BAB I PENDAHULUAN. maju. Dalam Al-Qur an surah Ar-Ra du ayat 11 Allah SWT berfirman: ...

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana firman Allah swt dalam surah Al-Mujadalah ayat 11.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang maju.pada Al-qur an surah ar-ra d ayat 11 Allah SWT berfirman:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha orang dewasa secara sadar untuk membimbing dan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, melatih kecakapan, keterampilan, memberikan bimbingan, arahan,

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting dalam usaha peningkatan kualitas pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. seluruh kalangan, keberadaannya yang multifungsional menjadikan pendidikan. merupakan tolak ukur yang utama dalam kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa maka akan semakin tinggi derajat atau kedudukan bangsa tersebu. mampu berkompetensi dalam persaingan global.

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Hal ini dikarenakan pendidikan merupakan salah satu kebutuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang maju. Dalam Allah SWT berfirman Q.S. surah Ar-Ra du ayat 11,

BAB I PENDAHULUAN. sangat dianjurkan pelaksanaannya oleh Allah SWT. Islam juga memerintah

BAB I PENDAHULUAN. bertaqwa, berbudi luhur, terampil, berpengetahuan dan bertanggungjawab.

BAB I PENDAHULUAN. dikemukakan oleh Muhammad Noor Syam bahwa...nampaknya hubungan

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas dan berpotensi dalam arti yang seluas-luasnya, melalui

BAB I PENDAHULUAN. terbentuknya kepribadian yang bulat dan utuh sebagai manusia yang individual

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi terus berkembang seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memberikan peran yang sangat besar dalam menciptakan sumber daya. pendidikan nasional Bab 1 Pasal 1, pendidikan adalah:

BAB I PENDAHULUAN. Nasional sebagaimana yang dirumuskan dalam Undang-Undang RI No. 20 tahun tentang Pendidikan Nasional yang berbunyi:

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan. Melalui berbagai pendekatan pembelajaran matematika

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, dituntut sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang fundamental dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah melalui perundang-undangan dan pengelolaan pendidikan. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. moralitas kehidupan pada potensi yang dimiliki oleh setiap manusia. Pendidikan

Pendidikan merupakan bentuk perkembangnya potensi menjadi. manusia yang peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa

BAB I PENDAHULUAN. menguntungkan baik bagi anak maupun bagi masyarakat. 2. berupaya untuk mencetak individu-individu yang berkualitas, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. hampir disemua aspek kehidupan manusia, dimana berbagai permasalahan hanya

BAB I PENDAHULUAN. pada peradaban yang semakin maju dan mengharuskan individu-individu untuk terus

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan juga berimplikasi besar terhadap kemajuan suatu bangsa. Oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. latihan. Pendidikan memberikan peranan yang sangat besar dalam menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan, karena pendidikan berperan dalam. Orang yang memiliki ilmu pengetahuan, kedudukan

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan yang sangat pesat, berbagai kemajuan yang dialami dapat terwujud

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mengimbangi perkembangan tersebut dituntut adanya manusia-manusia

BAB I PENDAHULUAN. menentukan dalam perkembangan dan kemajuan suatu bangsa. Oleh karena itu, upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM).

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali bangsa Indonesia yang sedang membangun sehingga dapat. bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. melalui perundang-undangan dan pengelolaan pendidikan. Tujuan pendidikan sebagaimana termuat dalam Undang-undang tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. pikir seseorang untuk selalu melakukan inovasi dan perbaikan dalam segala aspek

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi, kepribadian, kecerdasan dan keterampilan yang ada pada

PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan makhluk lainnya. Al-Qur an merupakan bukti tanda. kebesaran/kemahaluasan ilmu Allah bagi orang-orang yang berilmu.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 ditegaskan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini yang dapat. membantu manusia untuk memecahkan permasalahan-permasalahan yang

BAB I PENDAHULUAN. kearah peningkatan yang lebih positif. Agar usaha-usaha tersebut dapat terwujud

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah peradaban manusia terlihat jelas bahwa kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam kehidupan seseorang, keluarga maupun Bangsa dan Negara mengingat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha manusia untuk menumbuhkan dan

BAB I PENDAHULUAN. Di negara kita Indonesia pendidikan formal seperti sekolah adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.

BAB I PENDAHULUAN. dalam satu unit kerja tidak bisa terlepas dari kegiatan administrasi

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam aspek fisik, intelektual, emosional, sosial dan spiritual, sesuai

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bimbingan atau pertolongan yang diberikan secara sengaja terhadap peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. dimilikinya, dan mampu berkompetensi dalam persaingan global. Pendidikan tidak hanya mencakup pengembangan intelektual saja, akan

BAB I PENDAHULUAN. karena dari pendidikan menggambarkan betapa tingginya peradaban suatu bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik

BAB I PENDAHULUAN. anak menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa. Dalam konteks Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-undang RI Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003 bab II pasal 3. disebutkan tujuan pendidikan nasional berbunyi :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. berbudaya, semakin maju bahasa suatu bangsa semakin menunjukkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan potensi peserta

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kemampuan anak melalui bimbingan, mendidik, dan latihan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. menyelenggarakan suatu kehidupan yang penuh kedamaian dan kebahagiaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi yang dirasa saat ini tidak terlepas dari perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. rumusan fungsi dan tujuan pendidikan nasional seperti yang tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu aspek yang mempunyai peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipecahkan dengan upaya penguasaan dan peningkatan ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan peranan penting dalam kehidupan bermasyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. akan pentingnya pendidikan harus dilaksanakan sebaik-baiknya sehingga dapat

BAB I PENDAHULUAN. anak agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai cita-cita pendidik. 1

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan intelektual dan moralitas yang tinggi. manusia yang berkualitas dalam menghadapi era globalisasi.

BAB I PENDAHULUAN. dirinya serta mengembangkan kualitas sumber daya manusia beriman dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan pokok bagi manusia. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. yang tercantum dalam undang-undang RI tentang Pendidikan Nasional No. 20

BAB I PENDAHULUAN. itu tidak lepas dari arus globalisasi dan aspeknya yang telah mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan seseorang menuju kearah kemajuan dan peningkatan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. seperti keluarga, pendidikan merupakan kebutuhan utama.

BAB I PENDAHULUAN. nasional bangsa Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. (Kunandar,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Meningkatkan kemajuan di negara Indonesia, maka ada berbagai langkah

BAB I PENDAHULUAN. Undang No.20 tahun 2003). Pendidikan memegang peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya adalah untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

AYUNI DIANA Pendidikan Matematika, FPMIPA IKIP Mataram

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang dibentuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam undang-undang nomor 20 tahun 2013 Bab II Pasal 3 disebutkan

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting. Guru tidak hanya dituntut untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. panjang, persiapan yang matang, dukungan sumber daya manusia dan sumber

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang dibentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan mutu pendidikan selalu dilaksanakan oleh pemerintah. Indonesia. Salah satu upaya yang ditempuh untuk meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk berupaya memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan, sebab

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tiara Dara Lugina, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang yang menentukan keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 yang menyatakan bahwa : Proses pembelajaran pada umumnya memiliki komponen-komponen

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan UPI (2009:171) mengemukakan

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil. Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kecenderungan rasa ingin tahu terhadap sesuatu. Semua itu terjadi

BAB I PENDAHULUAN. individu, pendidikan juga berimplikasi besar terhadap kemajuan suatu bangsa. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. menjadi manusia yang mandiri, bertanggung jawab, kreatif, berilmu, sehat,

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di tingkat Madrasah Ibtidaiyah merupakan lembaga pendidikan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan mutu pendidikan terus dilaksanakan, terutama untuk menunjang penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi demi mewujudkan suatu bangsa yang maju. Dalam Al-Qur an surah Ar-Ra du ayat 11 Allah SWT berfirman:...... Ayat tersebut memberi tuntunan kepada manusia agar selalu berusaha mengubah keadaan, dari situasi buruk menuju situasi baik atau dari kemunduran menuju kemajuan.kemajuan itulah yang selalu dikehendaki oleh setiap bangsa termasuk Indonesia. Meningkatkan mutu pendidikan merupakan salah satu tujuan Indonesia yang dirumuskan Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional yang berbunyi: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa pada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokrasi serta bertanggung jawab. 1 1 Departemen Pendidikan Nasional RI, Undang-Undang no.20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003,(Bandung: Citra Umbara, 2003), h. 12.

2 Dari tujuan pendidikan nasional tersebut diselenggarakan pendidikan yang diharapkan mampu meningkatkan penguasaan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, karena kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi suatu bangsa tidak terlepas dari kemajuan diberbagai bidang pendidikan. Pentingnya belajar matematika tidak terlepas dari peranannya disegala aspek kehidupan. Dikatakan demikian, karena seluruh aktivitas manusia selalu berhubungan dengan pekerjaan menghitung, mengukur, memprediksi, dan lain-lain. Dalam hal ini, Cornelius seperti yang dikutip oleh Abdurrahman mengemukakan bahwa matematika merupakan sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, mengenal polapola hubungan dan generalisasi pengalaman, pengembangan kreativitas, dan meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya. 2 Matematika merupakan bagian dari kurikulum pengajaran di sekolah.materi yang diajarkan dalam pembelajaran matematika disesuaikan dengan kemampuan peserta didik pada setiap jenjang pendidikan.pada jenjang sekolah menengah, tujuan pendidikan matematika adalah memberi tekanan pada nalar, dasar, dan pembentukan sikap siswa serta juga memberi tekanan pada keterampilan dalam penerapan matematika. 3 Cipta, 1999), h. 257. 2 Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakata: Rineka 3 Departemen Agama RI, GBPP Kurikulum Madrasah Aliyah, (Jakarta: Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1994), h. 2.

3 Ilmu matematika memegang peranan sangat penting dalam kehidupan manusia sebagaimana terdapat dalam Al-Qur an surah An-Nisa ayat 11 Allah SWT berfirman: Ayat tersebut berkaitan denagan pembagian harta warisan. Dalam ayat tersebut ada yang disebut furudh muqaddarahyaitu ahli-ahli waris yang bagianbagian besarnya telah ditentukan di dalam Al-Qur an yaitu 2 3, 1 2, 1 3, 1 4, 1 6, dan1 8. hal ini menunjukkan bahwa salah satu konsep matematika yaitu pecahan sangat penting untuk dipelajari dalam kehidupan sebagai alat bantu dalam menyelesaikan persoalan yang berkaitan dengan kehidupan sosial. Operasi hitung bilangan pecahan adalah salah satu materi dalam matematika kelas VII SMP/MTs yang merupakan lanjutan dari matematika di SD/MI. Di SD/MI telah dikenal pecahan begitu juga dengan operasi hitungnya seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian, namun penyelesaiannya masih sederhana. Tahap demi tahap pengenalan dan perhitungan/operasi hitung bilangan pecahan terus

4 ditingkatkan sesuai dengan perkembangan dan intelektual anak. Di SMP/MTs ada juga operasi hitung bilangan pecahan bentuk aljabar dan dalam operasinya pun sama seperti bilangan pecahan yang meliputi penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Hasil observasi awal atau penjajakan awal di MTsN Banjar Selatan 01 Banjarmasin melalui wawancara dengan seorang guru bidangmatematika pada kelas VII bahwa penguasaan siswa terhadap mata pelajaran matematika masih belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal, hanya ada beberapa siswa memenuhi Kriteria Ketuntasan (lihat lampiran 2). Kesulitan siswa dalam belajar matematika disebabkan metode dalam pembelajaran yang sering digunakan adalah model konvensioanal atau ceramah.penerapan model konvensional seperti ini yang mendominasi pembelajaran adalah guru, sedangkan siswa sebagai pendengar, sehingga interaksi antara murid dengan guru sangat kurang dan ketidakmampuan mereka dalam memahami konsep matematika,. Metode pembelajaran seperti inilah yang bisa membuat murid terkadang merasa jenuh, bosan, tidak bersemangat, serta tidak adanya ketertarikan untuk memperdalam pelajaran matematika karena model pembelajaran sangat monoton dan sedikit variasi, inilah yang menyebabkan penurunan hasil belajar siswa. Dalam proses belajar matematika, khususnya yang dilaksanakan pada lembaga-lembaga pendidikan formal terdapat beberapa komponen yang bisa

5 mempengaruhi antara lain yaiitu metode. Metode adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki. Metode memilki peranan yang sangat penting dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu, seorang guru diharapkan mampu menggunakan dan menerapkan metode yang tepat dalam penyajian pelajaran.efektif tidaknya suatu metode juga tergantung pada kemampuan guru dalam menggunakannya. Salah satu metode yang perlu dipertimbangkan adalah model Kooperatif. Model pembelajaran Kooperatif adalah model pembelajaran dengan menggunakan system pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras atau suku yang berbeda (heterogen). 4 Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang saling asuh antarsiswa untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan. Model pembelajaran Kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidaktidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman/ perbedaan individu, dan pengembangan keterampilan sosial. 5 4 Wina sanjaya, strategi pembelajaran, (Jakarta: Prenada Media, 2008), h. 242. 5 Muslimin Ibrahim, dkk, Pembelajaran Kooperatif, (Surabaya: University Press, 2000), h.7.

6 Pembelajaran Kooperatif memiliki beberapa variasi, salah satunya model pembelajaran KooperatifScript. Model belajar KooperatifScript adalah model belajar dimana siswa bekerja secara berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan, bagian-bagian dari materi yang dipelajari. 6 Jadi model pembelajaran KooperatifScript merupakan penyampaian materi ajar yang diawali dengan pemberian wacana atau ringkasan materi ajar kepada siswa yang kemudian diberikan kesempatan kepada siswa untuk membacanya sejenak dan memberikan/memasukkan ide-ide atau gagasan-gagasan baru kedalam materi ajar yang diberikan guru, lalu siswa diarahkan untuk menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap dalam meteri yang ada secara bergantian sesama pasangan masingmasing. Model Koperatif Script bisa digunakan pada meteri operasi pecahan bentuk aljabar.karena model ini mengajarkan siswa belajar mandiri, belajar terlebih dahulu sebelum guru menjelaskan materinya.di mana sebelum masuk materi operasi pecahan bentuk aljabar, ada materi yang terdahulu yaitu bilangan pecahan dan operasi bentuk aljabar.jadi, siswa dapat menghubungkan materi pelajaran yang terdahulu dengan materi operasi aljabar. 6 Agus Suprijono, Cooperative Learning, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2011), h. 126.

7 Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Pembelajaran KooperatifScript Pada Materi Pecahan Bentuk Aljabar Kelas VII MTsN Banjar Selatan 01 Banjarmasin Tahun Pelajaran 2013/2014. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan diteliti yaituapakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa dengan pembelajaran kooperatif Script dan pembelajaran konvensional pada materi pecahan bentuk aljabar kelas VII MTsN Banjar Selatan 01 Banjarmasin Tahun Pelajaran 2013/2014. C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa dengan pembelajaran kooperatif Script dan pembelajaran konvensional pada materi pecahan bentuk aljabar kelas VII MTsN Banjar Selatan 01 Banjarmasin Tahun Pelajaran 2013/2014. D. Definisi Operasional dan Lingkup Pembahasan 1. Definisi Operasional a. Pembelajaran Kooperatif adalah model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai

8 enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, rasa atau suku yang berbeda (heterogen). b. Pembelajaran KooperatifScript adalah model belajar dimana siswa bekerja secara berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan, bagianbagian dari materi yang dipelajari. c. Pecahan adalah bilangan yang menggambarkan bagian dari suatu keseluruhan, bagian dari suatu daerah, bagian dari suatu benda, atau bagian dari suatu himpunan. Pecahan dilambangkan dengan a, α disebut b pembilang dan b di sebut penyebut, dengan syarat b 0. 7 d. Bentuk aljabar adalah suatu bentuk matematika yang dalam penyajiannya memuat huruf-huruf untuk mewakili bilangan yang belum diketahui. 8 e. Pecahan bentuk aljabar adalah pecahan yang pembilang, atau penyebut, atau kedua-duanya memuat bentuk aljabar. 2. Lingkup Pembahasan Selanjutnya agar pembahasan dalam penelitian tidak meluas, maka bahasan dalam penelitian ini dibatasi sebagai berikut: a. Siswa yang diteliti adalah siswa kelas VII MTsN Banjar Selatan 01 Banjarmasin tahun pelajaran 2013/2014. 7 Sudirman, cerdas aktif matematika, (Jakarta: Ganeca Exact, 2007), h. 25. 8 Dewi Nuharini, Tri Wahyuni, Matematika Konsep Dan Aplikasinya, (Jakarta: Pusat perbukuan Departemen Pendidikan Nasional,2008), h. 89.

9 b. Penelitian dilakukan pada materi pecahan bentuk aljabar yaitu operasi hitung pecahan bentuk aljabar. c. Hasil belajar siswa dilihat dari nilai tes akhir operasi hitung pecahan bentuk aljabar. Jadi, yang dimaksud dengan judul penelitian ini adalah suatu penelitian untuk mengetahui hasil belajar matematika dengan menggunakan KooperatifScript pada materi pecahan bentuk aljabar kelas VII MTsN Banjar Selatan 01 Banjarmasin Tahun Pelajaran 2013 / 2014. E. Signifikansi Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan bisa di ambil dari penelitian ini adalah: 1. Sebagai bahan informasi bagi guru dalam mengembangkan model pembelajaran sehingga dapat meningkatkan sistem pengajaran matematika untuk mencapai tujuan maksimal. 2. Sebagai bahan informasi dan masukan bagi siswa dalam mengatasi kesulitan dalam memahami suatu konsep dalam pembelajaran matematika. 3. Sebagai bahan informasi dan bahan pertimbangan bagi sekolah dalam rangka inovasi sistem pengajaran, akselerasi mutu dan kualitas pendidikan. 4. Sebagai pengalaman langsung bagi peneliti dalam pelaksanaan pembelajaran matematika dengan model KooperatifScript. 5. Sebagai bahan informasi dan wawasan pengetahuan bagi peneliti lain dalam melakukan penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini.

10 6. Dapat memberikan informasi untuk penelitian yang berkenaan tentang model pembelajaran Kooperatif khususnya di IAIN Antasari Banjarmasin. F. Anggapan Dasar dan Hipotesis 1. Anggapan dasar Dalam penelitian ini peneliti mengasumsikan bahwa: a. Guru mempunyai pengetahuan tentang model KooperatifScript dan mampu melaksanakan model KooperatifScript dalam pembelajaran matematika. b. Setiap siswa memiliki kemampuan dasar, tingkat perkembangan intelektual relatif sama. c. Materi yang diajarkan sesuai dengan kurikulum yang berlaku. d. Distribusi jam belajar antara kelas eksperimen dan kelas control relatifsama. e. Alat evaluasi yang digunakan memenuhi alat ukur yang baik. 2. Hipotesis Hipotesis penelitian yang digunakan: Ha: Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar Matematika siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran KooperatifScript lebih baikdari pada hasil belajar Matematika siswa yang diajar dengan model Konvensional pada materi pecahan bentuk aljabar kelas VII MTsN Banjar Selatan 01 Banjarmasin.

11 Ho: Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar Matematika siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran KooperatifScript lebih baikdari pada hasil belajar Matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran Konvensional pada materi pecahan bentuk aljabar kelas VII MTsN Banjar Selatan 01 Banjarmasin. G. Sistematika Penulisan Sebagai gambaran dari penelitian ini, maka penulis membuat sistematika penulisan sebagai berikut: Bab I adalah pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, definisi operasional dan lingkup pembahasan, signifikansi penelitian, anggapan dasar dan hipotesis, dan sistematika penulisan. Bab II adalah tinjauan teoritis yang berisi pengertian belajar matematika, evaluasi hasil belajar, model pembelajaran Kooperatif, model pembelajaran KooperatifScript, Matematika di Madrasah Tsanawiyah, dan operasi hitung bilangan pecahan bentuk aljabar. Bab III adalah metode penelitian yang berisi jenis pendekatan, desain penelitian, subjek dan objek penelitian, data dan sumber data, tehnik pengumpulan data, desain pengukuran, tehnik analisis data, dan prosedur penelitian Bab IV adalah penyajian data dan analisis berisi deskripsi lokasi penelitian, pelaksanaan pembelajaran di kelas control dan kelas eksperimen, deskripsi kegiatan pembelajaran di kelas eksperimen, deskripsi kemampuan awal siswa, uji

12 bedakemampuan awal siswa, deskripsi hasil belajar matematika siswa, uji beda hasil belajar matematika siswa, persepsi siswa terhadap model pembelajaran KooperatifScript, dan pembahasan hasil penelitian. Bab V adalah penutup yang berisi simpulan dan saran.