PARTISIPAN : (Yang menjual anak) Nama : Alamat : Umur : Pekerjaan : Pendidikan : Jabatan dalam gereja/masyarakat :

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia, dijumpai berbagai tradisi atau budaya

BAB V. Penutup. GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus

BAB V PENUTUP. Tradisi penjualan anak adalah suatu tradisi masyarakat di pulau Timor dengan tujuan

BAB III PULAU TIMOR DAN TRADISI PENJUALAN ANAK DI JEMAAT GEREJA MASEHI INJILI DI TIMOR (GMIT)

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB VI PENUTUP VI.1. Kesimpulan Data.

Yohanes 4. Dalam pelajaran ini saudara akan mempelajari. Yesus dan Perempuan YESUS DAN PEREMPUAN SAMARIA. Bacalah Yohanes 4:1-42

BAB V PENUTUP. penting yang menjadi pokok atau inti dari tulisan ini, yaitu sebagai berikut :

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB V PENUTUP. 1. Tradisi Piring Nazar sebagai sebuah kenyataan sosio-religius dapat dijadikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

ETIKA ALKITAB. Tulislah dengan huruf cetak yang jelas! Nama Saudara. Alamat. Kota. Propinsi. Umur Laki-laki/perempuan. Pekerjaan.

PEMAHAMAN MAKNA LITURGI (Studi Mengenai Makna Warna-warna Liturgis dalam Pemahaman Jemaat Gereja Kristen Protestan Bali/GKPB)

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah

KAJIAN SOSIO-TEOLOGIS TERHADAP TRADISI PENJUALAN ANAK DI JEMAAT GEREJA MASEHI INJILI TIMOR KODYAKUPANG SKRIPSI. Diajukan Kepada Fakultas Teologi

Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk religius (homo religious), manusia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. perempuan atau pun jenis kelamin, semuanya pasti akan mengalaminya. Tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk menunjukkan tingkat peradaban masyarakat itu sendiri. Semakin maju dan

Allah Adalah Pola Bagi Hidup Kita

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu alat penghubung antara yang satu dengan yang

I. PENDAHULUAN. masing-masing sukunya memiliki adat-istiadat, bahasa, kepercayaan,

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia terdiri dari beranekaragam suku bangsa dan memiliki berbagai macam

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS. persaudaraan antar keluarga/gandong sangat diprioritaskan. Bagaimana melalui meja

I. PENDAHULUAN. agama-agama asli (agama suku) dengan pemisahan negeri, pulau, adat yang

oleh Gereja Iuhan Apayang Dilakukan untuk Allah

BAB IV MAKNA LIMBE BAGI MASYARAKAT DENGKA MASA KINI. masyarakat Nusak Dengka telah menganut agama Kristen, namun dalam

BAB I. Pendahuluan UKDW

BAB IV MAKNA ARUH MENURUT DAYAK PITAP. landasan untuk masuk dalam bagian pembahasan yang disajikan dalam Bab IV.

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN

Setiap Orang Bisa Menjadi Pengajar

Imbuhanpatrick.wordpress.com

Saya Dapat Menjadi Pekerja

Seri Kedewasaan Kristen (3/6)

BAB 1 PENDAHULUAN Kematian

2

Surat Paulus yang kedua kepada jemaat Tesalonika

Orang Kristen Dan Dirinya Sendiri

BAB IV ANALISA DATA. A. Analisa Makna Pernikahan di Gereja Bethany Nginden Surabaya. untuk menghasilkan keturunan. kedua, sebagai wujud untuk saling

Filled Notes. 1. Wawancara dengan Bapak YB. Hari/tanggal : Selasa, 27 Maret : Rumah Bapak YB : WITA.

BAB IV. 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat. Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat,

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami

BAB IV MEWARISKAN IMAN DENGAN TELADAN SUATU REFLEKSI TEOLOGIS TERHADAP TRADISI PIRING NAZAR

BAB I PENDAHULUAN UKDW. E.P. Ginting, Religi Karo: Membaca Religi Karo dengan Mata yang Baru (Kabanjahe: Abdi Karya, 1999), hlm.

BAB I PENDAHULUAN. sistem religi/kepercayaan terhadap sesuatu menjadi suatu Kebudayaan. Sistem

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat tersebut yang berusaha menjaga dan melestarikannya sehingga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat Karo memiliki berbagai upacara, tradisi, maupun beragam

BAB IV MAKNA PELAKSANAAN UPACARA ADAT ALAWAU AMANO BAGI KEHIDUPAN ORANG NOLLOTH. A. Mendiskripsikan Upacara Adat Kematian Alawau Amano

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang permasalahan. 1) Gambaran umum tentang orang Tionghoa yang ada di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. seperti marsombuh sihol dan rondang bittang serta bahasa (Jonris Purba,

I. PENDAHULUAN. Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah Negara kepulauan, yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa, yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk yang. terdiri dari ribuan pulau-pulau dimana masing-masing penduduk dan suku

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan

Surat Paulus kepada Titus

IBADAH KRISTEN CATATAN SISWA. No. Tanggal Kirim. Tulislah dengan huruf cetak yang jelas! Nama Saudara. Alamat. Kota. Umur Laki-laki/perempuan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri

Buku Pembimbing INJIL YOHANES CATATAN SISWA. No Tanggal Kirim. Tulislah dengan huruf cetak yang jelas! Nama Saudara. Alamat. Kota. Propinsi.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DALANG DALAM GEREJA (Studi kasus Tentang Peranan Seorang Dalang Dalam GPIB ATK Sektor Tambakrejo Ditinjau dari Perspektif Sosio-Teologi) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. yang biasanya diperoleh dari orang tuanya. Nama tersebut merupakan pertanda

BAB IV. Makna Slametan Bagi Jemaat GKJW Magetan. 4.1 Pemahaman jemaat GKJW Magetan melakukan slametan

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang sangat kompleks. Didalamnya berisi struktur-struktur yang

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tercakup seperti adat serta upacara tradisional. Negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera utamanya di Sumatera Utara, awalnya Gereja Pentakosta Indonesia dibawa orangorang

BAB IV ANALISA DATA. dan biasanya jatuh pada bulan Maret/April. Ritual ini dilakukan dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam

UKDW. BAB I Pendahuluan. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kata "agama" berasal dari bahasa Sansekerta, agama yang berarti "tradisi".

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dan kebudayaan merupakan suatu kesatuan yang erat. Semua

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan suatu bangsa yang terdiri dari beribu-ribu suku. bahkan ribuan tahun yang lalu. Jaspan (dalam Soekanto 2001:21)

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 PENJELASAN ISTILAH

Kerohanian Zakharia Luk 1:5 7, Ev. Andrew Kristanto

BAB I PENDAHULUAN. universal artinya dapat di temukan pada setiap kebudayaan. Menurut

Dengarkan Allah Bila Saudara Berdoa

Pentingnya peran saksi dalam pernikahan (Suatu tinjauan terhadap pendampingan saksi nikah di jemaat GMIT Efata Benlutu)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dilepaspisahkan karena,

BAB V KESIMPULAN. Di dalam Alkitab, setidaknya terdapat tiga peristiwa duka dimana Yesus

Sesajen Dalam Kejawen (Suatu Kajian Antropologis-Teologis tentang Makna Sesaji Sedekah Bumi bagi jemaat GKJ Ngampin - Ambarawa) Oleh,

1. Pendeta Karel Burdam 1) Apa makna dan manfaat sasi? Sasi itu merupakan suatu larangan untuk mengambil/memanen sebelum waktunya (buka sasi)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar belakang Masalah. Kehidupan kelompok masyarakat tidak terlepas dari kebudayaannya sebab kebudayaan ada

MTPJ 9-15 Agustus 2015

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku

a) Mencari persatuan. Galatia 2:1-3.

I PENDAHULUAN. Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Keberadaan

PELAYANAN MENGAJAR. Tulislah dengan huruf cetak yang jelas! Nama Saudara. Alamat. Kota. Propinsi. Umur Laki-laki/perempuan. Pekerjaan.

I. PENDAHULUAN. sebut kebudayaan. Keanekaragaman budaya yang terdapat di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan strukturstruktur

LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI

Transkripsi:

PARTISIPAN : (Yang menjual anak) Nama : Alamat : Umur : Pekerjaan : Pendidikan : Jabatan dalam gereja/masyarakat : Pertanyaan-pertanyaan : 1. Aspek manusia : penjual, pembeli dan si anak (Pada saat wawancara, hanya satu pihak yang hadir) : apakah bapak/ibu adalah orang tua tunggal? Ibu Kepada siapa dijual? Apakah ada hubungan keluarga dengan yang membeli? Bagaimana hubungan kekeluargaannya? Mengapa memilih bapak dan ibu (keluarga) tersebut? Bisa menceritakan tentang kondisi keluarga tersebut atau pengaruh mereka dalam masyarakat atau jemaat? Apakah bapak/ibu yang membeli juga mempunyai anak-anak? Berapa jumlahnya? Berapa jumlah anak bapak dan ibu (yang menjual)? Mempunyai dua anak yakni satu perempuan dan satu laki-laki Anak mana yang dijual? Anak nomor berapa? Berapa umurnya? (Jika anak tersebut tidak ada di tempat) : Laki-laki atau perempuan? Bisa ceritakan tentang sifat, karakter atau keunikan anak tersebut? Pada saat memutuskan untuk menjual, apakah kedua pihak, bapak ibu langsung samasama bersetuju, atau ada salah satu pihak yang kurang setuju? Mengapa? 2. Motif dan tujuan : Mengapa bapak/ibu memutuskan untuk menjual anakini? Apakah ada latar belakang kepercayaan dari nenek moyang atau orang-orang tua sebelumnya tentang menjual anak?

Apakah maksud dan tujuan dari menjual anak ini? 3.Cara, proses atau ritual pembelian. Bagaimana cara atau proses menjual? Apakah ada upacara atau ritual khusus? Kapan? Di mana? Apakah ada nazar, persembahan kepada Tuhan dan doa-doa secara Kristen? Jika ada nazar, apakah maksud nazar tersebut? Bagaimana bahasa, kata-kata, expresi, doa-doa atau mantra-mantra (kalau ada) yang diucapkan? Bisa ceritakan makna dari setiap cara atau ritual, kata-kata dan ekspresi? Apakah ada cara yang wajib dengan maknanya tersendiri? Apakah bisa memakai cara yang lain selain cara-cara yang sudah pernah dipakai? Kalau tidak, apa alasan dan konsekwensinya? Jikalau tidak melakukan ritual ini, apa konsekwensinya? 4. Sarana pendukung, mediator atau benda-benda yang digunakan sebagai prasyarat dalam proses pembelian. Benda-benda atau simbol-simbol apa yang diwajibkan ada atau dipakai pada saat pembelian? Apa makna dari benda tersebut? Apakah bisa memakai benda atau simbol lain? Kalau tidak, apa alasannya? Siapakah pihak-pihak yang perlu hadir atau perlu diundang? Adakah pihak yang tidak boleh hadir? Adakah mediator dalam proses atau ritual ini? Apakah kualifikasinya? Adakah peran dan campur tangan pendeta atau para pejabat gereja dalam ritual ini? Dalam bentuk apa? Tidak ada. 5. Nilai-nilai moral, etika, sosial dan religi yang mengikat pihak yang menjual dan membeli : Menurut bapak/ibu, apakah arti seorang anak dalam pandangan Tuhan? Bagaimana hubungan kekerabatan setelah penjualan anak?

Apakah tanggung jawab pihak yang membeli terhadap anak setelah ritual ini dijalankan? Apakah anak tetap tinggal dengan orang tua atau bisa tinggal bersama pihak yang membeli? Bagaaimana si anak memanggil bapak/ibu atau keluarga yang membelinya? Apakah statusnya sama dengan anak angkat? Bagaimana perasaan bapak/ibu setelah menjalankan tradisi ini? Sebagai seorang pendeta / majelis jemaat / anggota gereja, apakah ada keberatan hati nurani berkaitan dengan tradisi nenek moyang dan aturan-aturan gereja? Bagaimana pandangan bapak/ibu sebagai seorang pendeta jemaat / majelis jemaat / anggota jemaat, tentang tradisi ini, jika dikaitkan dengan ajaran Alkitab bahwa keselamatan, kesehatan dan perubahan sifat hanya bisa dikerjakan oleh Tuhan Yesus sendiri? Mengapa harus memakai tradisi menjual anak untuk mendapatkan kesehatan atau perubahan sifat si anak? Menurut bapak/ibu sebagai pelayan Tuhan / anggota gereja apakah ini tidak bertentangan dengan ajaran Alkitab? Bagaimana tanggapan teman-teman pendeta / majelis jemaat yang lain ketika bapak/ibu menjalankan tradisi ini? Bagaimana relasi dengan gereja dan saudara seiman lainnya berkaitan dengan pelaksanaan ritual? 6. Hasil ritual : Apakah tradisi ini selalu membuahkan hasil positif, atau adakah hasil yang negatif atau tidak berhasil, misalnya anak menjadi semakin sakit atau semakin nakal? 7. Pandangan yang seobyektif mungkin tentang tradisi ini : Apakah makna inti tradisi ini dalam pandangan bapak/ibu? 8. Sebagai seorang pendeta jemaat / majelis jemaat / anggota jemaat, adakah saran yang hendak disampaikan? Apakah tradisi ini harus dilestarikan, dialihkan ataukah ditinggalkan? Jika tradisi ini harus dialihkan atau ditinggalkan, adakah saran tentang bagaimana orang tua mengusahakan kesehatan dan perbaikan karakter anaknya?

PARTISIPAN : (Ketua Adat) Nama : Alamat : Umur : Pekerjaan : Pendidikan : Jabatan dalam gereja/masyarakat : Ketua adat Pertanyaan-pertanyaan : Dalam menjual anak, apakah ada persayaratan khusus dalam memutuskan siapa yang harus membeli si anak? Umumnya pihak yang membeli dari pihak ke keluarga atau dari pihak luar? 9. Motif dan tujuan : Mengapa orang tua memutuskan untuk menjual anaknya? Apakah ada latar belakang kepercayaan dari nenek moyang atau orang-orang tua sebelumnya tentang menjual anak? Jika Ya, bisakah menceritakan latar belakang kepercayaan tersebut? Apakah maksud dan tujuan dari menjual anak ini? Selain alasan anak sakit, dan muka yang mirip dengan salah satu orang tuanya, apakah ada alasan lain? Apakah ini tradisi dalam semua suku di pulau Timor? Suku-suku apa saja? Bisa menjelaskan contoh dari salah satu suku lain?

10. Cara, proses atau ritual pembelian. Bagaimana cara atau proses menjual? Apakah ada upacara atau ritual khusus? Kapan? Di mana? Apakah ada nazar, persembahan kepada Tuhan atau roh-roh nenek moyang, dan doa-doa secara Kristen? Jika ada nazar, apakah maksud nazar tersebut? Bagaimana bahasa, kata-kata, expresi, doa-doa atau mantra-mantra (kalau ada) yang diucapkan? Bisa ceritakan makna dari setiap cara atau ritual, kata-kata dan ekspresi? Apakah ada cara yang wajib dengan maknanya tersendiri? Apakah bisa memakai cara yang lain selain cara-cara yang sudah pernah dipakai? Kalau tidak, apa alasan dan konsekwensinya? Jikalau tidak melakukan ritual ini, apa konsekwensinya? 11. Sarana pendukung, mediator atau benda-benda yang digunakan sebagai prasyarat dalam proses pembelian. Benda-benda atau simbol-simbol apa yang diwajibkan ada atau dipakai pada saat pembelian? Apa makna dari benda tersebut? Apakah bisa memakai benda atau simbol lain? Kalau tidak, apa alasannya? Siapakah pihak-pihak yang perlu hadir atau perlu diundang? Adakah pihak yang tidak boleh hadir? Apakah ketua adat atau perwakilan dari perkumpulan adat mesti hadir pada saat proses penjualan berlangsung?

Apakah ada kewajiban yang harus dipenuhi atau diberikan oleh orang tua kepada tuatua adat? (misalnya uang, pemberian benda-benda? Adakah peran dan campur tangan pendeta atau para pejabat gereja dalam ritual ini? Dalam bentuk apa? 12. Nilai-nilai moral, etika, sosial dan religi yang mengikat pihak yang menjual dan membeli : Bagaimana hubungan kekerabatan setelah penjualan anak? Apakah tanggung jawab pihak yang membeli terhadap anak setelah ritual ini dijalankan? Apakah anak tetap tinggal dengan orang tua atau bisa tinggal bersama pihak yang membeli? Bagaiamana si anak memanggil bapak/ibu atau keluarga yang membelinya? Apakah statusnya sama dengan anak angkat? Menurut bapak/ibu, apakah arti seorang anak bagi masyarakat Timor? Sebagai seorang ketua adat tetapi juga anggota gereja Kristen, apakah ada keberatan hati nurani berkaitan dengan tradisi nenek moyang dan aturan-aturan gereja? Bagaimana pandangan bapak sebagai ketua adat tentang tradisi ini, jika dikaitkan dengan ajaran Alkitab bahwa keselamatan keselamatan, kesehatan dan perubahan sifat hanya bisa dikerjakan oleh Tuhan Yesus sendiri? Mengapa harus memakai tradisi menjual anak untuk mendapatkan kesehatan atau perubahan sifat si anak? Menurut bapak apakah tradisi ini tidak bertentangan dengan ajaran Alkitab? Bagaimana tanggapan gereja ketika bapak sebagai ketua adat mendukung tradisi ini? Bagaimana tanggapan jemaat lain yang tidak melaksanakan? Bagaimana relasi dengan gereja dan saudara seiman lainnya terhadap lembaga adat berkaitan dengan penjualan anak?

13. Hasil ritual : Apakah tradisi ini selalu membuahkan hasil positif, atau adakah hasil yang negatif atau tidak berhasil, misalnya anak menjadi semakin sakit atau semakin nakal? 14. Pandangan yang seobyektif mungkin tentang tradisi ini : Apakah makna inti tradisi ini dalam pandangan bapak? 15. Sebagai seorang ketua adat, adakah saran yang hendak disampaikan? Apakah tradisi ini harus dilestarikan, ataukah ditinggalkan?