BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Yogyakarta. Hipotesis yang akan diuji dalam uji validitas ini adalah:

dokumen-dokumen yang mirip
LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Mahasiswa Aktif Jenjang Strata 1 (S1) Angkatan 2015

BAB III METODE PENELITIAN. correlative dengan menggunakan pendekatan cross-sectional yaitu jenis

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. usia, jenis kelamin, masa kerja, pengetahuan, tingkat pendidikan, ketersediaan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. cross sectional. Metode cross sectionalmerupakan suatu metode penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah non eksperimen dengan metode penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan adalah deskriptif analitik yaitu metode penelitian yang menggali. dengan faktor efek (Notoatmodjo, 2011).

BAB III METODE PENELITIAN. desain yang digunakan dalam penilitian ini adalah pendekatan cross sectional

BAB III METODE PENELITIAN. eksprimental yaitu deskriptif korelasional yaitu hubungan antara dua variabel

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan desain descriptive untuk melihat gambaran self awareness

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan cross sectional dimana peneliti menekankan waktu

BAB IV HASIL PENELITIAN. Dari 83 orang orang responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini, dilakukan

BAB III PENYAJIAN DATA. 2 Klaten. Try Out ini dimaksud untuk mengetahui adanya item-item yang. tidak memenuhi validitas dan realibilitas.

BAB III METODE PENELITIAN

mempengaruhi pembelian impulsif berupa faktor kognitif? 3. Bagaimana faktor celebrity endorser yang terdiri dari kredibilitas, daya tarik,

BAB III METODA PENELITIAN. A. Jenis / Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan

BAB IV PAPARAN DAN PEMBAHASAN DATA HASIL PENELITIAN. Validitas adalah sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam

BAB III METODE PENELITIAN. masalah dalam penelitian. Melalui penelitian manusia dapat menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian korelasi kuantitatif dengan

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

LAMPIRAN. KUESIONER PERSPEKTIF PEMBELAJARAN DAN PERTUMBUHAN PT. Mandiri Berlima

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. mempengaruhi perilaku dosen FKIK UMY dalam penyediaan first aid kit

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian correlative (hubungan/ asosiasi)

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif korelasional

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. terhadap critical thinking mahasiswa prodi Farmasi FKIK UMY. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2016.

METODE PENELITIAN. Penelitian ini mengunakan metode penelitian kuantitatif sebagai upaya

5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data pada penelitian tentang Faktor-

BAB III METODE PENELITIAN. Desain yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu korelasi, karena menjelaskan hubungan antara dua variabel yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengembangkan hubungan antar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk membatasi dan memperjelas lingkup penelitian ini, maka

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. data dan mengkorelasikan variabel tanpa melakukan treatmen selama

BAB III METODE PENELITIAN

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian diferensial. Penelitian diferensial adalah

BAB III METODE PENELITIAN. pertanyaan penelitian, yang harus diuji validitasnya secara empiris. Jadi

BAB III METODE PENELITIAN. (Nursalam, 2013). Penelitian ini dilakukan dengan membagikan kuesioner pada

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kuisioner penelitian. Hasil penelitian dibagi menjadi tiga bagian yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan cross-sectional. Pendekatan cross-sectional yaitu jenis penelitian

C. Teknik Pengambilan Sampel dan Populasi

BAB III METODE PENELITIAN. Saryono, 2010, p.84) dengan menggunakan rancangan cross sectional atau

BAB III METODE PENELITIAN. Lingkungan Keluarga dengan Perilaku Empati siswa kelas X SMA Negeri 1 Tibawa

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. korelasional menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. B. Definisi Operasional

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. yaitu dukungan sosial teman sebaya sebagai variabel bebas (X) dan kebahagiaan

BAB III METODE PENELITIAN. Desain pada penelitian ini adalah descriptive comparative

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimental dengan metode diskriptif korelasional dan dengan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran umum Objek/Subjek Penelitian. Bukalapak merupakan salah satu pasar online terkemuka di Indonesia.

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif non eksperimental. Metode yang digunakan adalah descriptive

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah guru pembimbing dan siswa kelas XI di SMA

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Isaac dan Michael menjelaskan penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. UMY sebelum dan sesudah mengikuti Early Pharmaceutical Exposure diblok

4. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap bagian-bagian dan fenomena serta hubungan-hubungannya. Jenis. fenomena secara detail (Yusuf, 2014:62).

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel-Variabel Penelitian. korelasional dengan melibatkan variabel penelitian sebagai berikut:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menjadi sampel dalam penelitian mengenai pengaruh harga, kualitas produk, citra merek

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Diagram Alir Berikut ini merupakan diagram alur penelitian yang digunakan dalam penelitian ini.

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian sangat menentukan suatu penelitian, karena

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukannya penelitian adalah di Kota Semarang.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. matematis berdasarkan permasalahan dan tujuan yang ingin dicapai. Variabel dalam penelitian ini ada dua, yaitu:

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian non-eksperimental dan bersifat deskriptif. Data diambil

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. (remaja). Instagram sekarang banyak sekali bermunculan akun-akun yang

BAB III METODE PENELITIAN. beralamat di Jalan Balam No. 13 Sukajadi Pekanbaru. Wika Pekanbaru, data-data tersebut menyangkut : 1.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. partisipasi politik masyarakat desa, pada bab ini peneliti akan menguraikan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah diskriptif.

BAB III HASIL PENELITIAN TERPAAN PROGRAM PENDIDIKAN DEMOKRASI PEMILOS TVKU, INTENSITAS KETERLIBATAN PEMILIH DAN SOSIALISASI KPU KOTA SEMARANG TERHADAP

BAB III ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. pengambilan yang dilakukan dalam waktu yang bersamaan dengan sebyek yang

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini. menggunakan metode penelitian kuantitatif.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. a. Variabel Terikat (Y) : Prestasi Kerja Karyawan

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan penelitian dan tujuan yang hendak dicapai, jenis penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah non-eksperimen

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini menggunakan metode. adanya perlakuan dari peneliti (Nursalam, 2013).

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. responden disetiap rangkap kuesioner yang terdiri dari :

BAB III METODE PENELITIAN. orang namun juga obyek-obyek alam yang lain (Sugiyono, 2010). Teknik

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. numeric (angka) yang diolah dengan metode statistik (Azwar, 2001:5).

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS Kuesioner ini diuji coba terhadap 30 mahasiswa program studi non kesehatan jenjang Strata 1 (S1) angkatan 2015 Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Hipotesis yang akan diuji dalam uji validitas ini adalah: H0 = Tidak adanya korelasi antar pertanyaan kuisioner (rhitung < rtabel) H1 = Adanya korelasi antar pertanyaan kuisioner (rhitung rtabel) Pengujian validitas (korelasi) dilakukan dengan cara membandingkan nilai r hitung dengan r tabel. Apabila hasil pengujian menunjukkan r hitung lebih besar dari r tabel, berarti ada korelasi (H0 ditolak) atau pertanyaan memiliki validitas. Berdasarkan hasil pengujian menggunakan SPSS 15 maka didapat hasil uji validitas pada Tabel 5, Tabel 6 dan Tabel 7. Tabel 5. Hasil Uji Validitas pada Kuesioner Ketepatan Tindakan Swamedikasi Flu (Common Cold) No Item r xy r tabel Keterangan 1 0,556 0,361 Valid 2 0,263 0,361 Tidak valid 3 0,796 0,361 Valid 4 0,796 0,361 Valid 5 0,044 0,361 Tidak valid 6 0,057 0,361 Tidak valid 43

44 Tabel 6. Hasil Uji Validitas pada Kuesioner Pengaruh Iklan Obat di Televisi No Item r xy r tabel Keterangan 1 0,592 0,361 Valid 2 0,752 0,361 Valid 3-0,025 0,361 Tidak valid 4 0,325 0,361 Tidak valid 5 0,597 0,361 Valid 6 0,488 0,361 Valid 7 0,713 0,361 Valid 8-0,326 0,361 Tidak valid 9 0,716 0,361 Valid 10 0,395 0,361 Valid 11 0,605 0,361 Valid 12 0,646 0,361 Valid Keterangan: r tabel dengan N=30 pada signifikansi 5% adalah 0,361. Tabel 7. Hasil Uji Validitas pada Kuesioner Pengetahuan Swamedikasi Flu (Common Cold) No Item r xy r tabel Keterangan 1 0,593 0,361 Valid 2 0,638 0,361 Valid 3 0,104 0,361 Tidak valid 4 0,634 0,361 Valid 5 A 0,361 Tidak valid 6 0,197 0,361 Tidak valid 7 0,509 0,361 Valid 8 0,532 0,361 Valid 9 0,513 0,361 Valid 10-0,201 0,361 Tidak valid Keterangan: r tabel dengan N=30 pada signifikansi 5% adalah 0,361. Pada Tabel 6, sembilan pertanyaan yang valid pada kuesioner pengaruh iklan obat di televisi dimodifikasi menjadi 8 pertanyaan tertutup dengan menghapus pertanyaan nomor 1 agar pertanyaan favourable dan unfavourable memiliki jumlah yang sama. Pertanyaan unfavourable pada nomor 5, 6, 7 dan 8

45 merupakan kebalikan dari pertanyaan favourable pada nomor 1, 2, 3 dan 4 untuk mengklarifikasikan konsistensi responden dalam menjawab kuesioner. Pada Tabel 7 terdapat 1 butir pertanyaan yang tidak dapat dianalisis karena pola jawaban yang sama pada ke-30 jawaban yang diperoleh (r xy = A) dengan demikian, kuesioner ini dinyatakan tidak valid. Koefisien reliabilitas dalam penelitian ini diukur dengan analisis reliabilitas yang menggunakan koefisien Cronbach s Alpha. Jika nilai Cronbach s Alpha lebih besar dari 0,600, maka kuesioner dapat dinyatakan reliabel (Trihendradi, 2011). Hipotesis yang akan di uji dalam uji reliabilitas adalah sebagai berikut: H0 = Kuisioner tidak bisa memberikan hasil yang konsisten sebagai alat ukur (rhitung < 0,6) H1 = Kuisioner dapat memberikan hasil yang konsisten sebagai alat ukur (rhitung 0,6) Hasil pengujian uji reliabilitas menggunakan software SPSS 15 dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Hasil Uji Reliabilitas pada Kuesioner Kuesioner Hasil Uji Cronbach s Alpha Keterangan Pengaruh Iklan Obat di Televisi Pengetahuan Swamedikasi Flu (Common Cold) Ketepatan Tindakan Swamedikasi Flu (Common Cold) 0,813 Reliabel 0,640 Reliabel 0,695 Reliabel

46 Berdasarkan hasil perhitungan uji reliabilitas didapat nilai Cronbach s Alpha kuisioner lebih besar dari standar minimal agar kuisioner dapat dijadikan sebagai alat ukur. Keputusan yang diambil adalah tolak H0 dan terima H1. Kesimpulannya adalah kuisioner yang digunakan untuk menganalisis evaluasi pengaruh iklan obat di televisi terhadap swamedikasi flu (common cold) pada mahasiswa program studi non kesehatan di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) dapat dijadikan alat ukur yang reliabel dan memberikan hasil yang konsisten. B. KARAKTERISTIK DEMOGRAFI RESPONDEN Karakteristik demografi responden pada penelitian ini meliputi jenis kelamin, umur, fakultas/program studi, dan status tempat tinggal pada mahasiswa program studi non kesehatan di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). No Tabel 9. Karakteristik Demografi Responden Karakteristik Demografi Persentase Kategori Responden 1. Jenis Kelamin 44% Laki-laki 56% Perempuan 2. Umur 96% 20 tahun 4% > 20 tahun 3. Fakultas/Program Studi 15% Fakultas Teknik 9% Fakultas Pertanian 25% Fakultas Ekonomi 22% FISIPOL 11% Fakultas Hukum 12% FAI 6% FPB 4. Status Tempat Tinggal 77% Kos 23% Tinggal dengan orang tua

47 1. Jenis Kelamin Responden Hasil penelitian menunjukkan persentase responden yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan persentase responden yang berjenis kelamin laki-laki, yaitu 56% responden perempuan dan 44% responden laki-laki. Hasil ini menggambarkan bahwa mayoritas mahasiswa yang menjadi responden adalah perempuan. Menurut Anna dan Chandra (2011) pada dasarnya perempuan lebih peduli terhadap kesehatan dibanding kaum laki-laki sehingga pengetahuan mengenai kesehatan lebih banyak dimiliki kaum perempuan dibanding kaum laki-laki. 2. Umur Responden Hasil penelitian menunjukkan persentase responden dengan kategori 20 tahun sebanyak 96% yaitu dengan rincian 18 tahun (8%), 19 tahun (72%), 20 tahun (16%), dan kategori >20 tahun sebanyak 4% yaitu 21 tahun (4%). Hal ini dikarenakan responden pada penelitian ini adalah mahasiswa pada program studi non kesehatan jenjang Strata 1 (S1) angkatan tahun 2015 di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), sehingga persentase terbesar pada umur 19 tahun yaitu sebesar 72%, karena pada umumnya umur mahasiswa tahun ke-2 adalah 19 tahun. Menurut Baharuddin (2009) periodisasi perkembangan umur 17-24 tahun dapat disebut masa academia, saat seseorang memasuki perguruan tinggi atau akademik. Tahap ini merupakan tahap perkembangan fungsi

48 kemampuan berdikari, self direction, dan self control. Umur tersebut dapat juga dikatakan sebagai umur dewasa sehingga sudah dapat mengambil keputusan sendiri dan bertanggung jawab atas keputusan tersebut. 3. Fakultas/Program Studi Responden Responden pada penelitian ini adalah mahasiswa pada program studi non kesehatan jenjang Strata 1 (S1) angkatan tahun 2015 di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) yang tersebar pada 7 fakultas, yaitu Fakultas Teknik (15%), Fakultas Pertanian (9%), Fakultas Ekonomi (25%), Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIPOL) (22%), Fakultas Hukum (11%), Fakultas Agama Islam (FAI) (12%) dan Fakutas Pendidikan Bahasa (FPB) (6%). 4. Status Tempat Tinggal Hasil penelitian menunjukkan persentase responden yang berstatus tempat tinggal kos lebih banyak dibandingkan persentase responden yang berstatus tempat tinggal dengan orang tua, yaitu 77% responden berstatus tempat tinggal kos dan 23% responden berstatus tempat tinggal dengan orang tua. C. POLA MELIHAT IKLAN OBAT DI TELEVISI 1. Lama waktu responden menonton televisi setiap hari Hasil penelitian menunjukkan responden terbanyak menghabiskan waktu dalam satu hari untuk menonton televisi selama kurang dari 1 jam (40,7%). Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Sulistiyawati (2004) tentang Hubungan antara Penilaian Iklan Obat Salesma di Televisi dengan

49 Pemilihan Obat Salesma di Kalangan Pengunjung 11 Apotek di Kota Yogyakarta, dikatakan bahwa semakin lama menonton televisi maka semakin besar kemungkinan untuk melihat dan memperhatikan iklan obat. Menurut Azwar (2009) dalam penyampaian informasi, iklan membawa pesan-pesan yang berisi sugesti yang mempengaruhi pengetahuan, sikap, maupun tindakan. Iklan televisi mengandung unsur suara, gambar, dan gerak sehingga pesan yang disampaikan melalui media ini sangat menarik perhatian. Produk obat flu (common cold) yang diiklankan oleh industri farmasi di televisi akan diperhatikan seseorang apabila iklan tersebut mudah diingat (Widyatama, 2005). Tabel 10. Lama Waktu Responden Menonton Televisi Setiap Hari No Lama waktu menonton televisi setiap hari Jumlah Responden Persentase 1 Kurang dari 1 jam 33 40,7% 2 1 sampai 2 jam 20 24,7% 3 2 sampai 3 jam 15 18,5% 4 3 sampai 4 jam 8 9,9% 5 4 sampai 5 jam 3 3,7% 6 Lebih dari 5 jam 2 2,5% Total 81 100% 2. Iklan obat flu (common cold) yang paling sering dilihat Pada pertanyaan ini responden menjawab iklan obat flu (common cold) yang paling sering dilihat di televisi, maka jawaban responden boleh lebih dari satu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produk obat flu (common

50 cold) yang iklannya di televisi paling sering dilihat oleh responden adalah Bodrex Flu dan Batuk PE (38,3%). Hal yang membuat iklan sering dilihat oleh responden adalah intensitas penayangan iklan. Semakin sering iklan ditayangkan semakin sering pula seseorang melihat iklan tersebut dan dampak dari iklan tersebut juga semakin kuat, seperti yang Kotler (2002) jelaskan bahwa kesadaran konsumen terhadap suatu produk yang diiklankan berbanding lurus dengan frekuensi penayangan iklan, semakin sedikit frekuensi penayangan iklan maka frekuensi melihat iklan dan perhatian konsumen terhadap produk yang diiklankan juga semakin sedikit. Semakin tinggi frekuensi penayangan iklan semakin sering penonton menerima informasi produk dalam iklan dan merasakan manfaat iklan tersebut (Indriarto, 2006). No Tabel 11. Iklan Obat Flu (Common Cold) yang Paling Sering Dilihat Responden Merek dagang ) yang paling sering dilihat di televisi Jumlah Responden (N=81) Persentase 1 Bodrex Flu dan Batuk PE 31 38,3% 2 Vicks Formula 44 20 24,7% 3 Ultraflu 15 18,5% 4 Decolgen 23 28,4% 5 Sanaflu 12 14,8% 6 Lainnya 5 6,2% Keterangan ) artinya: jawaban responden boleh lebih dari satu

51 3. Pola penggunaan obat flu (common cold) oleh responden selama satu bulan terakhir Hasil penelitian menunjukkan responden yang pernah menggunakan obat flu (common cold) selama satu bulan terakhir sejak pengisian kuesioner yang dilakukan pada bulan Oktober yaitu 23,5%, sedangkan 76,5% responden memilih untuk mengobati flu tersebut dengan menggunakan obat herbal ataupun suplemen untuk sedikit meredakan flu dan meningkatkan daya tahan tubuhnya. Menurut Kotler (2001), melalui pengumpulan informasi, konsumen mengetahui merek-merek bersaing, dan keistimewaan masing-masing merek kemudian akan mempertimbangkan, dan memilih produk yang sesuai. Konsumen cenderung memilih produk yang telah terkenal, ataupun yang telah teruji khasiat dan keamanannya. Tabel 12. Iklan Obat Flu (Common Cold) yang Pernah Digunakan Oleh Responden No Merek dagang yang pernah digunakan Jumlah Responden (N=81) Persentase 1 Bodrex Flu dan Batuk PE 5 6,2% 2 Vicks Formula 44 6 7,4% 3 Ultraflu 1 1,2% 4 Decolgen 3 3,7% 5 Sanaflu 4 4,9% 6 Lainnya 62 76,5%

52 4. Sumber informasi yang paling mendukung dalam memilih obat flu (common cold) Hasil penelitian pada Tabel 13, menunjukkan bahwa keluarga (58%) merupakan sumber informasi yang paling mendukung responden dalam memilih obat flu (common cold). Keluarga mempunyai pengaruh yang besar dalam memilih obat flu (common cold) mana yang cocok dengan dirinya. Selanjutnya dokter atau tenaga kesehatan lainnya (37%), pengalaman sendiri (26%), iklan televisi (10%), dan teman (5%). Keluarga termasuk kelompok primer yang memungkinkan untuk berinteraksi dengan responden secara terus menerus dan informal (Kotler, 2001) dan menurut Ali (2009), tugas keluarga dalam pemeliharaan kesehatan adalah mengambil keputusan untuk tindakan kesehatan yang tepat, dan memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit. Tabel 13. Sumber Informasi yang Paling Mendukung Responden dalam Memilih Obat Flu (Common Cold) No Sumber Informasi ) Jumlah Responden (N=81) Persentase 1 Pengalaman sendiri 21 26% 2 Keluarga 47 58% 3 Teman 4 5% 4 Iklan Televisi 8 10% 5 Dokter atau tenaga kesehatan lainnya 30 37% 6 Lainnya 0 0% Keterangan ) artinya: jawaban responden boleh lebih dari satu

53 D. PENGARUH IKLAN OBAT DI TELEVISI Pengaruh iklan obat di televisi terdiri dari 8 pertanyaan tertutup yang bersifat favourable dan unfavourable. Jenis pertanyaan favourable yaitu jenis pertanyaan untuk nomor 1, 2, 3 dan 4 sedangkan untuk pertanyaan unfavourable yaitu jenis pertanyaan untuk nomor 5, 6, 7 dan 8. Pada jenis pertanyaan nomor 5, 6, 7 dan 8 adalah kebalikan dari pertanyaan nomor 1, 2, 3 dan 4 untuk mengklarifikasikan konsistensi responden dalam menjawab kuesioner. Penilaian pada kuesioner pengaruh iklan obat di televisi dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Penilaian pada Kuesioner Pengaruh Iklan Obat di Televisi No Pernyataan Penilaian SS S TS STS Iklan obat yang menarik dan membuat 1. responden membeli obat tersebut. 4 3 2 1 2. 3. 4. 5. Iklan yang mudah dimengerti dan membuat responden membeli obat tersebut. 4 3 2 1 Iklan yang menjanjikan khasiat membuat keinginan untuk membeli obat. 4 3 2 1 Iklan yang sering muncul, membuat responden tertarik membeli obat tersebut. 4 3 2 1 Responden tidak membeli obat tersebut, meski iklannya menarik. 1 2 3 4 6. 7. 8. Iklan obat tersebut mudah dimengerti namun responden tetap membeli obat lain. Iklan obat yang menjanjikan khasiat, tidak mempengaruhi pembelian obat. Iklan obat yang sering muncul tidak membuat responden membeli obat tersebut. 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

54 Data pengaruh iklan obat di televisi dibagi dalam dua kategori yaitu tidak terpengaruh iklan obat di televisi dan terpengaruh iklan obat di televisi. Pengelompokan ini berdasarkan asumsi bahwa responden dikatakan terpengaruh iklan obat di televisi apabila setuju pada pertanyaan favourable dan tidak setuju pada pertanyaan unfavourable, begitu juga sebaliknya apabila responden dikatakan tidak terpengaruh iklan obat di televisi. Pada analisis variabel secara deskriptif, data pengaruh iklan obat di televisi diberikan coding atau pemberian kode 1 pada kategori terpengaruh iklan obat di televisi dan kode 2 pada kategori tidak terpengaruh iklan obat di televisi tanpa menunjukan tingkatan apapun hanya sebagai label. Kategori terpengaruh iklan obat di televisi, bila responden memperoleh skor 24 yang artinya responden menjawab setuju atau sangat setuju pada semua pertanyaan favourable dan menjawab tidak setuju atau sangat tidak setuju pada semua pertanyaan unfavourable. Sedangkan pada kategori tidak terpengaruh iklan obat di televisi, bila responden memperoleh skor < 24. Pengaruh iklan obat di televisi dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Pengaruh Iklan Obat di Televisi Pengaruh Iklan Obat di Televisi Frekuensi % Terpengaruh iklan obat di televisi 4 5 Tidak terpengaruh iklan obat di televisi 77 95 Total 81 100

55 Kategori: 1. Terpengaruh iklan obat di televisi, bila responden memperoleh skor 24 2. Tidak terpengaruh iklan obat di televisi, bila responden memperoleh skor < 24. Berdasarkan data tersebut didapatkan 4 responden (5%) terpengaruh iklan obat di televisi, sedangkan 77 responden (95%) tidak terpengaruh iklan obat di televisi dari total 81 responden. E. TINGKAT PENGETAHUAN SWAMEDIKASI FLU (COMMON COLD) Berdasarkan hasil penilaian kuesioner ini, diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan tentang swamedikasi flu (common cold) yang termasuk dalam kategori buruk (65%). Hanya sebagian kecil responden yang memiliki tingkat pengetahuan tentang swamedikasi flu (common cold) yang termasuk dalam kategori baik (7%), dan 28% responden termasuk dalam kategori sedang. Hal ini dikarenakan seluruh responden merupakan mahasiswa dari program studi non kesehatan yang tidak mendapatkan pembelajaran tentang kesehatan. Tabel 16. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Swamedikasi Flu (Common Cold) Seluruh Responden Kategori Jumlah Persentase (%) Baik 6 7 Sedang 22 28 Buruk 53 65 Total 81 100

56 Kategori: 1. Buruk, bila responden memperoleh skor <60% 2. Sedang, bila responden memperoleh skor 60%-80% 3. Baik, bila responden memperoleh skor >80% (Khomsan, 2000). Tingkat pengetahuan swamedikasi flu (common cold) berdasarkan pengaruh iklan obat di televisi dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Pengaruh Iklan Obat di Televisi Terhadap Tingkat Pengetahuan Swamedikasi Flu (Common Cold) Tingkat Pengetahuan Pengaruh Iklan Obat di Swamedikasi Flu (Common Cold) Total Televisi Baik Sedang Buruk Terpengaruh iklan obat di televisi Tidak terpengaruh iklan obat di televisi 0 2 2 4 6 20 51 77 Total 6 22 53 81 Pengaruh iklan obat di televisi terhadap tingkat pengetahuan swamedikasi flu (common cold) pada mahasiswa program studi non kesehatan di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) diuji dengan menggunakan uji chi square, didapatkan nilai signifikan p adalah 0,529, karena nilai signifikan p > 0,10 (H0 diterima) maka dapat disimpulkan bahwa iklan obat di televisi tidak mempunyai pengaruh terhadap tingkat pengetahuan swamedikasi flu (common cold) pada mahasiswa program studi non kesehatan di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), dengan hipotesis yang diuji yaitu:

57 H0: Iklan obat di televisi tidak mempunyai pengaruh terhadap tingkat pengetahuan swamedikasi flu (common cold) jika p-value > 0,10 H1: Iklan obat di televisi mempunyai pengaruh terhadap tingkat pengetahuan swamedikasi flu (common cold) jika p-value < 0,10. F. KETEPATAN TINDAKAN SWAMEDIKASI FLU (COMMON COLD) Berdasarkan data yang diperoleh pada Tabel 18, dari total 81 responden terlihat bahwa sebagian besar tindakan swamedikasi flu (common cold) yang dilakukan responden termasuk dalam kategori tepat (67%) dan 33% tindakan swamedikasi flu (common cold) yang dilakukan responden termasuk dalam kategori tidak tepat. Tabel 18. Distribusi Frekuensi Ketepatan Tindakan Swamedikasi Flu (Common Cold) Seluruh Responden Kategori Jumlah Persentase (%) Kategori: Tepat 54 67 Tidak Tepat 27 33 Total 81 100 1. Tidak tepat tindakan swamedikasi, bila nilai <3, yang berarti tidak semua kriteria ketepatan tindakan swamedikasi terpenuhi. 2. Tepat tindakan swamedikasi, bila nilai =3, yang berarti semua kriteria ketepatan tindakan swamedikasi terpenuhi.

58 Ketepatan tindakan swamedikasi flu (common cold) berdasarkan pengaruh iklan obat di televisi dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Pengaruh Iklan Obat di Televisi Terhadap Ketepatan Tindakan Swamedikasi Flu (Common Cold) Pengaruh Iklan Obat di Televisi Ketepatan Tindakan Swamedikasi Flu (Common Cold) Total Tepat Tidak tepat Terpengaruh iklan obat di televisi 4 0 4 Tidak terpengaruh iklan obat di televisi 50 27 77 Total 54 27 81 Pengaruh iklan obat di televisi dengan ketepatan tindakan swamedikasi flu (common cold) pada mahasiswa program studi non kesehatan di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) diuji dengan menggunakan fisher exact test, didapatkan nilai signifikan p adalah 0,296, karena nilai signifikan p > 0,10 (H0 diterima) maka dapat disimpulkan bahwa iklan obat di televisi tidak mempunyai pengaruh terhadap ketepatan tindakan swamedikasi flu (common cold) pada mahasiswa program studi non kesehatan di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), dengan hipotesis yang diuji yaitu: H0: Iklan obat di televisi tidak mempunyai pengaruh terhadap ketepatan tindakan swamedikasi flu (common cold) jika p-value > 0,10 H1: Iklan obat di televisi mempunyai pengaruh terhadap ketepatan tindakan swamedikasi flu (common cold) jika p-value < 0,10.