HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN KANKER NASOFARING YANG MENDAPATKAN KEMOTERAPI DI RUANG RAWAT INAP RSUD Dr.

dokumen-dokumen yang mirip
Perbedaan Terapi Kemoradiasi dan Radiasi terhadap Kesembuhan Kanker Payudara Pasca Bedah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. siklus sel yang khas yang menimbulkan kemampuan sel untuk tumbuh tidak

KARAKTERISTIK PENDERITA KANKER NASOFARING DI RUMAH SAKIT H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN Oleh: WULAN MELANI

BAB I PENDAHULUAN. terkendali. Kanker menyerang semua manusia tanpa mengenal umur, jenis

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di RSUD Dr. Moewardi pada Juli 2013

ANALISIS MUTU PELAYANAN KESEHATAN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT DAERAH MADANI PROVINSI SULAWESI TENGAH. Aminuddin 1) Sugeng Adiono 2)

KUALITAS HIDUP DAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN KANKER NASOFARING YANG MENDAPAT RADIOTERAPI DAN KEMOTERAPI DI RSUD DR.

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

ABSTRAK GAMBARAN SKOR OHIP-14 PASIEN KANKER KEPALA DAN LEHER YANG MENDAPATKAN RADIOTERAPI DAN KEMOTERAPI DI RSUP SANGLAH TAHUN 2016

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan

BAB I PENDAHULUAN. belakang hidung dan belakang langit-langit rongga mulut. Data Laboratorium

BAB I PENDAHULUAN. sel tubuh normal mengadakan mutasi menjadi sel kanker yang kemudian. Penyakit kanker saat ini sudah merupakan masalah kesehatan di

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 8,2 juta orang. Berdasarkan Data GLOBOCAN, International Agency

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. Data WHO (World Health Organization) menunjukkan bahwa 78%

HUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSEPSI REMAJA PUTRI, DAN PERAN KELUARGA DENGAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI SMA NEGERI 8 KOTA JAMBI TAHUN 2014

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun Oleh : UT UILA J

PERBEDAAN KADAR HEMOGLOBIN PADA PASIEN KARSINOMA NASOFARING SEBELUM dan SETELAH RADIOTERAPI (Studi Observasional di RSUP Dr Kariadi Semarang)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui

BAB III METODE PENELITIAN. cross sectional. Dalam penelitian cross sectional peneliti melakukan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kanker payudara dapat tumbuh di dalam kelenjer susu, saluran susu dan jaringan ikat

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih dari setengahnya terdapat di negara berkembang, sebagian besar dari

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP TINGKAT KECEMASAN KEMOTERAPI PADA PASIEN KANKER SERVIKS DI RSUD Dr. MOEWARDI

UNIVERSITAS ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS Laporan analisis kasus, September 2014 ABSTRAK

ABSTRAK. Gambaran Riwayat Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Periksa Payudara Sendiri (SADARI) Pasien Kanker Payudara Sebagai Langkah Deteksi Dini

BAB I PENDAHULUAN. Health Organization, 2014). Data proyek Global Cancer (GLOBOCAN) dari

HUBUNGAN KEPUASAN PASIEN DENGAN MINAT PASIEN DALAM PEMANFAATAN ULANG PELAYANAN KESEHATAN PADA PRAKTEK DOKTER KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kanker payudara seperti dapat melakukan sadari (periksa payudara

HUBUNGAN USIA WANITA SAAT COITARCHE DAN LAMA PEMAKAIAN PIL KB KOMBINASI DENGAN KEJADIAN KANKER SERVIKS DI RSUD DR.

HUBUNGAN KOMPENSASI DAN DISIPLIN KERJA DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA TENAGA KEPERAWATAN DI RSJ. PROF. DR. V. L. RATUMBUYSANG MANADO

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker adalah istilah umum untuk pertumbuhan sel tidak normal, yaitu tumbuh sangat cepat, tidak terkontrol, dan

Hubungan Depresi dan Demensia pada Pasien Lanjut Usia dengan Diabetes Melitus Tipe 2 LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN.

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN ORANG TUA TERHADAP HOSPITALISASI ANAK DI RSUD Dr. MOEWARDI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Gambaran Tingkat Depresi pada Pasien Kanker Paru yang Menjalani Kemoterapi di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2015

HUBUNGAN PERCEIVED BENEFIT

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal adalah masa peralihan dari masa remaja menuju masa

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN MOTIVASI KEMOTERAPI PASIEN KANKER PAYUDARA DI RSUD KRATON KABUPATEN PEKALONGAN. Manuscript

ABSTRAK GAMBARAN KOMPLIKASI PASIEN KANKER KEPALA DAN LEHER PASCA RADIOTERAPI/KEMOTERAPI DI RSUP SANGLAH TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. ganas hidung dan sinus paranasal (18 %), laring (16%), dan tumor ganas. rongga mulut, tonsil, hipofaring dalam persentase rendah.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. inklusi penelitian. Subyek penelitian ini terdiri dari kelompok kasus dan

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran

BAB I PENDAHULUAN. Kata kanker merupakan kata yang paling menakutkan di seluruh

HUBUNGAN POLA MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. pada perempuan. Menurut riset yang dilakukan oleh International Agency for

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU TENTANG FAKTOR RISIKO PENYAKIT SEREBROVASKULAR TERHADAP KEJADIAN STROKE ISKEMIK ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH

Fitri Arofiati, Erna Rumila, Hubungan antara Peranan Perawat...

BAB III METODE PENELITIAN

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI LOKALISASI SUNAN KUNING SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (Kementrian Kesehatan RI, 2010). Kanker payudara bisa terjadi pada perempuan

Kata kunci: Body Mass Index (BMI), Underweight, Overweight, Obesitas, Indeks DMF-T, Karies.

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam catatan Word Health Organization (WHO) dimasukkan dalam

HUBU GA DUKU GA KELUARGA DE GA KEPATUHA KO TROL BEROBAT PADA KLIE SKIZOFRE IA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH DR. AMI O GO DOHUTOMO SEMARA G

Jurnal Farmasi Andalas Vol 1 (1) April 2013 ISSN :

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN INFEKSI RESPIRATORIK AKUT (IRA) BAGIAN BAWAH PADA ANAK USIA 1-5 TAHUN DI RSUD SUKOHARJO

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) PADA MAHASISWA AKBID TINGKAT I STIKes YPIB MAJALENGKA TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara adalah keganasan pada sel-sel yang terdapat pada

The Incidence of Conjunctivitis in Rural Hospital Compared with Urban Hospital 1 January-31 December 2013

BAB III METODE PENELITIAN

: asupan energi, protein, tingkat depresi dan status gizi, pasien, Prop Kalbar

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN TINGKAT KUALITAS HIDUP PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS PERUMNAS II KECAMATAN PONTIANAK BARAT

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN KANKER PAYUDARA DI INSTALASI RAWAT INAP BEDAH RSUP Dr. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG TAHUN 2012

METODE PENELITIAN. n =

BAB I PENDAHULUAN. yang tumbuh melampaui batas normal yang kemudian dapat menyerang semua

ABSTRAK TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP BANGSAL BEDAH RUANG KUTILANG DAN MAWAR DI RUMAH SAKIT X DI BANDAR LAMPUNG 2010

Hubungan Merokok dan Kejadian Nasofaring

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. wanita. Penyakit ini didominasi oleh wanita (99% kanker payudara terjadi pada

MUTU PELAYANAN DAN KOMUNIKASI TERAUPETIK YANG BAIK MENINGKATKAN KEPUASAN PASIEN PENGGUNA BPJS KESEHATAN DI RSI NU DEMAK

e-journal Keperawatan (e-kp) Volume 6 Nomor 1, Februari 2018

BAB I PENDAHULUAN. Kanker serviks adalah kanker pembunuh perempuan nomor satu. maka pengobatan yang diberikan adalah kemoterapi (Baradero,2007).

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN ZAT GIZI MIKRO DAN MORBIDITAS TERHADAP STATUS GIZI SISWA SISWI DI SMP MUHAMMADIYAH 1 KARTASURA

HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN SIKAP PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian quasy experimental, control group pre test post test design. Jenis

Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S 1 Gizi. Disusun Oleh : MAGDALENA NETTY SATYARINI RAHAYU J

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. serta dapat menjalar ke ke tempat yang jauh dari asalanya yang disebut metastasis.

Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap terhadap Pelaksanaan SADARI pada Ibu Rumah Tangga di Kelurahan Jati

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan case control

Sartono, SKM, M.Kes, Terati, SKM, M.Si, Yunita Nazarena, S.Gz Dosen Jurusan Gizi Poltekkes Palembang Kemenkes RI. Abstrak

Correlation Analysis between Patient Characteristic with Patient Satisfactory Level in RSGMP UMY

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan kesengsaraan pada manusia. Di negara negara barat, kanker merupakan penyebab kematian nomor dua setelah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu penyakit mematikan di dunia. Sampai saat ini, kanker

BAB III METODE PENELITIAN. sekaligus pada suatu saat (Notoatmodjo, 2010). Variabel bebas yang. Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Dr Moewardi.

Gambaran Karakteristik Penderita Rawat Inap Karsinoma Serviks di RSUD Karawang Periode 1 Januari Desember 2011

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, observasional dengan

Dinamika Kebidanan vol. 2 no.1. Januari 2012

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO 2012

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN PENGELOLAAN AWAL INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT PADA ANAK

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN KANKER NASOFARING YANG MENDAPATKAN KEMOTERAPI DI RUANG RAWAT INAP RSUD Dr. MOEWARDI Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Disusun Oleh: FITRI SULISTIANINGSIH J310120042 PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017

i

ii

iii

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN KANKER NASOFARING YANG MENDAPATKAN KEMOTERAPI DI RUANG RAWAT INAP RSUD Dr. MOEWARDI ABSTRAK Kanker nasofaring adalah kanker kepala leher tersering (28.4%), dengan rasio pria-wanita adalah 2:4, dan endemis pada populasi Jawa.Penderita kanker nasofaring lebih rentan memiliki kualitas hidup yang buruk dibandingkan dengan kanker yang lain karena f aktor spesifik seperti nyeri di mulut, suara serak, menghindari makan di tempat umum dan bicara yang tidak jelas menyebabkan turunnya kepercayaan diri dan keterbatasan fisik yang mengakibatkan penurunan kualitas hidup. Kondisi ini juga dipegaruhi oleh status gizi pasien yang kurang sehingga menyebabkan penurunan status kesehatan, kelambatan penyembuhan, ketidakmampuan untuk beraktifitas normal dan memiliki persepsi yang buruk dengan kesehatannya yang dapat menyebabkan terjadinya penurunan kualitas hidup pada pasien kanker. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan status gizi dengan kualitas hidup pasien kanker nasofaring yang mendapatkan kemoterapi di ruang rawat inap RSUD Dr. Moewardi. Jenis penelitian ini adalah observasional dengan rancangan cross sectional. Sampel yang digunakan yaitu sebanyak 45 responden. Pengambilan sampel menggunakan teknik consecutive random sampling. Pengambilan data status gizi menggunakan pengukuran lingkar lengan atas dan pengukuran kualitas hidup menggunakan kuesioner Short Form 36 dengan jumlah pertanyaan 36 kemudian diuji menggunakan Chi Square. Distribusi status gizi kurang pada pasien kanker sebesar 66,7% dan status gizi baik sebesar 33,3%. Distribusi kualitas hidup pasien kanker dengan kualitas hidup baik sebesar 51,1% dan kualitas hidup buruk sebesar 48,9%. Ada hubungan antara status gizi dengan kualitas hidup pasien kanker nasofaring yang mendapatkan kemoterapi dibuktikan dengan nilai p=0,001. Pasien dengan status gizi kurang 0,077 kali lebih berisiko memiliki kualitas hidup yang buruk. Ada hubungan antara status gizi dengan kualitas hidup pasien kanker nasofaring yang mendapatkan kemoterapi di ruang rawat inap RSUD Dr. Moewardi Kata Kunci: status gizi, kualitas hidup, kanker, kemoterapi, kanker nasofaring ABSTRACT Nasopharyngeal cancer is the most common cancer of the head neck (28.4%), with a male - female ratio is 2: 4, and endemic in the population of Java. Nasopharyngeal cancer patients are more prone to have poor quality of life compared with other cancers for sp ecific factors such as pain in the mouth, hoarseness, avoid eating in public places and talk unclear cause a decline in self-confidence and physical limitations resulting in decreased quality of life. This condition also have been affected by the nutritional status of patients who are poorly, causing a decrease in health status, delay healing, inability to work normally and have a poor perception of their general health that can lead to decreased quality of life in cancer patients. This study aimed to determine the correlation between nutritional status with quality of life of nasopharyngeal cancer patients who get chemoteraphy in Dr. Moewardi Hospital Inpatient type of this research is observational with cross sectional design. Sample used in this research are 45 respondents. Sample taking by using consecutive random sampling technique. Retrieving data using the nutritional status of the upper arm circumference measurements and measurements of quality of life using the Short Form 36 questionnaire with question number 36 was then tested using Chi Square. Distribution status of malnutrition in cancer patients by 66.7% and good nutritional status of 33.3%. Distribution of the quality of life of cancer patients with a better quality of life for 51.1% and poor quality of life of 48.9%. There is a correlated between nutritional status and quality of life of nasopharyngeal cancer patients receiving who get chemotherapy evidenced by the value of p = 0.001. Patients with malnutrition status 0.077 times higher risk of having a poor quality of life. There arecorrelation between nutritional status with quality of life of nasopharyngeal cancer patients who get chemoteraphy in Dr. Moewardi Hospital Inpatient. Keywords: nutritional status, quality of life, cancer, chemoteraphy, nasopharyngeal cancer 1

1. PENDAHULUAN Kanker Nasofaring (KNF) adalah tumor ganas yang tumbuh di daerah nasofaring dengan predileksi di Fosa Rossenmuller dan atap nasofaring.knf adalah tumor yang berasal dari sel epitel yang menutupi permukaan nasofaring.kanker nasofaring merupakan tumor ganas yang sering dijumpai dibagian telinga, hidung, tenggorokan, kepala dan leher (THTKL).Kanker nasofaring di Indonesia menduduki urutan keempat dari seluruh keganasan setelah kanker mulut rahim, payudara dan kulit (Nasir, 2009). Kanker nasofaring merupakan salah satu jenis kanker ganas yang sering ditemukan di Indonesia.Kanker nasofaring berada pada urutan ke-4 kanker terbanyak di Indonesia setelah kanker payudara, kanker leher rahim, dan kanker paru. Kanker nasofaring adalah kanker kepala leher tersering (28.4%), dengan rasio pria-wanita adalah 2:4, dan endemis pada populasi Jawa (Adam et al., 2012). Berdasarkan survey pendahuluan data rekam medis di RSUD Dr. Moewardi kanker nasofaring memiliki pravalensi cukup tinggi yaitu pada tahun 2014 sebanyak 21,16% dan meningkat pada tahun 2015 sebesar 23,4% dari total pasien kanker keseluruhan, rata-rata jumlah pasien kanker nasofaring tahun 2015 per bulan sebanyak 49 pasien. Salah satu metode pengobatan pada penyakit kanker adalah kemoterapi yaitu pengobatan kanker secara sistematik dengan tujuan menghambat pertumbuhan sel kanker.terapi pada kanker nasofaring menyebabkan stomatitis, mukositis, nyeri, penurunan sekresi kelenjar ludah, menekan sensasi rasa dan kerusakan gigi.hal ini menyebabkan penurunan asupan makan, daya tahan tubuh, mudah terkena infeksi, penurunan berat badan dan status gizi (Soepardi, 2012). Masalah gizi merupakan masalah yang sering ditemui pada pasien kanker.penurunan status gizi sering terjadi sebagai dampak dari penyakit kanker maupun terapinya.sebanyak 20% dari pasien kanker lebih banyak yang meninggal akibat keadaan gizi kurang daripada keganasan 2

penyakitnya.status gizi kurang mengakibatkan fungsi fisik menjadi buruk, tingkat kecacatan yang tinggi dan gangguan mental. Efek yang ditimbulkan dari status gizi kurang tersebut mengakibatkan penderita kanker mengalami penurunan kepercayaan diri, penurunan fungsi fisik, Penurunan status kesehatan, kelambatan penyembuhan, ketidakmampuan untuk beraktifitas normal dan memiliki persepsi yang buruk dengan kesehatannya yang dapat menyebabkan terjadinya penurunan kualitas hidup pada pasien kanker (Hardiano, 2015). Kualitas hidup merupakan salah satu luaran yang penting pada pasien kanker.penderita kanker nasofaring lebih rentan memiliki kualitas hidup yang buruk dibandingkan dengan kanker yang lain karena f aktor spesifik seperti nyeri di mulut, suara serak, menghindari makan di tempat umum dan bicara yang tidak jelas menyebabkanturunnya kepercayaan diri dan keterbatasan fisik (Kurniawati, 2013). Hasil penelitian oleh Kurniasari dkk (2015) dapat diketahui bahwa status gizi berdasarkan kondisi fisik seseorang yang dinilai dengan SGA mempunyai hubungan yang signifikan dengan kualitas hidup pasien kanker kepala dan leher. Penelitian Kurniasari (2015) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi berdasarkan antropometri (IMT) dengan kualitas hidup pasien kanker kepala dan leher. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk mengambil penelitian tentang hubungan status gizi dengan kualitas hidup pasien kanker nasofaring yang mendapatkan kemoterapi di RSUD Dr. Moewardi. 2. METODE Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional dengan pendekatan crosssectional yaitu mempelajari hubungan antara variabel bebas (faktor risiko) dengan variabel terikat (efek) dengan melakukan pengukuran sesaat (Sastroasmoro dan Ismail, 2011). 3

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan sistem consecutive random sampling. Kriteria inklusi yaitu pasien bersedia menjadi responden dan mendapatkan kemoterapi. Data staus gizi didapatkan dengan pengukuran lingkar lengan atas dan data kuualitas hidup didapatkan dari hasil kuesioner short form 36 dengan nilai skor kualitas hidup rata-rata adalah 60, dibawah skor tersebut kualitas hidup dinilai kurang baik dan nilai skor 100 merupakan tingkat kualitas hidup yang sangat baik (Ware et al, 1993). Pengolahan dan analisis data menggunakan program komputer yaitu software SPSS 20.0for windows. Analisis uji hubungan status gizi dengan kualitas hidup pasien kanker nasofaring yang mendapatkan kemoterapi adalah menggunakan uji Chi Square. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Rumah sakit umum Dr. Moewardi memiliki 2 pelayanan kesehatan, yaitu pelayanan rawat jalan dan rawat inap. Pelayanan medis di RSUD Dr. Moewardi terdiri dari ICU, ICCU, PICU, penyakit dalam, kardiologi, bedah, anak, obstetri, ginekologi, perinatologi, penyakit kulit dan kelamin, paru, jiwa, gigi, mulut, radioterapi dan telinga hidung tenggorokan (THT).Ruang mawar menyediakan pelayanan pasien bedah kelas II dan III, pusat Onkologi, pelayanan Obstetri dan Gynekologi kelas I, II dan III.Pelayanan kesehatan meliputi bedah, Obstetri Gynekologi, mata, pediatri, gigi dan mulut.pengambilan data pada penelitian ini dilaksanakan di ruang perawatan Mawar 3 kelas III. a. Karakteristik Responden Subjek penelitian adalah pasien kanker nasofaring yang mendapatkan kemoterapi di ruang rawat inap RSUD Dr. Moewardi pada bulan September November 2016.Sampel yang diambil sebanyak 45 responden berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil penelitian yang didapat sebagai berikut: 4

1) Distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin Distribusi karakteristik responden penelitian berdasarkan jenis kelamin ditampilkan dalam Tabel 1. Tabel 1 Distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin Karakteristik Frekuensi Persentase Jenis Kelamin Laki Laki 35 77,8 % Perempuan 10 22,2 % Jumlah 45 100 % Dari Tabel 1 dapat dilihat hasil perhitungan statistik terhadap data data yang telah diperoleh dari penelitian ini, didapatkan hasil gambaran mengenai distribusi data pasien berdasarkan jenis kelamin, terlihat bahwa penderita kanker nasofaring lebih banyak diderita oleh laki laki yaitu sebesar 77,8 %, jumlah ini 3 kali lebih banyak dibandingkan perempuan. 2) Distribusi sampel berdasarkan umur Distribusi karakteristik responden berdasarkan umur ditampilkan dalam Tabel 2. Tabel 2 Distribusi sampel berdasarkan umur Karakteristik Frekuensi Persentase Umur <40 Tahun 9 20 % 40 Tahun 36 80 % Jumlah 45 100 % Umur subjek penelitian dikategorikan menjadi <40 tahun dan 40 tahun.dari tabel 2 didapatkan hasil bahwa penderita kanker nasofaring lebih banyak terjadi pada umur 40 tahun yaitu sebesar 80 %.Kejadian kanker nasofaring pada umur <40 tahun sebanyak 1/5 dari penderita kanker pada umur 40 tahun. 5

3) Distribusi Status Gizi Pasien Kanker Status gizi adalah suatu ukuran mengenai kondisi tubuh seseorang yang dapat dilihat dari makanan yang dikonsumsi dan penggunaan zat-zat gizi di dalam tubuh.status gizi dibagi menjadi tiga kategori, yaitu status gizi kurang, gizi normal, dan gizi lebih (Almatsier, 2009).Pada penelitian ini status gizi responden dikategorikan menjadi 2 yaitu status gizi kurang dan status gizi baik, sedangkan status gizi lebih dimasukkan dalam faktor eksklusi.hasil data distribusi status gizi responden ditampilkan pada Tabel 3. Tabel 3 Distribusi sampel berdasarkan status gizi Karakteristik Frekuensi Persentase Status gizi Gizi Kurang 30 66,7 % Gizi Baik 15 33,3 % Jumlah 45 100,0 % Perhitungan status gizi dilakukan berdasarkan persentase LLA.Pasien kanker nasofaring yang mendapatkan kemoterapi yang memiliki status gizi kurang lebih banyak dibandingkan dengan pasien yang memiliki status gizi lebih yaitu 3:1.Status gizi kurang merupakan masalah yang sering ditemui pada pasien kanker.penurunan status gizi sering terjadi sebagai dampak dari penyakit kanker maupun terapinya.sebanyak 20% dari pasien kanker lebih banyak yang meninggal akibat keadaan gizi kurang daripada keganasan penyakitnya (Kurniasari, 2015). 4) Distribusi Kualitas Hidup Pasien Kanker Nasofaring Kualitas hidup didefinisikan sebagai persepsi individu mengenai posisi individu hidup dalam konteks budaya dan system nilai dimana individu hidup dan hubungannya dengan tujuan, harapan, standar yang ditetapkan dan perhatian seseorang (WHOQOL dalam Power, 2003). 6

Kualitas hidup responden dinilai menggunakan kuesioner Short Form 36 (SF-36). SF-36 adalah sebuah kuesioner survei kesehatan untuk menilai kualitas hidup, yang terdiri dari 36 butir pertanyaan. SF-36 adalah sebuah kuesioner survei yang mengukur 8 kriteria yaitu fungsi fisik, keterbatasan peran karena kesehatan fisik, tubuh sakit, persepsi kesehatan secara umum, vitalitas, fungsi sosial, peran keterbatasan karena masalah emosional, dan kesehatan psikis (Ware et al, 1993). Hasil data distribusi kualitas hidup responden berdasarkan subvariabel kuesioner SF-36 ditampilkan pada Tabel 4 Tabel 4 Distribusi Subvariabel kuesioner Short Form 36 Subvariabel Kualitas Hidup Buruk % Baik % Fungsi fisik 17 37,78 28 62,22 Keterbatasan fisik 13 28,89 32 71,11 Nyeri tubuh 17 37,78 28 62,22 Kesehatan secara umum 29 64,44 16 35,56 Vitalitas 20 44,44 25 55,56 Fungsi social 14 31,1 31 68,89 Keterbatasan emosional 9 20 36 80 Kesehatan mental 14 31,1 31 68,89 Pada Tabel 4 dapat dilihat kualitas hidup responden berdasarkan masing masing subvariabel. Subvariabel dengan nllai kualitas hidup buruk terbanyak yaitu subvariabel kesehatan secara umum sebesar 64,44 %, jumlah persentase ini 3 kali lebih banyak dibandingkan dengan persentase subvariabel kesehatan secara umum dengan nilai kualitas hidup baik. Subvariabel kesehatan secara umum berisikan tentang persepsi responden terhadap kondisi kesehatannya saat ini, persepsi kondisi kesehatan saat ini dibandingkan dengan satu tahun yang lalu, perasaan seperti sedikit mudah menderita sakit, kesehatan diri sendiri dibandingkan dengan orang lain, 7

perasaan kesehatan diri sendiri semakin memburuk dan persepsi kesehatan diri sendiri sangat baik. Hasil data menunjukkan bahwa pada subvariabel ini didapatkan 3:1 responden memiliki persepsi bahwa dirinya saat ini dalam kondisi yang buruk, kondisi kesehatannya semakin memburuk dibandingkan satu tahun yang lalu, sedikit mudah merasa sakit dan tidak merasa sehat seperti orang lain. Subvariabel dengan nilai kualitas hidup baik tertinggi adalah subvariabel keterbatasan emosional yaitu sebesar 80 % atau 4 kali lebih banyak dibandingkan subvaribel keterbatasan emosional dengan nilai kualitas hidup buruk. Subvariabel keterbatasan emosional berisi tentang pertanyaan kondisi responden selama 4 minggu terakhir mengalami masalah akibat emosi dalam mengerjakan pekerjaan atau aktifitas sehari hari. Hasil data menunjukkan bahwa responden mampu mengendalikan keadaan emosionalnya sehingga responden tidak mengalami masalah dalam pekerjaan atau aktifitas sehari hari sebagai akibat dari masalah emosi seperti tertekan, merasa sedih atau cemas. Tabel 5 Distribusi sampel berdasarkan kualitas hidup Karakteristik Frekuensi Persentase Kualitas hidup Baik 23 51,1 % Buruk 22 48,9 % Jumlah 45 100,0 % Dari tabel 5 diketahui bahwa subjek penelitian lebih banyak memiliki kualitas hidup yang baik yaitu sebanyak 51,1 %. Selisih jumlah subjek penelitian yang memiliki kualitas hidup baik dengan subjek penelitian yang memiliki kualitas hidup buruk hampir sama persentasenya. Subjek penelitian yang memiliki kualitas hidup burukmemiliki selisih 2,2 % lebih sedikit 8

dibandingkan dengan responden yang memiliki kualitas hidup baik.penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Amalia (2015) tentang hubungan tingkat depresi dengan kualitas hidup pasien kanker dengan hasil penelitian pasien kanker yang memiliki kualitas hidup baik sebesar 27,3 % atau lebih sedikit dibandingkan pasien kanker yang memiliki kualitas hidup buruk. b. Analisis Hubungan Status Gizi dengan Kualitas Hidup Data yang diperoleh dari penelitian diolah dengan SPSS 20.0 for windows kemudian dianalisis dengan Chi-Square dalam menguji kemaknaan statistik hubungan untuk mengetahui hubungan status gizi dengan kualitas hidup pasien kanker nasofaring yang mendapatkan kemoterapi, sebelumnya hasil data terlebih dahulu diuji kelayakannya untuk menggunakan Chi-Square.Hasil analisis uji hubungan status gizi dengan kualitas hidup pasien kanker nasofaring yang mendapatkan kemoterapi disajikan pada Tabel 6. Tabel 6 Analisis Hubungan Status gizi dengan Kualitas Hidup Pasien Kanker Nasofaring yang Mendapatklan Kemoterapi Baik Kualitas Hidup Buruk Status Gizi N % N % Jumlah n % Kurang 10 22,22 20 44,44 30 66,66 Baik 13 28,89 2 4,45 15 33,34 Total 23 51,11 22 48,89 45 100 p OR (CI) 0,001 0,077 Tabel 6 menunjukkan hasil uji Chi-Square. Nilai yang dipakai adalah nilai Pearson Chi-Square dan didapatkan nilai p<0.001, karena nilai p kurang dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa secara statistik terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi dengan kualitas hidup pasien kanker nasofarin g yang mendapatkan kemoterapi. Berdasarkan Tabel 6 diketahui nilai Odds Ratio (OR) sebesar 0,077 yang menunjukkan bahwa pasien dengan status gizi kurang 9

0,077 kali lebih beresiko memiliki kualitas hidup yang buruk. Status gizi mempunyai efek terhadap kualitas hidup dan perasaan nyaman pada pasien kanker. Faktor spesifik seperti nyeri di mulut, suara serak, menghindari makan di tempat umum, bicara yang tidak jelas berkaitan dengan buruknya kualitas hidup pasien kanker (Huhmann dan Cunningham, 2005). 4. KESIMPULAN Pasien kanker nasofaring yang mendapatkan kemoterapi lebih banyak memiliki status gizi buruk yaitu sebesar 66,7%.Pasien kanker nasofaring yang mendapatkan kemoterapi memiliki kualitas hidup yang baik yaitu sebesar 51,1%. Ada hubungan antara status gizi dengan kualitas hidup pasien kanker nasofaring yang mendapatkan kemoterapi dibuktikan dengan nilai p<0,05 yaitu p = 0,001. 5. SARAN Peneliti merekomendasikan kepada peneliti selanjutnya untuk meneliti faktor risiko lain yang mempengaruhi kualitas hidup. Penelitian selanjutnya bisa menghubungkan status gizi dengan kualitas pasien kanker nasofaring yang mendapatkan kemoterapi dengan tingkat stadium tertentu. Peneliti selanjutnya juga dapat meneliti faktor lain seperti perbandingan status gizi pasien kanker nasofaring sebelum dan sesudah operasi, hubungan status gizi dengan lama sakit pasien kanker nasofaring, hubungan status gizi dengan kualitas hidup pasien kanker nasofaring setelah operasi, hubungan kualitas hidup dengan lama sakit pasien kanker nasofaring. DAFTAR PUSTAKA Almatsier, S. 2009.Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama; Jakarta Ghozali, I. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, Edisi. Keempat, Penerbit Universitas Diponegoro; Semarang Huhmann.,Cunningham, F.G. 2002. Obstetri WilliamsEdisi: 21. EGC; Jakarta 10

Kurniasari, F.N. 2015.Status Gizi Sebagai Prediktor Kualitas Hidup Pasien Kanker Kepala dan Leher. Indonesian Journal of human NutritionsVol.2 No.1. 60-67. Universitas Brawijaya; Malang Nasir, A. 2009.Komunikasi dalam Keperawatan Teori dan Aplikasi. Penerbit Salemba Medika; Jakarta Power, M.K. 2003.Auditing and the Production of Legimitacy. Accounting, Organizations and Society, 28, 379-394 Sastroasmoro, S., dan Ismael, S. 2011. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian.Binarupa Aksara; Jakarta Soepardi, E. 2012, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga HidungTenggorok Kepala & Leher, (Edisi Keenam).Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;Jakarta Ware, J.E., Snow, K.K., Kosinsski, M. 1993.SF-36 Health Survey Manual and Interpretation Guide.Boston, MA: New England Medical Centre, The Health Institute 11