1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah Dasar (SD). IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. Susanto (2013:138) hakikat IPS adalah untuk mengembangkan konsep pemikiran yang berdasarkan realita kondisi sosial yang ada di lingkungan siswa. Melalui mata pelajaran IPS, siswa diarahkan untuk dapat menjadi warga masyarakat yang baik dapat menghargai nilai-nilai sosial. IPS merupakan ilmu pengetahuan yang sangat penting untuk dipelajari, khususnya pada anak sekolah dasar. Mata pelajaran IPS di SD diajarkan di kelas I sampai dengan kelas VI. Pembelajaran IPS memiliki tujuan bagi siswa dalam proses pembelajaran dengan mengembangkan potensi siswa agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat dan terampil mengatasi masalah yang terjadi sehari-hari, baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Susanto (2013:149) tujuan IPS dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungan. 1
2 2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inquiry, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial. 3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan. 4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global. Pembelajaran IPS memiliki karakteristik sebagai pembelajaran yang selalu berubah sesuai dengan tingkat perkembangan masyarakat. Bahan kajian dalam pembelajaran IPS di SD meliputi keadaan masyarakat sejak masa lalu hingga masa kini. Pembelajaran IPS menekankan siswa untuk aktif membangun dan menggali pemahaman melalui pengalaman dan interaksi mereka. Sebagai sebuah ilmu sosial, kajian materi dalam mata pelajaran IPS cukup kompleks dan luas yang menuntut siswa untuk menghapal dan memahami materi dalam waktu yang terbatas. Hal ini mengakibatkan siswa sering merasa kesulitan dan cepat merasa bosan dengan materi yang kebanyakan bersifat paparan atau teoritis. Bahkan tidak sedikit materi yang belum pernah dijumpai siswa dalam kehidupan sehari-hari atau tidak kontekstual sehingga sulit dipahami oleh siswa. dengan demikian pembelajaran IPS sebaiknya di sampaikan dengan cara yang menyenangkan. Permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran IPS juga terjadi di kelas VA SDN 1 Karanganyar dimana kemampuan siswa yang ditunjukkan dengan nilai siswa masih rendah. Hasil wawancara dengan guru kelas
3 menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang kesulitan memahami materi IPS dengan baik, sehingga keyika ada kegiatan tanya jawab, masih banyak siswa yang kurang aktif menjawab karena tidak tahu jawabannya. Disamping itu guru juga menyampaikan kalau nilai ulangan siswa masih banyak yang kurang memuaskan atau dibawah KKM. Dengan adanya permasalahan di atas, guru dan peneliti melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama ini, untuk mengidentifikasi faktor yang mungkin menyebabkan masalah tersebut muncul. Dari hasil refleksi, dapat diketahui bahwa selama ini guru masih dominan dalam penggunaan metode ceramah dan tanya jawab, sehingga membuat siswa merasa cepat bosan dan kesulitan memahami materi. Guru belum menggunakan metode pembelajaran yang variatif. Kegiatan belajar masih monoton sehingga belum mampu membuat siswa lebih aktif dan semangat belajar. Siswa menjadi kurang antusias mengikuti pelajaran. Penggunaan media dalam pembelajaran juga belum optimal, karena pembelajaran lebih sering menggunakan LKS. Faktor-faktor tersebut memberikan dampak pembelajaran IPS menjadi kurang menarik, sehingga berpengaruh terhadap keaktifan siswa, dan kemampuan siswa memahami pembelajaran. Setelah mengkaji pustaka dan diskusi dengan rekan guru, maka untuk meningkatkan prestasi belajar siswa, penulis melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dalam pembelajaran IPS pada materi perjuangan mempertahankan
4 kemerdekaan di kelas VA SDN 1 Karanganyar. Salah satu model pembelajaran yang dapat mengatasi masalah rendahnya partisipasi siswa dan meningkatkan prestasi belajar siswa adalah dengan model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif dianggap cocok diterapkan dalam pendidikan karena sesuai dengan budaya yang menjunjung tinggi nilai gotong royong. Dalam pembelajaran kooperatif siswa diberi kesempatan untuk berkomunikasi dan berinteraksi sosial dengan temannya untuk mencapai tujuan pembelajaran, sementara guru bertindak sebagai motivator dan fasilitator aktivitas siswa. Pembelajaran kooperatif saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa, terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak dapat bekerja sama dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli pada yang lain. Sharan dalam (Arends, 2008:9) cooperative learning menunjukkan lebih sedikit perilaku kompetitif dan lebih banyak kerja sama. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II merupakan salah satu dari tipe pembelajaran kooperatif. Slavin (2009:14), dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II siswa bekerja dalam anggota kelompok yang sama, yaitu empat orang dengan latar belakang yang berbeda. Para siswa ditugaskan untuk membaca bab, buku kecil, atau materi lain, biasanya bidang studi sosial, biografi, atau materi-materi yang bersifat penjelasan terperinci lainnya. Setiap anggota tim ditugaskan secara acak untuk menjadi ahli dalam aspek tertentu dari tugas membaca tersebut. Para ahli dari tim berbeda bertemu untuk
5 mendiskusikan topik yang sedang dibahas dan kemudian kembali kepada timnya untuk mengajarkan topik tersebut kepada teman satu timnya. Akhirnya seluruh siswa menerima penilaian yang mencakup seluruh topik dan skor kuis akan menjadi skor tim. Dengan model pembelajaran ini, diarahkan dapat meningkatkan aktivitas siswa sehingga memupuk rasa percaya diri, meningkatkan motivasi siswa, dan meningkatkan keberanian siswa untuk mengemukakan pendapat serta dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab dan kerjasama. Hal ini merupakan upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. berdasarkan uraian latar belakang tersebut peneliti melakukan penelitian tindakan kelas yang berjudul Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Mata Pelajaran IPS Materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Melalui Model Pembelajaran Jigsaw II DI Kelas V Sekolah Dasar. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah yang dikemukakan adalah bagaimana penggunaan model pembelajaran Jigsaw II dapat meningkatkan prestasi belajar siswa mata pelajaran IPS materi perjuangan mempertahankan kemerdekaan di kelas V Sekolah Dasar?. C. Tujuan Penelitian Penelitian tindakan kelas ini mempunyai tujuan, yaitu meningkatkan prestasi belajar siswa mata pelajaran IPS materi perjuangan mempertahankan kemerdekaan melalui model pembelajaran Jigsaw II di kelas V Sekolah Dasar.
6 D. Manfaat Penelitian Hasil dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini diharapkan memberikan manfaat yang berarti bagi siswa, guru, dan sekolah sebagai suatu sistem pendidikan yang mendukung peningkatan proses belajar dan mengajar siswa. 1. Manfaat Teoritis Sebagian bahan alternatif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran IPS materi perjuangan mempertahankan kemerdekaan penerapan pembelajaran melalui Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw II. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa (1) Siswa menjadi lebih termotivasi untuk belajar IPS. (2) Hasil belajar siswa meningkat pada materi perjuangan mempertahankan kemerdekaan. b. Bagi Guru (1) Menambah pengetahuan tentang pemanfaatan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dalam pembelajaran. (2) Guru lebih termotivasi untuk melakukan penelitian tindakan kelas yang bermanfaat bagi perbaikan dan peningkatan proses pembelajaran. (3) Guru lebih termotivasi untuk menerapkan strategi pembelajaran yang lebih bervariasi, sehingga materi pelajaran akan lebih menarik.
7 c. Bagi Sekolah Sebagai upaya peningkatan kualiatas pengelolan pengajaran dalam proses pembelajaran. d. Bagi Peneliti Menambah wawasan dan pengalaman serta ilmu pengetahuan yang mengenal cara belajar dapat membuat peserta didik lebih aktif dan interaktif dalam proses pembelajaran.