerah yang diselidiki, yang mempunyai endapan gambut dengan ketebalan maksimum hanya 0,40 meter adalah kurang lebih 550 Ha. Sumber daya gambut dihitung dari perkalian luas sebaran dan ketebalan rata-rata adalah kurang lebih 1.112.000 m 3. dapat dimanfaatkan antara lain untuk industri dan lahan pertanian endapan gambut biasa dikelompokan sebagai berikut : Daerah bergambut dengan ketebalan 0 atau kurang dari 1 meter umumnya dapat dimanfaatkan sebagai lahan pertanian bahan makanan, palawija hortikultural. Lahan gambut dengan ketebalan kurang dari 2 meter biasanya masih dapat digunakan sebagai lahan pertanian produksi perkebunan rakyat ataupun perkebunan besar seperti karet, sagu dan sawit dengan irigasi yang teratur. Lahan gambut dengan ketebalan lebih dari 2 meter diharapkan dapat dipergunakan untuk energi alternatif dan industri. Proses pemanfaatan dan pengembangan lahan gambut, karena kurang dari 1 meter yang sangat luas didaerah ini sebagian telah dimanfaatkan sebagai lahan transmigrasi terutama sebelah barat daerah penyelidikan. Lokasi sebelah utara sebagian merupakan lahan sejuta hektar proyek nasional persawahan pasang surut terusan, primer, sekunder sampai tersier telah dibuat disebagian didaerah ini. Namun yang menjadi kendala adalah penangannya belum maksimal, karena kurang tenaga atau orang dan hama yang cukup banyak didaerah ini. Blok Daerah Isopach (m) Ketebalan rata-rata (m) Luas (Ha) Sumber Daya (m 3 ) 1 0,10-0,20 0,15 150 225.000 2 0,10-0,40 0,25 175 437.500 3 0,10-0,30 0,20 225 450.000 Jumlah 550 1.112.500 Tabel 3. Perhitungan Sumber Daya Gambut Sebagian sebaran endapan gambut didaerah ini diketahui tinggal jejak-jejak sisa terbakar, terutama ditempat-tempat sekitar lokasi transmigrasi karena tanahnya sudah diolah untuk pertanian maupun pesawahan pasang surut. 4.5. Prospek dan Kendala Pemanfaatan Umumnya berdasarkan pengalaman selain sebagai bahan energi alternatif gambut 5. KESIMPULAN DAN SARAN Dari uraian-uraian yang telah dikemukakan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan, bahwa : 1. Secara stratigrafi daerah penyelidikan termasuk cekungan Barito tepi selatan bagian atas dan hanya disusun oleh satuan endapan permukaan tua (Qal) dan muda (Qa). Kolokium Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral (DIM) TA. 2002 40-6

2. Endapan gambut yang dijumpai didaerah ini terjadi dilingkungan rawa dataran banjir, termasuk bentuk endapan Topogeneous Peat dan terdiri dari kelas sapric. 3. Dari hasil pemboran diketahui ketebalan endapan gambut berkisar dari beberapa cm sampai maksimal 0,40 meter, sumber daya gambut adalah kurang lebih dari 1.112.000 m 3 dalam luas areal kurang lebih 550 Ha. 4. Endapan gambut relatif tipis tidak berkembang baik, disebabkan karena ganesa pembentukannya Paleogeografi pada lensalensa tipis didaerah bergelombang rendah dan pengaruh anak-anak sungai yang banyak mengalir didaerah ini. 5. Pemanfaatan lahan gambut maupun tanah cukup baik disarankan sebagai lahan transmigrasi, lahan pertanian, perkebunan dan persawahan pasang surut, dimana endapan gambut relatif tipis merupakan bahan pengikat pupuk bila diolah dengan baik dan irigasi teratur. Sedangkan untuk energi alternatif maupun industri tidak cukup prospek karena sumber dayanya tidak memadai. 4. N. Sikumbang dan R. Heryanto, 1994; Peta Geologi Lembar Banjarmasin, Kalimantan. 5. Report on Energy Use of Peat, United Nation Conference on New Renewable Source of Energy, 1981. 6. Soebakty, A.D., 2001; Penyelidikan Endapan Gambut di daerah Belawang, Kabupaten Barito Kuala, Provinsi Kalimantan Selatan. 7. Supardi, 1983; Kegunaan Gambut dan Perkembangannya di Indonesia, Direktorat Sumber Daya Mineral, Bandung. 8. Timor, Jarsen, 1985; Energy Project Based on Peat and Bima, Indonesia, Technical Research Centre of Findland. 9. Widjaya, T., 1999; Laporan Penyelidikan Endapan Gambut di daerah Pandihbatu, Kabupaten Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah. DAFTAR PUSTAKA 1. Katili, 1983; Geologi Indonesia 2. Bemmelen R.W. Van., 1949; The Geology of Indonesia Martinus Nijhoff, The Haque. 3. Cameron, 1986; Peat Resources mapping along the Batanghari River, Jambi. Kolokium Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral (DIM) TA. 2002 40-7