POTENSI DAUN SERAI UNTUK MENGENDALIKAN HAMA Callosobruchus analis F. PADA KEDELAI DALAM SIMPANAN

dokumen-dokumen yang mirip
Oleh Yos Wahyu Harinta Fakultas Pertanian, Universitas Veteran Bangun Nusantara, Jl.Letjen Sujono Humardani No.1,Sukoharjo

AGROVIGOR VOLUME 6 NO. 2 SEPTEMBER 2013 ISSN

Oleh: Herminanto Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Unsoed Purwokerto (Diterima: 4 Nopember 2004, disetujui: 9 Desember 2004)

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. daerah tropika. Tumbuhan yang termasuk suku polong-polongan ini memiliki

J. Agrisains 10 (1) : 28-34, April 2009 ISSN :

PENGARUH INSEKTISIDA BOTANI BERBENTUK SERBUK BIJI TERHADAP HAMA KUMBANG Callosobruchus chinensis L. (Coleoptera: Bruchidae) PADA BENIH KACANG HIJAU

EFEKTIVITAS BEBERAPA INSEKTISIDA NABATI TERHADAP PERKEMBANGAN POPULASI HAMA Sitophilus oryzae L. PADA SIMPANAN BERAS

THE EFFECT OF WEED CONTROL AND SOIL TILLAGE SYSTEM ON GROWTH AND YIELD OF SOYBEAN (Glycine max L.)

Jurnal Agroekoteknologi. E-ISSN No Vol.4. No.3, Juni (595) :

PENGARUH KERAPATAN DAN KEDALAMAN TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG HIJAU (Vigna radiata L.)

PENGARUH PENGAPURAN DAN PEMBERIAN PUPUK FOSFOR DENGAN DOSIS YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L) Merril

BEBERAPA ASPEK BlOLOGl. PADA TlGA VARIETAS KEDELAI

LIA RAMDEUNIA. Aktivitas Ekstrak Daun, Ranting dan Biji Suren (Toona sureni

PENGARUH PENGGUNAAN PUPUK KANDANG DAN NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG TANAH

PENGENDALIAN HAMA BUBUK KEDELAI (Callosobruchus analis F.) DENGAN BIJI SIRSAK (Annona muricata)

Aplikasi Pupuk Kandang dan Pupuk SP-36 Untuk Meningkatkan Unsur Hara P Dan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) di Tanah Inceptisol Kwala Bekala

PENGARUH KEMATANGAN BENIH TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT BEBERAPA VARIETAS KEDELAI (Glycine max (L).Merrill)

RESPONS TANAMAN KEDELAI TERHADAP PEMBERIAN PUPUK FOSFOR DAN PUPUK HIJAU PAITAN

Pengaruh Populasi Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) dan Jagung (Zea mays L.) terhadap Pertumbuhan dan Produksi Pada Sistem Pola Tumpang Sari

Potential Rhizobium and Urea Fertilizer to Soybean Production (Glycine max L.) on The Former Rice Field

UJI BEBERAPA INSEKTISIDA NABATI TERHADAP PENGENDALIAN KUMBANG BERAS (Sitophylus oryzae) (Coeloptera: Curculionidae) DI LABORATORIUM SKRIPSI

SKRIPSI OLEH : SITI HARDIANTI WAHYUNI / HPT

DENGAN MENGGUNAKAN DAUN SIRSAK

PENGARUH PUPUK KANDANG KELINCI DAN PUPUK UREA TERHADAP KETERSEDIAAN N TOTAL PADAPERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG

Pengaruh Beauveria bassiana terhadap Mortalitas Semut Rangrang Oecophylla smaragdina (F.) (Hymenoptera: Formicidae)

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hama Jurusan Proteksi Tanaman

PENGARUH EKSTRAK-METANOL DAUN SIRSAK (Annona muricata Linn.) TERHADAP DAYA TETAS TELUR, MORTALITAS DAN PERKEMBANGAN LARVA Aedes aegypti Linn.

E-JURNAL ARSITEKTUR LANSEKAP ISSN: VOL. 3, NO. 1, APRIL 2017

BAB III METODE PENELITIAN. Laboratorium Entomologi Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat (BALITTAS) Karangploso,

PENGARUH DOSIS PUPUK ANORGANIK NPK MUTIARA DAN CARA APLIKASI PEMUPUKAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN MENTIMUN

RESPONS JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK ORGANIK GRANUL YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG MANIS

PENGARUH JARAK TANAM DAN POSISI RUAS STEK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL RUMPUT GAJAH (Pennisetum purpureum) SKRIPSI

DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011

BAB I PENDAHULUAN. mudah ditembus oleh alat-alat pertanian dan hama atau penyakit tanaman

PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PAKCOY (Brassica rapa L.) DENGAN PEMBERIAN DUA JENIS PUPUK KANDANG PADA DUA KALI PENANAMAN

PERTUMBUHAN TANAMAN PAKCOY (Brassica rapa L.) PADA PANEN PERTAMA DAN KEDUA DENGAN PEMBERIAN BOKASHI DAN KOMPOS TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT

THE INFLUENCE OF N, P, K FERTILIZER, AZOLLA (Azolla pinnata) AND PISTIA (Pistia stratiotes) ON THE GROWTH AND YIELD OF RICE (Oryza sativa)

PENGARUH PEMBERIAN NAA DAN KINETIN TERHADAP PERTUMBUHAN EKSPLAN BUAH NAGA (Hylocereus costaricensis) MELALUI TEKNIK KULTUR JARINGAN SECARA IN VITRO

EFEKTIVITAS EKSTRAK BAWANG PUTIH UNTUK PENGENDALIAN HAMA KROP KUBIS (Crocidolomia pavonana)

STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013

Afriansyah Nugraha*, Yuli Andriani**, Yuniar Mulyani**

PENGENDALIAN HAMA WERENG COKELAT (Nilaparvata lugens) YANG MENYERANG TANAMAN PADI (Oryza sativa) DENGAN MINYAK SERAI WANGI DAN MINYAK DAUN CENGKEH

PENGARUH BOBOT MULSA JERAMI PADI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) KULTIVAR KUTILANG

PENGARUH INOKULASI Rhizobium japonicum TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KULTIVAR KEDELAI DI LAHAN PASIR PANTAI

PENGARUH PEMBERIAN NAA DAN KINETIN TERHADAP PERTUMBUHAN EKSPLAN BUAH NAGA (Hylocereus costaricensis) MELALUI TEKNIK KULTUR JARINGAN SECARA IN VITRO

AGROVIGOR VOLUME 9 NO. 2 SEPTEMBER 2016 ISSN

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan September 2012

APLIKASI BEBERAPA PENGENDALIAN TERHADAP LALAT BIBIT (Ophiomya phaseoli Tryon) DI TANAMAN KEDELAI. Moh. Wildan Jadmiko, Suharto, dan Muhardiansyah

BAB I PENDAHULUAN. penyediaan bahan pangan pokok terutama ketergantungan masyarakat yang besar

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMANFAATAN DAUN JERUK NIPIS

UJI EFEKTIVITAS PESTISIDA NABATI BINTARO (Cerbera manghas) TERHADAP HAMA ULAT GRAYAK (Spodoptera litura) PADA TANAMAN KEDELAI

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max L.Mer) merupakan salah satu komoditi pangan

Efektifitas Kemasan dan Suhu Ruang Simpan terhadap Daya Simpan Benih Kedelai (Glycine max (L.) Meirril)

Vol 2 No. 1 Januari - Maret 2013 ISSN :

PENGARUH BENTUK DAN KETINGGIAN PERANGKAP STICKY TRAP KUNING TERHADAP LALAT BUAH

BAB I PENDAHULUAN. diolah menjadi makanan seperti kue, camilan, dan minyak goreng. kacang tanah dari Negara lain (BPS, 2012).

The effectiveness of soursop seed (Annona muricata L.) agains Callosobruchus maculatus F. (Coleoptera: Bruchidae)

TOKSISITAS FRAKSI EKSTRAK METANOL BIJI Barringtonia asiatica L. (KURZ.) (LECYTHIDACEAE) TERHADAP LARVA Spodoptera litura F. (LEPIDOPTERA: NOCTUIDAE)

DAYA REPELEN MINYAK ATSIRI SEREH WANGI

BAHAN METODE PENELITIAN

PENGGUNAAN BEAUVERIA BASSIANA DAN BACILLUS THURINGIENSIS UNTUK MENGGENDALIKAN Plutella xylostella L. (Lepidoptera: Plutellidae) DI LABORATORIUM

UJI EFISIENSI PUPUK MAJEMUK DAN PUPUK TUNGGAL TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TERUNG (Solanum melongena, L) PADA TANAH GAMBUT DAN MINERAL

PENGARUH PERANGKAP WARNA BERPEREKAT DAN AROMA REMPAH UNTUK MENGENDALIKAN HAMA GUDANG

PENGARUH KOMBINASI DOSIS PUPUK ORGANIK DAN ANORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG TANAH

1 Muhammad Syaifullah Hiola, , Rida Iswati, Fahria Datau, Jurusan Agroteknologi. Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Biologi Sitophilus oryzae L. (Coleoptera: Curculionidae)

RINGKASAN. Pembimbing Utama : Dr. Ir. Nahrowi, M.Sc. Pembimbing Anggota : Dr. Ir. Muhammad Ridla, M.Agr.

Pengaruh Campuran Media Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kubis Bunga (Brassica oleracea L.)

I. PENDAHULUAN. Kepik hijau (Nezara viridula L.) merupakan salah satu hama penting pengisap

PENGARUH PENGEMBALIAN BERBAGAI BIOMASSA TANAMAN TERHADAP SERANGAN HAMA PENGGEREK BATANG KEDELAI Agromyza sojae Zehntn

Serangan Lalat Batang Melanagromyza sojae (Zehnter) (Diptera: Agromyzidae) pada Tanaman Kedelai

PENGARUH DOSIS BOKASHI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TIGA VARIETAS PADI. The Effect of Bokashi Dosages on Growth and Yield of Three Varieties of Rice

Adne Yudansha, Toto Himawan dan Ludji Pantja Astuti

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAWI ( Brassica juncea L ) TERHADAP PEMBERIAN URINE KELINCI DAN PUPUK GUANO

UJI EFEKTIFITAS EKSTRAK NIKOTIN FORMULA 1 (PELARUT ETHER) TERHADAP MORTALITAS Aphis gossypii (HOMOPTERA; APHIDIDAE)

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN DAN INVIGORASI TERHADAP VIABILITAS BENIH KAKAO (Theobromacacao L.)

PUPUK ORGANIK CAIR DAN PUPUK KANDANG AYAM BERPENGARUH KEPADA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI ( Glycine max L. )

PENGARUH DOSIS PUPUK MAJEMUK NPK DAN PUPUK PELENGKAP PLANT CATALYST TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI (Glycine max (L.

UJI EFEKTIFITAS BEBERAPA ENTOMOPATOGEN PADA LARVA Oryctes rhinoceros L. (Coleoptera: Scarabaeidae) DI LABORATORIUM SKRIPSI. Oleh :

PENGARUH POPULASI HAMA KUTU PUTIH

USAHA PERBAIKAN PASCAPANEN SEBAGAI TEKNOLOGI ALTERNATIF DALAM RANGKA PENGELOLAAN HAMA KUMBANG BUBUK PADA JAGUNG DAN SORGUM

PEMBERIAN KAPUR CaCO 3 DAN PUPUK KCl DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN SERTA SERAPAN K DAN Ca TANAMAN KEDELAI SKRIPSI OLEH:

PENGARUH DOSIS PUPUK HIJAU DAUN GAMAL (Gliricidia sepium) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.)

Pengaruh BAP ( 6-Benzylaminopurine ) dan Pupuk Nitrogen terhadap Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.)

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

PENGARUH EKSTRAK ETANOL CABAI MERAH

RESPOMS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAAWI (Brassica Juncea. L) TERHADAP INTERVAL PENYIRAMAN DAN KONSENTRASILARUTAN PUPUK NPK SECARA HIDROPONIK

PENGARUH KOMPOSISI MEDIA TANAM PADA TEKNIK BUD CHIP TIGA VARIETAS TEBU (Saccharum officinarum L.)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. sirih hijau (Piper betle L.) sebagai pengendali hama Plutella xylostella tanaman

PEMANFAATAN LIMBAH BATANG TEMBAKAU UNTUK PENGENDALIAN HAMA ULAT GRAYAK (Spodoptera litura F.)

PENDAHULUAN. manusia. Di negara-negara Asia yang penduduknya padat, khususnya Bangladesh,

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

KACANG HIJAU. 16 Hasil Utama Penelitian Tahun 2013 PERBAIKAN GENETIK

SKRIPSI PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT

J. Tek. Ling Vol.11 No.1 Hal Jakarta, Januari 2010 ISSN X

PENGARUH DOSIS PUPUK MAJEMUK DAN KETINGGIAN PERMUKAAN MEDIA HIDROPONIK SISTEM DRIP TERHADAP HASIL DAN KANDUNGAN NUTRISI RUMPUT GAJAH SKRIPSI

SKRIPSI : GRANDY BASAROJI NPM JURUSAN AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ISLAM KADIRI KEDIRI

Program Studi Entomologi, Pasca Sarjana Universitas Sam Ratulangi, Kampus UNSRAT Manado * korespondensi:

Transkripsi:

AGROVIGOR VOLUME 3 NO. 1 MARET 2010 ISSN 1979 5777 19 POTENSI DAUN SERAI UNTUK MENGENDALIKAN HAMA Callosobruchus analis F. PADA KEDELAI DALAM SIMPANAN Herminanto, Nurtiati, dan D. M. Kristianti Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman, e-mail: hermin06@gmail.com ABSTRACT A research has been conducted to know: effects of citronella leaf and serai leaf ash to mortality, numbers of eggs and adults of C. analis emerged on stored soybean seeds; damage and weight reduction of stored soybean seeds attacked by C. analis; and effective doses of the citronella leaves and leaf ash for controlling the pest. The research was carried out in the Laboratory of Plant Pest Faculty of Agriculture Jenderal Soedirman University for four months. It used a factorial randomized complete block design with three replicates. The first factor was citronella leaf doses (control, 2 g/500 g, 4 g/500 g, and 6 g/500 g of soybean seeds). The second one was doses of citronella leaf ash (control, 0.3 g/500 g, and 0.6 g/500 g of soybean seeds). Results of the research performed that combined treatments in the highest leaf and leaf ash doses could increase the mortality of the C. analis adults until 98.99%. Such combined doses were also able to suppress deposited eggs and adult emergence. The highest doses of the citronella leaf and leaf ash in combination decreased seed damage (9.56%) and seed weight reduction (2.4%) of soybean. Effective doses of the citronella leaf and leaf ash for controlling the pest were 6 g/500 g and 0.6 g/500 g of soybean seeds. ABSTRAK Penelitian telah dilakukan untuk mengetahui: pengaruh dosis bahan nabati daun dan abu daun serai terhadap mortalitas, jumlah telur dan imago muncul C. analis pada kedelai dalam simpanan; kerusakan dan penyusutan bobot biji kedelai dalam simpanan akibat serangan C. analis, serta kebutuhan bahan nabati daun dan abu daun serai yang efektif untuk mengendalikan hama tersebut. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Hama Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas jenderal Soedirman, selama empat bulan. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok faktorian dengan tiga ulangan. Faktor pertama adalah dosis daun serai (kontrol, 2 g/500 g, 4 g/500 g, dan 6 g/500 g biji kedelai), faktor kedua adalah dosis abu daun serai (kontrol, 0,3 g/500 g, dan 0,6 g/500 g biji kedelai). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi dosis daun serai dan abu daun serai tertinggi mampu meningkatkan mortalitas imago C. analis sampai 98,99%. Daun dan abu daun serai dapat menekan jumlah telur yang diletakkan dan jumlah kumbang yang muncul. Kombinasi dosis tertinggi bahan nabati ini menurunkan kerusakan biji (9,56%) dan susut bobot biji kedelai (2,4%). Dosis efektif untuk mengendalikan hama C. analis adalah daun serai 6 g/500 g dan 0,6 g/500 g biji kedelai. PENDAHULUAN Kedelai merupakan komoditas penting di Indonesia, digunakan sebagai bahan pangan yang banyak mengandung protein, dan berguna sebagai bahan baku industri dan bahan pakan ternak. Menurut Badan Pusat Statistik (2010), produksi kedelai nasional mengalami kenaikan dalam, tahun 2008 kenaikan mencapai 183.176 (30,91%) dan tahun 2009 kenaikan mencapai 148.801 ton (19,18%) (Tabel 1).

20 Herminanto, Nurtiati, dan DM Kristianti : Potensi daun serai untuk mengendalikan hama Tabel 1. Luas panen, produktivitas, dan produksi kedelai naional Tahun Luas panen (ha) Produktivitas (ton/ha) Produksi (ton) 2007 2008 2009 459.116 590.956 701.392 1,29 1,31 1,32 592.534 775.710 924.511 Peningkatan produksi kedelai dapat terhambat oleh adanya serangan hama baik masih di pertanaman maupun dalam simpanan/gudang. Salah satu hama gudang yang menyerang kedelai dalam simpanan yaitu Callosobruchus analis F. Kerusakan biji kedelai akibat serangan C. analis dapat mencapai 79-98 % yang berarti dapat menimbulkan kerugian yang cukup besar (Suyono,1988). Oleh karena itu, perlu dilakukan tindakan pengendalian yang tepat sekaligus aman terhadap lingkungan, mengingat penggunaan pestisida kimia diketahui telah menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan. Pemanfaatan pestisida nabati menjadi salah satu alternatif pengendalian hama yang relatif aman karena tidak mencemari lingkungan, mudah diperoleh dan mudah digunakan sebagai bahan pengendali (Untung, 2006). Serai (Cymbopogon nardus L.) mempunyai kemampuan bioaktivitas terhadap serangga yang dapat mengusir, mencegah atau membunuh serangga, sehingga diharapkan dapat berfungsi sebagai pestisida nabati. Kemampuan itu dimiliki karena tumbuhan tersebut mengandung minyak atsiri (Guenther, 1990). Minyak atsiri mengandung senyawa yang bersifat racun terhadap serangga yaitu senyawa geraniol, limonen, sitral, dan sitronelal. Menurut Kardinan (2001), abu daun serai mengandung silika (SiO 2 ) yang bersifat sebagai penyebab dehidrasi pada tubuh serangga. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) mengetahui pengaruh penggunaan dosis bahan nabati daun dan abu daun serai terhadap mortalitas C. analis pada kedelai dalam simpanan, 2) mengetahui dosis bahan nabati daun dan abu daun yang mampu menekan jumlah telur dan jumlah imago C. analis yang muncul pada kedelai dalam simpanan, 3) mengetahui pengaruh penggunaan dosis bahan nabati daun dan abu daun serai terhadap kerusakan dan penyusutan bobot biji kedelai dalam simpanan akibat serangan C. analis, 4) mengetahui kebutuhan bahan nabati daun dan abu daun serai yang efektif untuk mengendalikan hama C. analis pada kedelai dalam simpanan. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hama Tumbuhan, Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, selama empat bulan. Bahan yang digunakan adalah kedelai varietas Lokal Hitam, serangga hama kumbang bubuk kedelai (C. analis), daun dan abu daun serai (C. nardus). Alat yang digunakan meliputi aspirator, hand counter, saringan hama 8 mesh, timbangan analitik, stoples dan kain kasa. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan dua faktor dan tiga ulangan. Faktor yang dicoba adalah : 1) Daun serai (D) yang meliputi D 0 = kontrol, D 1 = daun serai dengan dosis 2 g/500 g biji kedelai, D 2 = daun serai dengan dosis 4 g/500 g, D 3 = daun serai dengan dosis 6 g/500 g, 2) Abu daun serai (A) yang meliputi A 0 = kontrol, A 1 = abu daun serai dengan dosis 0,3 g/500 g, A 2 = abu daun serai dengan dosis 0,6 g/500 g. Variabel yang diamati meliputi mortalitas C. analis, jumlah telur C.

Herminanto, Nurtiati, dan DM Kristianti : Potensi daun serai untuk mengendalikan hama 21 analis jumlah imago C. analis yang muncul, kerusakan dan penyusutan bobot biji kedelai. Data yang diperoleh dari hasil pengamatan di laboratorium dianalisis dengan menggunakan uji F taraf 5 dan 1 %. Apabila terdapat perbedaan nyata diantara perlakuan maka dianalisis lebih lanjut menggunakan DMRT pada taraf 5 %. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Mortalitas Imago Hasil sidik ragam mortalitas C. analis menunjukkan berbeda sangat nyata di antara perlakuan yang dicoba. Berdasarkan DMRT 5% diketahui bahwa pada 5-7 hsp, semua dosis yang dicoba berbeda nyata jika dibandingkan dengan tanpa perlakuan dan antar perlakuan yang dicoba masing-masing berbeda nyata. Mortalitas imago C. analis semakin meningkat dengan bertambahnya dosis daun dan abu daun serai yang digunakan. Mortalitas tertinggi tampak pada 7 hsp dengan perlakuan daun serai yaitu pada dosis 6 g/500 g biji kedelai (D 3 ) sebesar 97,92 % dan pada perlakuan dengan abu daun serai dengan dosis 0,6 g/500 g biji kedelai (A 2 ) sebesar 75,73 % (Tabel 2). Kombinasi antara daun dan abu daun serai setelah empat hari perlakuan menunjukkan bahwa perlakuan dengan menggunakan abu daun serai dosis 0 g/500 g (A 0 ) dengan daun serai pada dosis yang berbeda tidak menunjukkan perbedaan yang nyata jika dibandingkan dengan tanpa perlakuan daun dan abu daun serai. Rata-rata mortalitas imago C. analis untuk perlakuan dengan daun serai pada dosis yang sama dan abu daun serai dengan dosis yang berbeda semakin meningkat dengan bertambahnya dosis abu daun serai yang digunakan. Dosis daun serai 0, 2, 4 dan 6 g/500 g yang dikombinasikan dengan dosis abu daun serai 0,6 g/500 g menghasilkan mortalitas yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan dosis abu daun serai yang lain (0 dan 0,3 g/500 g) (Tabel 2). Mortalitas imago C. analis tertinggi pada 5 hsp dihasilkan oleh perlakuan kombinasi antara dosis abu daun serai 0,6 g/500 g (A 2 ) dan dosis daun serai 0 g/500 g (D 0 ) yaitu rata-rata 60,10 %. Mortalitas tertinggi pada 6 hsp dihasilkan oleh perlakuan kombinasi antara dosis abu daun serai 0,6 g/500 g (A 2 ) dan dosis daun serai 0 g/500 g (D 0 ) yaitu rata-rata 80,43 %. Mortalitas tertinggi pada 7 hsp dihasilkan oleh perlakuan kombinasi 0,6 g/500 g (A 2 ) dan dosis daun serai 6 g/500 g (D 3 ) yaitu rata-rata 98,99 % (Tabel 2). Berdasarkan hasil pengamatan, pada perlakuan dengan menggunakan daun serai menunjukkan bahwa semakin tinggi dosis yang digunakan, maka %tase mortalitas imago C. analis semakin tinggi. Hal ini diduga karena daun serai mengandung minyak atsiri yang dapat berfungsi sebagai racun terhadap serangga. Semakin tinggi dosis yang dipakai akan meningkatkan daya racun yang ditimbulkannya dan banyak racun yang terserap oleh imago C. analis sehingga semakin banyak kematian yang terjadi dan akan menekan populasi. Perlakuan dengan menggunakan abu daun serai dan kombinasi antara daun dan abu daun serai, meningkatkan mortalitas serangga uji dengan bertambahnya dosis abu daun serai. Hal ini diduga karena abu daun serai mengandung silika (SiO 2 ) yang cukup besar yaitu 49 %. Menurut Kardinan (2001), abu daun serai yang mengandung silika (SiO 2 ) yang bersifat sebagai penyebab dehidrasi pada tubuh serangga. Dengan bertambahnya dosis abu daun serai maka akan menambah jumlah %tase silikanya sehingga mortalitas yang ditimbulkan semakin besar.

22 Herminanto, Nurtiati, dan DM Kristianti : Potensi daun serai untuk mengendalikan hama Tabel 2. Rata-rata mortalitas imago C. analis akibat perlakuan daun dan abu daun serai Perlakuan Mortalitas imago C. analis (%) 4 hsp 5 hsp 6 hsp 7 hsp D0 D1 D2 D3 0,29 a 1,88 a 17,68 a 15,86 a 0,29 d 17,82 c 38,03 b 49,94 a 0,65 d 30,45 c 58,56 b 97,92 a 4,39 d 52,48 b 87,39 b 97,92 a A0 A1 A2 D0A0 D0A1 D0A2 D1A0 D1A1 D1A2 D2A0 D2A1 D2A2 D3A0 D3A1 D3A2 5,34 a 6,67 a 8,71 a 0,00 a 1,08 a 26,04 a 0,00 a 6,50 a 13,79 a 1,08 a 18,28 a 27,99 a 0,00 a 10,14 a 8,17 a 15,34 c 20,56 b 31,68 a 0,00 d 33,09 b 60,10 a 0,00 d 34,99 b 55,02 ab 1,08 d 37,14 b 46,65 ab 0,00 d 19,33 c 46,65 ab 24,54 c 36,04 b 49,99 a 1,08 e 53,42 cd 80,43 a 0,00 e 58,39 bcd 78,33 a 1,08 e 51,70 d 70,07 abc 0,00 e 41,83 d 73,99 ab 47,95 c 63,88 b 75,73 a 1,95 e 76,22 d 96,44 ab 6,53 e 82,16 cd 98,41 a 5,32 e 85,39 bcd 93,52 abc 5,03 e 76,08 d 98,99 a Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % DMRT. Data analisis ditransformasi ke dalam Arc Sin (x+0,5). hsp = hari setelah perlakuan. B. Jumlah Telur yang diletakkan oleh betina C. analis Data hasil pengamatan jumlah telur yang diletakkan C. analis pada kedelai dalam simpanan dapat dilihat pada Tabel 2. Perlakuan kombinasi antara daun dan abu daun serai, hasilnya tidak berbeda nyata dengan tanpa perlakuan. Tanpa perlakuan daun dan abu daun serai jumlah telur yang dihasilkan paling banyak yaitu sebesar 69 butir. Rata-rata jumlah telur yang dihasilkan C. analis dengan bertambahnya dosis abu daun serai yang dicoba maka jumlah telurnya menurun. Ini membuktikan bahwa imago betina C. analis tidak menyukai biji kedelai yang diberi abu daun serai. Dosis abu daun serai 0,6 g/500 g (A 2 ) tampak sudah dapat menekan jumlah telur C. analis. Biji kedelai yang diberi abu daun serai warna kulitnya akan berubah menjadi kusam, sedang biji kedelai pada tanpa perlakuan warna kulitnya tetap hitam karena tidak diberi perlakuan apapun. Kemungkinan hama ini kurang tertarik pada biji kedelai yang kusam tersebut. Menurut Suyono dan Soekarna (1986), faktor penting yang mempengaruhi peletakan telur adalah kelicinan permukaan dan adanya lekukanlekukan pada biji. Imago betina C. analis memilih meletakkan telurnya pada permukaan yang halus daripada permukaan yang kasar. Adanya perlakuan berupa campuran daun dan abu daun serai, diduga mempengaruhi kelicinan dari permukaan biji kedelai. Abu daun serai dapat menghambat peletakan telur, sehingga semakin tinggi dosis yang digunakan maka semakin sedikit jumlah telur yang diletakkan oleh imago betina C. analis pada biji kedelai. Perlakuan dengan menggunakan daun serai, perlakuan antar dosis

Herminanto, Nurtiati, dan DM Kristianti : Potensi daun serai untuk mengendalikan hama 23 menunjukkan hasil yang berbeda nyata dengan tanpa perlakuan daun serai. Semakin besar dosis daun serai yang digunakan maka jumlah telur semakin sedikit. Hal ini diduga karena perlakuan pada dosis daun serai tertinggi yaitu 6 g/500 g menghasilkan %tase mortalitas imago C. analis tertinggi sehingga kemampuan untuk menghasilkan telur pada dosis tersebut sedikit. C. Imago yang Muncul Data hasil pengamatan jumlah imago C. analis yang muncul pada kedelai dalam simpanan disajikan pada Tabel 2. Berdasarkan DMRT 5 % diketahui bahwa perlakuan daun serai pada semua dosis yang dicoba berbeda nyata jika dibandingkan dengan tanpa perlakuan daun serai. Perlakuan abu daun serai pada dosis tertinggi yaitu 0,6 g/500 g (A 2 ) berpengaruh nyata dan pada dosis 0,3 g/500 g (A 1 ) tidak berpengaruh nyata jika dibandingkan dengan tanpa perlakuan abu daun serai (Tabel 3). Kombinasi antara daun dan abu daun serai pada perlakuan dosis daun serai 2, 4 dan 6 g/500 g dengan dosis abu daun serai 0 g/500 g tidak berbeda nyata dengan tanpa perlakuan daun dan abu daun serai, tetapi pada kombinasi lainnya berbeda nyata dengan tanpa perlakuan daun dan abu daun serai (Tabel 2). Perlakuan yang tidak berbeda nyata dengan tanpa perlakuan daun dan abu daun serai tersebut diduga terjadi karena pada kombinasi tidak digunakan abu daun serai (0 g/500 g), sehingga jumlah imago yang dihasilkan banyak. Penggunaan abu daun serai bila ditinjau dari segi mortalitas, maka semakin sedikit dosis abu daun serai mortalitasnya semakin rendah. Jika mortalitasnya rendah, maka jumlah telur yang dihasilkan semakin banyak sehingga jumlah imago yang muncul juga banyak. Rata-rata jumlah imago yang dihasilkan paling sedikit pada kombinasi antara daun serai dosis 4 g/500 g (D 2 ) dengan abu daun serai dosis 0,6 g/500 g (A 2 ) (Tabel 3). Hal ini diduga karena kombinasi tersebut telur yang dihasilkan oleh imago betina C. analis setelah perlakuan sedikit atau kemungkinan telur yang menetas gagal menjadi imago baru. Adanya perbedaan jumlah imago C. analis yang dihasilkan dari tiap perlakuan diduga akibat adanya pengaruh dosis abu daun serai yang dicampurkan dengan daun serai.. Pengaruh tersebut terutama terhadap kebebasan imago C. analis untuk melakukan kopulasi, yang mengakibatkan jumlah telur yang dihasilkan berbeda. Perbedaan jumlah imago yang dihasilkan juga diduga karena adanya senyawa sitronelal yang terkandung dalam daun serai yang dapat menghilangkan kemampuan reproduksi dari serangga. Menurut Ruslan et al. (1989), senyawa tersebut juga dapat menyebabkan beberapa tahap dalam reproduksi serangga terganggu, seperti telur tidak menetas, larva tidak menjadi pupa atau pupa berkembang dengan tidak sempurna.

24 Herminanto, Nurtiati, dan DM Kristianti : Potensi daun serai untuk mengendalikan hama Tabel 3. Rata-rata jumlah telur, jumlah imago C. analis dan kerusakan biji kedelai akibat perlakuan daun dan abu daun serai Perlakuan Jumlah telur (butir) Jumlah imago muncul Biji rusak (%) D0 D1 D2 D3 69,33 a 52,44 b 40,89 c 38,11 c 152,11 a 121,00 b 95,22 c 76,33 d 17,89 a 12,48 b 12,08 b 10,68 b A0 A1 A2 D0A0 D0A1 D0A2 D1A0 D1A1 D1A2 D2A0 D2A1 D2A2 D3A0 D3A1 D3A2 54,33 a 49,67 a 46,58 a 69,00 a 50,33 a 43,67 a 67,67 a 43,33 a 44,33 a 65,33 a 40,33 a 36,00 a 63,67 a 38,67 a 34,00 a 123,42 a 109,00 ab 101,08 b 156,67 ab 120,33 bc 85,33 de 155,33 a 86,00 de 78,66 de 151,00 ab 108,33 cd 82,00 de 150,00 ab 95,33 cde 65,00 de 14,07 a 13,11 a 12,68 a 19,45 a 12,53 a 13,29 a 18,62 a 10,27 a 10,94 a 15,60 a 11,23 a 11,55 a 14,66 a 11,74 a 9,56 a Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % DMRT. D. Kerusakan Biji Kedelai Serangan larva pada biji kedelai menyebabkan timbulnya kerusakan pada biji tersebut. Data hasil pengamatan kerusakan biji kedelai dalam simpanan disajikan pada Tabel 2. Berdasarkan DMRT 5 % diketahui bahwa perlakuan antara dosis daun serai tidak berbeda nyata, tetapi berbeda nyata dengan tanpa perlakuan daun serai (Tabel 3). Perlakuan abu daun serai antar dosis tidak berbeda nyata dengan tanpa perlakuan abu daun serai. Rata-rata %tase kerusakan biji kedelai tertinggi yaitu pada tanpa perlakuan daun dan abu daun serai (kombinasi antara D 0 dan A 0 ) yaitu 19,45 %, karena pada dosis tersebut tidak mendapat perlakuan sehingga jumlah imago yang muncul banyak, dengan demikian %tase biji rusak pada dosis tersebut juga tinggi. Akibat adanya perbedaan jumlah imago yang dihasilkan pada tiap perlakuan, maka %tase kerusakan biji kedelai akan berbeda pula. r tabel untuk daun serai r 0,05 yaitu 0,950 dan r 0,01 yaitu 0,990 sedangkan r tabel untuk abu daun serai r 0,05 yaitu 0,997 dan r 0,01 yaitu 1,000. Hasil analisis regresi pada daun serai antara jumlah imago dan biji rusak diperoleh persamaan Y = 19,86 0,21x + 0,001x 2 dengan koefisien korelasi (r) sebesar 0,979, untuk abu daun serai diperoleh persamaan Y = 13,25 0,06x + 0,05x 2 dengan koefisien korelasi sebesar 1. Grafik tersebut menunjukkan adanya korelasi positif antara jumlah imagi C. analis yang muncul dengan %tase biji kedelai yang rusak yaitu semakin banyak jumlah imago C. analis yang muncul maka biji kedelai yang rusak semakin banyak.

Herminanto, Nurtiati, dan DM Kristianti : Potensi daun serai untuk mengendalikan hama 25 % biji rusak 20 18 16 14 12 10 Daun Serai Y = 19,86-0,21X + 0,001X 2 R 2 = 0,959 r = 0,979* 60 85 110 135 160 Jumlah imago % biji rusak 15 14 13 12 11 10 Abu daun serai Y = 6,31+ 0,063X R 2 = 0,998 r = 0,998* 100 110 120 130 Jumlah imago Gambar 1. Hubungan antara jumlah imago dan biji rusak pada daun dan abu daun serai. E. Penyusutan Bobot Biji Kedelai Data hasil pengamatan penyusutan bobot biji kedelai dalam simpanan disajikan pada Tabel 4. Berdasarkan DMRT 5 % diketahui bahwa pada 7 msp semua perlakuan pada semua dosis yang dicoba berbeda nyata jika dibandingkan dengan tanpa perlakuan. Pengamatan 8 dan 9 msp, perlakuan dengan menggunakan daun serai berbeda nyata dengan tanpa perlakuan daun serai, sedangkan kombinasi antara daun dan abu daun serai pada semua dosis tidak berbeda nyata dengan tanpa perlakuan daun dan abu daun serai. Perlakuan dengan menggunakan abu daun serai pada 8 msp tidak berbeda nyata jika dibandingkan dengan tanpa perlakuan abu daun serai, sedangkan pada 9 minggu setelah perlakuan (msp) pada dosis 0,3 dan 0,6 g/500 g berbeda nyata dengan tanpa perlakuan abu daun serai (Tabel 4). Susut bobot tertinggi pada 9 msp yaitu pada tanpa perlakuan daun dan abu daun serai yaitu sebesar 4,8 %. Hal ini terjadi karena pada tanpa perlakuan jumlah imago yang muncul juga tertinggi (156,67 individu) sehingga susut bobotnya juga tinggi. Susut bobot semakin tinggi karena populasi imago dan %tase kerusakan semakin tinggi. Rendahnya kerusakan biji akan memperkecil penyusutan bobot biji. Hal ini disebabkan oleh berkurangnya biji yang rusak, sehingga susut bobot yang ditimbulkannnya akan semakin rendah. Menurut Soekarna (1982), besarnya kerusakan dan penyusutan bobot biji di tempat penyimpanan tergantung dari tinggi rendahnya kepadatan populasi serangga yang ada. Meningkatnya imago yang muncul mengakibatkan kerusakan dan penyusutan bobot biji yang ditimbulkannya semakin meningkat pula. Tabel 2 jelas memperlihatkan bahwa pada kombinasi antara daun serai dosis 6 g/500 g dengan abu daun serai dosis 0,6 g/500 g menghasilkan jumlah imago C. analis yang rendah, sehingga kerusakan dan penyusutan bobot biji kedelai yang ditimbulkan juga rendah.

26 Herminanto, Nurtiati, dan DM Kristianti : Potensi daun serai untuk mengendalikan hama Tabel 4. Rata-rata susut bobot biji kedelai akibat perlakuan daun dan abu daun serai Perlakuan D0 D1 D2 D3 A0 A1 A2 D0A0 D0A1 D0A2 D1A0 D1A1 D1A2 D2A0 D2A1 D2A2 D3A0 D3A1 D3A2 Penyusutan bobot biji kedelai (%) 7 msp 8 msp 9 msp 0,50 a 0,10 b 0,10 b 0,36 a 0,07 b 0,07 b 2,00 a 0,20 b 0,20 b 3,51 a 2,69 b 2,33 b 2,27 b 3,03 a 2,62 a 2,45 a 4,40 a 2,67 a 2,00 a 3,13 a 2,47 a 2,13 a 2,33 a 2,67 a 2,33 a 2,93 a 2,33 a 2,00 a 4,04 a 3,27 b 3,07 b 2,58 c 3,57 a 3,15 b 3,00 b 4,80 a 3,20 a 2,60 a 3,87 a 3,13 a 2,53 a 3,47 a 3,47 a 2,80 a 3,47 a 3,13 a 2,40 a Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% DMRT. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Penggunaan daun dan abu daun serai berpengaruh dalam meningkatkan mortalitas imago C. analis. Mortalitas imago C. analis tertinggi yaitu 98,99 % yang dicapai pada dosis daun serai 6 g/500 g biji kedelai dengan dosis abu daun serai 0,6 g/500 g biji kedelai. 2. Dosis yang mampu menekan jumlah telur dan jumlah imago C. analis yang muncul yaitu pada kombinasi dosis daun serai 6 g/500 g biji kedelai dengan dosis abu daun serai 0,6 g/500 g biji kedelai sebesar 34 butir dan 65 individu. 3. Kombinasi dosis daun serai 6 g/500 g biji kedelai dengan dosis abu daun serai 0,6 g/500 g biji kedelai berpengaruh dalam mengurangi prosentase biji kedelai yang rusak sebesar 9,56 % dan prosentase penyusutan bobot biji kedelai sebesar 2,4 %. 4. Dosis yang efektif untuk mengendalikan hama C. analis dicapai pada dosis daun serai 6 g/500 g biji kedelai dan dosis abu daun serai 0,6 g/500 g biji kedelai. B. Saran Berdasarkan hasil penelitian, disarankan untuk diteliti lebih lanjut mengenai penggunaan bahan nabati daun dan abu daun serai untuk mengendalikan hama Callosobruchus analis pada kedelai dalam simpanan untuk skala yang lebih besar seperti pada gudang penyimpanan petani atau Bulog.

Herminanto, Nurtiati, dan DM Kristianti : Potensi daun serai untuk mengendalikan hama 27 DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik. 2010. Produksi kedelai 2007-2009. BPS Indonesia. Jakarta. Guenther, E. 1990. Minyak Atsiri. Jilid IVA Universitas Indonesia, Jakarta. 407 hal. Kardinan, A. 2001. Pestisida Nabati : Ramuan dan Aplikasi. Penebar Swadaya, Jakarta. 88 hal. Ruslan K., S. Soetarno dan S. Sastrodihardjo. 1989. Fitokomia. Pusat Antar Universitas Bidang Ilmu Hayati Institut Tekhnologi Bandung, Bandung. 419 hal. Soekarna, D. 1982. Hubungan Perkembangan Populasi Kumbang Callosobruchus analis F. (Coleoptera : Bruchidae) dengan Kerusakan dan Penyusutan Bobot Biji Kacang-kacangan. Balai Penelitian Tanaman Pangan, Bogor. 6 hal. Sunarto. 1999. Peran Soybean Research and Development Centre (SRDC) UNSOED Dalam Pencapaian Swasembada Kedelai. Makalah disampaikan dalam Seminar Nasional Kedelai II (Strategi Pencapaian Swasembada Kedelai). Lembaga Penelitian-SRDC. Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. 5 hal. Suyono. 1988. Interaksi Callosobruchus analis F. (Coleoptera : Brichidae) dan Biji Kedelai Dari Berbagai Varietas. Balai Penelitian Tanaman Pangan, Bogor. 5 hal. Suyono dan D. Soekarna. 1986. Biologi Callosobruchus analis pada Biji Kacang Hijau. Seminar Hasil Penelitian Vol. 1 : Palawija. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman, Bogor. 6 hal. Untung, K. 2006. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Ed. 2. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. 269 hal.