FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DI PUSKESMAS PAAL X KOTA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 :

BAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN TINGKAT EKONOMI DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DI WILAYAH PUSKESMAS SEKAMPUNG KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN MOTIVASI PASANGAN USIA SUBUR (PUS) TERHADAP PEMAKAIAN KONTRASEPSI KB

BAB I PENDAHULUAN. cara operasional dan dampaknya terhadap pencegahan kelahiran.tahap

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE

Correlation Between Mother s Knowledge and Education On Use Of Contraceptive In Yukum Jaya Village Central Lampung In 2013

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN KB VASEKTOMI TERHADAP PENGETAHUAN SUAMI DI DESA SOCOKANGSI KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan berbagai. masalah. Masalah utama yang dihadapi di Indonesia adalah dibidang

BAB I PENDAHULUAN. dan misi Program KB Nasional. Visi KB itu sendiri yaitu Norma Keluarga

FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETIDAKIKUTSERTAAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI PADA PASANGAN USIA SUBUR

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI KONDOM DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS KASOKANDEL KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN

Yeni Elviani Dosen Prodi Keperawatan Poltekkes Kemenkes Palembang

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan

GASTER, Vol. 8, No. 1 Februari 2011 ( )

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan salah satunya adalah keluarga berencana. Visi program

Volume 3 / Nomor 1 / April 2016 ISSN :

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR) DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG IUD DENGAN MINAT KB IUD DI DESA MOJODOYONG KEDAWUNG SRAGEN

PENGETAHUAN DAN SIKAP SUAMI PASANGAN USIA SUBUR DENGAN KEIKUTSERTAAN MENJADI AKSEPTOR KB PRIA. Darwel, Popi Triningsih (Poltekkes Kemenkes Padang )

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Tingkat Pengetahuan Wanita Usia Subur Tentang Alat Kontrasepsi IUD di BPRB Bina Sehat Kasihan Bantul

I. PENDAHULUAN. atau pasangan suami istri untuk mendapatkan tujuan tertentu, seperti

Imelda Erman, Yeni Elviani Dosen Prodi Keperawatan Lubuklinggau Politeknik Kesehatan Palembang ABSTRAK

Associated Factors With Contraceptive Type Selection In Bidan Praktek Swasta Midwife Norma Gunung Sugih Village

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah utama yang dihadapi Indonesia adalah di bidang kependudukan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. kekuatan sosial ekonomi (Rismawati, 2012). mengatur jarak kelahiran atau mengurangi jumlah kelahiran dengan

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN

Motivasi Ibu dalam Penggunaan KB IUD di Puskesmas Pakuan Baru Kota Jambi

Hubungan Lama Penggunaan Kontrasepsi Suntik 3 Bulan Dengan Kenaikan Berat Badan 1

Desi Andriani * Kaca Kunci : Pengetahuan, Pendidikan, AKDR. Daftar pustaka : 16 ( )

Hubungan Antara Paritas Ibu Dan Status Ekonomi Keluarga Dengan Pemakaian Kontrasepsi Suntik Di Rumah Bersalin Citra Palembang Tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. terhadap bayi premature (lahir muda) makin dapat diselamatkan dari kematian,

: LULUK ERDIKA GRESTASARI J

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI MKJP PADA PUS DI PUSKESMAS TEMBILAHAN HULU

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SUAMI DAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE (IUD)

HUBUNGAN KELOMPOK UMUR PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DENGAN PEMILIHAN JENIS ALAT KONTRASEPSI DI DESA PADAMUKTI KECAMATAN SOLOKANJERUK KABUPATEN BANDUNG

AKSEPTOR KB SUNTIK DENGAN PERUBAHAN BERAT BADAN DI KELURAHAN KARAMAT WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANG TENGAH KOTA SUKABUMI

ABSTRAK. Referensi : 16 buku ( ) + 7 kutipan dari internet Kata Kunci : Pengetahuan, tingkat ekonomi, pemilihan alat kontrasepsi..

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim Di Puskesmas Tatelu Kabupaten Minahasa Utara

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DENGAN SIKLUS HAID

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU MULTIPARA TENTANG KONTRASEPSI IUD DI DESA SIDAHARJA WILAYAH KERJA PUSKESMAS JATIBOGOR

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut World Population Data Sheet (2013) Indonesia merupakan urutan

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KB SUNTIK 3 BULAN DENGAN KEPATUHAN IBU MELAKUKAN KUNJUNGAN ULANG DI SIDOHARJO

Kustriyanti 1),Priharyanti Wulandari 2)

FAKTOR IBU YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAN IMPLANT (Studi pada akseptor KB Desa Arjasari, Kecamatan Leuwisari, Kabupaten Tasikmalaya 2014)

GAMBARAN UMUR DAN PARITAS AKSEPTOR KB TERHADAP PEMILIHAN KONTRASEPSI SUNTIK

BAB 1 PENDAHULUAN. pertahun (Badan Pusat Statistik, 2010).

HUBUNGAN PENDIDIKAN, PENGETAHUAN, USIA DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMILIHAN KONTRASEPSI IUD DI DESA TANGGAN GESI SRAGEN NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEIKUTSERTAAN SUAMI PADA PROGRAM KB VASEKTOMI DI WILAYAH KECAMATAN BANJARMASIN TIMUR

BAB 1 PENDAHULUAN. Juli 2013 mencapai 7,2 miliar jiwa, dan akan naik menjadi 8,1 miliar jiwa pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. adalah dampak dari meningkatnya angka kelahiran. Angka kelahiran dapat dilihat dari pencapaian tingkat fertilitas.

JURNAL ILMU KESEHATAN MASYARAKAT. VOLUME 5 Nomor 03 November 2014 Artikel Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduk maka semakin besar usaha yang dilakukan untuk. mempertahankan kesejahteraan rakyat. Ancaman terjadinya ledakan

BAB I PENDAHULUAN. India, Pakistan, Brazil, dan Nigeria yang memberikan kontribusi besar pada

Jl. Ki Ageng Selo no. 15 Pati ABSTRAK

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN IBU DALAM PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI METODE OPERASI WANITA (MOW) DI DESA JEPANG PAKIS

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kependudukan di Indonesia merupakan salah satu masalah

Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan Volume 14, Juli 2017

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMILIHAN KONTRASEPSI IUD PADA AKSEPTOR KONTRASEPSI IUD DI PUSKESMAS TEGALREJO TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI

GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR TENTANG AKDR DI PUSKESMAS CIKOLE PANDEGLANG 2012 JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan nasional (Prawirohardjo, 2007). Berdasarkan data

PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Starta I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD PADA AKSEPTOR KB DI DESA PULO ARA KECAMATAN KOTA JUANG KABUPATEN BIREUEN

GAMBARAN PERSEPSI SUAMI PASANGAN USIA SUBUR TENTANG KONTRASEPSI VASEKTOMI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KENDAL 01 KABUPATEN KENDAL

HUBUNGAN ANTARA LAMA PENGGUNAAN METODE KONTRASEPSI HORMONAL DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PARTISIPASI PRIA DALAM KELUARGA BERENCANA DI LINGKUNGAN IV KELURAHAN TELING ATAS KOTA MANADO

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP AKSEPTOR KB TERHADAP KONTRASEPSI METODE OPERASI WANITA (MOW) DI DESA BARON MAGETAN

PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI PADA PASANGAN USIA SUBUR USE OF CONTRACEPTION BY COUPLES OF CHILDBEARING AGE

I. PENDAHULUAN. metode kontrasepsi tersebut adalah Intra Uterine Device (IUD), implant, kondom, suntik, metode operatif untuk wanita (MOW), metode

Pengguna Kontrasepsi Hormonal Suntikan dengan Kenaikan I. PENDAHULUAN. kontrasepsi yang populer di Indonesia. adalah kontrasepsi suntik.

Rika herawati : Hubungan Berat Badan Ibu Dengan Pemakaian KB Hormonal Di Desa Pekan Tebih Wilayah Kerja Puskesmas Kepenuhan Hulu

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI SUAMI MENJADI AKSEPTOR KELUARGA BERENCANA (KB) DI DESA KEBET KECAMATAN BEBESEN KABUPATEN ACEH TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang relatif tinggi, penyebaran penduduk yang tidak merata, kualitas. penduduk yang harus ditingkatkan (Saifuddin, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. maka 10 tahun lagi Indonesia akan mengalami ledakan penduduk. wilayah terpadat ke dua se-diy setelah Sleman (BPS, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia karena masih dijumpainya penduduk yang sangat miskin, yang

Mitha Destyowati ABSTRAK

GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA CAKUPAN KB IUD DI DESA KEBONAGUNG KECAMATAN PAKISAJI KABUPATEN MALANG

IDENTIFIKASI SIKAP IBU USIA SUBUR TENTANG ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM DI RT 04 RW 07 KELURAHAN BALEARJOSARI KECAMATAN BLIMBING KOTA MALANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. petugas membantu dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD DI PUSKESMAS MERGANGSAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan masalah yang dihadapi bangsa Indonesia sekarang ini. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. (International Conference on Population and Development) tanggal 5 sampai

BAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk yang masih relatif tinggi. 1. Indonesia yang kini telah mencapai 237,6 juta hingga tahun 2010 menuntut

Oleh : Lia Natalia ABSTRAK

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperaatan. Disusun oleh : SUNARSIH J.

HUBUNGAN PEMBERIAN KONSELING OLEH BIDAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI IUD TERHADAP AKSEPTOR KB

BAB I PENDAHULUAN. adalah pengendalian tingkat kelahiran dan usaha penurunan tingkat

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-I Keperawatan. Disusun Oleh: YENI KURNIAWATI J.

BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Menurut Word Health Organisation (WHO) Expert Commite

BAB I PENDAHULUAN. Berencana Nasional tersebut dapat dilihat pada pelaksanaan Program Making

BAB I PENDAHULUAN. yang mendapat perhatian dan pembahasan yang serius dari ahli

BAB I PENDAHULUAN. jumlah anak dalam keluarga (WHO, 2009). Program KB tidak hanya

BAB 1 PENDAHULUAN. yang muncul di seluruh dunia, di samping isu tentang global warning, keterpurukan

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia (Cina, India, dan Amerika Serikat) dengan. 35 tahun (Hartanto, 2004).

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. Menurut dari hasil sensus penduduk tahun 2010 yang dilakukan oleh

PENGARUH PENGETAHUAN AKSEPTOR DENGAN PEMILIHAN KONTRASEPSI IMPLANT. Yunik Windarti

ABSTRAK. Kata kunci: pengalaman, seksual, vasektomi. Referensi (108: )

Transkripsi:

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DI PUSKESMAS PAAL X KOTA Dwi Haryanti Akademi Kebidanan Keluarga Bunda Korespondensi penulis: dwiharyanti.100187@gmail.com ABSTRAK Program KB yang berjalan sejak tahun 1970 belum memperlihatkan dampak bermakna terhadap penurunan pertumbuhan penduduk. Hal ini disebabkan karena sebagian ibu-ibu mengeluh tidak mau mengikuti program KB karena mengeluarkan biaya yang cukup mahal. Adapun cara penanggulangannya yang sudah dilakukan yaitu dengan cara memberikan pelayanan kontrasepsi gratis kepada masyarakat miskin melalui puskesmas maupun klinik, hal tersebut dilakukan guna mengurangi kepadatan penduduk di Indonesia. Penggunaan Kontrasepsi cenderung meningkat sejalan dengan meningkatnya umur, mencapai puncak pada kelompok umur (20-34) dan kembali turun setelahnya. Sampel dalam penelitian ini menggunakan total Sampel dengan teknik accidental sampling, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemakaian alat kontrasepsi suntik di puskesmas Paal X Kota Jambi. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian adalah seluruh akseptor KB suntik di puskesmas Paal X Kota Jambi berjumlah 65 Orang. Sampel dalam penelitian ini menggunakan total sampel dengan teknik accidental sampling. Analisa data yang di gunakan adalah analisa univariat dan bivariat. Hasil analisis univariat dari 65 responden di dapatkan (64,6%) responden memiliki umur beresiko tinggi, (73,8%) responden paritasnya tinggi, (78,5%) responden berpendidikan tinggi, (61,5%) responden memiliki pengetahuan baik. Sedangkan hasil analisis bivariat menunjukan bahwa ada hubungan antara umur dengan pemakaian kontrasepsi suntik dengan P value 0,006 < 0,05, Paritas dengan pemakaian kontrasepsi suntik dengan P value 0,004 < 0,05, Pendidikan dengan pemakaian kontrasepsi suntik P value 0,002 < 0,05, Pengetahuan dengan pemakain kontrasepsi suntik P value 0,019 < 0,05. Disimpulkan bahwa ada hubungan antara umur paritas, pendidikan dan pengetahuan dengan pemakaian alat kontrasepsi suntik di puskesmas Paal X Kota Jambi tahun 2013. Kata kunci : Umur,Paritas,Pendidikan,Pengetahuan dan Kontrasepsi Suntik. ABSTRACT KB programs science 1970 was still not showed yet important effect to decreased of inhabitant of development. It was caused that parts of mothers want not followed Kb programs because so expensive. The solution was gave free services KB to the poor society through Puskesmas or clinic, it was due to decreased of inhabitant compacted in Indonesia. The using of KB increased incompliance of ages categories (20-34) and decreased after that. The sample in this research was used total sampling by technique accidental sampling. The purposes of this research was to know The factors that related with the using of KB (Inject) in Puskesmas Paal X Kota Jambi 2013. This research was analytic research by cross sectional approach. The population in this research was all of acceptor KB (inject) in Puskesmas Paal X Kota Jambi consists of 65 mothers. The sample in this research was used total sampling by technique accidental sampling. To analysis data was used unvaried and bivaried analyze. The result of unvaried analysis from 65 mothers was (64,6%) respondent have high risk ages, (78,3) the high verities, (78,5) high education, (61,5) good knowledge. While bivariat score showed that there was any significant relationship between ages and the using of KB (inject) by P value 0,006 < 0,005, verities by using inject was P value 0,004 < 0,005, education by using inject contraception was P value 0,002 < 0,005, knowledge by using inject contraception was P value 0,009 < 0,005. It can be concluded that there was any relationship between ages verities, education and knowledge by using KB (Inject) in Puskesmas Paal X Kota Jambi 2013. Keywords: Ages, Verities, Education, Knowledge and Inject Contraception. 82

PENDAHULUAN Ledakan penduduk di setiap negara tampaknya sudah tidak bisa dielakkan lagi. Meski selalu menjadi keprihatinan para pakar kependudukan, tapi kenyataannya jumlah penduduk di dunia terus bertambah. Semakin hari, jumlah manusia di dunia semakin bertambah. Angka kelahiran selalu lebih besar dibandingkan dengan angka kematian. Menurut catatan Geohive, sebuah situs statistik kependudukan dunia jumlah penduduk yang menghuni permukaan dunia hingga 30 Januari 2007 mencapai 6.647.186.407 jiwa. (BKKBN, 2005) Kontrasepsi adalah usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan, usaha-usaha itu dapat bersifat sementara, dapat juga bersifat permanen, yang bersifat permanen ini dinamakan pada wanita tubektomi dan ada pria vasektomi (Prawirohardjo, 2005). Menurut World Health Organization (WHO) Keluarga Berencana (KB) adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan dan mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan suami istri (Suparyanto, 2010). Menurut United National Found Population (UNFPA) pada tahun 1989, penduduk dunia telah mencapai 5,2 milyar kemudian tiap tahunnya meningkat lebih dari 90 juta jiwa. Oleh karena itu, diperlukan cara penanggulangannya yang 1 sekarang dikenal dengan Keluarga Berencana (Sarwono, 2007). Di Amerika Serikat metode kontrasepsi suntik telah disetujui untuk digunakan pada akhir tahun 1992. Metode kontrasepsi yang disuntikan, Depot Medroksi Progesteron Asetat (DMPA) juga telah digunakan di seluruh dunia selama lebih dari 20 tahun. Kontrasepsi jenis hormonal ini memberikan perlindungan selama tiga bulan. Wanita yang memakai kontrasepsi suntik di Amerika sebanyak 5.178 akseptor. Pada awal bulan di Amerika Serikat pemakaian KB suntik hanya 57% namun di bulan ketiga pemakai KB suntik meningkat menjadi 63% dan mereka melanjutnya untuk menerima suntikan yang berikutnya sebesar 75 80% pemakai KB suntik (Hidayat, 2009). Secara keseluruhan pemakaian kontrasepsi jauh lebih tinggi di negara maju dibandingkan dengan negara berkembang (70% berbanding 40%). Negara maju terutama menggunakan kontrasepsi obat, kondom, misalnya pada metode sawar vagina dan keluarga berencana alami dibandingkan dengan negara-negara berkembang yang lebih mengandalkan sterilisasi wanita dan AKDR (Hartanto, 2006). Indonesia juga tidak luput dari masalah kependudukan secara garis besar diperkirakan sekitar 224,9 juta dan merupakan keempat terbanyak di dunia, penggunaan pil menurun dari 17% pada tahun 1991 menjadi 10,1 pada tahun 2007. Pada tahun 2009 kontrasepsi yang sedang digunakan yaitu masing-masing sebesar KB suntik 50,2% dan KB pil 2,8% masih banyak diminati sebagai alat KB oleh pasngan usia subur (BKKBN, 2009). Menurut Kepala Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan (BKBPP), program KB yang berjalan sejak tahun 1970 belum memperlihatkan dampak bermakna terhadap penurunan pertumbuhan penduduk. Hal ini disebabkan karena sebagian ibu-ibu mengeluh tidak mau mengikuti program KB karena mengeluarkan biaya yang cukup mahal. Adapun cara penanggulangannya yang sudah dilakukan oleh Kepala BKBPP yaitu dengan cara memberikan pelayanan kontrasepsi gratis kepada masyarakat miskin melalui puskesmas maupun klinik, hal tersebut dilakukan guna mengurangi kepadatan penduduk di Indonesia ((BKKBN, 2009). Oleh karena itu peran bidan dalam pelayanan program KB sangat dibutuhkan yaitu salah satunya melakukan penyuluhan tentang program KB sehingga memotivasi masyarakat untuk ikut ber-kb. Hal tersebut dilakukan untuk mengurangi terjadinya kepadatan penduduk yang diakibatkan kelahiran yang cukup tinggi. Tidak cukup disitu saja bidan harus bisa 83

melakukan konseling yang baik dalam pemberian pelayanan kontrasepsi, dalam hal ini berarti petugas membantu klien dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang sesuai dengan pilihan sehingga klien merasa lebih puas serta akan membantu klien dalam menggunakan kontrasepsinya lebih lama sehingga dapat meningkatkan keberhasilan program KB (Saifuddin, 2008). Menurut hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 saat ini menyebutkan sebanyak 39% wanita Indonesia usia produktif yang tidak menggunakan kontrasepsi dengan jumlah 40% di pedesaan dan 37% di perkotaan. Dari 61,4% pengguna metode kontrasepsi di Indonesia sebanyak 31,6 menggunakan suntik sedangkan yang memakai pil hanya 13,2 %, memakai Intra Uterine Device (IUD) atau spiral 4,8%, implant 2,8% dan kondom 1,3 %, sisanya vasektomi dan tubektomi (Saryono, 2010). Di Provinsi Jambi kini menduduki peringkat ke-12 dari 32 provinsi di Indonesia dalam menekan angka kelahiran di setiap tahunnya. Setidaknya kedepan Jambi mampu menduduki peringkat ke enam untuk skala nasional. Hal itu bertujuan untuk membantu meningkatkan ranking Indonesia yang kini menduduki peringkat 107 dunia dalam menekan angka kelahiran. Untuk METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan suatu penelitian analitik dengan pendekatan Cross Cestional yang bertujuan untuk mengetahui Faktor-Faktor yang berhubungan dengan pemakaian alat kontrasepsi suntik di Puskesmas Paal X Kota Jambi Tahun 2013 (Notoatmodjo, 2005). Populasi dalam penelitian adalah mewujudkan hal tersebut, Pemprov Jambi melalui Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) akan menggalakkan lagi program KB di lapangan (BKKBN, 2009). Berdasarkan data yang ada pada Puskesmas Paal X Kota Jambi Tahun 2011, dari jumlah pasangan usia subur yang ada di wilayah kerja Puskesmas Jambi tersebut akseptor KB aktif yang mendapatkan pelayanan KB di Puskesmas Jambi terdapat akseptor KB suntik sebesar (69,95%), pil (22%), kondom (8,9%), implant (1,15%). Tahun 2012 bahwa dari 50 responden ibu yang memakai kontrasepsi suntik sebanyak 40 responden (75%), sedangkan yang memakai kontrasepsi selain suntik sebanyak 10 responden (25%). Penggunaan kontrasepsi cenderung meningkat sejalan dengan meningkatnya umur, mencapai puncak pada kelompok umur (20-34) dan kembali turun setelahnya. Penurunan penggunaan pada umur setelah 35 tahun disebabkan oleh frekuensi kumpul yang semakin berkurang efektivitas alat sudah habis dan tidak memasang kembali (Tukiran, 2010). Beberapa faktor yang berhubungan dengan penggunaan kontrasepsi suntik antara lain umur, pendidikan, pengetahuan, paritas, sumber informasi, dukungan keluarga dan sosial budaya. (BKKBN,2003). seluruh akseptor KB suntik di pukermas Paal X Kota Jambi berjumlah 65 Orang. Sampel dalam penelitian ini mengunakan total sampel dengan teknik Accidental Sampling Analisa data yang di gunakan adalah analisa univariat dan bivariat 84

HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1. Distribusi Frekuensi Faktor umur dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi Suntik di Puskesmas Paal X Kota Jambi Tahun 2013 Umur Ya Tidak Beresiko Tinggi 35 83,3 7 16,7 42 100 Beresiko 5,455 0,006 Rendah 11 47,8 12 52,2 23 100 Diketahui bahwa dari 42 responden dengan umur beresiko tinggi yang memakai kontrasepsi suntik berjumlah 35 orang (83,3) Berdasarkan hasil uji statistik Chi-Square dengan nilai p value = 0,006 < 0,05 hal ini menunjukan bahwa ada hubungan antara umur dengan pemakaian kontrasepsi suntik sehingga dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara umur dengan pemakaian kontrasepsi suntik terbukti secara statistik. Menurut Maryani (2007) Pengaruh umur terhadap pemakaian kontrasepsi suntik untuk kelompok umur, pada wanita yang berusia antara 20-30 tahun pada usia ini merupakan fase untuk menjarangkan kehamilan dibutuhkan suatu alat kontrasepsi yang mempunyai daya kerja lama dan salah satunya kontrasepsi suntik karena seorang wanita yang telah mengakhiri pemakaian kontrasepsi suntik yang lebih dari 60 % sudah hamil dalam waktu 1 tahun dan 90 % dalam waktu 2 tahun, cenderung lebih banyak memakai kontrasepsi suntik dari wanita umur 20 24 tahun. Tabel 2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Faktor Paritas Dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi Suntik Di Puskesmas Paal X Kota jambi Tahun 2013 Paritas Ya Tidak Tinggi 39 81,3 9 18,8 48 100 6,190 0,004 Rendah 7 41,2 10 58,2 17 100 Di Ketahui bahwa dari 48 responden dengan paritas tinggi yang memakai kontrasepsi suntik berjumlah 39 orang (81,3) Berdasarkan hasil uji statistik Chi- Square dengan nilai p value = 0,004 < 0,05 maka ada hubungan yang signifikan antara paritas dengan pemakaian alat kontrasepsi suntik dipuskesmas Paal X Kota jambi tahun 2013. Menurut Wiknjosastro (2006) Semakin banyak jumlah PUS (Pasangan Usia Subur) terhadap jumlah paritas,maka peluang banyak anak yang dilahirkan juga banyak sehingga di arahkan pada upaya penjarangan kehamilan bagi yang sudah mempunyai satu anak dengan maksud untuk memperoleh cukup waktu bagi ibu dalam memulihkan kondisi kesehatan setelah melahirkan anak pertama sebelum kehamilan berikutnya,serta diarahkan pada penggunaan alat kontrasepsi suntik yang tingkat kelangsungannya tinggi.pada PUS yang mempunyai 2 anak atau lebih harus diarahkan untuk mengakhiri 85

kehamilannya dengan menggunakan kontrasepsi yang tepat menjamin tidak akan terjadi kehamilan lagi. Tabel 3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Faktor Pendidikan Dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi Suntik Di Puskesmas Paal X Kota jambi Tahun 2013 Pendidikan Ya Tidak Tinggi 41 80,4 10 19,6 51 100 7,380 0,002 Rendah 5 35,7 9 64,3 14 100 Di Ketahui bahwa dari 51 responden dengan pendidikan tinggi yang memakai kontrasepsi suntik berjumlah 41 orang (80,4 Berdasarkan hasil uji statistik Chi- Square nilai p value = 0,002 < 0,05 maka ada hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan pemakaian alat kontrasepsi suntik dipuskesmas Paal X Kota jambi tahun 2013. Menurut Soeradji, (2006) Pendidikan mempunyai pengaruh positif terhadap tingkat pemakaian kontrasepsi. Sehubungan dengan intensitas informasi yang mereka terima dan kebutuhan untuk menunda atau membatasi jumlah anak. Wanita berpendidikan mempunyai wawasan yang luas tentang Program Keluarga Berencana. tingkat pendidikan mempunyai pengaruh positif secara signifikasi terhadap pemakaian kontrasepsi. Tabel 4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Faktor Pendidikan Dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi Suntik Di Puskesmas Paal X Kota Jambi Tahun 2013 Pengetahuan Ya Tidak Baik 33 82,5 7 17,5 40 100 4,352 0,019 Kurang 13 52 12 48 25 100 Di Ketahui bahwa dari 40 responden dengan pengetahuan baik yang memakai kontrasepsi suntik berjumlah 33 orang (82,5). Berdasarkan hasil uji statistik Chi-Square nilai p value = 0,019 < 0,05 maka ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan pemakaian alat kontrasepsi suntik dipuskesmas Paal X Kota jambi tahun 2013. Pengetahuan adalah merupakan hasil "tahu" dan ini terjadi setelah orarg melakukan penginderaan terhadap suatu proyek tertentu, penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yakni penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga Notoatmodjo (2005). Menurut peneliti dalam meningkatkan pengetahuan ini bias melalui penyuluhan secara langsung dan dapat melaui penyuluhan secara tidak langsung yaitu melalui poster dan liflet. 86

SIMPULAN Umur beresiko tinggi, (73,8%) responden paritasnya tinggi, (78,5%) responden berpendidikan tinggi, (61,5%) responden memiliki pengetahuan baik. Sedangkan hasil analisis bivariat menunjukan bahwa ada hubungan antara umur dengan pemakaian kontrasepsi suntik dengan P value 0,006 < 0,05, paritas dengan pemakaian kontrasepsi suntik dengan P value 0,004 < 0,05, pendidikan dengan pemakaian kontrasepsi suntik P value 0,002 < 0,05, pengetahuan dengan pemakain kontrasepsi suntik P value 0,019 < 0,05. DAFTAR PUSTAKA A,Aziz,Alimul,Hidayat.2009. Metode Penelitian Kebidanan teknik Analisis Data.Medika Salemba.Jakarta : Indonesia BKKBN. 2009. Jumlah Peserta KB aktif. http://bkkbn.go.id diakses tanggal 20 September 2013 BKKBN, 2005. Gerakan KB, http://bkkbn.go.id diakses tanggal 20 September 2013 Hartanto, Hanafi. 2006. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Sinar Harapan. Maryani, Herti. (2007). Cara Tepat Memilih Alat Kontrasepsi Keluarga Berencana bagi Wanita Puslitbang Pelayanan dan Teknologi Kesehatan, Depkes RI. Notoatmodjo, 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta. Prawirohardjo. (2005). Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Abdul Bari, Saifuddin. 2008. Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta : Bina Pustaka. Sarwono Prawirohajo, 2007. Buku Panduan Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Tridasa Printer Saryono. 2010. Asuhan Kebidanan 1 (Kehamilan). Yogyakarta : Nuha Medika. Suparyanto. (2010). Konsep Kepatuhan. http://www.drsuparyanto.blogspot.com/ diakses tanggal 24 November 2013 Tukiran, Agus Joko Pitoyo, Pande Made Kutanegara. 2010. Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Wiknjosastro, 2006. Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo Jakarta. 87