BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. negara berkembang, termasuk. Riskesdas, prevalensi anemia di Indonesia pada tahun 2007 adalah

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia

BAB I PENDAHULUAN. dan Afrika. Menurut World Health Organization (dalam Briawan, 2013), anemia

BAB 1 : PENDAHULUAN. SDKI tahun 2007 yaitu 228 kematian per kelahiran hidup. (1)

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan fisiknya dan perkembangan kecerdasannya juga terhambat.

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi medis dimana kadar hemoglobin kurang dari

BAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan suatu kondisi konsentrasi hemoglobin kurang dari

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes RI) tahun 2010 menyebutkan

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi ketika kadar hemoglobin (Hb) dalam darah lebih rendah dari batas normal kelompok orang yang

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan pertumbuhan fisik yang tidak optimal dan penurunan perkembangan. berakibat tingginya angka kesakitan dan kematian.

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kekurangan zat-zat gizi esensial tertentu yang akhirnya akan

BAB I PENDAHULUAN. Ketidak cukupan asupan makanan, misalnya karena mual dan muntah atau kurang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, masa remaja, dewasa sampai usia lanjut usia (Depkes, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. sedang berkembang. Masalah kesehatan yang dihadapi negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan. perkembangan kecerdasan, menurunkan produktivitas kerja, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001). mineral. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI 1998

BAB I PENDAHULUAN. menderita anemia. Anemia banyak terjadi pada masyarakat terutama pada. tinggi. Menurut World Health Organization (WHO, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan masalah yang sering terjadi di Indonesia. Anemia

BAB 1 PENDAHULUAN. cadangan besi kosong yang pada akhirnya mengakibatkan pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan zat gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik, perkembangan kecerdasan, menurunnya produktifitas kerja dan

BAB I PENDAHULUAN. 2001). Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat dilakukan. pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang diharapkan setiap pasangan

BAB I PENDAHULUAN. Kasus anemia merupakan salah satu masalah gizi yang masih sering

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Periode remaja adalah periode transisi dari anak - anak menuju dewasa, pada

BAB 1 : PENDAHULUAN. kurang vitamin A, Gangguan Akibat kurang Iodium (GAKI) dan kurang besi

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. termasuk dalam memilih jenis makanan yang di konsumsi. Kecukupan

BAB I PENDAHULUAN. dengan prevalensi tertinggi dialami negara berkembang termasuk Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak. perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Remaja adalah tahapan umur yang datang setelah masa anak anak

BAB I PENDAHULUAN. yang relatif sangat bebas, termasuk untuk memilih jenis-jenis makanan

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan demikian salah satu masalah kesehatan masyarakat paling serius

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah kesehatan masyarakat ( Public Health Problem) adalah anemia gizi.

BAB I PENDAHULUAN. (Suharno, 1993). Berdasarkan hasil penelitian WHO tahun 2008, diketahui bahwa

BAB I PENDAHULUAN. yang menyiapkan tenaga kerja, dituntut mampu menghasilkan lulusan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) wanita dengan usia tahun

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN ANEMIA DI PUSKESMAS PANARUNG KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2015

BAB I. antara asupan (intake dengan kebutuhan tubuh akan makanan dan. pengaruh interaksi penyakit (infeksi). Hasil Riset Kesehatan Dasar pada

BAB I PENDAHULUAN. pada ibu hamil disebut potensial danger to mother and child (potensial

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan jumlah sel darah merah dibawah nilai normal yang dipatok untuk perorangan.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang banyak terjadi dan tersebar di seluruh dunia terutama di negara

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan baik, bayi tumbuh sehat sesuai yang diharapkan dan

BAB I PENDAHULUAN. dunia, lebih dari 1 milyar orang dewasa adalah overweight dan lebih dari 300

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Salah satu penentu kualitas sumber daya manusia adalah gizi seimbang. Kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. terutama di negara berkembang. Data Riset Kesehatan Dasar (R iskesdas)

BAB I PENDAHULUAN. trimester III sebesar 24,6% (Manuba, 2004). Maka dari hal itu diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan

HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM TABLET FE PADA IBU PRIMIGRAVIDA DENGAN KEJADIAN ANEMIA DI PUSKESMAS TEGALREJO TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. atau konsentrasi hemoglobin dibawah nilai batas normal, akibatnya dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya gangguan gizi antara lain anemia. Anemia pada kehamilan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu indikator keberhasilan layanan kesehatan di suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. karena itulah anemia memerlukan perhatian serius dari semua pihak yang

KUESIONER PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. generasi sebelumnya di negara ini. Masa remaja adalah masa peralihan usia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan suatu keadaan dimana kadar Hemoglobin (Hb) ambang menurut umur dan jenis kelamin (WHO, 2001).

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara, dan masih menjadi masalah kesehatan utama di. dibandingkan dengan laki-laki muda karena wanita sering mengalami

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan gagalnya pertumbuhan,

BAB I PENDAHULUAN. optimal. Dibutuhkan tenaga kerja yang sehat, berkualitas dan produktif untuk bersiap

BAB 1 PENDAHULUAN. kapasitas/kemampuan atau produktifitas kerja. Penyebab paling umum dari anemia

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. defisiensi vitamin A, dan defisiensi yodium (Depkes RI, 2003).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Sukoharjo yang beralamatkan di jalan Jenderal Sudirman

KEBIASAAN MINUM TABLET FE SAAT MENSTRUASI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS XI DI SMA MUHAMMADIYAH 7 YOGYAKARTA TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan

kekurangan energi kronik (pada remaja puteri)

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia Gizi Besi (AGB) dan Kekurangan Energi Protein (KEP) di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. anemia masih tinggi, dibuktikan dengan data World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kualitas SDM yang dapat mempengaruhi peningkatan angka kematian. sekolah dan produktivitas adalah anemia defisiensi besi

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

NAMA : UMUR : KELAS : No. Telpon : Alamat lengkap : Untuk pertanyaan di bawah ini, beri tanda X untuk jawaban yang kamu pilih

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia pada ibu hamil

BAB 1 PENDAHULUAN. psikologik, dan perubahan sosial (Mansur, 2009). Pada remaja putri, pubertas

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan salah satunya adalah penyakit infeksi. Masa balita juga merupakan masa kritis bagi

BAB I PENDAHULUAN. hemoglobin dalam sirkulasi darah. Anemia juga dapat didefinisikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. melalui alat indra (Lukaningsih, 2010: 37). Dengan persepsi ibu hamil dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. merah atau hemoglobin kurang dari normal. Kadar hemoglobin normal. umumnya berbeda pada laki-laki dan perempuan. Untuk pria, anemia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. masa kehamilan. Anemia fisiologis merupakan istilah yang sering. walaupun massa eritrosit sendiri meningkat sekitar 25%, ini tetap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anemia merupakan keadaan berkurangnya kemampuan darah

Transkripsi:

BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia yang tidak hanya terjadi di negara berkembang tetapi juga di negara maju. Penderita anemia diperkirakan dua milyar dengan prevalensi terbanyak di wilayah Asia dan Afrika. World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa anemia merupakan 10 masalah kesehatan terbesar di abad modern ini, dimana kelompok yang berisiko tinggi anemia adalah wanita usia subur, ibu hamil, anak usia sekolah, dan remaja. (1) Anemia adalah keadaan dengan kadar hemoglobin, hematokrit dan sel darah merah yang lebih rendah dari nilai normal, yaitu hemoglobin <12g/dL untuk remaja. (2) Anemia menyebabkan darah tidak cukup mengikat dan mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh. Bila oksigen yang diperlukan tidak cukup, maka akan berakibat pada sulitnya berkonsentrasi sehingga prestasi belajar menurun. Kemudian daya tahan fisik rendah sehingga mudah lelah, aktivitas fisik menurun dan mudah sakit karena daya tahan tubuh rendah, akibatnya jarang masuk sekolah atau bekerja. (3) Anemia yang sering terjadi adalah anemia disebabkan oleh kekurangan asupan zat besi. Kekurangan zat besi tidak terbatas pada remaja status sosial ekonomi pedesaan yang rendah, tetapi juga menunjukkan peningkatan prevalensi di masyarakat yang makmur dan berkembang. Prevalensi anemia remaja di negara-negara berkembang sebesar 27%, sedangkan di negara maju sebesar 6%.

Menurut WHO, apabila prevalensi anemia 40% termasuk kategori berat, sedang 20-39%, ringan 5-19,9%, dan normal <5%. (1) Menurut data WHO dalam Worldwide Prevalence of Anemia menunjukkan bahwa total keseluruhan penduduk dunia yang menderita anemia sebanyak 1,62 miliar orang. (4) Sejalan dengan data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004, menyatakan bahwa prevalensi anemia gizi pada remaja putri usia 10-18 tahun ialah sebesar 57,1%. (5) Sedangkan menurut data Riskesdas tahun 2013, prevalensi anemia di Indonesia sebesar 21,7%, dengan proporsi 20,6% di perkotaan dan 22,8% di pedesaan serta 18,4% laki-laki dan 23,9% perempuan. Berdasarkan kelompok umur, penderita anemia berumur 5-14 tahun sebesar 26,4% dan sebesar 18,4% pada kelompok umur 15-24 tahun. (6) Provinsi Sumatera barat memiliki prevalensi anemia di atas prevalensi nasional, dimana menurut acuan SK Menkes yaitu sebesar 14,8% dan acuan Riskesdas sebesar 11,9%. Didapatkan hasil prevalensi anemia berdasarkan SK Menkes yaitu sebesar 29,8% perempuan, 27,6% untuk laki-laki, dan 17,1% anakanak. Sedangkan Riskesdas didaptakan sebesar 16,6% perempuan, 25,8% lakilaki, dan 19,0% anak-anak. (7) Faktor utama penyebab anemia adalah asupan zat besi yang kurang. Rendahnya supan zat besi sering terjadi pada orang-orang yang mengkonsumsi bahan makanan yang kurang beragam, seperti protein. Kurangnya asupan protein akan mengakibatkan transportasi zat besi terlambat, sehingga akan terajadi defisiensi zat besi. Disamping itu, makanan yang tinggi protein teruma berasal dari daging, ikan dan unggas juga banyak mengandung protein. (8)

Anemia defisiensi zat besi lebih banyak terjadi pada remaja putri dibanding remaja putra. Hal ini dikarenakan remaja putri mengalami menstruasi setiap bulannya dan sedang dalam masa pertumbuhan, sehingga membutuhkan asupan zat besi yang lebih banyak. (2) Remaja putri pada umumnya memiliki karakteristik kebiasaan makan tidak sehat, seperti tidak makan pagi, malas minum air putih, dan makan makanan siap saji. Hal ini mengakibatkan remaja tidak mampu memenuhi keanekaragaman zat makanan yang dibutuhkan oleh tubuh untuk proses sintesis pembentukan hemoglobin (Hb). Bila hal ini terjadi dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan kadar Hb terus berkurang dan menimbulkan anemia. (3) Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Nilsen tahun 2008, didapatkan data bahwa 69% masyarakat kota di Indonesia mengkonsumsi makanan cepat saji (fast food) dengan rincian yaitu sebanyak 33% menyatakan sebagai makan siang, 25% makan malam, 9% menyatakan makanan selingan dan 2% memilih untuk makan pagi. Penelitian yang dilakukan Heryanti tahun 2009, didapatkan hasil tingkat konsumsi fast food tertinggi adalah golongan pelajar yaitu sebesar 83,3%. (9) Fenomena kehilangan waktu makan pokok dan menggantinya dengan makanan cepat saji pada remaja meningkat seiringnya dengan bertambahnya usia. Waktu makan paling sering terlewat adalah sarapan dan makan siang. Berbagai aktivitas dan akademik seringkali membuat remaja kehilangan waktu makan. Keseringan remaja melewatkan waktu makan maka akan menimbulkan berbagai macam penyakit seperti maag, pencernaan terganggu, dan juga dapat menimbulkan anemia. (10) Pola makan yang dianjurkan bagi remaja adalah

makanan gizi seimbang yang terdiri atas sumber zat tenaga misalnya roti, tepungtepungan, sumber zat pembangun misalnya ikan, telur, ayam, daging, susu, kacang-kacangan, tahu, tempe, dan sumber zat pengatur seperti sayur-sayuran, buah-buahan. (3) Beberapa penelitian telah menyatakan bahwa adanya hubungan pola makanan dengan kejadian anemia, diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Damayani, dkk tahun 2014 yang menyatakan bahwa pola makan yang terdiri dari (jumlah, jenis dan frekuensi) memiliki hubungan terhadap terjadinya anemia pada remaja putri khususnya siswi SMP Negeri 2 Kota Pinang. (11) Serta terdapat juga hubungan makanan cepat saji dengan kejadian anemia yang diteliti oleh Himanshu, dkk tahun 2014, menyatakan adanya hubungan mengkonsumsi junk food dengan kejadian anemia pada remaja. (12) Penelitian mengenai asupan zat besi dengan kejadian anemia telah dilakukan oleh beberapa peneliti, diantaranya Yulianan, dkk tahun 2013, menyatakan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara faktor risiko asupan zat besi dengan terjadinya anemia pada Siswi MTS Puteri Al-Amin. (13) Sependapat dengan penelitian yang dilakukan oleh Ilmaryefa tahun 2013, menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara asupan zat besi dengan kejadian anemia. (14) Sedangkan penelitian mengenai melewatkan waktu makan dengan kejadian anemia telah dilakukan oleh Lopamudra dan Premarajan tahun 2013, menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara melewatkan waktu makan dengan anemia. (15) Data Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2015 menyatakan bahwa remaja putri yang berisiko anemia terbesar berada di SMK Negeri 3 Padang, yaitu

sebesar 37,5%. Didukung dengan data dari Puskesmas Padang Pasir bulan November tahun 2016 yang mendata bahwa terdapat 41 (36,93%) orang remaja putri yang berisiko anemia. Remaja putri yang dinyatakan berisiko anemia dilihat berdasarkan tanda-tanda fisik yang diperiksa oleh petugas Puskesmas. Dengan besaran kasus sebesar 36,93%, kasus tersebut termasuk ke dalam masalah kesehatan masyarakat kelompok sedang berdasarkan klasifikasi Micronutrient Opportunities, Strategies and Technology (MOST-The USAID Micronutrient Program) tahun 2004. Berdasarkan uraian paragraf sebelumnya, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Hubungan Pola Makanan Cepat Saji, Terlewatnya Waktu Makan, dan Asupan Zat Besi dengan Kejadian Anemia Pada Remaja Putri di SMK Negeri 3 Padang Tahun 2017. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka rumusan masalah yang dikemukakan dalam pertanyaan penelitian adalah apakah pola makanan cepat saji, terlewatnya waktu makan dan asupan zat besi berhubungan dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMK Negeri 3 Padang tahun 2017. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pola makanan cepat saji, terlewatnya waktu makan dan asupan zat besi dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMK Negeri 3 Padang tahun 2017.

1.3.2 Tujuan Khusus 1. Diketahuinya gambaran kejadian anemia pada remaja putri di SMK Negeri 3 Padang tahun 2017. 2. Diketahuinya pola (frekuensi, jumlah dan jenis) makanan cepat saji yang dikonsumsi remaja putri di SMK Negeri 3 Padang tahun 2017. 3. Diketahuinya distribusi asupan zat besi pada remaja putri di SMK Negeri 3 Padang tahun 2017. 4. Diketahuinya distribusi frekuensi waktu makan yang sering dilewatkan remaja putri di SMK Negeri 3 Padang tahun 2017. 5. Diketahuinya hubungan pola (frekuensi, jumlah dan jenis) makanan cepat saji dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMK Negeri 3 Padang tahun 2017. 6. Diketahuinya hubungan asupan zat besi dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMK Negeri 3 Padang tahun 2017. 7. Diketahuinya hubungan terlewatnya waktu makan dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMK Negeri 3 Padang tahun 2017. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis 1. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat untuk menambah literatur mengenai hubungan pola makan terhadap anemia gizi pada remaja. 2. Untuk menambah pengetahuan peneliti dalam menemukan hubungan pola makanan cepat saji, terlewatnya waktu makan dan asupan zat besi dengan kejadian anemia pada remaja.

1.4.2 Manfaat Praktis Penelitian ini digunakan untuk meningkatkan upaya-upaya untuk mengurangi resiko terjadinya anemia oleh Institusi Pelayanan Kesehatan dengan menyampaikan pentingnya makanan bergizi dan pola makan bagi remaja. 1.4.3 Bagi Pelayanan Kesehatan dan Sekolah 1. Membantu untuk mendeteksi kejadian anemia pada remja. 2. Membantu untuk mencegah terjadinya anemia pada remaja. 3. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai masukan bagi sekolah dalam menyusun program dan panduan promosi kesehatan untuk menurunkan angka kejadian anemia pada remaja. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan pola makanan cepat saji, terlewatnya waktu makan dan asupan zat besi dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMK Negeri 3 Padang tahun 2017. Variabel terikat (dependent) dalam penelitian ini ialah kejadian anemia, sedangkan variabel bebasnya (independent) ialah pola makanan cepat saji, terlewatnya waktu makan dan asupan zat besi. Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah case control. Data diambil berasal dari sumber data sekunder yaitu data risiko anemia anak sekolah menengah atas dari Puskesmas Padang Pasir dan data siswi yang tersedia di sekolah, serta sumber data primer yang diperoleh dari kuesioner yang ditanyakan kepada responden dan pengukuran kadar hemoglobin (Hb) secara langsung pada remaja.