BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi, maka manusia mengingkari kodratnya sendiri. Manusia dengan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Subekti dan Tjitrosudibio, Cet. 34, Edisi Revisi (Jakarta: Pradnya Paramita,1995), pasal 1233.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia di dalam kehidupannya mempunyai bermacam-macam kebutuhan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perikatan merupakan hubungan hukum yang tercipta karena adanya peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah Negara yang berdasarkan Hukum. Hukum perjanjian adalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam jangka waktu pendek atau panjang, perjanjian sudah menjadi bagian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam keadaan yang sedang dilanda krisis multidimensi seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan tanah hak kepada pihak lain untuk selama-lamanya (hak atas tanah

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakannya dalam sebuah perjanjian yang di dalamnya dilandasi rasa

BAB II PERJANJIAN JUAL BELI MENURUT KUHPERDATA. antara dua orang atau lebih. Perjanjian ini menimbulkan sebuah kewajiban untuk

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA. A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian

PELAKSANAAN PERJANJIAN ANTARA AGEN DENGAN PEMILIK PRODUK UNTUK DI PASARKAN KEPADA MASYARAKAT. Deny Slamet Pribadi

BAB I PENDAHULUAN. mendesak para pelaku ekonomi untuk semakin sadar akan pentingnya

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sarana dan prasarana lainnya. akan lahan/tanah juga menjadi semakin tinggi. Untuk mendapatkan tanah

A.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. khusus (benoemd) maupun perjanjian umum (onbenoemd) masih berpedoman

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN. dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Didalam masyarakat yang sedang berkembang seperti sekarang ini, kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia di dalam. kerjasama yang mengikat antara dua individu atau lebih.

TANGGUNG JAWAB HUKUM TERHADAP SEWA MENYEWA ALAT MUSIK DAN SOUND SYSTEM DI KOTA SURAKARTA

BAB III TINJAUAN TEORITIS TENTANG PERJANJIAN

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan alam kehidupan sekitarnya. 1. ketentuan yang harus dipatuhi oleh setiap anggota masyarakat.

BAB III TINJAUAN TEORITIS. landasan yang tegas dan kuat. Walaupun di dalam undang-undang tersebut. pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata:

KLASIFIKASI PERJANJIAN KELOMPOK I DWI AYU RACHMAWATI (01) ( )

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. Perjanjian menurut pasal 1313 KUH Perdata adalah suatu perbuatan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk, kebutuhan akan tanah terus

TESIS. (Kajian Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 1985 Tentang Ketenagalistrikan)

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan negara merupakan salah satu asas pokok. pembentukan pemerintah Negara Kesatuan Republik

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia Tahun 2004 Nomor 117, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4432, Penjelasan umum.

BAB I PENDAHULUAN. kesepakatan mereka. Para pihak ini berdiri berhadap-hadapan dalam kutub-kutub

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Hukum adalah segala aturan yang menjadi pedoman perilaku setiap orang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah perkembangan kehidupan, manusia pada zaman apapun

BAB I PENDAHULUAN. macam kegiatan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk dapat memenuhi

BAB 1 PENDAHULUAN. Tengker, cet. I, (Bandung: CV. Mandar Maju, 2001), hal (Jakarta: Djambatan, 2002), hal. 37.

TINJAUAN MENGENAI ASPEK HUKUM PEMBAGIAN HARTA WARISAN MENURUT KUHPERDATA (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Jepara)

BAB I PENDAHULUAN. harga tanah dan bangunan yang terus naik dari tahun ke tahun. Tanah dan

TINJAUAN PELAKSANAAN HUBUNGAN KERJA DI PT. NYONYA MENEER SEMARANG

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KERJASAMA. 2.1 Pengertian Perjanjian Kerjasama dan Tempat Pengaturannya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peranan hukum di dalam pergaulan hidup adalah sebagai sesuatu yang

TANGGUNG JAWAB HUKUM DALAM PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUMAH TOKO (RUKO) 1 Oleh : Cindi Kondo 2

BAB I PENDAHULUAN. satu cara yang dapat dilakukan adalah membuka hubungan seluas-luasnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Jual beli adalah suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu

Undang-Undang Merek, dan Undang-Undang Paten. Namun, pada tahun waralaba diatur dengan perangkat hukum tersendiri yaitu Peraturan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN WANPRESTASI. Perjanjian atau persetujuan merupakan terjemahan dari overeenkomst,

BAB II PERJANJIAN DAN WANPRESTASI SECARA UMUM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perumahan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Bagi

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN, WANPRESTASI DAN LEMBAGA PEMBIAYAAN KONSUMEN

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JAMBI FAKULTAS HUKUM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perseorangan, dan kepentingan masyarakat demi mencapai tujuan dari Negara

SKRIPSI TANGGUNG GUGAT BANK CENTURY ATAS DANA INVESTOR PERSEROAN TERBATAS ANTABOGA DELTA SEKURITAS OLEH : HADI WIBOWO NIM

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjanjian pengalihan..., Agnes Kusuma Putri, FH UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. (hidup berkelompok) yang biasa kita kenal dengan istilah zoon politicon. 1

BAB I PENDAHULUAN. dengan segala macam kebutuhan. Dalam menghadapi kebutuhan ini, sifat

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

Lex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015

BAB II PENGIKATAN JUAL BELI TANAH SECARA CICILAN DISEBUT JUGA SEBAGAI JUAL BELI YANG DISEBUT DALAM PASAL 1457 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan masyarakat. Perubahan tersebut juga berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. tidak asing dikenal di tengah-tengah masyarakat adalah bank. Bank tersebut

BAB II PERJANJIAN SEWA-MENYEWA DAN PENGATURAN HUKUM DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA. A. Pengertian Bentuk-bentuk dan Fungsi Perjanjian

ABSTRAK. Kata kunci: Perjanjian sewa-menyewa, akibat hukum, upaya hukum.

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2.

BAB I PENDAHULUAN. disanggupi akan dilakukannya, melaksanakan apa yang dijanjikannya tetapi tidak

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya, matipun manusia masih memerlukan tanah. berbagai persoalan dibidang pertanahan khususnya dalam hal kepemilikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perjanjian merupakan suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada

BAB I PENDAHULUAN. keterangan, pertimbangan dan nasehat tentang hukum kepada instansi

BAB I PENDAHULUAN. beli, tetapi disebutkan sebagai dialihkan. Pengertian dialihkan menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan oleh para pengusaha untuk mengembangkan usahanya. kedua belah pihak, yakni pembeli dan penjual.

Lex et Societatis, Vol. V/No. 5/Jul/2017. TINDAK PIDANA PENGGELAPAN DALAM PERJANJIAN SEWA-BELI KENDARAAN BERMOTOR 1 Oleh : Febrian Valentino Musak 2

BAB I PENDAHULUAN. seperti: investasi dalam pembelian ternak, pembelian tanah pertanian, atau

Tanggung Jawab Penjual/ Pelaku Usaha Dalam Transaksi Jual Beli Terhadap Kelebihan Pembayaran Menurut Peraturan Perundang Undangan Di Indonesia.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN JUAL BELI. 2.1 Pengertian dan Pengaturan Perjanjian Jual Beli

BAB I PENDAHULUAN. kalangan individu maupun badan usaha. Dalam dunia usaha dikenal adanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II PERJANJIAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA. terwujud dalam pergaulan sehari-hari. Hal ini disebabkan adanya tujuan dan

BAB II PERJANJIAN PADA UMUMNYA. Dari ketentuan pasal di atas, pembentuk Undang-undang tidak menggunakan

Lex Privatum Vol. V/No. 9/Nov/2017

BAB I PENDAHULUAN. ini, semakin meningkat pula kebutuhan hidupnya. Kebutuhan manusia akan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Oetarid Sadino, Pengatar Ilmu Hukum, PT Pradnya Paramita, Jakarta 2005, hlm. 52.

TESIS KEKUATAN MENGIKAT KONTRAK BAKU DALAM TRANSAKSI JUAL BELI TENAGA LISTRIK ANTARA PT PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PERSERO) DENGAN PELANGGAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya jaminan dalam pemberian kredit merupakan keharusan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. etnis,suku, agama dan golongan. Sebagai salah satu negara terbesar di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. kepemilikan hak atas tanah oleh individu atau perorangan. Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

BAB I PENDAHULUAN. Manusia di dalam kehidupan mempunyai bermacam-macam kebutuhan dalam hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. dalam waktu yang sama menuntut kewajiban ditunaikan. Hubungan hak dan

BAB I PENDAHULUAN. hukum tentang tanah diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengirim. Dimana ekspeditur mengikatkan diri untuk mencarikan pengangkut

BAB I PENDAHULUAN. Melihat dari hal tersebut dapat dikatakan bahwa kegiatan pinjam-meminjam

BAB III TINJAUAN TEORITIS. dapat terjadi baik karena disengaja maupun tidak disengaja. 2

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Perdata (Burgerlijkrecht) ialah rangkaian peraturan-peraturan

BAB I PENDAHULUAN. CST. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum Dan Tata Hukum Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1989, hlm

PENTINGNYA PENCANTUMAN KETIDAKBERHASILAN UPAYA PERDAMAIAN (DADING) DALAM BERITA ACARA SIDANG DAN PUTUSAN

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan kekayaan alam yang mempunyai arti sangat penting

PENERAPAN PERJANJIAN SEWA BELI DI INDONESIA DAN AKIBAT HUKUMNYA 1 Oleh : Jeinal Bawarodi 2

I. PENDAHULUAN. Dengan adanya hukum, hak-hak serta kewajiban-kewajiban anggota masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. menjelaskan bahwa Negara Indonesia adalah Negara hukum. 1 Oleh karena

TINJAUAN HUKUM PENYELESAIAN PERKARA PEMBATALAN AKTA HIBAH. (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan hukum perdata itu dibagi menjadi dua macam yaitu hukum perdata

BAB I Latar Belakang Pemilihan Kasus. berdasarkan sistem syariah (hukum islam) 2. Usaha pembentukan sistem ini

BAB V PENUTUP A. Simpulan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada prinsipnya manusia adalah mahluk sosial, yaitu mahluk yang hidup bermasyarakat, sebagai mahluk sosial, manusia selalu mempunyai naluri untuk hidup bersama dengan sesamanya, yakni dengan cara melakukan interaksi, tanpa berinteraksi, maka manusia mengingkari kodratnya sendiri. Manusia dengan berinteraksi dapat mewujudkan kepentingan-kepentingannya, yang sudah tentu berbeda kepentingan antara manusia yang satu dengan kepentingan manusia lainnya. Mengingat banyaknya kepentingan, tidak mustahil terjadi perbedaan pendapat yang berakhir kepada konflik atau bentrokan antara sesama manusia, karena kepentingannya saling bertentangan. Konflik kepentingan akan terjadi apabila dalam melaksanakan atau mengejar kepentingannya seseorang sebagai misal merugikan orang lain. Gangguan kepentingan atau konflik haruslah dicegah agar tatanan masyarakat dalam keadaan seimbang, karena keadaan tatanan kehidupan masyarakat yang seimbang akan menciptakan suasana tertib, damai dan aman. Oleh karena itu keseimbangan tatanan kehidupan masyarakat yang terganggu haruslah diupayakan untuk menjadi pulih seperti ke keadaan semula. Tiap kepentingan perlu untuk dipenuhi, namun tidak boleh menimbulkan kerugian bagi orang lain dan agar kepentingan setiap orang dapat dipenuhi dan 1

tidak menimbulkan kerugian bagi orang lain, maka dibutuhkan peraturan yang terdiri dari kumpulan pedoman/pegangan/ukuran, baik hukum maupun non hukum. Salah satu manfaat peraturan baik hukum maupun non hukum, yaitu dapat memberi perlindungan terhadap para pihak yang dirugikan. Dalam melaksanakan peraturan hukum tersebut manusia diharuskan tetap berpegang teguh atas etika dan norma-norma kesopanan, kepatutan dan kehatihatian, dengan tujuaan menjaga ketertiban umum demi terwujudnya kerukunan, akan tetapi, tidak bisa dipungkiri bahwa di dalam kehidupan bermasyarakat, terkadang terjadi suatu gesekan-gesekan satu dengan yang lainnya karena di dalam bermasyarakat tersebut adalah tempat berkumpulnya berbagai macam sifat dan watak yang berbeda satu sama lain. Di dalam hubungan bermasyarakat kepentingan-kepentingan itu akan bertemu dalam suatu kontak di mana antar kontak akan bisa saling menjauhkan apabila kepentingan-kepentingan itu mengalami gesekan atau mungkin kontak akan saling mendekat apabila kontak saling menguntungkan. Dikehidupan nyata, hal ini sudah dimengerti bahwa orang yang hidup dalam masyarakat akan melakukan hubungan, di satu pihak untuk melindungi kepentingannya masing-masing, terhadap bahaya dari masyarakat itu sendiri, sedangkan di lain pihak senantiasa berusaha untuk saling tolong menolong dalam mengejar kepentingan bersama. Hubungan tersebut berlangsung baik apabila ada persesuaian kehendak di antara para pihak, yang berhubungan dan agar mencapai kesesuaian kehendak. Dalam hubungan tersebut timbul suatu peristiwa hukum di mana seseorang berjanji kepada orang lainnya untuk melakukan suatu hal atau berbuat sesuatu, untuk meminta sesuatu ataupun untuk 2

tidak berbuat sesuatu yang dapat diartikan bahwa para pihak tersebut melakukan suatu kesepakatan untuk dituangkan ke dalam suatu perjanjian sehingga antara para pihaknya timbul hubungan hukum yang dinamakan perikatan. Perikatan dapat didefinisikan sebagai suatu hubungan hukum antara dua orang atau dua pihak, pihak yang satu berhak menuntut sesuatu dari pihak yang lain, dan pihak yang lain berkewajiban untuk memenuhi tuntutan itu 1. Perikatan dapat lahir dari perjanjian atau undang-undang, seperti yang disebutkan dalam pasal 1233 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata) 2. Perikatan yang timbul baik dari perjanjian maupun undang-undang akan melahirkan hak dan tanggung jawab yang dapat dituntut serta harus dipenuhi oleh masing-masing pihak. Lahirnya, perikatan memberi akibat yang berbeda bagi para pihak, untuk perikatan yang lahir dari perjanjian, akibat yang timbul dikehendaki oleh para pihak sedangkan dalam perikatan, yang lahir dari undang-undang, akibat hukum yang timbul ditentukan, oleh Undang-Undang, yang mungkin saja tidak dikehendaki oleh para pihak 3. Perikatan, yang lahir dari perjanjian dikarenakan antar pihak, telah sepakat mengikatkan diri ke dalam sebuah perjanjian. Pada perikatan ini, jika salah satu pihak merasa, bahwa pihak lain dalam melaksanakan hak dan kewajibannya, tidak sesuai dengan ketentuaan-ketentuaan yang terdapat di dalam suatu perjanjian, yang telah disepakati sebelumnya, terdapat itikad buruk, dari salah satu pihak, maka pihak yang dirugikan dapat menuntut itikad 1 Subekti, Hukum Perjanjian, cet. 18 (Jakarta: Intermasa, 2001), hlm.1. 2 Indonesia, Kitab Undang-undang Hukum Perdata, terjemahan Subekti dan Tjitrosudibio, Cet. 34, Edisi Revisi (Jakarta: Pradnya Paramita,1995), pasal 1233 3 Kartini Muljadi, Perikatan Pada Umumnya (Jakarta: PT Raja Grafindo Perasda,2003) hlm. 3 3

buruk yang dilakukan oleh pihak lain, dengan tujuan terbentuknya undang-undang tersebut untuk menciptakan suatu keadilan, kepastian dan kemanfaatan hukum bagi setiap masyarakat Indonesia yang mempunyai hak untuk dilindungi dan di jaga oleh Negara atas hak konstitusinya. Dalam implimentasi kehidupan nyata teramat sangat sulit untuk menerapkan itikad baik dalam setiap perbuatan yang bertentangan dengan aturan, seperti pada perbuatan melawan hukum, hal tersebut dikarenakan itikad baik masih bersifat Abstract, Pendapat Prof. Thomas Phea 4 dalam, itikad baik adalah suatu sikap yang dituangkan dalam bentuk nyata yang berasal dari hati nurani dan bersumber dari suara hati manusia yang selaras dengan norma, etika kesopanan dan kepatutan yang berlaku di dalam kehidupan bermasyarakat. Berkaitan dengan masalah yang hendak dibahas dalam penulisan tesis ini, bahwa dalam membuat perjanjiaan, sangatlah diperlukan itikad baik dari para pihak terkait dengan adanya Perjanjiaan investasi antara PT Berkah Karya Bersama milik Harry Tanoesoedibjo melawan PT. Cipta Televisi Pendidikan Indonesia di mana PT Cipta Lamtoro Gung adalah milik Siti Hardiyanti Rukmana sebagai pemegang saham terbesar 5. Dalam perjanjiaan yang sah maka akibat dari perjanjiaan tersebut mengikat kedua belah pihak dan diwajibkan menjalankan hak dan kewajiban masing-masing sampai perjanjiaan selesai menurut peraturan perundang-undangan. 4 Thomas Phea, Perkuliahan Filsafat Hukum, (Semester 1, Universitas Esa Unggul, Jakarta 2015) 5 Putusan PN Jakarta, Perkara Perdata No.10/Pdt.G/20100/PN.Jkt.Pst, hlm 18 4

B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka pokok masalah 6 dalam proposal ini adalah, mengapa perjanjiaan investasi PT. Cipta Televisi Pendidikan Indonesia antara Harry Tanoesoedibjo dan Siti Hardiyanti Rukhmana belum berlandaskan asas itikad baik? Secara khusus akan diteliti 7 : 1. Bagaimana pelaksanaan itikad baik pada perbuatan melawan hukum dalam suatu perjanjian? 2. Apa akibat hukum dalam suatu perjanjiaan yang mengabaikan itikad baik pada perbuatan melawan hukum? 3. Bagaimana bentuk perlindungan hukum terhadap pihak yang dirugikan atas itikad tidak baik pada perbuatan melawan hukum dalam perjanjiaan? C. Tujuaan Penelitiaan Tujuan umum dalam penelitian ini adalah, menjawab masalah penelitian tersebut diatas, lebih meningkatkan pengetahuan dan kesadaran peneliti betapa pentingnya itikad baik dalam hubungan hukum di dalam masyarakat. Secara khusus penelitian ini ditujukan untuk: 1. Memberikan tambahan pengetahuaan, tentang adanya pengaturan mengenai itikad baik pada perbuatan melawan hukum di dalam suatu perjanjiaan. 6 Prof. Adi Rianto, Dalam penelitian hanya mempunyai satu pokok permasalahan, (Esa Unggul MH10, Mata kuliah Metodologi Penelitian Hukum). 7 Adi Rianto, Permasalahan minor bisa lebih dari 2 atau 3, (Esa Unggul MH10, Mata kuliah Metodologi Penelitian Hukum). 5

2. Memberikan pemahaman dan pengertian kepada masyarakat, apa akibat hukum dalam suatu perjanjiaan yang mengabaikan itikad baik pada perbuatan melawan. 3. Mengkaji apa hambatan dalam proses penerapan asas itikad baik pada perbuatan melawan hukum di dalam suatu perjanjiaan serta bagaimana penyelesaian terhadap hambatan tersebut dan bagaimana bentuk perlindungan terhadap pihak yang dirugikan atas tindakan yang ber itikad buruk di dalam suatu perjanjiaan. D. Manfaat Penelitian Setiap peneltian, diharapkan dapat memberi manfaat pada berbagai pihak. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Manfaat Teoritis a. Hasil penelitian ini, dapat menjadi masukan bagi penulis pribadi atau pembaca yang tertarik dalam hukum perdata, mengenai pentingnya suatu itikad baik, antara kedua belah pihak dalam melaksanakan perjanjian, b. Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi, serta bahan acuan bagi penelitian di masa yang akan datang. 2. Manfaat Praktis a. Untuk memberikan jawaban atas masalah yang diteliti. b. Untuk melatih, mengembangkan pola pikir yang sistematis, sekaligus untuk mengukur kemampuan penulis dalam menerapkan ilmu yang telah diperoleh. 6

E. Definisi Operasional Untuk menganalisa permasalahan dalam penelitian ini, ada beberapa definisi yang perlu diperjelas terlebih dahulu, yakni sebagai berikut: 1. Perbuatan Melawan Hukum adalah, setiap perbuatan yang melanggar peraturan perundang-undangan yang berlaku, perbuatan itu adalah perbuatan yang melawan hukum, atas kesalahan nya maka diharuskan untuk mengganti kerugiaan atas kesalahan yang telah dilakukan. 8 2. Perjanjian adalah, suatu perbuatan satu orang atau lebih, mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih. Definisi ini sesuai dengan pasal 1313 KUH Perdata. Namun, definisi ini di kritik oleh Prof. Subekti, karena menurutnya, definisi ini tidak menunjukkan adanya hubungan timbal balik antara para pihaknya. Menurut Prof Subekti, perjanjian adalah suatu peristiwa, dimana seseorang berjanji kepada seorang lain, atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal. 9 3. Perjanjian Timbal balik adalah, suatu perjanjian yang memberikan hak, dan kewajiban, kepada kedua belah pihak. Misalnya perjanjian jual beli, sewa menyewa, tukar menukar 10. 8 Rosa Agustina, Hukum Perikataan ( Denpasar. Sinar Grafika, 2012), hlm.3. 9 Subekti, Op.Cit., hlm.1-3. 10 Abdulkadir Muhammad, Hukum perikatan. Cet. 3, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1992), hlm 97. 7

4. Perikatan adalah, suatu perhubungan antara dua orang atau dua pihak, berdasarkan pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari pihak lain, dan pihak lain berkewajiban untuk memenuhi tuntutan itu 11 5. Gugatan adalah, salah satu bentuk cara penyelesaian perselisihan perkara perdata, yang diajukan ke pengadilan oleh salah satu pihak, terhadap pihak lain berdasarkan adanya statu sengketa atau konflik 12. 6. Wanprestasi adalah, kelalaian, kealpaan, cidera janji, tidak menepati atau tidak melakukan suatu hal, yang telah menjadi kewajibannya dalam perjanjian atau tidak dilaksanakannya prestasi atau kewajiban sebagaimana mestinya yang dibebankan oleh kontrak terhadap pihakpihak tertentu seperti yang disebutkan dalam kontrak yanng bersangkutan 13 F. Sistematika Penulisan Pada BAB I, menguraikan mengenai pendahuluan, yang berisi latar belakang penelitiaan, pokok permasalahan, tujuan penelitian, metodelogi penelitiaan serta definisi operasional yang menjelaskan istilah-istilah penting yang terkait dengan penelitian ini, serta sistematika penulisan. Pada BAB II, akan dibahas mengenai tinjauan umum tentang Asas itikad baik, sejarah perkembangan asas itikad baik, pengertiaan itikad baik, dan akibat 11 Subekti, Op. Cit., hlm. 4. 12 Retnowulan Sutantio dan Iskandar Oeripkartawinata, Hukum Acara Perdata dalam teori dan Praktek, Cet.9 (Bandung: Mandar Maju, 2002), hlm.10. 13 C.S.T. Kansil Istilah Aneka Hukum, Cet. 1 (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2001) hlm. 195. 8

yang ditimbulkan oleh pebuatan atas dasar itikad tidak baik, pengertian perjanjiaan dan perbuatan melawan hukum. Pada BAB III, menguraikan tentang metode yang di pakai dalam penelitiaan denga metode yuridi normatif,. Pada BAB IV, berisikan analisa terhadap putusan pengadilan, dalam bab ini terdiri dari dua sub bab, yaitu penguraiaan tentang kasus posisi dan analisis kasus termasuk apakah perbuatan tersebut dapat dikategorikan sebagai perbuatan yang bertentangan dengan asas itikad baik, serta bentuk perlindungan hukum yang diberikan kepada pihak yang dirugikan, atas adanya itikad buruk di dalam sengketa kepemilikan saham tersebut. Dalam hal ini diuraikan pula penerapan pembahasan teoritis pada kasus ini agar dapat ditarik suatu benang merah dalam pertimbangan yang membuat suatu perkara pembatalan perjanjian. Putusan yang akan dianalisa dalam tulisan ini adalah: 1. Putusan No 10/Pdt.G/2010/P.Jkt..Pst ( Tingkat 1 ) 2. Putusan No 629/Pdt/2011/PT.DKI ( Tingkat Proses Banding ) 3. Putusan No 862.K/Pdt/2013 ( Tingkat Prose Kasasi ) 4. Putusan No 238.PK/Pdt/2014 ( Tingkat Proses PK ) BAB V, Penutup, terdiri atas kesimpulan yang merupakan ringkasan atas jawaban dari pokok permasalahan, hasil temuan penelitian dan saran. 9