BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan tugas-tugas tersebut. Tetapi kalau memahami masalah-masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula melalui bahasa, menurut Poerwadarmita (1985; 5), bahasa adalah alat

BAB I PENDAHULUAN. bahasa mempunyai kaidah-kaidah ataupun aturan-aturan masing-masing yang baik dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan alat untuk berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalankan kehidupannya tentu saja memerlukan suatu alat untuk

BAB I PENDAHULUAN. bahasa pertamanya untuk tujuan tertentu. Salah satu bahasa asing yang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam aspek kehidupan manusia (Sutedi, 2003:2). Sehingga

dengan perubahan yang mengikuti perkembangan sosial budaya masyarakat dipakai manusia untuk membentuk pikiran, perasaan, keinginan-kenginan dan

Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting dalam. kehidupan manusia. Bahasa terus berkembang sesuai dengan perkembangan

PENDAHULUAN. dari pada makhluk lain dimuka bumi ini. Bahasa memegang peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan hal yang sangat penting dalam berkomunikasi sesuai

BAB I PENDAHULUAN. untuk berinteraksi antar sesama. Kridalaksana (dalam Chaer, 2003: 32)

BAB I PENDAHULUAN. alat komunikasi. Penggunaan bahasa oleh manusia merupakan salah satu. serta latar belakang suatu bangsa (Simatupang, 1999 : 8)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penggunaan bahasa oleh manusia merupakan salah satu kelebihan manusia dari

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi satu dengan yang lain. Dengan adanya bahasa, manusia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari dan menguasai bahasa dan setiap elemen-elemen dalam bahasa, seperti. keinginan kepada orang lain (Dedi Sutedi 2011: 2).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa mempunyai peranan yang sangat penting bagi manusia sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. Berbahasa atau menggunakan bahasa pada dasarnya adalah menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi dan berinteraksi dengan manusia lainnya. Dengan bahasa, manusia

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jepang merupakan salah satu bahasa yang memiliki lebih dari satu

BAB 1. Pendahuluan. Manusia merupakan makhluk sosial, di mana bahasa merupakan alat

BAB I PENDAHULUAN. untuk menyampaikan suatu ide, pikiran, hasrat, dan keinginan kepada orang

BAB I PENDAHULUAN. maupun tulisan. Oleh karena itu, memahami kosakata adalah hal yang terpenting

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. diungkapkan kembali kepada orang-orang lain sebagai bahan komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, manusia akan melakukan sebuah komunikasi. Saat berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bagian-bagian kalimat digunakan kata sambung (konjungsi) yang membuat

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa sebagai sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota

BAB I PENDAHULUAN. selalu akan ditemukan peraturan-peraturan berbahasa yang disebut juga dengan tata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. fonologi, morfologi, sintaksis, maupun semantik (Tarigan dan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki kaidah-kaidah ataupun aturan masing-masing yang

BAB I PENDAHULUAN. Semantik mempelajari hubungan antara tanda-tanda atau lambang-lambang yang

BAB I PENDAHULUAN. hal ini disebabkan karena keunikan dari bahasa-bahasa tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan makna kepada seseorang, baik secara lisan maupun tulisan.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa itu beragam, artinya meskipun sebuah bahasa mempunyai kaidah atau pola

BAB I PENDAHULUAN. oleh manusia. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, bahasa adalah sistem

BAB I PENDAHULUAN. makna apabila melekat pada kelas kata lain dalam suatu kalimat. Joshi dalam bahasa Jepang

BAB I PENDAHULUAN. salah satu kelas kata dalam bahasa Jepang yang dapat berdiri sendiri dan dipakai untuk

Seseorang yang menyampaikan suatu maksud tertentu sering dilakukan. ketersinggungan seseorang dengan adanya ujaran tertentu. Sama halnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan

ANALISIS WACANA CELATHU BUTET PADA SURAT KABAR SUARA MERDEKA: TINJAUAN DARI SEGI KULTURAL, SITUASI, SERTA ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. rangkaian bunyi yang memiliki makna tertentu. Rangkaian bunyi tersebut kita

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem informasi dan sistem komunikasi. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk menyampaikan gagasan, fikiran, maksud serta tujuan kepada

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menguasai suatu bahasa asing dengan baik, salah satu proses yang

BAB 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk menyampaikan suatu informasi dari pembicara sebagai pemberi informasi ke

BAB I PENDAHULUAN. secara lisan maupun tertulis. Dalam komunikasi secara lisan, makna yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain. Oleh karena itu, bahasa adalah alat yang digunakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pergeseran. Pergeseran makna yang belum begitu jauh memungkinkan penutur

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan berbahasanya. Salah satunya bahasa Jepang, Dewasa ini semakin

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa berkembang terus sesuai dengan perkembangan pemikiran

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa di dunia memiliki gaya bahasa yang spesifik dan unik sesuai

BAB I PENDAHULUAN. 1992, Narrog: 2009). Hal ini berarti, setiap bahasa alami di dunia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Merujuk dari peribahasa Lain padang lain belalang, maka setiap bahasa juga

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Ketika kita menyampaikan ide, pikiran, hasrat dan keinginan kepada

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan bahasa sebagai sarana untuk berinteraksi antar manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam berkomunikasi kita memerlukan bahasa. Bahasa merupakan alat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Silakan lihat lampiran 1.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekunder yang akan mendukung penelitian, juga diperlukan untuk mengetahui sampai

PENANDA HUBUNGAN REPETISI PADA WACANA CERITA ANAK TABLOID YUNIOR TAHUN 2007

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia sebagai makhluk sosial mutlak akan saling

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sebuah sistem dari simbol vokal yang arbiter yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mirharatulisa Dyah Amoendria, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jepang adalah salah satu bahasa di dunia yang memiliki ciri dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dipelajari sebagai ilmu dasar bagi ilmu-ilmu lain seperti kesusastraan, filologi,

BAB I PENDAHULUAN. dapat berinteraksi di berbagai bidang kehidupan, manusia menggunakan bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. serius, karena terdapat perbedaan yang signifikan dengan bahasa. ibu pembelajar yang didasari oleh berbagai hal.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK

BAB I PENDAHULUAN. lengkap (Chaer, 2007:240). Menurut Widjono (2005:141) kalimat merupakan

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) adalah (1) sistem lambang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seperti yang diketahui komunikasi adalah sesuatu yang telah dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jepang seperti layaknya bahasa lain pada umumnya, memiliki

PENANDA KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA TAJUK RENCANA SURAT KABAR SEPUTAR INDONESIA EDISI MARET 2009

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer (tidak tetap) yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab 1. Pendahuluan. Manusia berkomunikasi dengan menggunakan bahasa. Menurut Sutedi (2004:2),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Bab 1. Pendahuluan. sejak zaman dahulu. Selain untuk menyampaikan suatu pesan, bahasa juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari peristiwa komunikasi untuk mengungkapkan gagasan, ide,

BAB I PENDAHULUAN. Berbeda dengan sintaksis yang mempelajari bagaimana satuan bahasa terbentuk,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dilahirkan di dalam dunia sosial yang harus bergaul dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pengolahan data, sampai pada tahap pengambilan kesimpulan, disesuaikan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia tidak terlepas dengan

PENDAHULUAN Bahasa Jawa adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat suku Jawa untuk berkomunikasi antarsesama masyarakat Jawa.

BAB I PENDAHULUAN. dengan lainnya, hubungan tersebut terjalin karena adanya komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suciati Lestari, 2013

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN.1. Latar Belakang Masalah Dalam tugas sehari-hari, baik sebagai guru bahasa, sebagai penerjemah, sebagai pengarang, sebagai penyusun kamus, sebagai wartawan, atau sebagai apapun yang berkenaan dengan bahasa, tentu akan menghadapi masalahmasalah linguistik atau yang berkaitan dengan linguistik. Tanpa pengetahuan yang memadai mengenai linguistik mungkin akan didapat kesulitan dalam melaksanakan tugas-tugas tersebut. Tetapi kalau memahami masalah-masalah linguistik, maka akan didapat kemudahan dalam melaksanakan tugas tersebut. Mengapa?. Karena linguistik akan memberi pemahaman mengenai hakikat dan seluk beluk bahasa sebagai satu-satunya alat komunikasi terbaik yang hanya dimiliki manusia, serta bagaimana bahasa itu menjalankan peranannya dalam kehidupan manusia. Dedi Sutedi dalam bukunya Dasar-Dasar Linguistik Bahasa Jepang (2003:2), berpendapat bahwa ketika kita menyampaikan ide, pikiran, hasrat, dan keinginan kepada seseorang baik secara lisan maupun tulisan, lawan bicara tersebut dapat menangkap apa yang kita maksud, tiada lain karena ia memahami makna yang dituangkan melalui bahasa tersebut. Mempelajari makna merupakan kajian semantik. Teknis analisis makna merupakan suatu

usaha untuk mengelompokkan, membedakan, dan menghubungkan masingmasing hakikat makna. Keanekaragaman bahasa yang terdapat di dunia ini menyebabkan manusia dapat mengenal banyak bahasa-bahasa yang ada. Dalam mempelajari bahasa, baik bahasa Indonesia maupun bahasa asing diperlukan pemahaman tentang aturan dan kaidah-kaidah yang terdapat pada bahasa tersebut. Hal ini dilakukan untuk menghasilkan suatu bahasa yang komunikatif. Bahasa tidak terlepas dari kalimat yang mengandung makna dan akan lebih jelas apabila tersusun menurut pola dan bentuk kalimatnya. Demikan juga dengan bahasa Jepang, salah satu contohnya bentuk kalimat yō dan sō yang mempunyai makna seperti, kelihatannya, tampaknya harus ditempatkan dalam kalimat sesuai dengan situasi pemakaiannya. Jika tidak, kalimat akan mengalami kerancuan. Untuk menghindari hal ini, seseorang perlu mempelajari tata bahasa yang baik dan benar, terutama pada saat berbicara dengan orang asing. Hal ini juga penting untuk menjalin suatu komunikasi yang baik.. Dalam buku-buku pelajaran bahasa Jepang, tidak sedikit siswa menemukan kalimat yang mengandung bentuk yō dan sō. Dalam proses belajar memang diberikan penjelasan tentang kedua makna tersebut. Akan tetapi, yang dapat dipahami oleh siswa, pada umumnya, adalah makna leksikal sebab terdapat dalam kamus. Sedangkan makna yang lebih mendalam lagi yang terkandung di dalamnya dan umumnya melibatkan panca indra manusia,

pikiran, dan perasaan agak sulit dipahami oleh siswa yang dapat menyebabkan terjadinya kesamaran pengertian Sedangkan secara semantis yang berhubungan dengan makna yang terkandung dalam sebuah kata atau bahkan kalimat/teks, di antara kedua bentuk kalimat tersebut terdapat perbedaan. Hal ini merupakan hambatan bagi siswa dalam menggunakannya, bahkan dalam menterjemahkannya. Setelah melihat uraian di atas, sebagai mahasiswa bahasa Jepang yang sedang mempelajari bahasa tersebut, Penulis merasa tertarik untuk membahas makna yang terkandung dalam bentuk kalimat yō dan sō yang memiliki pengertian sejenis tapi berbeda cara penggunaannya. Contoh: 1. ミラーさんは忙しそうです Mira san wa isogashi sō desu Tuan Miller kelihatannya sibuk (Minna No Nihon Go II 2004:143) 2. ミラーさんは忙しいようです Mira san wa isogashii yō desu Tuan Miller sepertinya sibuk (Minna No Nihon Go II 2004:143) Dari contoh di atas dapat diketahui bahwasanya makna kedua kalimat tersebut hampir sama. Akan tetapi, bila ditelaah lebih jauh lagi akan terdapat perbedaan pada kedua kalimat tersebut. Pada contoh (1) kalimat menyatakan pertimbangan intuisi yang berdasarkan pengamatan pada keadaan atau

perilaku tuan Miller. Sedangkan pada contoh (2) kalimat menyatakan pertimbangan yang didasari oleh apa yang telah dilihat atau didengar oleh pembicara sendiri. Oleh karena itu, hal tersebut di atas menjadi alasan bagi Penulis untuk mengambil pokok bahasan mengenai Analisis Makna Kalimat Dugaan Yō dan Sō dalam Novel Noruwei No Mori Karya Haruki Murakami..2. Perumusan Masalah Masalah yang akan diuraikan pada bab-bab selanjutnya adalah makna yang terdapat dalam bentuk kalimat yō dan sō yang secara leksikal mempunyai kemiripan makna. Leksikal berarti yang berhubungan dengan kamus, dengan kata lain makna tersebut dapat dilihat dalam kamus. Untuk melihat bagaimana sebenarnya makna yang terkandung dalam bentuk kalimat dugaan yō dan sō terutama dalam novel Noruwei No Mori karya Haruki Murakami, Penulis akan mencoba membahasnya dalam tulisan ini. Novel ini terdiri dari dari dua bagian yaitu pada bagian pertama sebanyak 300 halaman dan pada bagian kedua sebanyak 292 halaman yang diterjemahkan oleh Jonjon Johana. Bila diuraikan dalam bentuk pertanyaan adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah penggunaan bentuk kalimat dugaan yō dan sō dalam kalimat bahasa Jepang?

2. Apakah makna yang terkandung dalam bentuk kalimat dugaan yō dan sō yang terdapat dalam novel Noruwei No Mori karya Haruki Murakami?.3. Ruang Lingkup Pembahasan Sesuai dengan permasalahan yang ada, maka Penulis menganggap perlu adanya ruang lingkup pembahasan permasalahan agar masalah penelitian tidak terlalu luas dan berkembang jauh sehingga masalah yang akan dikemukan lebih dapat terarah dalam penulisan. Bentuk kalimat dugaan yō dan sō dapat diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia yang berarti kelihatannya, sepertinya, tampaknya. Akan tetapi, kedua bentuk kalimat dugaan ini tidak dapat dipergunakan begitu saja karena harus disesuaikan dengan kondisi yang ada. Sebelum membahas inti permasalahan, Penulis juga akan menjelaskan pengertian dan jenis-jenis bentuk kalimat dugaan yō dan sō. Oleh karena itu, Penulis membatasi permasalahan sebagai berikut:.4. Jenis-jenis bentuk kalimat dugaan yō dan sō.5. Makna yang terkandung dalam kalimat dugaan yō dan sō

1.4. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori 1. Tinjauan Pustaka Nagano Masaru dalam Hamzon Situmorang (2007:1) mengatakan berarti tata bahasa adalah aturan yang berhubungan dengan struktur pengutaraan bahasa. Dalam hal ini tidak dijelaskan apakah dalam bahasa tulisan atau dalam bahasa lisan. Selanjutnya dijelaskan bahwa unit-unit tata bahasa tersebut adalah paragrap, kalimat, penggalan kalimat, dan kata. Akan tetapi, masing-masing bidang tersebut tidak berdiri sendiri-sendiri. Kesemuanya itu mempunyai hubungan yang tidak dapat terpisahkan satu sama lainnya. Penulisan skripsi ini fokusnya adalah analisis makna kalimat dugaan yō dan sō dalam novel Noruwei No Mori karya Haruki Murakami. Oleh karena itu, Penulis menggunakan konsep atau defenisi yang berhubungan dengan linguistik terutama dalam bidang semantik. Linguistik adalah ilmu tentang bahasa atau ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya (Abdul Chaer, 2007:1). Dalam hal ini Penulis ingin menjelaskan makna kalimat dugaan yō dan sō yang mempunyai makna yang hampir sama tetapi berbeda cara penggunaannya. Hal ini berkaitan dengan cabang linguistik yaitu semantik yang mengkaji tentang makna. Makna yang sama namun nuansanya berbeda dalam kalimat berkaitan dengan relasi makna. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata relasi berarti hubungan. Sedangkan kata makna diartikan sebagai arti atau maksud.

Relasi makna adalah hubungan semantik yang terdapat antara satuan bahasa yang satu dengan satuan bahasa yang lainnya. Satuan bahasa dalam hal ini dapat berupa kata, frase, maupun kalimat dan relasi semantik itu juga dapat menyatakan kesamaan makna, pertentangan makna, ketercakupan makna, kegandaan makna, atau juga kelebihan makna. 2. Kerangka Teori Menurut pendapat Bambang Yudi Cahyono (1995:188) dalam bukunya Kristal-Kristal Ilmu Bahasa menyatakan bahwa dalam perkembangan semantik terdapat beberapa teori yang berusaha menjelaskan hakekat suatu makna. Teori-teori itu antara lain teori makna sebagai hakekat yang dimaksudkan, teori makna sebagai suatu gagasan, teori makna sebab akibat, teori makna beragam, dan teori makna fungsional. Dari pendapat ahli di atas, dalam penulisan skripsi ini, Penulis merujuk pada teori makna sebab akibat yang menekankan pentingnya proses perenungan yang dilakukan oleh seseorang pada saat dia menyadari suatu hal yang perlu ditanggapi dan dimengerti maksudnya. Hal tersebut mengandung maksud karena pada saat hal itu ditangkap oleh indra penglihatan atau pendengaran, sebenarnya ada sesuatu yang terjadi dan dialami oleh indra penerima itu. Kejadian yang dialami oleh indra itu disebut penafsiran. Dengan demikian, diperlukan untuk mengidentifikasikan makna hal yang dimaksud

yakni aspek-aspek atau komponen-komponen penting dari makna yang ditangkap oleh indra tersebut dengan suatu penafsiran. Abdul Chaer (2007:290) berpendapat bahwa dalam penulisan ini dapat digunakan teori makna kontekstual yakni makna sebuah leksem atau kata yang berbeda di dalam satu konteks, termasuk juga dapat berkenaan dengan situasinya, atau dengan kata lain makna kontekstual adalah makna yang didasarkan atas hubungan antar ujaran dan situasi yang menggunakan ujaran tersebut. Beliau juga mengungkapkan bahwa makna kontekstual dapat berupa konteks kalimat, konteks situasi, konteks bidang pemakaian, atau konteks wacana. Teori kontekstual mengisyaratkan pula bahwa sebuah kata atau simbol ujaran tidak mempunyai makna jika ia terlepas dari konteks. Dalam bukunya Teori Semantik JD. Parera (1991:18) menyatakan bahwa terdapat teori makna yang lain, yaitu teori pemakaian dari makna. Teori ini dikembangkan oleh filsuf Jerman Wittgenstein. Ia berpendapat bahwa kata tidak mungkin dipakai dan bermakna untuk semua konteks karena konteks itu selalu berubah dari waktu ke waktu. Dari teori yang dikemukakan tersebut, maka sudah pasti kata yō dan sō memiliki perbedaan makna dan tidak digunakan dalam konteks yang sama. Untuk itulah Penulis akan membahas makna yang terkandung dalam kalimat dugaan yō dan sō.

Menurut Chaer (2007:289) makna dapat dibagi menjadi dua yaitu makna leksikal dan makna gramatikal. Dalam bahasa Jepang makna leksikal disebut makna kamus (jisho teki imi) atau makna kata (goi teki imi) yang sesuai dengan hasil pengamatan indra terlepas dari unsur gramatikal dan dapat juga dikatakan sebagai makna asli dari suatu kata. Sedangkan makna gramatikal dalam bahasa Jepang disebut makna kalimat (bunpou teki imi). 1.5. Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan Penulisan skripsi ini adalah: 1. Mengetahui penggunaan bentuk kalimat dugaan yō dan sō dalam kalimat bahasa Jepang 2. Mengetahui makna bentuk kalimat dugaan yō dan sō dalam novel Noruwei No Mori karya Haruki Murakami 2. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu: 1. Bagi peneliti sendiri diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai bentuk kalimat dugaan yō dan sō. 2. Agar pembaca dapat memahami dengan mudah makna yang terkandung dalam bentuk yō dan sō 3. Dapat menambah pengetahuan terutama dalam bidang semantik

.6. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode deskriptif. Kata deskriptif berasal dari bahasa latin descriptivus yang berarti uraian. Data dalam metode deskriptif yang dikumpulkan adalah berupa kata kata bukan angka. Dengan demikian, laporan penelitian akan berisi kutipan kutipan kata untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang bertujuan untuk membuat gambaran secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.(m. Nazir, 1999:63) Metode lain yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode penelitian kepustakaan (library research), yaitu studi kepustakaan atau pengumpulan data data dan informasi yang bersumber dari buku buku kepustakaan yang berkaitan dengan makna kalimat dugaan yō dan sō. Buku buku yang digunakan diperoleh dari perpustakaan umum maupun pribadi. Dalam hal ini, Penulis melakukan beberapa tahap sebagai berikut: 1. Mengkaji ulang, menganalisis, dan menyimpulkan literatur yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti sehingga menjadi suatu kerangka tulisan dan kerangka berpikir yang konstruktif yang dapat menunjang pemecahan permasalahan dalam penelitian ini. 2. Setelah menganalisis data-data, dilanjutkan dengan membaca novel Noruwei No Mori karya Haruki Murakami, yang ditulis dalam

bahasa Jepang dan telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Jonjon Johana. 3. Mencari, mengumpulkan, dan mengklasifikasikan kalimat-kalimat yang menggunakan bentuk kalimat dugaan yō dan sō. 4. Merangkum dan menyusun data-data dalam satuan-satuan untuk dikelompokkan dalam setiap bab dan anak bab. 5. Menarik kesimpulan berdasarkan data-data yang telah diteliti, lalu dari kesimpulan yang ada dapat diberikan saran-saran yang bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan bahasa Jepang.