DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

dokumen-dokumen yang mirip
PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 27 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA

PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 4 TAHUN 2007

PEMERINTAH KABUPATEN EMPAT LAWANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 6 TAHUN 2007 SERI E =============================================================

PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G NOMOR 9 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN LAHAT

PEMERINTAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESAWARAN NOMOR 05 TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 20 TAHUN 2007 T E N T A N G

BUPATI SUKAMARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 7 TAHUN 2011 T E N T A N G

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, PENGGABUNGAN DESA DAN PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 28 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, PENGGABUNGAN DESA DAN PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 6 TAHUN 2007 SERI D.3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR : 5 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, PENGGABUNGAN DESA DAN PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 15 TAHUN 2009 T E N T A N G PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, PENGGABUNGAN DAN PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SELAYAR NOMOR 05 TAHUN 2008 TENTANG

- 1 - BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG NOMOR 9 TAHUN 2008 PEMERINTAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 19 TAHUN 2006 SERI : E.12

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN DESA

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MUSI RAWAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, PENGGABUNGAN DESA DAN PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN

BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN BATANG

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG

PEMERINTAH KOTA SUNGAI PENUH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARO NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, PENGGABUNGAN DESA DAN PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BREBES Nomor : 39 Tahun : 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG

KABUPATEN LOMBOK BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 3 TAHUN 2009

-2- Dengan Persetujuan Bersama

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PAMEKASAN,

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARA ENIM NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT NOMOR 8 TAHUN 2011

BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 27 TAHUN 2006 TENTANG K E L U R A H A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG MENGATUR PERALIHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN. A. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2010 NOMOR 25 SERI D NOMOR 21 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMOSIR NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN,PENGHAPUSAN,PENGGABUNGAN DESA DAN PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN

BUPATI LAMANDAU PERATURAN BUPATI LAMANDAU NOMOR 41 TAHUN 2012 T E N T A N G TATA CARA PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN BUPATI LAMANDAU,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN ALOR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2009 NOMOR 6 SERI D

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, PENGGABUNGAN DESA DAN PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 5 TAHUN 2007 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON TAHUN 2011 SERI PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 11 TAHUN 2007

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 2 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG KELURAHAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 05 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN DUSUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEKADAU NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG

DHARMOTTAMA SATYA PRAJA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 23 TAHUN 2007

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG KERJA SAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KARANGANYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG

DHARMMOTTAMA SATYA PRAJA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN TANGGAMUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGGAMUS NOMOR : 08 TAHUN 2007 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN DESA

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DONGGALA

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENATAAN DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 1 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 06 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 06 TAHUN 2008

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 4 TAHUN Pembentukan, Penghapusan, Penggabungan Desa dan Perubahan Status Desa Menjadi Kelurahan

PEMERINTAH KABUPATEN LANDAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN DESA

Transkripsi:

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN,PENGHAPUSAN, PENGGABUNGAN, PEMEKARAN KELURAHAN DAN PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG, Menimbang : Bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 2 ayat (6) Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 tentang Kelurahan dan ketentuan Pasal 5 ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Tata Cara Pembentukan, Penghapusan,Penggabungan, Pemekaran Kelurahan Dan Perubahan Status Desa menjadi Kelurahan. Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Propinsi Banten (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4010); 3. Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kota Serang di Provinsi Banten (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 98, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4748); 6. Peraturan Daerah Kota Serang Nomor 3 Tahun 2008 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Serang (Lembaran Daerah Kota Serang Tahun 2008 Nomor 6, Tambahan Lembaran Daerah Kota Serang Tahun 2008 Nomor 6); 7. Peraturan Daerah Kota Serang Nomor 4 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Kota Serang (Lembaran Daerah Kota Serang Nomor 7 Tahun 2008, Tambahan Lembaran Daerah Kota Serang Tahun 2008 Nomor 7); 8. Peraturan Daerah Kota Serang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Kecamatan Dan Kelurahan Kota Serang(Lembaran Daerah Kota Serang Tahun 2008 Nomor 14). Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA SERANG dan WALIKOTA SERANG MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, PENGGABUNGAN, PEMEKARANKELURAHAN DAN PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kota Serang.

- 2-2. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 3. Pemerintah Daerah adalah Walikota dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah. 4. Walikota adalah Walikota Serang. 5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah DPRD Kota Serang. 6. Kelurahan adalah wilayah kerja sebagai perangkat Kota dalam wilayah kerja Kecamatan. 7. Lurah adalah Kepala Kelurahan. 8. Pembentukan Kelurahan adalah penggabungan beberapa kelurahan atau bagian kelurahan yang berdekatan atau pemekaran dari 1(satu) kelurahan menjadi 2 (dua) Kelurahan atau lebih atau pembentukan Kelurahan di luar Kelurahan yang telah ada. 9. Penghapusan Kelurahan adalah tindakan menghapuskan kelurahan yang ada. 10. Penggabungan Kelurahan adalah menyatukan 2 (dua) Kelurahan atau lebih menjadi 1 (satu) Kelurahan baru. 11. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki dan berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia; 12. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusanpemerintahan oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berlandaskan asal usul dan adat istiadat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Negara Republik Indonesia; 13. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa; 14. Perangkat Desa adalah unsur penyelenggara Pemerintahan Desa yang terdiri dari Sekretaris Desa, pelaksana teknis lapangan dan unsur kewilayahan; 15. Perubahan status desa menjadi Kelurahan adalah perubahan status pada Desa yang telah memenuhi persyaratan menjadi kelurahan. 16. Badan Permusyawaratan Desa yang selanjutnya disikat BPD, adalah lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa sebagai unsur dalam penyelenggaraan pemerintah desa. 17. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan yang selanjutnya disingkat LPMK adalah lembaga swadaya masyarakat yang dibentuk di Kelurahan untuk membantu Lurah dalam melaksanakan urusan pemerintahan, pembangunan, sosial kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat. 18. Tim kajian kelayakan adalah tim kerja yang dibentuk oleh Walikota untuk melaksanakan pengkajian kelayakan pembentukan, penghapusan, penggabungan, pemekaran dan perubahan status Desa menjadi Kelurahan. BAB II TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN,PENGGABUNGAN, PEMEKARAN KELURAHAN DAN PERUBAHANSTATUS DESA MENJADI KELURAHAN Bagian Kesatu Pembentukan Kelurahan Paragraf 1 Tujuan Pembentukan Pasal 2 Kelurahan dibentuk untuk meningkatkan pelayanan masyarakat, melaksanakan fungsi pemerintahan dan pemberdayaan masyarakat dalam rangka mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat. Syarat-Syarat Pembentukan Pasal 3 Pembentukan Kelurahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, paling rendah memenuhi syarat, sebagai berikut: a. Jumlah penduduk; b. Luas wilayah; c. Bagian wilayah kerja; d. Sarana dan prasarana pemerintahan.

- 3 - Pasal 4 (1) Jumlah penduduk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a, paling rendah4. 500 (empat ribu lima ratus) jiwa atau 900 kepala keluarga. (2) Luas wilayah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b, paling rendah 3 Km2 (tiga kilo meter persegi). (3) Bagian wilayah kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf c, adalah wilayah yang dapat dijangkau dalam meningkatkan pelayanan pembinaan masyarakat. (4) Sarana dan prasarana pemerintahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf d, yaitu: a. Memiliki kantor pemerintahan; b. Memiliki jaringan perhubungan yang lancar; c. Memilki sarana komunikasi yang memadai; d. Memiliki fasilitas umum yang memadai. (1) Kelurahan dibentuk di Wilayah Kota Serang. Paragraf 3 Tata Cara Pembentukan Pasal 5 (2) Pembentukan Kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat berupa penggabungan beberapa Kelurahan atau bagian Kelurahan yang berdekatan, pemekaran dari 1(satu) Kelurahan menjadi 2 (dua) Kelurahan atau lebih atau perubahan status Desa menjadi Kelurahan. (3) Pembentukan Kelurahan ditetapkan dengan Peraturan Daerah. (4) Pembentukan Kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut: a. Aspirasi masyarakat setempat yang dituangkan dalam Keputusan LPMK tentang persetujuan pembentukan Kelurahan; b. Keputusan bersama Lurah tentang Persetujuan Pembentukan Kelurahan; c. Usulan pembentukan Kelurahan disampaikan oleh Lurah kepada Walikota melalui Camat; d. Walikota membentuk tim kajian kelayakan untuk menilai kelayakan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4; e. Apabila hasil penelitian tim sebagaimana dimaksud pada huruf d dinyatakan layak, Walikota menyampaikan usulan pembentukan Kelurahan kepada DPRD; f. DPRD menetapkan Keputusan tentang Persetujuan atau Penolakan Pembentukan Kelurahan; g. Apabila DPRD menetapkan persetujuan pembentukan Kelurahan,selanjutnya ditetapkan Peraturan Daerah tentang Pembentukan Kelurahan. Bagian Kedua Penghapusan,Penggabungan Kelurahan Paragraf 1 Tujuan Penghapusan, Penggabungan Pasal 6 Penghapusan ataupenggabungan Kelurahan bertujuan untuk meningkatkan pelayanan masyarakat, melaksanakan fungsi pemerintahan dan pemberdayaan masyarakat dalam rangka mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat. Syarat-Syarat Penghapusan,Penggabungan Pasal 7 Penghapusan atau penggabungan Kelurahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, paling rendah memenuhi syarat, sebagai berikut: a. Jumlah penduduk; b. Luas wilayah; c. Bagian wilayah kerja; d. Sarana dan prasarana pemerintahan.

- 4 - Pasal 8 (1) Jumlah penduduk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf a, kurang dari 4.500 (empat ribu lima ratus) jiwa atau 900 kepala keluarga. (2) Luas wilayah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf b, kurang dari3 Km2 (tiga kilo meter persegi). (3) Bagian wilayah kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf c, adalah wilayah yang tidak dapat dijangkau dalam meningkatkan pelayanan pembinaan masyarakat. (4) Sarana dan prasarana pemerintahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf d, yaitu: a. Belum memiliki kantor pemerintahan yang memadai; b. Belum memiliki jaringan perhubungan yang lancar; c. Belum memiliki sarana komunikasi yang memadai; Paragraf 3 Tata Cara Penghapusan,Penggabungan Pasal 9 (1) Kelurahan yang kondisi masyarakat dan wilayahnya tidak lagimemenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dan Pasal 8, dapat dihapus atau digabung. (2) Penghapusan atau penggabungan Kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan berdasarkan hasil penelitian dan pengkajian yang dilakukan oleh Daerah. (3) Penghapusan ataupenggabungan Kelurahan ditetapkan dengan Peraturan Daerah. (4) Penghapusan atau penggabungan kelurahan dilakukan dengan ketentuansebagai berikut: a. Aspirasi masyarakat setempat yang dituangkan dalam keputusan LPMKtentang persetujuan penghapusan atau penggabungan kelurahan; b. Keputusan bersama Lurah tentang Persetujuan penghapusan atau Penggabungan Kelurahan; c. Usulan penghapusan atau penggabungan disampaikan oleh Lurah kepada Walikota melalui Camat; d. Walikota membentuk tim kajian kelayakan untuk menilai kelayakan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dan Pasal 8; e. Apabila hasil penelitian tim sebagaimana dimaksud pada huruf d dinyatakan layak, Walikota menyampaikan usulan pembentukan Kelurahan kepada DPRD; f. DPRD menetapkan Keputusan tentang Persetujuan atau Penolakan Pembentukan Kelurahan; g. Apabila DPRD menetapkan persetujuan pembentukan Kelurahan, selanjutnya ditetapkan Peraturan Daerah tentang Pembentukan Kelurahan. Bagian Ketiga Pemekaran Kelurahan Paragraf 1 Tujuan Pemekaran Pasal 10 Pemekaran Kelurahan bertujuan untuk meningkatkan pelayanan masyarakat, melaksanakan fungsi pemerintahan dan pemberdayaan masyarakat dalam rangka mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat. Syarat-Syarat Pemekaran Pasal 11 Pemekaran Kelurahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, paling kurang memenuhi syarat, sebagai berikut: a. Jumlah penduduk; b. Luas wilayah; c. Bagian wilayah kerja; d. Sarana dan prasarana pemerintahan. Pasal 12 (1) Jumlah penduduk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf a, paling rendah9.000 jiwa atau 1.800 kepala keluarga.

- 5 - (2) Luas wilayah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf b, paling rendah6 Km2 (enam kilo meter persegi). (3) Bagian wilayah kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf c, adalah wilayah yang dapat dijangkau dalam meningkatkan pelayanan pembinaan masyarakat. (4) Sarana dan prasarana pemerintahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf d, yaitu: a. Memiliki kantor pemerintahan; b. Memiliki jaringan perhubungan yang lancar; c. Memilki sarana komunikasi yang memadai; d. Memiliki fasilitas umum yang memadai. Paragraf 3 Tata Cara Pemekaran Pasal 13 (1) Kelurahan yang jumlah penduduknya telah melampaui jumlah penduduk untuk 1 (satu) Kelurahan, berdasarkan pertimbangan teknis pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat, dapat dilakukan pemekaran menjadi 2 (dua) kelurahan atau lebih. (2) Pemekaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat dilakukan setelah Kelurahan dimaksud dalam menyelenggarakan pemerintahan kelurahan telah mencapai paling singkat 5 (lima) tahun. (3) Pemekaran Kelurahan ditetapkan dengan Peraturan Daerah. (4) Pemekaran Kelurahan dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut: a. Aspirasi masyarakat setempat yang dituangkan dalam keputusan LPMK tentang Pemekaran Kelurahan; b. Keputusan bersama Lurah tentang Persetujuan Pemekaran Kelurahan; c. Usulan pemekaran disampaikan oleh Lurah kepada Walikota melalui Camat; d. Walikota membentuk tim kajian kelayakan untuk menilai kelayakan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 dan Pasal 12; e. Apabila hasil penelitian tim sebagaimana dimaksud pada huruf d dinyatakan layak, Walikota menyampaikan usulan pemekaran Kelurahan kepada DPRD; f. DPRD menetapkan Keputusan tentang Persetujuan atau Penolakan Pemekaran Kelurahan; g. Apabila DPRD menetapkan persetujuan pembentukan Kelurahan, selanjutnya ditetapkan Peraturan Daerah tentang Pemekaran Kelurahan. Bagian Keempat Perubahan Status Desa Menjadi Kelurahan Paragraf 1 Tujuan Perubahan Status Desa Menjadi Kelurahan Pasal 14 Perubahan status Desa menjadi Kelurahan bertujuan untuk meningkatkan pelayanan masyarakat, melaksanakan fungsi pemerintahan dan pemberdayaan masyarakat dalam rangka mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat. Syarat-Syarat Perubahan Status Desa Menjdi Kelurahan Pasal 15 Perubahan status Desa menjadi Kelurahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14, harus memenuhi persyaratan, sebagai berikut: a. Luas wilayah tidak berubah; b. Jumlah penduduk paling rendah 4500 jiwa atau 900 kepala keluarga; c. Memiliki prasarana dan sarana pemerintahan yaitu kantor, jaringan perhubungan, sarana komunikasi dan fasislitas umum yang memadai bagi terselenggaranya pemerintahan kelurahan; d. Potensi ekonomi berupa jenis, jumlah usaha jasa dan produksi serta keanekaragaman mata pencaharian; e. Kondisi sosial budaya masyarakat berupa keanekaragaman status dan mata pencaharian penduduk, perubahan nilai dari masyarakat agraris ke masyarakat jasa atau industri serta tingginya volume pelayanan kepada masyarakat.

- 6 - Tata Cara Perubahan Status Desa Menjadi Kelurahan Pasal 16 (1) Desa dapat diubah atau disesuaikan statusnya menjadi Kelurahan berdasarkan prakarsa Pemerintah Desa bersama BPD dengan memperhatikan aspirasi masyarakat setempat. (2) Perubahan status Desa menjadi Kelurahan dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut: a. Adanyaprakarsa dan kesepakatan masyarakat untuk merubah status desa menjadi kelurahan kepada BPD dan Kepala Desa; b. Masyarakat mengajukan usul perubahan status Desa menjadi Kelurahan kepada BPD dan Kepala Desa; c. BPD mengadakan rapat bersama dengan Kepala Desa untuk membahas usul masyarakat tentang perubahan status Desa menjadi Kelurahan dan kesepakatan rapat dituangkan dalam berita acara hasil rapat BPD tentang perubahan status Desa menjadi Kelurahan; d. Kepala Desa mengajukan usulan perubahan status Desa menjadi Kelurahan kepada Walikota melalui Camat dan dilampiri dengan berita acara sebagaimana dimaksud pada huruf c; e. Dengan memperhatikan dokumen usulan Kepala Desa, Walikotamenugaskan Tim Kota bersama Tim Kecamatan untuk melakukan observasi ke Desa yang akan diubah statusnya menjadi Kelurahan, yang hasilnya menjadi bahan rekomendasi kepada Walikota; f. Apabila rekomendasi Tim sebagaimana diamksud pada huruf e menyatakan layak untuk merubah status Desa menjadi Kelurahan, Walikota menyiapkan Rancangan Peraturan Daerah tentang Perubahan Status Desa Menjadi Kelurahan; g. Walikota mengajukan Rancangan Peraturan Daerah tentang Perubahan Status Desa Menjadi Kelurahan dalam Rapat Paripurna DPRD; h. DPRD bersama Walikota melakukan pembahasan atas Rancangan Peraturan Daerah dimaksud dan apabila diperlukan dapat mengikutsertakan Pemerintah Desa, BPD dan unsur masyarakat Desa; i. Rancangan Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud pada huruf h yang telah disetujui bersama oleh DPRD dan Walikota, disampaikan oleh Pimpinan DPRD kepada Walikota untuk ditetapkan menjadi Peraturan Daerah; j. Penyampaian Rancangan Peraturan Daerah sebagaimana diamaksud pada huruf i, disampaikan oleh Pimpinan DPRD paling lama 7 (tujuh) hari terhitung mulai tanggal persetujuan bersama; k. Rancangan Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud pada huruf j, paling lama 30 (tiga puluh) hari ditetapkan oleh Walikota terhitung mulai Rancangan tersebut disetujui bersama; l. Dalam hal sahnya Rancangan Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud pada huruf k, Sekretaris Daerah mengundangkan Peraturan Daerah tersebut di dalam Lembaran Daerah. Pasal 17 Desa yang berubah menjadi Kelurahan, Lurah dan Perangkat Kelurahan diisi dari Pegawai Negeri Sipil. Pasal 18 (1) Desa yang yang berubah menjadi Kelurahan, Kepala Desanya diangkat menjadi Penjabat Lurah sampai dengan berakhirnya masa bakti sebagai Kepala Desa. (2) Penjabat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), apabila telah berakhir masa jabatannya, sebelum dilakukan pengisian Lurah secara definitif, Walikota dapat memperpanjang jabatannya selama2 (dua) tahun. (3) Penjabat sebagaimana dimaksud pada ayat (2), tidak mendapatkangaji, tunjangan jabatan dan tunjangan lainnya, akan tetapi diberi uang insentif sesuai dengan kemampuan keuangan daerah. Pasal 19 (1) Desa yang statusnya berubah menjadi Kelurahan, seluruh kekayaan dan sumber-sumber pendapatan desa menjadi kekayaan daerah. (2) Kekayaan dan sumber-sumber pendapatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dikelola oleh Kelurahan bersangkutan untuk kepentingan masyarakat setempat. BAB III PEMBIAYAAN Pasal 20 Biaya yang timbul akibat diberlakukannya Peraturan Daerah ini menjadi beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Serang.

- 7 - BAB IV KETENTUAN PERALIHAN Pasal 21 Dengan diundangkannya Peraturan Daerah ini, maka tidak ada lagi pemilihan Kepala Desa. BAB V KETENTUAN PENUTUP Pasal 22 Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota. Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Serang. Ditetapkan di Serang Pada tanggal 9 Desember 2010 WALIKOTA SERANG, dengan Ttd Diundangkan di Serang pada tanggal 13 Desember 2010 SEKRETARIS DAERAH KOTA SERANG, B U N Y A M I N Ttd S U L H I L E M B A R A N D A E R A H K O T A S E R A N G T A H U N 2 0 10 N O M O R 15

- 8 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, PENGGABUNGAN, PEMEKARAN KELURAHAN DAN PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN I. UMUM Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, memberikan otonomi luas kepada daerah. Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kota Serang di Provinsi Banten, maka Pemerintah Kota Serang menjadi daerah otonom yang diberi kewenangan untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan. Salah satu urusan pemerintahan yang dapat dilakukan oleh Pemerintah Kota Serang adalah melakukan pembentukan, penggabungan atau penghapusan, pemekaran kelurahan dan perubahan status desa menjadi kelurahan. Pembentukan, penggabungan atau penghapusan, pemekaran kelurahan dan perubahan status desa menjadi kelurahan bertujuan untuk lebih meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, melaksanakan fungsi pemerintahan dan melaksanakan pemberdayaan masyarakat dalam rangka mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat. Untuk mewujudkan tujuan dimaksud, pembentukan, penggabungan atau penghapusan, pemekaran kelurahan dan perubahan status desa menjadi kelurahan harus dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan memperhatikan kemampuan keuangan daerah. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Pasal 3 Pasal 4 Ayat (1) Ayat (2) Ayat (3) Ayat (4) Huruf b Yang dimaksud dengan memiliki jaringan perhubungan yang lancaradalah sudah adanya sarana jalan yang mudah dijangkau oleh masyarakat. Pasal 5 Pasal 6 Pasal 7 Pasal 8 Pasal 9 Pasal 10 Pasal 11 Pasal 12 Pasal 13 Ayat (1) - Yang dimaksud dengan telah melampaui jumlah penduduk untuk 1 (satu) kelurahan, adalah jumlah penduduk telah melebihi 9.000 jiwa atau 1.800 kepala keluarga. - Yang dimaksud dengan pertimbangan teknis pemerintahan adalah hasil pengkajian kelayakan oleh tim kajian yang dibentuk oleh Walikota. Ayat (2) Ayat (3)

- 9 - Ayat (4) Pasal 14 Pasal 15 Pasal 16 Pasal 17 Yang dimaksud dengan Pegawai Negeri Sipil adalah PegawaiNegeri Sipil Daerah Kota Serang. Pasal 18 Ayat (1) Ayat (2) Yang dimaksud dengan penjabat adalah Kepala Desa yang bersangkutan atau Pegawai Negeri Sipil. Ayat (3) Yang dimaksud dengan Tunjangan lainnya adalah Tambahan Penghasilan Pegawai (TPP) dan tunjangan fungsional. Pasal 19 Pasal 20 Pasal 21 Pasal 22 TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KOTA SERANG TAHUN 20 10 NOMOR 38