JURNAL ILMU BERBAGI PEMANFAATAN PENOLONG PERSALINAN DI KELURAHAN MULYAHARJA KOTA BOGOR TAHUN 2013

dokumen-dokumen yang mirip
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUPATEN PANDEGLANG

Harto P. Simanjuntak 1, Heru Santosa 2, Maya Fitria 2. Abstract

**) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Jl Nakula I N Semarang ABSTRACT

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PERTOLONGAN PERSALINAN PADA TENAGA KESEHATAN DI DESA LOLU KECAMATAN BIROMARU KABUPATEN SIGI. Abd.

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KUNJUNGAN IBU HAMIL (K4) DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS CIMARAGAS KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2013.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN TEMPAT BERSALIN PADA IBU HAMIL (Studi Kasus di Kelurahan Rowosari, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang)

TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PEMANFAATAN BUKU KESEHATAN IBU DAN ANAK BERDASARKAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IBU DALAM PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN. Lia Amalia (

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi. Kata Kunci : Pengetahuan,Pekerjaan,Pendidikan,Pemberian ASI Eksklusif

Hubungan Pengetahuan Dan Pendidikan Ibu Dengan Pertumbuhan Balita DI Puskesmas Plaju Palembang Tahun 2014

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL ILMIAH

PENGARUH FAKTOR PREDISPOSISI,

DETERMINAN PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CAMPALAGIAN KABUPATEN POLEWALI MANDAR TAHUN 2011

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK KADER DALAM PENYULUHAN DI MEJA 4 PADA POSYANDU DI KELURAHAN NGALIYAN, KOTA SEMARANG

HUBUNGAN TINGKAT EKONOMI DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PENOLONG PERSALINAN IBU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SAMBUNG MAKMUR TAHUN

Eskalila Suryati 1 ; Asfriyati 2 ; Maya Fitria 2 ABSTRACT

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN FREKUENSI KUNJUNGAN ULANG NIFAS DI WILAYAH PUSKESMAS PURWOYOSO KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SIKAP IBU HAMIL DENGAN KEPATUHAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE PERTAMA (K1) COMPLIANCE WITH THE ATTITUDE OF PREGNANT WOMEN PRENATAL CARE FIRST VISIT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTENATAL CARE DENGAN BERAT BADAN LAHIR BAYI DI KLINIK BERSALIN LINDA SILALAHI KECAMATAN PANCUR BATU

HUBUNGAN PERILAKU IBU HAMIL DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN ANTENATAL CARE DI PUSKESMAS ANTANG

RELATIONSHIP BETWEEN EDUCATION AND KNOWLEDGE WITH KADARZI BEHAVIOR IN RURAL AREAS REPRESENTED BY KEMBARAN I DISTRICT

Penolong Persalinan dan Kejadian Komplikasi Persalinan di Jawa Barat

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMANFAATAN KELAS IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS HARAPAN RAYA PEKANBARU

STIKES Nani Hasanuddin Makassar 2. STIKES Nani Hasanuddin Makassar 3. STIKES Nani Hasanuddin Makassar

HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN PEKERJAAN IBU HAMIL DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH

GAMBARAN GEJALA POSTPARTUM BLUES PADA IBU PASCA BERSALIN DI KLINIK SUMIARIANI

Dea Riskha Fitriliana 1 ABSTRACT

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG FAKTOR RISIKO KEHAMILAN DENGAN KETERATURAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE PADA IBU HAMIL PRIMIGRAVIDA

HUBUNGAN PEMANFAATAN PELAYANAN ANTENATAL CARE PADA IBU HAMIL PUSKESMAS TAMAMAUNG KOTA MAKASSAR

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih merupakan masalah

MOTIVASI DAN KEPATUHAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC) PADA IBU HAMIL TRIMESTER III

BAB I PENDAHULUAN. akan menghadapi risiko yang bisa mengancam jiwanya. Oleh karena itu, setiap

Bidang Minat Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

Pemilihan Penolong Persalinan

PERSEPSI DUKUN BAYI TERHADAP KEMITRAAN DENGAN BIDAN DALAM PERTOLONGAN PERSALINAN Dl PEDESAAN (Studi di Provinsi Jawa Timur dan Kalimantan Selatan)

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PONED OLEH IBU BERSALIN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANJAR 2 KOTA BANJAR

BAB I PENDAHULUAN. Ibu di negara ASEAN lainnya. Angka Kematian Ibu diketahui dari jumlah

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERAN PETUGAS DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA IBU PEKERJA YANG MEMPUNYAI BAYI DI WILAYAH PUSKESMAS RAWASARI TAHUN

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemanfaatan Penolong Persalinan Di Desa Moyongkota Baru Kecamatan Modayag Barat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Program kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu prioritas

Sartika Zefanya Watugigir Esther Hutagaol Rina Kundre

UNIVERSITAS UDAYANA PENGETAHUAN, SIKAP DAN PEMANFAATAN BUKU KIA OLEH IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS I DENPASAR SELATAN

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Balita terhadap Tindakan Imunisasii Dasar Lengkap di Kelurahan Lambung Bukit Kota Padang Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN Dari hasil survei yang telah dilakukan, AKI telah menunjukan

BAB I PENDAHULUAN. dalam Millenium Development Goals (MDG) yaitu goal ke-4 dan ke-5. Target

HUBUNGAN JAMINAN PERSALINAN DENGAN MOTIVASI MENGGUNAKAN KONTRASEPSI PADA WANITA USIA SUBUR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGAGLIK I YOGYAKARTA TAHUN 2013

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) PADA BAYI DI PUSKESMAS BITUNG BARAT KOTA BITUNG.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pola Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Bungus Tahun 2014

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG TANDA BAHAYA KEHAMILAN TRIMESTER III DENGAN MOTIVASI IBU MELAKUKAN ANTENATAL CARE DI BPS SARWO INDAH BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN ASI DENGAN CAKUPAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF DI

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TENTANG PERAWATAN LUKA PERINEUM DI RUMAH BERSALIN ROSSITA PEKANBARU 2017

BAB 1 PENDAHULUAN. tertinggi di Asia Tenggara. Hal itu menjadi kegiatan prioritas departemen

Erma Prihastanti, Puji Hastuti Prodi DIII Kebidanan Purwokerto Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Semarang

Akses Pelayanan Kesehatan Berhubungan dengan Pemanfaatan Fasilitas Persalinan yang Memadai di Puskesmas Kawangu

PERUBAHAN PEMILIHAN PENOLONG DAN TEMPAT PERSALINAN IBU MULTIPARA DI DAERAH PERKOTAAN KABUPATEN BANTAENG

Volume 3 No. 1 Maret 2012 ISSN :

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN MOTIVASI BIDAN DESA DENGAN KUALITAS PELAYANAN ANTENATAL CARE (ANC) DI KABUPATEN BLORA TAHUN 2011

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN IBU POSTPARTUM TERHADAP PELAKSANAAN KUNJUNGAN MASA NIFAS DI BIDAN PRAKTIK SWASTA NURACHMI PALEMBANG

BAB I PENDAHULUAN. Kematian ibu semasa hamil dan bersalin masih sangat tinggi. Berdasarkan

KARAKTERISTIK IBU BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN TENAGA PENOLONG PERSALINAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMERIKSAAN ANTENATAL CARE (ANC) K1 IBU HAMIL sdi KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN SUKOHARJO

Kata Kunci : Tingkat Pendidikan, Pendapatan, Persepsi, Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan.

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TERHADAP RISIKO 4T DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS HARAPAN

Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Sikap dan Perilaku Ibu Terhadap Pemberian Imunisasi Dasar pada Bayi di Desa Penatih Dangin Puri

ABSTRAK. Yuliana Elisabeth Eluama, 2015 Pembimbing I : dr. Dani, M.Kes Pembimbing II: dr. Jeanny E. Ladi, M.Kes., PA

HUBUNGAN ANTARA PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN IBU DENGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE

BAB 1 PENDAHULUAN. berbeda-beda yang tentu saja sangat berpengaruh terhadap Angka Kematian Bayi

OLEH : ANGGIT PRAMANA

PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN IBU HAMIL TERHADAP PELAYANAN PERSALINAN DI PUSKESMAS LEMPO TORAJA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. millenium (MDG s) nomor 5 yaitu mengenai kesehatan ibu. Adapun yang menjadi

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, STATUS PENDIDIKAN, DAN STATUS PEKERJAAN IBU DENGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG PROGRAM PERENCANAAN PERSALINAN DAN PENCEGAHAN KOMPLIKASI (P4K) DENGAN PERENCANAAN PERSALINAN

KAJIAN TERHADAP PENERAPAN JAMPERSAL DI PUSKESMAS RUMPIN KABUPATEN BOGOR

DETERMINAN PEMANFAATAN FASILITAS KESEHATAN OLEH IBU HAMIL

PENGETAHUAN IBU TENTANG PERAWATAN TALI PUSAT BERHUBUNGAN DENGAN WAKTU LEPAS TALI PUSAT

HUBUNGAN KUNJUNGAN KEHAMILAN DAN KUNJUNGAN NIFAS DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI KOTA PADANG

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP BIDAN DENGAN PELAKSANAAN ASUHAN PERSALINAN NORMAL (APN) DI RSUD CIDERES KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2015.

EVALUASI PROSES PELAKSANAAAN KELAS IBU HAMIL DI KABUPATEN BANYUMAS

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN HUBUNGAN USIA IBU DENGAN KOMPLIKASI KEHAMILAN PADA PRIMIGRAVIDA

FAKTOR RISIKO DENGAN PERILAKU KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Faktor resiko kematian ibu dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi,

HUBUNGAN ANTARA PEKERJAAN DAN PENDIDIKAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI PADA IBU HAMIL DENGAN FREKUENSI KUNJUNGAN ANC DI PUSKESMAS NGORESAN KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS UNGARAN KABUPATEN SEMARANG ARTIKEL

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN ANTENATAL CARE

FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMERIKSAAN ANTENATAL CARE (ANC) K1 IBU HAMIL DI KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN SUKOHARJO

UNIVERSITAS UDAYANA. Skripsi ini diajukan sebagai Salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN OLEH IBU BERSALIN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAROMBONG KELURAHAN BAROMBONG

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan. Penurunan AKI juga merupakan indikator keberhasilan derajat

PENGETAHUAN DENGAN SIKAP IBU HAMIL TENTANG PELAYANAN OBSTETRI NEONATAL EMERGENCY DASAR (PONED)

Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Rendahnya Kunjungan (K4) Ibu Hamil di Puskesmas Bambu Apus, Jakarta Timur

NASKAH PUBLIKASI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN FREKUENSI KUNJUNGAN ANTENATAL CARE

HUBUNGAN PENGETAHUAN, PENDIDIKAN DAN SIKAP IBU HAMIL DENGAN PEMERIKSAAN KEHAMILAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TUMPAAN KABUPATEN MINAHASA SELATAN

ARTIKEL ILMIAH. Disusun Oleh : SRI REJEKI J

PROMOSI KESEHATAN DENGAN BUKU KIA TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN IBU HAMIL DAN ANTE NATAL CARE DI PUSKESMAS CEPER KLATEN TAHUN 2011

FACTORS-FACTORS WITH ROLE RELATED MIDWIFE VILLAGE IN EFFORT DERIVE MATERNAL MORTALITY WORKING WOMEN HEALTH REGION LHOONG DISTRICT OF ACEH BESAR

Transkripsi:

PEMANFAATAN PENOLONG PERSALINAN DI KELURAHAN MULYAHARJA KOTA BOGOR TAHUN 2013 Eka Puspita Sari, Muhammad Agus Ainur, Mietta Mediestya Mahanani, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia Depok Jawa Barat 16414 ekahiupink@gmail.com ABSTRACT The high rates of maternal and infant mortality was showed the low quality of health services in Indonesia. Eighty percent deliveries in the community is not assisted by the health personnel but the shaman (traditional birth attendanst/tba), because aid of deliveries by shaman is considered cheaper and still provide assistance to women after childbirth, such as caring and bathing the baby. Based on the profile of Bogor City Health Department, coverage of births attended by skilled health personnel in 2011 was (88.47%). While South Bogor health centers have a low delivery by health personnel coverage in Bogor which (79.5%) of the indicators of success in the government targeted Minimum Service Standards (SPM) by (90%), and district of Mulyaharja has the lowest coverage number of delivery by health personnel in South Bogor with the achievements of the health center (74.2%). The low utilization of health facilities in labor would adversely affect efforts to reduce maternal and infant mortality rates in the future.the purpose of this research is identifying the characteristics relationship of enabling factor namely the level of education and knowledge about pregnancy, childbirth, and postpartum. This research used cross sectional design with a quantitative approach through an observation. The results obtained with a statistical test of Pearson Chi-Square was obtained p value = 0.041 revealed that there was significant correlation between utilization of birth attendants at the level of mother's education which is mothers with low education (no school / primary school) has a chance (22.5%) more likely to choose birth attendants not health professional and mothers with less knowledge about pregnancy, childbirth and postpartum tend to have 2.4 times more likely chance to choose birth attendants not health professional. Keywords: deliveries, shaman, mother s education 1. PENDAHULUAN Berdasarkan data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 menunjukkan Angka Kematian Ibu (AKI) melahirkan berjumlah 359 per 100.000 kelahiran hidup. Hal tersebut sangat jauh dari target pemerintah dalam percepatan pencapaian target Millenium Development Goals (MDGs), yakni menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Sebelumnya, AKI dapat ditekan dari 390 per 100.000 kelahiran hidup (1991) menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI 2007). Selain AKI, Angka Kematian Bayi (AKB) juga masih tinggi, yaitu 32 per 1.000 kelahiran hidup. Angka itu hanya 71 P a g e

turun sedikit dari AKB SDKI 2007 yang 34 per 1.000 kelahiran hidup. Namun demikian keberhasilan tersebut masih perlu terus ditingkatkan, mengingat AKI dan AKB di Indonesia masih cukup tinggi dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Tingginya angka kematian ibu dan bayi menunjukkan masih rendahnya kualitas pelayanaan kesehatan. Delapan puluh persen persalinan di masyarakat masih ditolong oleh tenaga non-kesehatan, seperti dukun. Dukun di masyarakat masih memegang peranan penting, dukun dianggap sebagai tokoh masyarakat. Masyarakat masih memercayakan pertolongan persalinan oleh dukun, karena pertolongan persalinan oleh dukun di anggap murah dan dukun tetap memberikan pendampingan pada ibu setelah melahirkan, seperti merawat dan memandikan bayi. Untuk mengatasi permasalahan persalinan oleh dukun, pemeritah membuat suatu terobosan dengan melakukan kemitraan dukun dan bidan. Salah satu bentuk kemitraan tersebut adalah dengan melakukan pembinaan dukun yan merupakan salah satu tugas dan tanggung jawab bidan. Maka dari itu tugas dan tanggung jawab bidan terhadap dukun bayi sangat memberikan kontribusi yang cukup penting. Kematian ibu di Indonesia akibat pertolongan persalinan yang tidak sesuai dan tidak dilakukan oleh tenaga medis menyebabkan angka kematian ibu semakin meningkat dari tahun ke tahun. Oleh karena itu, pemerintah membuat beberapa target yang disebut dengan MDGs, salah satu target MDG s adalah mengurangi 3/4 angka kematian ibu (AKI) dalam kurun waktu 1990 dan 2015, maka kita sebagai petugas kesehatan masyarakat harus berusaha keras dalam mencapai target tersebut, untuk mewujudkan target tertsebut kita harus memberikan pelayanan pertolongan persalinan oleh petugas kesehatan (linakes) agar angka kematian ibu dapat diminimalisaikan. Hasil analisis Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 diperoleh gambaran bahwa persalinan oleh tenaga kesehatan terjadi peningkatan yaitu tahun 2000 (66,9%), tahun 2007 (75,4%) dan pada tahun 2010 mencapai 82,2%. Sedangkan cakupan linakes di Provinsi Jawa Barat Tahun 2009 dilaporkan mencapai 71,68%. Berdasarkan Profil Dinas Kesehatan Kota Bogor cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan tahun 2011 mencapai 88,47%. Sedangkan puskesmas Bogor Selatan memiliki cakupan linakes yang rendah di Kota Bogor yaitu 79,5 dari indikator keberhasilan yang ditargetkan pemerintah dalam Standar Pelayanan Minimal (SPM) sebesar 90%, dan kelurahan Mulyaharja salah satu kelurahan dengan cakupan linakes paling rendah di Puskesmas Bogor Selatan dengan capaian 74,2%. Masih rendahnya pemanfaatan fasilitas kesehatan dalam persalinan tentu akan berdampak buruk terhadap upaya penurunan AKI dan AKB di masa yang akan datang. Berdasarkan uraian tersebut, maka kami memaparkan penelitian mengenai Pemanfaatan Penolong Persalinan di Kelurahan Mulyaharja Kota Bogor Tahun 2013 72 P a g e

2. TUJUAN Mengidentifikasi hubungan karakteristik faktor pemungkin yaitu tingkat pendidikan dan tingkat pengetahuan tentang kehamilan, persalinan, dan nifas yang mempengaruhi pemanfaatan pertolongan persalinan serta mengetahui gambaran keadaan pemanfaatan pertolongan persalinan di Desa Mulyaharja Kota Bogor. 3. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional melalui pendekatan kuantitatif dengan observasi. Metode ini digunakan karena variabel bebas dan variabel terikat diukur dalam waktu yang bersamaan. Penelitian ini dilakukan di Desa Mulyaharja wilayah kerja Puskesmas Bogor Selatan pada bulan Juni 2013. Dalam penelitian ini data yang diambil adalah data primer yang berupa karakteristik individu meliputi karakteristik faktor pemungkin (umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, pengetahuan tentang kehamilan, persalinan, dan nifas, sikap terhadap fasilitas kesehatan), karakteristik faktor pendukung (pendapatan keluarga, kepemilikian jaminan kesehatan, jarak dan waktu tempuh ke fasilitas kesehatan) dan karakteristik faktor penguat (dukungan keluarga dan informasi yang diterima dalam pemanfaatan pertolongan persalinan) yang mempengaruhi pemanfaatan petolongan persalinan di Desa Mulyaharja Puskesmas Bogor Selatan. Metode pengambilan sampel pada penelitian ini seharusnya dilaksanakan di seluruh Posyandu Kelurahan Mulyaharja dengan probabilitas (probability sampling). Namun, karena keterbatasan sumber daya maka penelitian hanya dilaksanakan di posyandu RW 1, 2, 3, 4, dan 6. Sampel adalah adalah ibu yang datang ke posyandu dan memiliki bayi (usia 0-12 bulan) dan bersedia untuk diwawancara. Analisis data dilakukan agar dapat menyajikan hasil penelitian dalam bentuk yang mudah dibaca dan diinterpretasikan. Adapun rencana tahapan analisis data sebagai berikut : 1. Analisa Univariat Untuk mengetahui gambaran distribusi frekuensi dan proporsi dari masing-masing variabel. Disajikan dalam bentuk tabel. 2. Analisa Bivariat Untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Uji statistik yang digunakan yaitu Chi- Square. 73 P a g e

4. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengumpulan data melalui survei diperoleh 89 responden ibu yang memiliki bayi usia 0-12 bulan dari 395 ibu yang memiliki bayi di kelurahan Mulyaharja. Dari proses pengolahan kuesioner diperoleh data rata-rata umur ibu ketika menikah adalah 19 tahun dengan umur menikah termuda pada usia 14 tahun dan umur tertua ketika menikah 27 tahun. Variabel umur ketika menikah kemudian dikategorikan menjadi dua kategori yaitu menikah diusia muda dan tidak. Batasan menikah di usia muda adalah standar yang digunakan oleh BKKBN yaitu < 21 tahun. Rata-rata umur saat melahirkan diketahui pada umur 26 tahun, dengan umur melahirkan paling muda pada umur 17 tahun dan paling tua ketika melahirkan pada umur 42 tahun. Variabel umur ketika melahirkan dikategorikan menjadi 2 yaitu risiko tinggi apabila umur ibu <20 dan >35 tahun, dan risiko rendah apabila umur ibu antara 20-35 tahun. Penghasilan rata-rata yang diperoleh setiap bulan oleh responden sebesar Rp 1.040.000. Nilai penghasilan terrendah Rp 150.000 dan tertinggi Rp 6.000.000. Nilai median untuk penghasilan diperoleh sebesar Rp 800.000. Variabel penghasilan kemudian dikategorikan menjadi dua yaitu kurang dari median, dan lebih atau sama dengan median. Pengelompokkan kategori pada variabel-variabel tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 1 Gambaran Karakteristik Demografi Responden Variabel Jumlah % Menikah di Usia Muda Tidak (>21 tahun) 25 28.1 Ya (< 21 tahun) 64 71.9 Jumlah 89 100.0 Umur saat melahirkan Tidak Resti (antara 20-35 tahun) 66 74.2 Resti (<20 dan >35 tahun) 23 25.8 Jumlah 89 100.0 Pendidikan Ibu Tidak tamat SD/tidak sekolah 19 21.3 SD sederajat 45 50.6 SMP sederajat 18 20.2 SMA/PT 7 7.9 Pendidikan Suami Tidak tamat SD/tidak sekolah 7 7.9 74 P a g e

SD sederajat 45 50.6 SMP sederajat 19 21.3 SMA/PT 18 20.2 Variabel Jumlah % Pekerjaan Ibu saat Hamil Tidak bekerja 79 88.8 PNS/TNI/POLRI/Pegawai Swasta 1 1.1 Pedagang/Wiraswasta 1 1.1 Petani/Buruh Pabrik/lainnya 8 9.0 Pekerjaan Suami saat Hamil Tidak bekerja 4 4.5 PNS/TNI/POLRI/Pegawai Swasta 7 7.9 Pedagang/Wiraswasta 27 30.3 Petani/Buruh Pabrik/lainnya 51 57.3 Penghasilan Rp 800.000 37 41.6 > Rp 800.000 52 58.4 Gambaran karakteristik demografi responden berdasarkan tabel di atas dapat diketahui sebagai berikut, sebagian besar responden 71,4% (64 orang) mengalami pernikahan usia dini dan hanya 25,8% (23 orang) melakukan persalinan pada usia dengan risiko tinggi. Sebagian besar responden berpendidikan SD atau sederajat yaitu 50,6% (45 orang) dan tingkat pendidikan paling sedikit yaitu SMA atau lebih tinggi sebesar 7,9% (7 orang). Sebagian besar responden yaitu 88,8% (79 orang) tidak bekerja pada saat hamil anak terakhir. Sedangkan untuk suami, sebagian besar bekerja sebagai petani/buruh pabrik/lainnya yaitu sebesar 57,3% (51 orang) dan terdapat 58,4% (52 orang) responden memiliki penghasilan keluarga > median. Riwayat kehamilan responden dilihat berdasarkan variabel paritas dan riwayat Antenatal Care (ANC) atau pemeriksaan kehamilan. Dari hasil pengolahan data diperoleh rata-rata melahirkan sebanyak 2 kali, dengan melahirkan paling banyak 9 kali dan paling sedikit 1 kali. Variabel paritas merupakan gabungan dari variabel frekuensi melahirkan anak lahir hidup ataupun anak lahir mati dan keguguran. Variabel paritas ini dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu paritas tinggi jika melahirkan 75 P a g e

lebih dari atau sama dengan 3 kali dan paritas rendah jika melahirkan kurang dari 3 kali. Pengelompokkan data tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 2 Gambaran Keadaan Kehamilan di Desa mulyaharja Variabel Jumlah % Paritas Tinggi 25 28.1 Rendah 64 71.9 Jumlah 89 100 Variabel Jumlah % Periksa Kehamilan Tidak 3 3.4 Ya 86 96.6 Jumlah 89 100 Petugas yang memeriksa kehamilan Non Nakes 10 11.6 Nakes 76 88.4 Total 86 100.0 Tempat memeriksakan kehamilan Di rumah 1 1.2 Posyandu 27 31.4 Bidan Praktek swasta 18 20.9 Puskesmas 34 39.5 rumah sakit 1 1.2 Lainnya 5 5.8 Total 86 100.0 Sebanyak 25 orang ibu (28,1%) dari 89 orang responden termasuk dalam kategori paritas tinggi, sebagian besar diantaranya (96,6%) memeriksakan kehamilan. Petugas yang memeriksakan kehamilan adalah tenaga kesehatan sebanyak 76 responden (88,4%) dan tempat memeriksakan kehamilan menyebar merata di fasilitas kesehatan yaitu puskesmas (39,5%) dan posyandu (31.4%). Kesadaran untuk memeriksakan kehamilan cukup tinggi, ditandai dengan frekuensi ANC selama kehamilan 4 kali sebanyak 82 orang (92.1%), dan umur kehamilan 76 P a g e

ketika memeriksakan pertama kali sebagian besar menyatakan kurang dari 3 bulan kehamilan (77.5%). Akses ke fasilitas kesehatan diduga merupakan faktor predisposing dalam pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan. Jarak terdekat rumah responden dengan fasilitas kesehatan adalah 100 meter, dan jarak terjauh adalah 10 km. Median dari jarak adalah 1 km. Untuk itu variabel jarak dikategorikan menjadi dua yaitu 1 km dan > 1 km. Ratarata ongkos yang dikeluarkan oleh responden dalam mencapai fasilitas kesehatan adalah RP 1000, dengan nilai minimum Rp 0 dan maksimum Rp 10.000. Sehingga variabel ongkos dikategorikan menjadi 2 yaitu > Rp 1000, dan Rp 1000. Waktu tempuh yang diperlukan oleh responden untuk mencapai fasilitas kesehatan rata-rata adalah 10,5 menit, dengan waktu tersingkat 1 menit dan terlama 60 menit. Dari 89 responden, terdapat 35 orang ibu (39.3%) yang mengaku fasilitas kesehatan yang paling dekat adalah posyandu, diikuti oleh puskesmas sebanyak 29 orang (32.6%). Sebanyak 35 ibu (39.3%) menyatakan jarak ke fasilitas kesehatan > 1 km, dan cara untuk mencapai failitas kesehatan tersebut adalah jalan kaki (59.6%). Ongkos yang dikeluarkan oleh responden > Rp 1000 diakui sebanyak 53 ibu (59.6%), dan waktu tempuh > 5 menit sebanyak 42 orang (47,3%). Dalam pemanfaatan penolong persalinan sendiri dibagi menjadi dua karakteristik, yaitu penolong persalinan bukan tenaga kesehatan dan penolong persalinan tenaga kesehatan. Variabel tersebut menjelaskan tentang jumlah ibu yang menggunakan jasa dari kedua karakteristik tersebut untuk membantu proses persalinannya.pengelompokkan data tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 3 Distribusi Frekuensi Menurut Karakteristik Pemanfaatan Penolong Persalinan di Kelurahan Mulyaharja Kecamatan Bogor Selatan Tahun 2013 Variabel Jumlah % Penolong persalinan Bukan Nakes 50 56.2 Nakes 39 43.8 Tempat bersalin Rumah sendiri 50 56.2 77 P a g e

Rumah dukun 2 2.2 Bidan 25 28.1 Puskesmas 5 5.6 Rumah Sakit 5 5.6 Dokter praktik 1 1.1 Lainnya 1 1.1 Pengambil Keputusan Diri sendiri 48z 53.9 Suami 12 13.5 Orang Tua 2 2.2 Keputusan bersama 27 30.3 Berdasarkan tabel diatas menjelaskan tentang karakteristik pemanfaatan penolong persalinan dan didapatkan hasil bahwa sebanyak 50 orang ibu (56,2%) lebih memilih menggunakan jasa bukan tenaga kesehatan untuk membantu persalinan mereka. Sedangkan sisanya yaitu 39 ibu (43,8%) memilih bersalin dengan tenaga kesehatan. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar ibu masih cenderung menggunakan jasa bukan tenaga kesehatan untuk membantu persalinan mereka. Sedangkan pemilihan tempat bersalin, para ibu lebih cenderung bersalin di rumah sendiri (56,2%). Sedangkan di fasilitas kesehatan cenderung menyebar seperti di bidan (28,1%), puskesmas (5,6%), Rumah sakit (5,6%) dan Dokter praktik (1,1%). Masih ada sebagian ibu yaitu sejumlah 2 orang ibu (2,2%) bersalin di rumah dukun atau paraji. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyaknya ibu yang bersalin tidak di fasilitas kesehatan. Untuk pengambilan keputusan selama persalinan para ibu lebih banyak mengambil berdasarkan keputusan sendiri (53,9%). Sedangkan pengambil keputusan secara bersama menempati posisi kedua (30,3%) disusul suami (13,5%) kemudian orang tua (2,2%). 78 P a g e

Analisis Hubungan Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Pemanfaatan Penolong Persalinan Hasil analisis hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan pemanfaatan penolong persalinan diketahui bahwa dari 19 orang ibu yang tidak sekolah/tidak tamat SD terdapat 15 orang (78,9%) bersalin ditolong bukan tenaga kesehatan, dari 45 orang ibu yang berpendidikan SD atau sederajat terdapat 26 orang (57,8%) bersalin ditolong bukan tenaga kesehatan dan dari 18 orang ibu yang berpendidikan SMP atau sederajat terdapat 8 orang (44,4%) yang bersalin ditolong bukan tenaga kesehatan, sedangkan dari 7 orang ibu yang berpendidikan SMA/PT terdapat 1 orang (14,3%) bersalin ditolong bukan tenaga kesehatan. Variabel Tidak sekolah/ tidak tamat SD SD sederajat SMP sederajat SMA / PT Total Tabel 4 Hubungan Pendidikan dengan Persalinan Bukan Nakes Penolong persalinan Total % Nakes % Jumlah % 15 78.9 4 21.1 19 100.0 OR (95% Confide nt Interval) Nilai p 26 57.8 19 42.2 45 100.0 2.740 0.041 8 44.4 10 55.6 18 100.0 4.687 1 14.3 6 85.7 7 100.0 22.500 50 56.2 23 43.8 89 100.0 Hasil uji statistik dengan Pearson Chi-Square diperoleh nilai P=0,041 sehingga dapat disimpulkan bahwa secara statistik ada perbedaan proporsi pemanfaatan penolong persalinan antara keempat tingkat pendidikan ibu tersebut (ada hubungan yang signifikan antara pemanfaatan penolong persalinan dengan tingkat pendidikan ibu). Dari hasil analisis juga diperoleh nilai OR = 22,5 yang berarti bahwa ibu yang berpendidikan Tidak Sekolah/Tidak Tamat SD mempunyai kecenderungan/peluang 22,5 kali lebih besar untuk memilih penolong persalinan bukan tenaga kesehatan dibandingkan dengan ibu yang berpendidikan SMA/PT. Hal ini dikarenakan ibu cenderung tidak mengetahui akan adanya efek bahaya yang ditimbulkan apabila tidak melakukan persalinan dengan petugas kesehatan. Karena ibu-ibu di Desa Mulyaharja masih berpikiran bahwa melakukan persalinan di petugas persalinan lebih mahal serta padangan lama ibu-ibu lebih nyaman melakukan persalinan di 79 P a g e

paraji atau dukun beranak yang tidak memiliki kemampuan seperti tenaga kesehatan. Tabel 5 Hubungan antara Pengetahuan Ibu dengan Pemanfaatan Penolong Persalinan di Wilayah Kerja Kelurahan Mulyaharja Kecamatan Bogor Selatan Tahun 2013 Variabel Penolong persalinan Total OR (95% Confident Bukan % Nakes % Jumlah % Interval) Nakes Nilai p Kurang 30 66.7 15 33.3 45 100.0 Baik 20 45.5 24 54.5 44 100.0 2.4 (1.12-5.66) 0.05 Total 50 56.2 39 43.8 89 100.0 Hubungan antara Pengetahuan Ibu dengan Pemanfaatan Penolong Persalinan Hasil analisis hubungan antara pengetahuan ibu dengan pemanfaatan penolong persalinan diketahui bahwa dari 45 orang ibu yang memiliki pengetahuan kurang tentang kehamilan, persalinan dan nifas terdapat 30 orang (66,7%) bersalin ditolong bukan tenaga kesehatan. Sedangkan dari 44 orang ibu yang memiliki pengetahuan baik tentang kehamilan, persalinan dan nifas terdapat 20 orang (45,5%) bersalin ditolong bukan tenaga kesehatan. Dari hasil analisis juga diperoleh nilai OR = 2,4 yang berarti bahwa ibu dengan pengetahuan kurang tentang kehamilan, persalinan dan nifas cenderung memiliki peluang 2,4 kali lebih besar untuk memilih penolong persalinan bukan tenaga kesehatan. 5. KESIMPULAN Berdasarkan pemaparan hasil survey yang dilakukan di Desa Mulyaharja mengenai gambaran keadaan pemanfaatan penolongan persalinan, bahwa ada hubungan yang signifikan antara pemanfaatan penolong persalinan dengan tingkat pendidikan ibu di mana ibu yang berpendidikan rendah (tidak sekolah/tamat SD) mempunyai kecendurangan atau peluang (22,5%) lebih besar untuk memilih penolongan persalinan bukan tenaga kesehatan. Di sisi lain tingkat pengetahuan ibu mengenai kehamilan, persalinan, dan nifas memiliki hubungan yang juga signifikan, di mana 80 P a g e

ibu dengan pengetahuan kurang cenderung memiliki peluang 2,4 kali lebih besar untuk meminta jasa bukan tenaga kesehatan dalam membantu persalinan mereka. Sehingga perlu diberikan pengetahuan dan informasi kesehatan bagi ibu-ibu hamil di Desa Mulyaharja oleh para petugas kesehatan setempat agar ibu-ibu hamil tersebut mau melakukan persalinan yang bersih dan aman agar dapat meminimalisasi kemungkinan buruk saat melakukan persalinan. UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas terlaksananya penelitian ini. Terima kasih kepada pihak universitas yang memberikan sarana dan prasarana, kepada pihak Puskesmas Mulyaharja, dan seluruh responden yang terlibat dalam penelitian ini. Ucapan terima kasih kami sampaikan pula kepada semua yang terlibat dalam penelitian ini baik secara langsung maupun tidak dan kepada keluarga dalam bimbingan secara moril. DAFTAR PUSTAKA 1. Departemen Kesehatan RI, 2004, Kepmenkes RI No. 128/Menkes/SK/II/2004 tentang Kebijakan Dasar Puskesmas 2. Departemen Kesehatan RI, 2008, Kepmenkes RI No 741 tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal 3. Departemen Kesehatan RI, 2008, Buku Pedoman Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil 4. Departemen Kesehatan RI, 2012, Buku Panduan HKN ke 48 Tahun 2012, Ibu Sehat Anak Selamat 5. Dinas Kesehatan Kota Bogor, 2011, Profil Kesehatan Kota Bogor Tahun 2011 6. Puskesmas Bogor Selatan, 2010, Profil Kesehatan Wilayah Kerja Puskesmas Bogor Selatan Tahun 2010 7. Puskesmas Bogor Selatan,2011, Profil Kesehatan Wilayah Kerja Puskesmas Bogor Selatan Tahun 2011 8. Puskesmas Bogor Selatan 2012, Profil Kesehatan Wilayah Kerja Puskesmas Bogor Selatan Tahun 2012 9. Puskesmas Bogor Selatan, 2010, Laporan Penilaian Kinerja Puskesmas Bogor Selatan Tahun 2010 10. Puskesmas Bogor Selatan,2011, Laporan Penilaian Kinerja Puskesmas Bogor Selatan Tahun 2011 11. Puskesmas Bogor Selatan 2012, Laporan Penilaian Kinerja Puskesmas Bogor Selatan Tahun 2012 12. Admin. 2013. Indonesia Belum Mampu Turunkan Angka Kematian Ibu. Jawa Pos National Network, 27 September 2013. Diakses melalui http://www.jpnn.com/read/2013/09/27/192979/indonesia-belum-mampu- Turunkan-Angka-Kematian-Ibu- pada tanggal 26 Februari 2014. 81 P a g e