BAB II METODE PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif komparatif. Komparatif merupakan penelitian non-eksperimen

ULFA KUMALASARI K

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan dengan memberikan pretest (sebelum perlakuan) dan. penelitian kuasi eksperimental dengan metode non-randomized

Bab 3. Metode Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian observasional-analitik dengan rancangan yang

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini menggunakan metode. adanya perlakuan dari peneliti (Nursalam, 2013).

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental secara analitik korelasi dengan

BAB III METODE PENELITIAN. adalah penelitian rancangan Survei Analitik dimana mengetahui hubungan antara

Bab III METODE PENELITIAN. pada satu waktu tertentu (Sastroasmoro, 2002).

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. group design with pretest posttest. Penelitian ini dilakukan untuk melihat

BAB III METODE PENELITIAN. kepatuhan minum obat dengan fungsi sosial pasien skizofrenia. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif non-eksperimental dan

BAB III METODA PENELITIAN A. JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN. Rancangan penelitian ini adalah discriptive correlation, yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. komprehensif pada self-management, dukungan dari tim perawatan klinis,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimental dengan rancangan pre-post test with control group design yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. observasi analitik. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional atau

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian studi non-eksperimental dengan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional yaitu penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS PENELITIAN DAN RANCANGAN PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah jenis penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan cross-sectional. Pendekatan cross-sectional yaitu jenis penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. analitik dengan pendekatan Cross-Sectional. Deskriptif

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. observasi data variabel independen dan variabel dependen hanya satu kali

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah bidang Ilmu. Mikrobiologi Klinik dan ilmu penyakit infeksi.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik korelasi yaitu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. cross sectional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antar

BAB III METODE PENELITIAN. pada suatu waktu, baik data pelatihan APN maupun data motivasi bidan dalam

BAB I PENDAHULUAN. menduduki rangking ke 4 jumlah penyandang Diabetes Melitus terbanyak

BAB III METODA PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental yang bersifat

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu anestesi dan terapi intensif.

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI OPERASIONAL. Pada bab ini diuraikan kerangka konsep penelitian, hipotesis penelitian, dan definisi

DAFTAR ISI. i ii iii iv v vi. viii. x x xi xii xiii

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Desain cross

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian dalam hal ini adalah pengguna (Dosen dan Operator) Sistem Informasi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian observasional.dan menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik, yakni penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. menitikberatkan pada prevalensi terjadinya DM pada pasien TB di RSUP

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. adalah komorbiditas pada pasien hemodialisa. Kualitas hidup diukur setelah 2

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini

METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode observasional dengan jenis penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dan analitik dengan menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. minum obat dan gejala klinis skizofrenia. Penelitian cross sectional mencakup

BAB III METODE PENELITIAN

RATNA DEWI ISNAINI K.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. cross sectional pendekatan retrospektif. Studi cross sectional merupakan

BAB III METODE PENELITIAN. bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara variabel independent dan

BAB III METODE PENELITIAN. adalah cross sectional. Cross sectional adalah penelitian non. data sekaligus pada suatu saat (Notoadmodjo, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kurangnya aktivitas fisik (Wild et al., 2004).Di negara berkembang, diabetes

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 2003). Rancangan penelitian ini menggunakan pendekatan Cross Sectional,

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi noneksperimental

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan adalah dengan menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian observasional analitik dengan pendekatan Cross Sectional

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan adalah observational analitik dengan pendekatan cross sectional

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat.

BAB III METODE PENELITIAN. dan variabel terikat yang diobservasi sekali pada saat yang sama

BAB III METODE PENELITIAN

AKSEPTABILITAS PELAYANAN RESIDENSIAL KEFARMASIAN PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE II TANPA KOMPLIKASI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian non eksperimental dengan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN TINGKAT SELF CARE

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan cross sectional. Penelitian cross sectional adalah penelitian di

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan tanggal 21 Mei - 4 juni tahun 2013

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. explanatory study dengan pendekatan potong lintang (cross. simultan (dalam waktu yang bersamaan) (Notoatmodjo, 2010,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah correlation study yaitu penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan 15 Maret-28 Mei tahun akan dikumpulkan dalam waktu bersamaan (Notoatmodjo, 2010).

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian observasional analitik

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini termasuk dalam desain penelitian non eksperimental deskriptif

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan yaitu analitik observasional dengan

BAB III METODE PENELITIAN. sectional, yaitu mengambil variabel independent dan variabeldependent pada

BAB III METODE PENELITIAN. dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini menggunakan kuesioner

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. desain deskriptif korelatif, yaitu mencari hubungan antara variabel bebas

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu suatu

BAB III METODE PENELITIAN. desain cross sectional, yaitu data variabel bebas ( pengetahuan mobilisasi )

Transkripsi:

BAB II METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian jenis non-eksperimental dimana pengambilan data dilakukan dengan pendekatan cross sectional dan dianalisa secara analitik kategorik. Dalam penelitian ini tidak diberikan perlakuan atau intervensi terhadap responden. B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Variabel Bebas adalah tingkat self care dan tingkat kepatuhan. Variabel Terikat adalah outcome terapi pasien diabetes melitus tipe 2. 2. Definisi Operasional a. Selfcare adalah tindakan mandiri pasien dalam pengobatan dan pencegahan komplikasi DM meliputi glucose management, dietary control, physical activity, health-care use, dan satu pertanyaan yang melihat self care secara keseluruhan. 1) Tingkat self care diukur menggunakan kuesioner DSMQ (Diabetes Self- Management Questionnaire). 2) Tingkat self care didapatkan denganmenjumlah total skor yang didapat dan dimasukkan dalam kategori baik skor 31-48, cukup skor 16-31, dan buruk skor 0-16. 3) Pada uji analitik chi-square tingkat self care didapatkan dari total skor yang dimasukkan ke dalamkategori baik (skor 31-48), dan buruk (skor 0-16). 4) Glucose management (manajemen glukosa) dilihat dengan pertanyaaan nomor 1, 4, 6, 10, 12. 5) Dietary control (pengaturan pola makan atau diet) dilihat dengan pertanyaan nomor 2, 5, 9, 13. 6) Physical activity (aktifitas fisik) dilihat dengan pertanyaan nomor 8, 11, 15. 17

18 7) Health-care use (perawatan kesehatan yang digunakan) dilihat dengan pertanyaan nomor 3, 7, 14. 8) Pertanyaan nomor 16 memberikan penilaian secara keseluruhan (review) mengenai self-care. 9) Pada perhitungan skor melibatkan pembalikan skoring yaitu pada pertanyaan negatif pada nomor 5, 7, 10, 11, 12, 13, 15, dan 16. b. Kepatuhan pasien DM diukur dengan kuesioner MMAS-8 (Modified Morisky Adherence Scale-8). 1) Nilai skor MMAS-8 (Modified Morisky Adherence Scale-8) adalah skor kepatuhan pasien diabetes melitus tipe 2 yang dihitung berdasarkan 8 pertanyaan dalam kuesioner MMAS-8. 2) Tingkat Kepatuhan didapatkan dari total skor yang dimasukkan ke dalam kategori tinggi (total skor 8), kategori sedang (total skor 6-<8), kategori rendah (total skor<6). 3) Pada uji analitik chi-square dimasukkan ke dalam kategori patuh yaitu tingkat kepatuhan tinggi, dan tidak patuh yaitu tingkat kepatuhan sedang-rendah. c. Outcome terapi pasien dilihat dari ketercapaian kadar glukosa darah dengan parameter laboratorium GDP, dikatakan tercapai apabila nilai GDP antara 80-130 mg/dl (ADA,2015). C. Alat dan Bahan 1. Alat Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner DSMQ (Diabetes Self- Management Questionnaire) untuk mengukur tingkat self care. Kuesioner DSMQ terdapat 16 pertanyaan dengan beberapa subdomain didalamnya yaitu: glucose management dilihat pada pertanyaaan nomor 1; 4; 6; 10; 12, dietary control dilihat pada pertanyaan nomor 2; 5; 9; 13, physical activity dilihat pada pertanyaan nomor 8; 11; 15, health-care use dilihat pada pertanyaan nomor 3; 7; 14, dan satu pertanyaan yang melihat self care secara keseluruhan pada pertanyaan nomor 16 (Schmit et al, 2013).

19 Intepretasi hasil kuesioner DSMQ yaitu terdiri dari 16 pertanyaan dengan empat pilihan jawaban yang berskala Likert yaitu: selalu dilakukan (skor 3), kadangkadang dilakukan (skor 2), jarang dilakukan (skor 1), tidak pernah dilakukan (skor 0). Penilaian dihitung dengan menjumlah total skor yang didapat dan dimasukkan dalam kategori self care baik skor 32-48, cukup skor 16-31 dan buruk skor 0-15. Pada penelitian ini digunakan kuesioner DSMQ yang diadopsi dari penelitian Keban, (2016) tentang hubungan rasionalitas pengobatan dan self care dengan pengendalian glukosa darah pada pasien rawat jalan di rumah sakit Bina Husada Cibinong. Kuesioner DSMQ telah dilakukan validasi terkait bahasa dan isi dengan nilai validitas (p> 0,05) dan diuji reliabilitasnya (Cronbach alfa 0,889). Sedangkan pada kuesioner MMAS-8 (Modified Morisky Adherence Scale-8) digunakan untuk mengukur tingkat kepatuhan pasien DM tipe 2. Kuesioner MMAS-8 ini terdiri dari 8 pertanyaan, dengan 7 pertanyaan dengan hasil jawaban ya atau tidak, dimana jawaban ya memiliki skor 1 dan jawaban tidak memiliki skor 0. Sedangkan pada pertanyaan nomor 8 memiliki beberapa pilihan jawaban, tidak pernah memiliki skor 1; sesekali memiliki skor 0,75; kadang-kadang memiliki skor 0,5; biasanya memiliki skor 0,25; dan selalu memiliki skor 0 (Morisky et al, 2008). Untuk menentukan tingkat kepatuhan didapatkan dari total skor yang dimasukkan ke dalam kategori tinggi (total skor 8), kategori sedang (total skor 6- <8), dan kategori rendah (total skor <6). Pada penelitian ini digunakan kuesioner MMAS-8 yang sudah tervalidasi. Menurut penelitian Chaliks, (2012) tentang kepatuhan dan kepuasan terapi dengan antidiabetik oral pada pasien diabetes melitus tipe 2 rawat jalan di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta dengan mengunakan kuisioner MMAS-8 mendapatkan hasil validitas yang valid dan reliabel. Hal ini dapat dilihat dengan hasil uji statistik berikut ini :

20 Tabel 1. Hasil Validasi kuesioner MMAS-8 (Modified Morisky Adherence Scale-8). Pertanyaan R hitung R tabel Validitas Pertanyaan 1 0,60 0,3 Valid Pertanyaan 2 0,374 0,3 Valid Pertanyaan 3 0,537 0,3 Valid Pertanyaan 4 0,556 0,3 Valid Pertanyaan 5 0,407 0,3 Valid Pertanyaan 6 0,322 0,3 Valid Pertanyaan 7 0,537 0,3 Valid Pertanyaan 8 0,844 0,3 Valid (Chaliks, 2012) Hasil uji validitas dikatakan valid, apabila nilai correct item total correlation (r hitung) pada pertanyaan lebih tinggi dari r tabel, dengan demikian kuesioner MMAS-8 dinyatakan valid. Uji reliabilitas dikatakan reliabel apabila nilai uji cronbach alpha >0,6. Pada penelitian Chaliks (2012), didapatkan hasil nilai Cronbach Alpha 0,795. Nilai ini menunjukan bahwa data primer yang didapatkan dari lapangan sudah reliabel (r hitung > 0,6). 2. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah jawaban yang secara langsung didapatkan dari responden yang telah mengisi kuesioner DSMQ dan MMAS-8. Pada kuesioner DSMQ didapatkan data berupa nomor rekam medik, umur, jenis kelamin, lama pasien menderita DM tipe 2, penyakit lain yang diderita, dan tingkat self-care responden. Pada kuesioner MMAS-8 didapatkan data berupa tingkat kepatuhan. 1. Tempat Penelitian D. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. 2. Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Februari-Maret 2017. E. Subjek Penelitian Sampel pada penelitian ini adalah semua pasien yang terdiagnosis diabetes melitus tipe 2. Dalam menentukan jumlah sampel, dihitung menggunakan rumus besar

21 sampel Taro Yamine karena jumlah populasi sudah diketahui sebesar 3694 pasien DM di RSUD Dr. Moewardi pada bulan Oktober 2016 sampai Maret 2017. N n = N.d 2 + 1 n = 3694 3694.0,1 2 + 1 Keterangan : n : jumlah sampel N : jumlah populasi d² : presisi yang ditetapkan (Dahlan, 2009) Nilai presisi yang telah ditetapkan adalah 10% = 0,1. Sehingga sampel minimal yang digunakan sebanyak 97,36 pasien atau 97 pasien. F. Kriteria Inklusi dan Eksklusi Kriteria inklusi yang digunakan sebagai subjek penelitian adalah : a. Pasien yang terdiagnosis diabetes melitus tipe 2. b. Pasien DM tipe 2 yang menjalani rawat jalan di RSUD Dr. Moewardi c. Pasien yang sebelumnya telah mendapatkan obat antidiabetes oral dan atau insulin minimal 3 bulan. d. Pasien memiliki data hasil laboratorium GDP untuk melihat keberhasilan terapinya. e. Sehat secara psikis dan mampu membaca dan menulis. f. Bersedia menjadi responden penelitian dan mengisi kuesioner dan melakukan wawancara. Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah : a. Pasien DM tipe 2 dengan kehamilan b. Pasien yang mengalami gangguan jiwa

22 G. JalannyaPenelitian 1. Penyusunan proposal penelitian berdasarkan studi pustaka. 2. Desk evaluation dengan reviewer. 3. Perijinan dan Pembuatan Ethical Clearance. Surat perijinan ditujukan kepada Diklit atau bidang pendidikan dan penelitian RSUD Dr. Moewardi Surakarta, sedangkan ethical clearance ditujukan kepada komite etik. 4. Cara Pengumpulan Data Penelitian Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Hal ini menunjukkan bahwa subjek penelitian hanya diobservasi satu kali dan pengukuran terhadap variabel subjek dilakukan pada saat pemeriksaan. Akan tetapi, tidak berarti semua subjek penelitian diamati pada waktu yang sama. Langkah pertama yang dilakukan adalah mengambil data dari subjek penelitian dari data daftar pasien rawat jalan DM tipe 2. Tahap berikutnya adalah melakukan wawancara secara langsung dengan pasien terkait evaluasi perawatan mandiri (self care) pasien dengan kuesioner DSMQ (Diabetes Self-Management Questionnaire) dan evaluasi kepatuhan dengan kuesioner MMAS-8(Modified Morisky Adherence Scale-8). Selanjutnya untuk melihat outcome terapinya, dilihat dari hasil laboratorium pasien yaitu nilai GDP pada data rekam medik pasien di Poli Penyakit Dalam. Tingkat perawatan mandiri (self care) pasien ini dapat diartikan sebagai suatu perilaku pasien yang bisa menjadi petunjuk tenaga medis dalam mengetahui penyebab komplikasi dan keberhasilan terapi (Sulistria, 2013). 2. Uji validitas dan realibilitas Validitas adalah indeks yang menunjukkan suatu alat ukur benar-benar mengukur apa yang diukur. Untuk mendapat distribusi hasil pengukuran mendekati normal, maka pada uji validitas ini menggunakan jumlah responden paling sedikit 20 orang (Notoatmodjo, 2010). Uji validitas pada penelitian ini dilakukan pada 30 pasien penderita diabetes melitus tipe 2 di instalasi rawat jalan. Uji validitas dikatakan valid

23 dalam penelitian apabila hasil dari nilai r hitung > r tabel (0,3). Uji ini dilakukan menggunakan SPSS (Statistical Product and Service Solution) dengan cara memasukkan item pertanyaan dan skor total yang didapatkan. Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan bahwa sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten atau sama bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2010). Kuesioner dikatakan reliabel dan dapat digunakan sebagai alat ukur jika r hitung >r (0,6) (Puspita, 2016). Alat ukur dikatakan reliabel apabila nilai r hitung >0,6 jika nilai r hitung <0,6 berarti item pertanyaan yang didapatkan kurang reliabel. H. Analisa Data Data yang diperoleh dianalisis dengan metode deskriptif non analitik dalam bentuk skor tingkat self care yang terbagi menjadi tiga kategori dan tingkat kepatuhan yang terdiri dari 3 kategori. Pada kuesioner tingkat self care DSMQ (Diabetes Self- Management Questionnaire) terdapat 16 pertanyaan dengan empat pilihan jawaban yang berskala Likert yaitu: selalu dilakukan (skor 3), kadang-kadang dilakukan (skor 2), jarang dilakukan (skor 1), tidak pernah dilakukan (skor 0). Pada perhitungan skor melibatkan pembalikan skoring yaitu pada pertanyaan negatif pada nomor 5, 7, 10, 11, 12, 13, 15, dan 16. Penilaian dihitung dengan menjumlah total skor yang didapat dan dimasukkan dalam kategori self care baik skor 31-48, cukup skor 16-31, dan buruk skor 0-16 (Schmit, et al, 2013). Pada uji analitik chi-square tingkat self care didapatkan dari total skor yang dimasukkan ke dalam kategori baik (skor 31-48), dan buruk (skor 0-16). Tabel 2.Kategori Tingkat Self-care Kategori Total skor Baik 31-48 Cukup 16-31 Buruk 0-16

24 (Schmit, et al, 2013) Subdomain pada kuesioner DSMQ yaitu glucose management, dietary control, physical activity, health-care use, dan satu pertanyaan yang melihat self care secara keseluruhan dapat diukur menggunakan perhitungan. Skor skala dihitung sebagai jumlah nilai item, kemudian ditransformasikan menjadi skala mulai dari 0 sampai 10. jumlah skor terukur Sehingga setiap subdomain dihitung dengan rumus : Misalnya pada skor teoritis maksimal 10. subdomain glucose management (pertanyaan 1, 4, 6, 10, 12) didapatkan jumlah skor 12 terukur 12 dengan skor maksimal 15 (3x5) maka menjadi 15 10 = 8. Kemudian skor tiap domain dijumlah dan dihitung rata-ratanya sehingga didapatkan nilai rata-rata tiap domain dengan nilai skor maksimal tiap domain 10. Untuk menentukan tingkat kepatuhan dilihat dari skor total (sesuai dengan tabel 4). Jika jawaban dengan skor total <6 maka tingkat kepatuhan termasuk rendah sedangkan skor jawaban 6 sampai <8 maka tingkat kepatuhan termasuk sedang, dan skor jawaban >8 maka tingkat kepatuhan termasuk tinggi (Puspitasari, 2012). Uji hipotesis dilakukan untuk bisa mengetahui tingkat self care dan tingkat kepatuhan pada pasien rawat jalan diabetes mellitus. Uji Chi-square independen juga dilakukan untuk melihat ada tidaknya hubungan antara tingkat kepatuhan dan tingkat self care pasien terhadap ketercapaian outcome terapi. Taraf signifikan (p) adalah 0,05 dengan interval kepercayaan 95%. Syarat uji Chi-square adalah sel yang mempunyai nilai expected kurang dari 5, maksimal 20% dari jumlah sel. Jika syarat uji chi-square tidak terpenuhi, maka dipakai uji alternatifnya. Alternatif uji Chi-square untuk tabel 2x2 adalah uji Fisher (Dahlan, 2009).