I. PENDAHULUAN. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 432

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 44 Tahun 2009 tentang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang International Labour Organization (ILO), pada tahun 2008 memperkirakan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Kesehatan Republik Indonesia No. 23 Tahun 1992 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kulit akibat kerja merupakan peradangan kulit yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap ahli kesehatan khususnya dokter seharusnya sudah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data International Labour Organization (ILO) tahun 2012, angka

BAB I PENDAHULUAN. yang saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu. ada pengaruhnya terhadap kesehatan tersebut.

BAB 1 : PENDAHULUAN. upaya perlindungan terhadap tenaga kerja sangat diperlukan. Salah satunya dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kulit akibat kerja (occupational dermatoses) adalah suatu peradangan

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat sarjana S-1. Diajukanoleh : DIAH RIFQI SUSANTI J Kepada : FAKULTAS KEDOKTERAN

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan akibat lingkungan kerja. Lingkungan kerja dikaitkan dengan segala. dibebankan padanya (Suma mur, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. dengan masalah tersebut adalah dermatitis kontak akibat kerja. 1

BAB 1 : PENDAHULUAN. adanya peningkatan kulitas tenaga kerja yang maksimal dan didasari oleh perlindungan hukum.

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan yang berkualitas bagi suatu organisasi harus ada kinerja yang

I. PENDAHULUAN. Kelelahan kerja adalah gejala yang berhubungan dengan penurunan efisiensi

BAB 1 PENDAHULUAN. Dermatitis berasal dari kata derm atau o- (kulit) dan itis (radang atau

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan kerja serta terlindung dari penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. melindungi pekerja dari mesin, dan peralatan kerja yang akan menyebabkan traumatic injury.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. disebabkan oleh faktor paparan/kontak akibat pekerjaan atau ketika suatu bahan

BAB I PENDAHULUAN. erat dengan keefisienan kerja seorang karyawan. Tingkat produktifitas

BAB I PENDAHULUAN. klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papula, vesikel, skuama) dan

BAB I PENDAHULUAN. yang dipakai. Menurut American Hospital Association, 1974 dalam

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku tujuan

Prevalensi Dermatitis Kontak Akibat Kerja dan Faktor yang Mempengaruhinya pada Pekerja Cleaning Service di Rumah Sakit Umum Abdul Moeloek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan. Sebagai layanan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. tahun (Kementrian Perindustrian, 2015). Bahan baku plastik terdiri atas

BAB 1 PENDAHULUAN. pekerja yang terpapar pada bahan-bahan iritatif, alegenik atau faktor fisik khusus

I. PENDAHULUAN. Dermatitis Atopik (DA) merupakan penyakit inflamasi kulit kronik, berulang. serta predileksi yang khas (Patrick, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. kompleks, padat profesi dan padat modal. Kompleksitas ini muncul karena

BAB I PENDAHULUAN. Asma bronkial merupakan penyakit kronik yang sering dijumpai pada anak

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung terhadap sistem pendidikan dan pelayanan kepada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu bentuk upaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ketenagakerjaan, antara lain masalah keselamatan dan kesehatan kerja. Tenaga Kerja

I. PENDAHULUAN. maupun tenaga kesehatan yang ada di tempat-tempat tersebut belum memadai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. melaksanakan pembangunan nasional telah berhasil. meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi pada

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Mewujudkan derajat kesehatan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat lebih mudah memenuhi kebutuhan hidupnya. Keadaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. besar. Salah satu industri yang banyak berkembang yakni industri informal. di bidang kayu atau mebel (Depkes RI, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dalam kesehariannya disibukkan dengan berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. Di jaman modernisasi seperti sekarang ini Rumah Sakit harus mampu

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat Kerja Didalam Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dan pasar bebas yang akan berlaku pada tahun 2020,

BAB I PENDAHULUAN. mikroorganisme dapat terjadi melalui darah, udara baik droplet maupun airbone,

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman globalisasi dan pasar bebas WTO (World Trade Organization)

BAB III METODE PENELITIAN

adalah 70-80% angkatan kerja bergerak disektor informal. Sektor informal memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna, lebih

BAB I PENDAHULUAN. saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri.

DEFINISI PENGERTIAN KESELAMATAN KERJA (K3)

ISNANIAR BP PEMBIMBING I:

BAB 1 PENDAHULUAN. pekerja seperti yang tercantum dalam UU No.13 Tahun 2003 pasal 86 ayat 1

I. PENDAHULUAN. Personal hygiene adalah cara perawatan diri manusia untuk memelihara

III. METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan ini merupakan suatu penelitian deskriptif analitik

DAFTAR PUSTAKA 1. Siregar, R.S. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Jakarta: EGC; Undang-undang dasar tentang kesehatan no.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu pelayanan jasa yang di dalamnya terdapat

BAB I PENDAHULUAN. tubuh manusia karena terpapari sinar-x dan gamma segera teramati. beberapa saat setelah penemuan kedua jenis radiasi tersebut.

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bila upaya pencegahan infeksi tidak dikelola dengan baik. 2. berkembang menjadi sirosis hati maupun kanker hati primer.

BAB I PENDAHULUAN. ataupun jenis pekerjaan dapat menyebabkan penyakit akibat kerja. 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya selalu menginginkan

BAB I PENDAHULUAN. ini. Udara berfungsi juga sebagai pendingin benda-benda yang panas, penghantar bunyi-bunyian,

BAB II LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN. Air susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik bayi pada awal usia kehidupan, hal

BAB 1 : PENDAHULUAN. renang setidaknya seminggu sekali, 55% anak anak (umur 5 9 tahun)

BAB I PENDAHULUAN. Rambut merupakan mahkota bagi setiap orang. Masalah kulit kepala sering

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja

BAB I PENDAHULUAN. Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare Departemen Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam setiap proses pelayanan kesehatan di Rumah Sakit, pelayanan kesehatan yang berakhir dengan timbulnya kerugian (Puslitbag

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Kesehatan nomor 36 tahun 2009 menyatakan

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

BAB 1 PENDAHULUAN. di udara, permukaan kulit, jari tangan, rambut, dalam rongga mulut, usus, saluran

BAB I PENDAHULUAN. bahaya tersebut diantaranya bahaya faktor kimia (debu, uap logam, uap),

BAB I PENDAHULUAN. obat-obatan dan logistik lainnya. Dampak negatif dapat berupa kecelakaan

BAB 1 : PENDAHULUAN. keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis, serta pengobatan penyakit yang diderita oleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA DERMATITIS KONTAK AKIBAT KERJA PADA KARYAWAN BINATU JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya bagi kesehatan pekerja (Damanik, 2015). cacat permanen. Jumlah kasus penyakit akibat kerja tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. karena itu, upaya perlindungan terhadap tenaga kerja sangat perlu. Dengan cara

DASAR DASAR KESEHATAN KERJA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi dan penyakit menular merupakan masalah yang masih dihadapi oleh negara-negara berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan tersebut. Risiko-risiko tersebut dapat menimbulkan berbagai penyakit. Penyakit akibat kerja (PAK) adalah penyakit


nosokomial karena penyakit infeksi. Di banyak negara berkembang, resiko perlukaan karena jarum suntik dan paparan terhadap darah dan duh tubuh jauh

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian dan kecacatan secara terpadu dengan melibatkan berbagai multi

BAB I PENDAHULUAN. timbul yang disertai rasa gatal pada kulit. Kelainan ini terutama terjadi pada masa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan upaya yang harus. diselenggarakan disemua tempat kerja. Khususnya tempat kerja yang

BAB I PENDAHULUAN. setingggi-tingginya. Menurut Depkes RI (2007), rumah sakit sebagai salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan derajat kesehatan bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. memiliki berbagai fungsi didalam peningkatan produktivitas kerja dan

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan pekerjaan dalam rumah sakit di Indonesia, dikategorikan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. sumberdaya manusia yang dimiliki perusahaan. Faktor-faktor produksi dalam

BAB I PENDAHULUAN. serta pengobatan penyakit banyak digunakan alat-alat ataupun benda-benda

LAMPIRAN-LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. World Health Organization Quality of Life (WHOQOL) mendefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. gangguan kesehatan maupun penyakit, seperti penyakit kulit.

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan tanaman perkebunan secara besar-besaran, maka ikut berkembang pula

BAB I PENDAHULUAN. Congrat Roentgen tahun 1895 dan unsur Radium oleh Fierre dan Marie Curie, 3

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 432 tahun 2008, rumah sakit termasuk ke dalam kriteria tempat kerja dengan berbagai bahaya potensial yang dapat menimbulkan dampak kesehatan, tidak hanya terhadap para pelaku langsung yang bekerja di rumah sakit, tapi juga terhadap pasien maupun pengunjung rumah sakit. Faktor biologi, kimia, ergonomi, fisik, dan psikososial merupakan bahaya potensial yang ada di rumah sakit dan dapat mengakibatkan penyakit dan kecelakaan akibat kerja bagi pekerja, pengunjung, pasien dan masyarakat di lingkungan sekitarnya. Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, sehingga dapat mengurangi risiko kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Salah satu tujuan dari program K3 adalah untuk mencegah terjadinya penyakit akibat kerja pada pekerja. Penyakit akibat kerja merupakan penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja (Anies, 2005; Suma mur, 2009).

2 Penyakit-penyakit akibat kerja telah lama dikenal dan diketahui, termasuk penyakit kulit akibat kerja yang lebih dikenal dengan occupational dermatitis. Penyakit kulit akibat kerja merupakan sebagian besar dari penyakit akibat kerja pada umumnya dan diperkirakan 50-75% dari seluruh penyakit akibat kerja (Sulaksmono, 2006). Penyakit kulit diperkirakan menempati 9% sampai 34% dari penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan. Dermatitis kontak akibat kerja merupakan salah satu kelainan kulit yang sering dijumpai. Kelainan kulit ini dapat ditemukan sekitar 85% sampai 98% dari seluruh penyakit kulit akibat kerja. Insiden dermatitis kontak akibat kerja diperkirakan sebanyak 0,5 sampai 0,7 kasus per 1000 pekerja per tahun. Dermatitis kontak akibat kerja biasanya terjadi di tangan dan angka insiden untuk dermatitis bervariasi antara 2% sampai 10%. Di Bandar Lampung, terdapat sekitar 63% kejadian dermatitis kontak menurut surveilans tahunan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung pada tahun 2012 dan menjadi peringkat pertama penyakit kulit yang paling sering dialami (Tombeng, 2013; Dinkes, 2012). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penyakit dermatitis kontak merupakan penyakit yang lazim terjadi pada pekerja-pekerja yang berhubungan dengan bahan kimia dan panas, serta faktor mekanik sebagai gesekan, tekanan, trauma. Beberapa jenis dermatitis kontak seperti dermatitis kontak iritan yang disebabkan oleh bahan iritan absolut seperti asam basa, basa kuat, logam berat dengan konsentrasi kuat dan bahan relatif iritan, misalnya sabu, detergen dan pelarut organik. Jenis dermatitis lain adalah dermatitis kontak alergik biasanya

3 disebabkan oleh paparan bahan-bahan kimia atau lainnya yang meningkatkan sensitivitas kulit (Erliana, 2009). Penyakit akibat kerja di rumah sakit dapat menyerang semua tenaga kerja, baik yang medis (seperti perawat, dokter dan dokter gigi), maupun non medis seperti petugas kebersihan (cleaning service) rumah sakit. Petugas cleaning service mempunyai risiko untuk terpajan bahan biologi berbahaya (biohazard). Kontak dengan alat medis sekali pakai (disposable equipment) seperti jarum suntik bekas maupun selang infus bekas, serta membersihkan seluruh ruangan di rumah sakit dapat meningkatkan risiko untuk terkena penyakit infeksi bagi petugas kebersihan (cleaning service) rumah sakit (Lestari, 2010). Di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung terdapat 104 orang petugas cleaning service. Sebanyak 30% petugas mengeluhkan adanya kelainan pada kulit berupa kulit memerah, kering, mengelupas serta terasa gatal dan perih setelah kontak dengan bahan kimia yang digunakan saat bekerja sebagai cleaning service. Namun para petugas cleaning service mengaku, selama ini tidak pernah memeriksakan kondisi tersebut ke dokter. Penelitian yang dilakukan oleh Erliana (2009), mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya dermatitis kontak akibat kerja, didapatkan adanya hubungan pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) dan masa kerja dengan dermatitis kontak akibat kerja. Hasil penelitian Nuraga (2008), menyatakan bahwa pemakaian APD mempengaruhi timbulnya dermatitis kontak akibat kerja.

4 Hasil penelitian Octaviani (2009), menyatakan bahwa perilaku pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) dan masa kerja tidak memiliki hubungan dengan dermatitis kontak akibat kerja. Penelitian Lestari & Utomo (2007) menyatakan bahwa pemakaian APD saat bekerja tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan timbulnya dermatitis kontak akibat kerja. Penelitian yang dilakukan oleh Florence (2008), juga menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara masa kerja dengan dermatitis kontak akibat kerja. Berdasarkan hal tersebut, petugas cleaning service memiliki potensi untuk mengalami dermatitis kontak akibat kerja. Maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) dan masa kerja pada petugas cleaning service dengan dermatitis kontak akibat kerja di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung. B. Perumusan Masalah Apakah terdapat hubungan antara pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) dan masa kerja pada petugas cleaning service dengan dermatitis kontak akibat kerja di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) dan masa kerja pada petugas cleaning service dengan dermatitis kontak akibat kerja di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung.

5 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui gambaran pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) saat bekerja pada petugas cleaning service di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung. b. Mengetahui gambaran masa kerja pada petugas cleaning service di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung. c. Mengetahui hubungan pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) saat bekerja pada petugas cleaning service dengan dermatitis kontak akibat kerja di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung. d. Mengetahui hubungan masa kerja pada petugas cleaning service dengan dermatitis kontak akibat kerja di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana dan menambah pengetahuan tentang hubungan pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) dan masa kerja dengan dermatitis kontak akibat kerja. 2. Bagi Dinas Kesehatan Provinsi Dapat menjadi masukan tentang penyakit dermatitis kontak akibat kerja pada petugas cleaning service, terutama petugas cleaning service di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung, sehingga di masa yang akan

6 datang akan ada suatu program kesehatan kerja yang dapat menjangkau para petugas cleaning service. 3. Bagi Petugas Cleaning Service Menambah pengetahuan para petugas cleaning service mengenai dermatitis kontak akibat kerja, penyebab, pencegahan, dan pengobatannya. Sehingga petugas cleaning service dapat melakukan pengobatan, pencegahan dan menjaga kebersihan diri maupun lingkungan sekitar. 4. Bagi Peneliti Lain Penelitian ini dapat dijadikan suatu penelitian dasar untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan dermatitis kontak akibat kerja pada petugas cleaning service di RSUD Dr. H. Moeloek Provinsi Lampung dan dermatitis kontak akibat kerja pada umumnya. E. Kerangka Teori Dermatitis kontak akibat kerja menurut Wolff et al (2008), merupakan penyakit kulit multifaktoral yang dipengaruhi oleh faktor eksogen dan faktor endogen. Faktor eksogen merupakan faktor yang berasal dari luar, berupa karakteristik bahan kimia, paparan dan faktor lingkungan. Karakteristik bahan kimia meliputi ph bahan kimia, jumlah dan konsentrasi, berat molekul, serta kelarutan dari bahan kimia yang dipengaruhi oleh sifat ionisasi dan polarisasinya. Karakteristik paparan meliputi frekuensi paparan dengan agen, lama bekerja, tipe kontak, paparan dengan lebih dari satu jenis bahan kimia, dan frekuensi paparan dengan agen. Sedangkan faktor lingkungan meliputi

7 temperatur ruangan dan faktor mekanik yang dapat berupa tekanan, gesekan, atau lecet, juga dapat meningkatkan permeabilitas kulit terhadap bahan kimia akibat kerusakan stratum korneum pada kulit. Faktor endogen adalah faktor yang berasal dari dalam dan turut berpengaruh terhadap terjadinya dermatitis kontak meliputi faktor genetik, jenis kelamin, usia, ras, lokasi kulit, riwayat atopi serta faktor lain dapat berupa perilaku individu berupa kebersihan perorangan, hobi dan pekerjaanan sambilan, serta pemakaian alat pelindung diri saat bekerja (Wolff et al, 2008). Ada banyak pekerjaan yang berhubungan dengan dermatitis kontak akibat kerja, dan hal tersebut berkaitan dengan paparan pada pekerjaan tertentu. Ada pekerja industri tekstil, dokter gigi, pekerja konstruksi, elektronik, dan industri lukisan, rambut, industri sektor makanan dan logam, dan industri produk pembersih (Sanja, 2009). Erliana (2009) menyatakan bahwa beberapa penelitian menunjukkan penyakit dermatitis kontak merupakan penyakit yang lazim terjadi pada pekerja-pekerja yang berhubungan dengan bahan kimia dan panas, serta faktor mekanik sebagai gesekan, tekanan, trauma. Beberapa jenis dermatitis kontak seperti dermatitis kontak iritan yang disebabkan oleh bahan iritan absolut seperti asam basa, basa kuat, logam berat dengan konsentrasi kuat dan bahan relatif iritan, misalnya sabu, detergen dan pelarut organik, dan jenis dermatitis lain adalah dermatitis kontak alergik biasanya disebabkan oleh paparan bahan-bahan kimia atau lainnya yang meningkatkan sensivitas kulit pada jenis pekerjaan tertentu. Berdasarkan penelitian Lestari (2010) sebelumnya, dermatitis kontak akibat

8 kerja menurpakan salah satu dari penyakit akibat kerja yang banyak di temukan dirumah sakit, dan dapat menyerang semua tenaga kerja, baik yang medis (seperti perawat, dokter dan dokter gigi), maupun non medis seperti petugas kebersihan (cleaning service). Kerangka teori pada penelitian ini tersaji pada gambar 1.

9 Faktor Eksogen - Karakteristik Bahan Kimia (ph, jumlah dan konsentrasi, berat molekul, kelarutan dari bahan kimia) - Karakteristik Paparan (Frekuensi paparan, masa kerja, tipe kontak, paparan dengan jenis bahan kimia lain) - Faktor Lingkungan (temperatur ruangan, faktor mekanik) Faktor Endogen - Genetik - Jenis Kelamin - Usia - Ras - Lokasi kulit - Riwayat atopi - Personal hygiene - Hobi dan pekerjaan sambilan - Pemakaian Alat Pelindung Diri Dermatitis Kontak Akibat Kerja Jenis Pekerjaan Gambar 1. Kerangka Teori (Wolff et al, 2008; Sanja, 2009).

10 F. Kerangka Konsep Kerangka konsep pada penelitian ini tersaji pada gambar 5. Variabel Perancu Variabel Bebas - Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) - Masa Kerja - Hobi - Aktivitas rumah tangga - Pekerjaan di luar cleaning service Variabel Terikat Dermatitis Kontak Akibat Kerja Gambar 2. Kerangka Konsep. G. Hipotesis Ada hubungan antara pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) dan masa kerja pada petugas cleaning service dengan kejadian dermatitis kontak akibat kerja di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung.