RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 149/PUU-VII/2009 Tentang UU Ketenagalistrikan Perusahaan listrik tidak boleh memiliki usaha yang sama dalam satu wilayah I. PEMOHON Serikat Pekerja PT. PLN, selanjutnya disebut Pemohon II. KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI : Pemohon dalam permohonan sebagaimana dimaksud menjelaskan, bahwa ketentuan yang mengatur kewenangan Mahkamah Konstitusi untuk menguji Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan adalah : Pasal 24C ayat (1) UUD 1945 Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji undangundang terhadap undang-undang dasar, memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh undang-undang dasar, memutus pembubaran partai politik, dan memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum. Pasal 10 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. III. KEDUDUKAN PEMOHON (LEGAL STANDING) Bahwa menurut ketentuan Pasal 51 Ayat (1) UU Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (UU MK), agar seseorang atau suatu pihak dapat diterima sebagai Pemohon dalam permohonan pengujian undang-undang terhadap UUD 1945, maka orang atau pihak dimaksud haruslah; a. menjelaskan kedudukannya dalam permohonannya, yaitu apakah yang sebagai perorangan warga negara Indonesia, kesatuan masyarakat hukum adat, badan hukum, atau lembaga negara; b. kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusionalnya, dalam kedudukan sebagaimana dimaksud pada huruf (a), sebagai akibat diberlakukannya undang-undang yang dimohonkan pengujian 1
Atas dasar ketentuan tersebut maka Pemohon perlu terlebih dahulu menjelaskan kedudukannya, hak konstitusi yang ada pada Pemohon, beserta kerugian spesifik yang akan dideritanya secara sebagai berikut : Pemohon adalah badan hukum yang menganggap hak dan/atau kewenangan konstitusionalnya telah dirugikan oleh berlakunya undang-undang, yaitu Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan. IV. NORMA-NORMA YANG DIAJUKAN UNTUK DIUJI. A. NORMA MATERIIL - Sebanyak 9 (sembilan) norma, yaitu : Pasal 10 ayat (2) Usaha penyediaan listrik untuk kepentingan umum sebagaimaan dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan secara terintegrasi. Pasal 10 ayat (3) Usaha penyediaan listrik untuk kepentingan umum sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan oleh 1 (satu) badan usaha dalam 1 (satu) wilayah Usaha. Pasal 10 ayat (4) Pembatasan wilayah usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (3) juga berlaku untuk usaha penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan umum yang hanya meliputi distribusi tenaga listrik dan/atau penjualan tenaga listrik. Pasal 11 ayat (3) Untuk wilayah yang belum mendapatkan tenaga listrik, Pemerintah atau Pemerintah Daerah sesuai kewenangannya memberi kesempatan kepada badan usaha milik daerah, badan usaha swasta, atau koperasi sebagai penyelenggara usaha penyediaan tenaga listrik terintegrasi. Pasal 11 ayat (4) Dalam hal tidak ada badan usaha milik daerah, badan usaha swasta, atau koperasi yang dapat menyediakan tenaga listrik di wilayah tersebut, Pemerintah wajib menugasi badan usaha milik Negara untuk menyediakan tenaga listrik. 2
Pasal 20 Izin usaha penyediaan tenaga listrik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) huruf a ditetapkan sesuai dengan jenis usahanya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1). Pasal 33 ayat (1) Harga jual tenaga listrik dan sewa jaringan tenaga listrik ditetapkan berdasarkan prinsip usaha yang sehat. Pasal 33 ayat (2) Pemerintah atau Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya memberikan persetujuan atas harga jual tenaga listrik dan sewa jaringan tenaga listrik. Pasal 56 ayat (1) PT Perusahaan Listrik Negara (persero) sebagai badan usaha milik Negara yang dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 23 tahun 1994 tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum (perum) Listrik Negara menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) dianggap telah memiliki izin usaha tenaga listrik. Pasal 56 ayat (2) Dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) tahun, Pemerintah telah melakukan penataan dan penetapan izin usaha penyediaan tenaga listrik kepada badan usaha milik Negara sebagaimana dimaksud pada angka 1 sesuai dengan ketentuan undang-undang ini. Pasal 56 ayat (4) Dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) tahun, izin usaha ketenagalistrikan untuk kepentingan umum, dan izin usaha ketenagalistrikan untuk kepentingan sendiri, dan izin usaha penunjang tenaga listrik yang sudah dikeluarkan berdasarkan Undang-undang No. 15 tahun 1985 tentang Ketenagalistrikan sebagaimana dimaksud pada angka 3 disesuaikan dengan ketentuan undang-undang ini. 3
B. NORMA UUD 1945 SEBAGAI ALAT UJI - Sebanyak 1 (satu) norma, yaitu : Pasal 33 ayat (2) Cabang produksi yang penting bagi Negara dan menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara. V. Alasan-Alasan Pemohon Dengan Diterapkan UU a quo Bertentangan Dengan UUD 1945, karena : 1. Materi UU No. 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan yang diatur dalam Pasal.l0 ayat (2), ayat (3), jo Pasal. 11 ayat (3), jo Pasal. 20 melarang pemilik perusahaan listrik dari satu jenis usaha penyediaan tenaga listrik memiliki perusahaan yang bergerak pada jenis usaha penyediaan tenaga listrik lainya dalam satu wilayah usaha; 2. Negara adalah salah satu pemilik perusahaan listrik (BUMN) sehingga kepada negara selaku pemilik BUMN diperlakukan sama dengan perusahaan listrik lainnya. Pengertiannya adalah apabila pemilik perusahaan listrik swasta tidak boleh memiliki perusahaan listrik lain selain pada jenis usahanya, misalnya perusahaan Pembangkitan tenaga listrik tidak boleh memiliki perusahaan Penjualan tenaga listrik dalam satu wilayah usaha, maka negara selaku pemilik (BUMN) tidak boleh memiliki perusahaan listrik lain selain pada jenis usahanya yang telah ditetapkan izin usahanya dalam satu wilayah usaha; 3. Adanya ketentuan Undang - undang No. 30 tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan yang membatasi kekuasaan negara dalam pemilikan perusahaan listrik, berarti listrik tidak lagi dikuasai negara ( dikusai oleh orang seorang/ swasta) berdasarkan UU Ketenagalistrika ini; 4. Materi Undang - undang No. 30 tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan yang semangat dan jiwanya adalah mekanisme pasar/ kompetisil persaingan dalam pengelolaan usaha dengan sistem Pemisahan kegiatan usaha tenaga listrik/ Unbundling dalam Ketenagalistrikan yang membatasi kekuasaan negara atas listrik tersebut jelas bertentangan dengan UUD 1945,. 4
VI. PETITUM 1. Menyatakan menerima permohonan "PEMOHON" ; 2. Memerintahkan kepada Pemerintah RI Cq. Presiden RI dan DPR RI untuk mencabut dan menyatakan tidak berlaku materi muatan Undang - undang No. 30 tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan yang tercantum dalam Pasal. 10 ayat (2), Ayat (3), ayat (4), Pasal. 11 ayat (3) ayat (4), Pasal. 20, Pasal. 33 ayat (1), ayat (2), dan Pasal. 56 secara keseluruhan (paradigma yang mendasari adalah Pemecahan/Unbundling dan prinsip usaha sehat/ Kompetisi) atau setidak tidaknya sebagian dari Pasal Pasal tersebut karena bertentangan dengan UUD 1945; 3. Manyatakan materi muatan Undang - undang No. 30 tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan yaitu Pasal. 10 ayat (2), Ayat (3), ayat (4), Pasal. 11 ayat (3), ayat (4), Pasal. 20, Pasal. 33 ayat (1), ayat (2), dan Pasal. 56 secara keseluruhan (paradigma yang mendasari adalah Pemecahan/Unbundling dan prinsip usaha sehat/ Kompetisi) atau setidak tidaknya sebagian dari Pasal Pasal tersebut bertentangan dengan UUD 1945 dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat ; 4. Memerintahkan kepada Pemerintah RI Cq. Presiden RI untuk membayar biaya perkara. 5