PARTISIPAN : (Yang menjual anak) Nama : Alamat : Umur : Pekerjaan : Pendidikan : Jabatan dalam gereja/masyarakat : Pertanyaan-pertanyaan : 1. Aspek manusia : penjual, pembeli dan si anak (Pada saat wawancara, hanya satu pihak yang hadir) : apakah bapak/ibu adalah orang tua tunggal? Ibu Kepada siapa dijual? Apakah ada hubungan keluarga dengan yang membeli? Bagaimana hubungan kekeluargaannya? Mengapa memilih bapak dan ibu (keluarga) tersebut? Bisa menceritakan tentang kondisi keluarga tersebut atau pengaruh mereka dalam masyarakat atau jemaat? Apakah bapak/ibu yang membeli juga mempunyai anak-anak? Berapa jumlahnya? Berapa jumlah anak bapak dan ibu (yang menjual)? Mempunyai dua anak yakni satu perempuan dan satu laki-laki Anak mana yang dijual? Anak nomor berapa? Berapa umurnya? (Jika anak tersebut tidak ada di tempat) : Laki-laki atau perempuan? Bisa ceritakan tentang sifat, karakter atau keunikan anak tersebut? Pada saat memutuskan untuk menjual, apakah kedua pihak, bapak ibu langsung samasama bersetuju, atau ada salah satu pihak yang kurang setuju? Mengapa? 2. Motif dan tujuan : Mengapa bapak/ibu memutuskan untuk menjual anakini? Apakah ada latar belakang kepercayaan dari nenek moyang atau orang-orang tua sebelumnya tentang menjual anak?
Apakah maksud dan tujuan dari menjual anak ini? 3.Cara, proses atau ritual pembelian. Bagaimana cara atau proses menjual? Apakah ada upacara atau ritual khusus? Kapan? Di mana? Apakah ada nazar, persembahan kepada Tuhan dan doa-doa secara Kristen? Jika ada nazar, apakah maksud nazar tersebut? Bagaimana bahasa, kata-kata, expresi, doa-doa atau mantra-mantra (kalau ada) yang diucapkan? Bisa ceritakan makna dari setiap cara atau ritual, kata-kata dan ekspresi? Apakah ada cara yang wajib dengan maknanya tersendiri? Apakah bisa memakai cara yang lain selain cara-cara yang sudah pernah dipakai? Kalau tidak, apa alasan dan konsekwensinya? Jikalau tidak melakukan ritual ini, apa konsekwensinya? 4. Sarana pendukung, mediator atau benda-benda yang digunakan sebagai prasyarat dalam proses pembelian. Benda-benda atau simbol-simbol apa yang diwajibkan ada atau dipakai pada saat pembelian? Apa makna dari benda tersebut? Apakah bisa memakai benda atau simbol lain? Kalau tidak, apa alasannya? Siapakah pihak-pihak yang perlu hadir atau perlu diundang? Adakah pihak yang tidak boleh hadir? Adakah mediator dalam proses atau ritual ini? Apakah kualifikasinya? Adakah peran dan campur tangan pendeta atau para pejabat gereja dalam ritual ini? Dalam bentuk apa? Tidak ada. 5. Nilai-nilai moral, etika, sosial dan religi yang mengikat pihak yang menjual dan membeli : Menurut bapak/ibu, apakah arti seorang anak dalam pandangan Tuhan? Bagaimana hubungan kekerabatan setelah penjualan anak?
Apakah tanggung jawab pihak yang membeli terhadap anak setelah ritual ini dijalankan? Apakah anak tetap tinggal dengan orang tua atau bisa tinggal bersama pihak yang membeli? Bagaaimana si anak memanggil bapak/ibu atau keluarga yang membelinya? Apakah statusnya sama dengan anak angkat? Bagaimana perasaan bapak/ibu setelah menjalankan tradisi ini? Sebagai seorang pendeta / majelis jemaat / anggota gereja, apakah ada keberatan hati nurani berkaitan dengan tradisi nenek moyang dan aturan-aturan gereja? Bagaimana pandangan bapak/ibu sebagai seorang pendeta jemaat / majelis jemaat / anggota jemaat, tentang tradisi ini, jika dikaitkan dengan ajaran Alkitab bahwa keselamatan, kesehatan dan perubahan sifat hanya bisa dikerjakan oleh Tuhan Yesus sendiri? Mengapa harus memakai tradisi menjual anak untuk mendapatkan kesehatan atau perubahan sifat si anak? Menurut bapak/ibu sebagai pelayan Tuhan / anggota gereja apakah ini tidak bertentangan dengan ajaran Alkitab? Bagaimana tanggapan teman-teman pendeta / majelis jemaat yang lain ketika bapak/ibu menjalankan tradisi ini? Bagaimana relasi dengan gereja dan saudara seiman lainnya berkaitan dengan pelaksanaan ritual? 6. Hasil ritual : Apakah tradisi ini selalu membuahkan hasil positif, atau adakah hasil yang negatif atau tidak berhasil, misalnya anak menjadi semakin sakit atau semakin nakal? 7. Pandangan yang seobyektif mungkin tentang tradisi ini : Apakah makna inti tradisi ini dalam pandangan bapak/ibu? 8. Sebagai seorang pendeta jemaat / majelis jemaat / anggota jemaat, adakah saran yang hendak disampaikan? Apakah tradisi ini harus dilestarikan, dialihkan ataukah ditinggalkan? Jika tradisi ini harus dialihkan atau ditinggalkan, adakah saran tentang bagaimana orang tua mengusahakan kesehatan dan perbaikan karakter anaknya?
PARTISIPAN : (Ketua Adat) Nama : Alamat : Umur : Pekerjaan : Pendidikan : Jabatan dalam gereja/masyarakat : Ketua adat Pertanyaan-pertanyaan : Dalam menjual anak, apakah ada persayaratan khusus dalam memutuskan siapa yang harus membeli si anak? Umumnya pihak yang membeli dari pihak ke keluarga atau dari pihak luar? 9. Motif dan tujuan : Mengapa orang tua memutuskan untuk menjual anaknya? Apakah ada latar belakang kepercayaan dari nenek moyang atau orang-orang tua sebelumnya tentang menjual anak? Jika Ya, bisakah menceritakan latar belakang kepercayaan tersebut? Apakah maksud dan tujuan dari menjual anak ini? Selain alasan anak sakit, dan muka yang mirip dengan salah satu orang tuanya, apakah ada alasan lain? Apakah ini tradisi dalam semua suku di pulau Timor? Suku-suku apa saja? Bisa menjelaskan contoh dari salah satu suku lain?
10. Cara, proses atau ritual pembelian. Bagaimana cara atau proses menjual? Apakah ada upacara atau ritual khusus? Kapan? Di mana? Apakah ada nazar, persembahan kepada Tuhan atau roh-roh nenek moyang, dan doa-doa secara Kristen? Jika ada nazar, apakah maksud nazar tersebut? Bagaimana bahasa, kata-kata, expresi, doa-doa atau mantra-mantra (kalau ada) yang diucapkan? Bisa ceritakan makna dari setiap cara atau ritual, kata-kata dan ekspresi? Apakah ada cara yang wajib dengan maknanya tersendiri? Apakah bisa memakai cara yang lain selain cara-cara yang sudah pernah dipakai? Kalau tidak, apa alasan dan konsekwensinya? Jikalau tidak melakukan ritual ini, apa konsekwensinya? 11. Sarana pendukung, mediator atau benda-benda yang digunakan sebagai prasyarat dalam proses pembelian. Benda-benda atau simbol-simbol apa yang diwajibkan ada atau dipakai pada saat pembelian? Apa makna dari benda tersebut? Apakah bisa memakai benda atau simbol lain? Kalau tidak, apa alasannya? Siapakah pihak-pihak yang perlu hadir atau perlu diundang? Adakah pihak yang tidak boleh hadir? Apakah ketua adat atau perwakilan dari perkumpulan adat mesti hadir pada saat proses penjualan berlangsung?
Apakah ada kewajiban yang harus dipenuhi atau diberikan oleh orang tua kepada tuatua adat? (misalnya uang, pemberian benda-benda? Adakah peran dan campur tangan pendeta atau para pejabat gereja dalam ritual ini? Dalam bentuk apa? 12. Nilai-nilai moral, etika, sosial dan religi yang mengikat pihak yang menjual dan membeli : Bagaimana hubungan kekerabatan setelah penjualan anak? Apakah tanggung jawab pihak yang membeli terhadap anak setelah ritual ini dijalankan? Apakah anak tetap tinggal dengan orang tua atau bisa tinggal bersama pihak yang membeli? Bagaiamana si anak memanggil bapak/ibu atau keluarga yang membelinya? Apakah statusnya sama dengan anak angkat? Menurut bapak/ibu, apakah arti seorang anak bagi masyarakat Timor? Sebagai seorang ketua adat tetapi juga anggota gereja Kristen, apakah ada keberatan hati nurani berkaitan dengan tradisi nenek moyang dan aturan-aturan gereja? Bagaimana pandangan bapak sebagai ketua adat tentang tradisi ini, jika dikaitkan dengan ajaran Alkitab bahwa keselamatan keselamatan, kesehatan dan perubahan sifat hanya bisa dikerjakan oleh Tuhan Yesus sendiri? Mengapa harus memakai tradisi menjual anak untuk mendapatkan kesehatan atau perubahan sifat si anak? Menurut bapak apakah tradisi ini tidak bertentangan dengan ajaran Alkitab? Bagaimana tanggapan gereja ketika bapak sebagai ketua adat mendukung tradisi ini? Bagaimana tanggapan jemaat lain yang tidak melaksanakan? Bagaimana relasi dengan gereja dan saudara seiman lainnya terhadap lembaga adat berkaitan dengan penjualan anak?
13. Hasil ritual : Apakah tradisi ini selalu membuahkan hasil positif, atau adakah hasil yang negatif atau tidak berhasil, misalnya anak menjadi semakin sakit atau semakin nakal? 14. Pandangan yang seobyektif mungkin tentang tradisi ini : Apakah makna inti tradisi ini dalam pandangan bapak? 15. Sebagai seorang ketua adat, adakah saran yang hendak disampaikan? Apakah tradisi ini harus dilestarikan, ataukah ditinggalkan?