PENGARUH PENGGUNAAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE TRUE OR FALSE TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS XI IPA SMAN 4 PADANG. YellyAnggraini, Husna, Silvi Trisna Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika STKIP PGRI Sumatera Barat Dosen Program Studi Pendidikan Fisika STKIP PGRI Sumatera Barat yellyag5@gmail.com ABSTRACT This study is based on low learning strategy outcomes and inactivity at physics learning students in the class. The overcome of the problems that using a learning with applying active learning strategy type true or false. The purpose of this research is to find out the student s outcome of physics learning by apllying active learning type true or false is better than of the student s outcome in convensional learning at grade XI IPA of SMAN 4 Padang. Type of this research is quasi experiment. The sampel was chosen by using cluster random sampling technique. The instruments were cognitive domain test in final test and observation sheets student as affective domain test. The average-value of the final test as affective test at experimental class is 83 and at the control class is 78. The result of hypothesis testing obtained from sample class that is tcount = 8,6 and ttable =,7, if tcount> ttable, hypothesis accepted. Based on the average-value of physics learning, then it was concluded that the student s outcomes of physics learning by applying active learning strategy type true or false is better than of the conventional learning at grade XI IPA of SMAN 4 Padang. Keywords : Physics Learning, Active Learning Strategy, Result of Physics Study PENDAHULUAN Pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk mewujudkan cita-cita dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Salah satu upaya untuk mewujudkan cita-cita bangsa adalah dengan meningkatkan mutu pendidikan. Salah satu tantangan yang terjadi dalam dunia pendidikan yaitu bagaimana meningkatkan mutu pendidikan pada bidang sains yaitu IPA untuk memenuhi perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi (IPTEK). Hal ini bertujuan untuk dapat melahirkan sumber daya manusia yang berintelektual tinggi, memiliki keterampilan mengembangkan pengetahuan dalam mencapai tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan belum tercapai karena keluhan tentang kesulitan dalam proses belajar mengajar masih banyak dijumpai oleh guru. Pada proses pembelajaran siswa
cenderung kurang aktif seperti tidak ada inisiatif untuk bertanya kepada guru sehingga siswa cenderung hanya menerima tanpa mau menelaah lebih lanjut. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan guru IPA SMAN 4 Padang diperoleh bahwa dalam proses pembelajaran fisika guru masih menggunakan metode pembelajaran konvensional seperti metode ceramah dan diskusi. Pada pembelajaran dengan metode ceramah siswa cenderung hanya mendengarkan dan mencatat materi serta mengerjakan tugas yang diberikan guru. Sedangkan pada metode diskusi belum semua siswa terlibat secara aktif dalam memberikan pendapatnya. Selain itu ada upaya lain yang dilakukan oleh guru yaitu menerapkan peta konsep pada materi tertentu, namun ternyata masih belum optimal, sehingga belum mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Yaumi (0: 8) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah untuk mengusulkan suatu hubungan secara rasional antara peristiwa belajar, pengaruhnya terhadap proses belajar, dan hasil belajar yang diperoleh dari proses tersebut. Sudjana (04: ) menyatakan bahwa proses adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam mencapai tujuan pengajaran, sedangkan hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Berdasarkan pernyataan di atas, dapat dikatakan bahwa siswa harus mengikuti proses dalam pembelajaran. Jika proses telah diikuti dengan baik, maka siswa akan mencapai tujuan dalam pembelajaran tersebut yang akan berdampak baik terhadap hasil belajarnya. Hasil belajar diperoleh dari kemampuan yang dimiliki oleh siswa ketika siswa mengikuti proses belajar mengajar. Dapat disimpulkan bahwa proses dan hasil belajar saling berkaitan. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa adalah dengan menerapkan strategi pembelajaran aktif tipe true or false. Strategi pembelajaran aktif merupakan pembelajaran yang dapat mengajak siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran. Warsono dan Hariyanto (0: 5) mengemukakan bahwa pembelajaran aktif adalah
sebagai strategi pengajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Berdasarkan pendapat di atas, strategi pembelajaran aktif dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh siswa, sehingga semua siswa aktif dalam proses pembelajaran yang akan berdampak baik terhadap hasil belajar siswa. Selain itu pembelajaran aktif (active learning) juga dimaksudkan untuk menjaga perhatian siswa agar tetap tertuju pada proses pembelajaran. Strategi pembelajaran aktif tipe true or false merupakan strategi pembelajaran aktif yang dirancang untuk membuat proses pembelajaran menjadi menyenangkan dan siswa aktif dalam proses pembelajaran tersebut. Menurut Silberman (03: ) menyatakan bahwa Strategi pembelajaran aktif tipe true or false merupakan aktivitas kerja sama menstimulasi keterlibatan terhadap pengajaran yang dilakukan. Kegiatan ini meningkatkan pembentukan tim, pertukaran pendapat, dan pembelajaran langsung. Berdasarkan pendapat tersebut siswa diharapkan mampu meningkatkan pertukaran pendapat dalam kelompok yang telah ditentukan. Pertukaran pendapat seperti memecahkan soal-soal fisika secara berkelompok yang butuh kemampuan menganalisis secara matematis. Pembentukan kelompok dapat dilakukan dengan bermacam-macam cara, salah satunya dengan cara heterogen. Pengelompokkan yang dilakukan secara heterogen dibentuk berdasarkan tingkat kemampuan akademis yang terdiri dari siswa dengan kemampuan akademis rendah, sedang, dan tinggi. Menurut Lie (00: 43) pengelompokan secara heterogen mempunyai beberapa keunggulan yaitu : a. Memberikan kesempatan untuk saling mengajar (peer tutoring) dan saling mendukung. b. Meningkatkan relasi dan interaksi antar ras, agama, etnik, dan gender yang memudahkan pengelolaan kelas karena dengan adanya satu orang yang berkemampuan akademis tinggi, guru mendapatkan satu asisten untuk setiap tiga orang. Berdasarkan kutipan di atas kelompok dibentuk secara heterogen sehingga dapat mendukung interaksi dan kerja sama antar anggota 3
kelompok. Dengan perbedaan yang dimiliki tersebut antar para anggota akan saling mengisi dan melengkapi. Pembentukan kelompok dapat dilakukan dari aspek atau kriteria sesuai dengan kebutuhan yang memungkinkan pembelajaran efektif. Supaya proses pembelajaran lebih optimal dan siswa lebih mudah memahami materi yang diberikan, guru memfasilitasi siswa dengan bahan ajar berupa handout. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah hasil belajar fisika siswa dengan menggunakan strategi pembelajaran aktif tipe true or false lebih baik dari pada hasil belajar fisika siswa dengan menerapkan pembelajaran konvensional di kelas XI IPA SMAN 4 Padang. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasi eksperimen) mengingat tidak semua variabel dan kondisi eksperimen dapat diatur dan dikontrol secara ketat. Menurut Lufri, dkk (007: 6) Penelitian eksperimen semu tidak memungkinkan untuk memanipulasi atau mengontrol variabel-variabel dan kondisi-kondisi eksperimental secara tertib-ketat, karena sulit dilakukan. Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan siswa kelas XI IPA SMAN 4 Padang tahun ajaran 06/07. Teknik pengambilan sampel yaitu dilakukan dengan teknik cluster random sampling, dimana teknik pengambilan sampel mengacu pada kelompok bukan pada individu, karena kedua kelas terdistribusi normal dan homogen maka didapatkan kelas XI IPA sebagai kelas eksperimen dan XI IPA sebagai kelas kontrol. Instrumen yang digunakan untuk kedua kelas sampel terbagi atas :. Ranah Afektif Instrumen yang digunakan pada ranah afektif yaitu berupa lembar observasi. Ranah afektif yang dinilai mencakup watak perilaku siswa selama pembelajaran berlangsung setiap pertemuan yang dinilai oleh observer. Aspek afektif yang diamati yaitu aktivitas siswa selama kegiatan diskusi berlangsung. Menurut Sadirman (0: 00) aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat 4
fisik maupun mental. Selain itu, keberhasilan dalam belajar ditentukan juga oleh aktivitas siswa dalam proses Perhitungan skor akhir menurut Kunandar (03: 38) dapat menggunakan rumus sebagai berikut : pembelajaran. Banyak aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa dalam Nilai Skor Perolehan 00% Skor Maksimum proses belajar. Aktivitas yang akan diamati dalam penelitian ini yaitu visual activities, oral activities, listening activites, mental activities, dan emotional activities. Ranah Kognitif Instrumen yang digunakan pada ranah kognitif yaitu berupa tes essay. Tes yang akan diberikan diakhir penelitian sesuai dengan materi yang sudah dipelajari. Menurut Kunandar (03: 9) : Skor Perolehan Nilai 00% Skor Maksimum Tes yang diberikan berguna untuk mengukur hasil belajar pada ranah kognitif. Terbentuknya tes yang baik perlu dilakukan penyusunan tes terlebih dahulu. Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini yaitu :. Penilaian Afektif Pada penilaian ranah afektif dilihat dari aktivitas siswa dikelas selama proses pembelajaran. Berdasarkan rumus diatas, Untuk setiap aspek yang diamati, akan diberi skor jika teramati ya dan akan diberi skor 0 jika teramati tidak. Siswa yang mendapatkan nilai yang tinggi berarti banyak aktivitas yang dilakukan. Sedangkan siswa yang sedikit melakukan aktivitas maka akan memperoleh nilai yang rendah atau termasuk kedalam kriteria kurang.. Penilaian Kognitif Penilaian ranah kognitif dilihat dari tes akhir hasil belajar fisika siswa. Analisis data pada ranah kognitif ini bertujuan untuk menguji apakah hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak. Dalam menganalisis data dalam penilaian kognitif, peneliti melakukan langkah-langkah sebagai berikut: a. Uji Normalitas Uji normalitas berguna untuk menentukan apakah data berdistribusi normal atau tidak. Uji yang digunakan adalah uji Lilliefors yang dikemukakan oleh Sudjana (005: 466) 5
yaitu dengan selisih menentukan nilai tertinggi dari F z ) S( z ), hasilnya ( i i disebut dengan L0. Kemudian bandingkan dengan Lt yang dapat dilihat pada tabel distribusi normal dengan kriteria pengujiannya adalah terima H 0 jika L0 Lt dalam hal lain H 0 ditolak. b. Uji Homogenitas Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah kedua sampel mempunyai ragam yang sama (homogen). Uji yang digunakan adalah uji kesamaan dua varians (uji F). Dalam Sudjana (005: 49) menyebutkan, untuk menentukan harga F maka rumus yang digunakan sebagai berikut: s F s Kriteria dari pengujian ini adalah hipotesis H0 akan diterima jika nilai F F. hitung c. Uji Hipotesis tabel Setelah melakukan uji normalitas dan uji homogenitas, maka dilakukanlah uji hipotesis. Uji hipotesis berguna untuk mengetahui apakah hipotesis penelitian diterima atau ditolak. Hasil uji normalitas dan homogenitas yang telah diperoleh, diketahui bahwa kedua kelas terdistribusi normal dan mempunyai variansi yang homogen maka uji statistik yang digunakan menurut Sudjana (005: 39) adalah uji t yaitu : dengan : s t Kriteria s ( n adalah H 0 x x n n ) s ( n ) s n n pengujiannya diterima jika t hitung t tabel ( ) dengan derajat kebebasan untuk daftar distribusi t adalah dk) ( n n ), ( lain H 0 ditolak. HASIL DAN PEMBAHASAN dalam hal Setelah dilakukan analisis data tes akhir diperoleh rata-rata, simpangan baku, nilai tertingggi, dan nilai terendah, seperti telihat pada tabel : Tabel. Nilai, Rata-rata, dan Simpangan Baku Pada Kedua Kelas Sampel Kelas Nilai xmax xmin Eksperimen 00 64 85,97 Kontrol 84 55 67,8 x 6
Tabel, terlihat bahwa nilai rata-rata siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dari nilai rata-rata kelas kontrol. Hasil perhitungan uji hipotesis dengan menggunakan uji t, maka data yang diperoleh yaitu thitung = 8,6 dan ttabel =,7 didapat dari daftar distribusi t dengan 0,05, karena thitung > ttabel maka hipotesis penelitian ini diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar fisika siswa dengan menerapkan strategi pembelajaran aktif tipe true or false lebih baik dari pada hasil belajar fisika siswa dengan menerapkan pembelajaran konvensional di kelas XI IPA SMAN 4 Padang. Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Kharisma (0) dengan judul Penerapan Strategi True or False Statement terhadap pemahaman konsep matematis siswa kelas VIII SMPN 4 Padang. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pemahaman konsep siswa yang menggunakan strategi pembelajaran aktif tipe true or false statement lebih baik dari pada pemahaman konsep siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Penerapan strategi pembelajaran aktif tipe true or false dapat membantu untuk meningkatkan hasil belajar fisika siswa. Pada pelaksanaan strategi pembelajaran aktif tipe true or false yaitu guru menyajikan materi, dengan pemberian handout kepada masing-masing siswa. Setelah itu guru membentuk kelompok dan membagikan satu kartu kepada setiap anggota kelompok. Guru menyampaikan bahwa misi mereka menentukan kartu yang mereka peroleh bernilai benar atau salah. Berikut bentuk kartu true or false yang telah dijawab oleh siswa : Gambar. Jawaban Siswa Benar atau Salah Pada Kartu True or False 7
Setelah siswa menjawab soal yang terdapat pada kartu, guru mengumpulkan kartu-kartu tersebut kemudian siswa diberi kesempatan untuk mempresentasikan hasil jawaban mereka. Hal ini memotivasi siswa dalam belajar sehingga siswa tidak merasa bosan dan pemahaman konsep siswa terhadap fisika pun dapat meningkat yang akan berdampak baik terhadap hasil belajar. Proses pembelajaran yang berlangsung di kelas kontrol adalah pembelajaran konvensional yang biasa dilakukan oleh guru di sekolah tersebut. Dalam proses pembelajaran guru menjelaskan materi sesuai dengan handout yang telah diberikan sebelumnya kepada siswa kemudian guru memberikan contoh dan latihan yang dikerjakan secara berkelompok, dimana jawaban latihan dapat dilihat pada gambar di bawah ini : Gambar. Jawaban Siswa Pada Kelas Kontrol Dalam proses pelaksanaan dikelas kontrol dapat dilihat bahwa jawaban yang di buat oleh siswa kurang tepat seperti jawaban pada nomor 3 yaitu 75,07 joule dimana jawaban yang benar adalah 83,38 joule. Sehingga dapat dikatakan siswa masih belum sepenuhnya menguasai konsep fisika. Penilaian aspek afektif dilakukan pada setiap kali pertemuan. Pada penelitian ini aktivitas dilakukan terhadap setiap pertemuan secara berturut-turut. Rata-rata aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung dapat dilihat pada Gambar 3 dibawah ini : 8
Gambar 3. Rata-Rata Aktivitas Siswa Setiap Pertemuan Pada Kelas Sampel Dari gambar diatas, dapat dilihat bahwa rata-rata aktivitas pada kedua kelas sampel di setiap pertemuan meningkat. Pada kelas eksperimen peningkatan aktivitas siswa lebih tinggi dari pada aktivitas kelas kontrol. Pada kelas eksperimen pertemuan pertama siswa masih belum terbiasa dalam proses pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran aktif tipe true or false. Hal ini dapat dilihat dari hasil aktivitas siswa masih rendah pada pertemuan pertama. Pada pertemuan kedua sistem pembelajaran sudah berlangsung dengan baik. Siswa sudah mulai aktif dalam diskusi dengan kelompok untuk menyelesaikan soal yang diberikan serta memberikan pendapat selama diskusi berlangsung. Hal ini dapat dilihat bahwa aktivitas siswa pada pertemuan kedua mengalami peningkatan. Pada pertemuan ketiga keterlaksanaan strategi pembelajaran sudah mulai meningkat dari pertemuan sebelumnya, hal ini terlihat dari beberapa aspek indikator yang diamati ada yang mencapai 00%. Pada kelas kontrol aktivitas siswa masih kurang diawal pertemuan, alasannya karena siswa belum siap dengan materi yang akan diajarkan dan keadaan kelas masih kurang terkontrol dengan baik. Pada Pertemuan kedua dan ketiga proses pembelajaran sudah mulai meningkat jika dibandingkan dengan pertemuan pertama. KESIMPULAN Hasil analisis data diperoleh dari dua ranah yaitu ranah afektif dan ranah kognitif. Pada ranah afektif persentase aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung pada kelas eksperimen yaitu 83 dan pada kelas kontrol yaitu 78. Pada ranah kognitif hasil belajar fisika siswa untuk kelas eksperimen dengan rata-rata 85,97 dan pada kelas kontrol yaitu dengan rata-rata 67,8. Pada ranah kognitif dari hasil pengujian hipotesis didapat thitung = 8,6 dan ttabel =,7, dimana jika thitung > ttabel maka hipotesis diterima. Penelitian ini 9
menunjukkan bahwa hasil belajar fisika siswa dengan menggunakan strategi pembelajaran aktif tipe true or false lebih baik dari pada hasil belajar fisika siswa dengan menggunakan pembelajaran konvensional pada materi Termodinamika kelas XI IPA SMAN 4 Padang. DAFTAR PUSTAKA Kunandar. 03. Penilaian Autentik. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sudjana, Nana. 04. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Warsono, dan Hariyanto. 0. Pembelajaran Aktif Teori dan Asesmen. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Yaumi, Muhammad. 0. Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences. Jakarta: Dian Rakyat. Kharisma, Yumi. 0. Penerapan Strategi True or False Statement terhadap pemahaman konsep matematis siswa kelas VIII SMPN 4 Padang. Lie, Anita. 00. Cooperative Learning. Jakarta: PT. Gramedia. Lufri, dkk. 007. Kuat Memahami dan Melakukan Penelitian. Padang: UNP Press. Sadirman. 0. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers. Silberman, Melvin L. 03. Active Learning 0 Cara Belajar Siswa Aktif. Diterjemahkan oleh Raisul Muttaqien. Bandung: Nusamedia & Nuansa Cendikia. Sudjana. 005. Metode Statistika. Bandung: PT. Tarsito Bandung. 0