BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan berkelanjutan 2030/Suistainable Development Goals (SDGs)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I : PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh virus dengue, virus ini ditularkan melalui

BAB I PENDAHULUAN. 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes albovictus.

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang akan memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomis.

BAB I PENDAHULUAN. yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan snyamuk dari genus Aedes,

BAB 1 : PENDAHULUAN. Berdarah Dengue (DBD). Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya

BAB I PENDAHULUAN. misalnya akibat gigitan nyamuk dapat menyebabkan dermatitis, alergika dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan program kelanjutan dari

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai risiko tinggi tertular Demam Dengue (DD). Setiap tahunnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever

BAB I PENDAHULUAN. dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk demam berdarah (Aedes

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia, salah satunya penyakit Demam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. virus dengue yang ditularkan dari gigitan nyamuk Aedes aegypti sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue, masing-masing dapat. DBD, baik ringan maupun fatal ( Depkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lancarnya transportasi (darat, laut dan udara), perilaku masyarakat yang kurang sadar

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhage Fever (DHF) banyak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kemajuan yang cukup bermakna ditunjukan dengan adanya penurunan

BAB I PENDAHULUAN. umum dari kalimat tersebut jelas bahwa seluruh bangsa Indonesia berhak untuk

INFORMASI UMUM DEMAM BERDARAH DENGUE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia melalui perantara vektor penyakit. Vektor penyakit merupakan artropoda

Promotif, Vol.5 No.1, Okt 2015 Hal 09-16

BAB I PENDAHULUAN. dengue, yang ditularkan oleh nyamuk. Penyakit ini ditemukan di daerah

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahunnya. Salah satunya Negara Indonesia yang jumlah kasus Demam

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era reformasi, paradigma sehat digunakan sebagai paradigma

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam beberapa tahun terakhir

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran epidemiologi..., Lila Kesuma Hairani, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

Skripsi ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh: DIAH NIA HERASWATI J

BAB I PENDAHULUAN. tropis. Pandangan ini berubah sejak timbulnya wabah demam dengue di

Fajarina Lathu INTISARI

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. semakin besar. Keadaan rumah yang bersih dapat mencegah penyebaran

BAB I PENDAHULUAN. dan tantangan yang muncul sebagai akibat terjadinya perubahan sosial ekonomi dan

masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN

SKRIPSI PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN SIKAP JUMANTIK KECIL SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN PELATIHAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI MIN KETITANG

KERANGKA ACUAN PROGRAM P2 DBD

Nizwardi Azkha, SKM,MPPM,MPd,MSi

SKRIPSI. Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh AGUS SAMSUDRAJAT J

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas 2013

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara serta Pasifik Barat (Ginanjar, 2008). Berdasarkan catatan World

BAB I PENDAHULUAN. Bupati dalam melaksanakan kewenangan otonomi. Dengan itu DKK. Sukoharjo menetapkan visi Masyarakat Sukoharjo Sehat Mandiri dan

ANALISIS FAKTOR RISIKO PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN HELVETIA TENGAH MEDAN TAHUN 2005

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. anak-anak.penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) sampai saat ini masih

HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOYOLALI I

BAB I PENDAHULUAN. dewasa (Widoyono, 2005). Berdasarkan catatan World Health Organization. diperkirakan meninggal dunia (Mufidah, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue merupakan famili flaviviridae

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Kementerian Kesehatan RI (2010), program pencegahan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW. kelompok B Arthropod Borne Virus (Arboviroses) dan ditularkan oleh nyamuk

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di Indonesia dan bahkan di Asia Tenggara. World Health

I. PENDAHULUAN. Penyakit Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan oleh virus dengue, ditularkan

BUPATI PAKPAK BHARAT PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB VI. Semaki dan Kelurahan Sorosutan dalam penulisan laporan ini, dapat ditarik

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes

BAB I PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. di Indonesia yang cenderung jumlah pasien serta semakin luas. epidemik. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh. virus Dengue yang ditularkan dari host melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti.

BAB I PENDAHULUAN. dan ditularkan oleh gigitan nyamuk Ae. aegypti ini menjadi penyakit tular virus

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

SARANG NYAMUK DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DI DESA KLIWONAN MASARAN SRAGEN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN UPAYA PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) PADA IBU RUMAH TANGGA DI KELURAHAN KRAMAS KOTA SEMARANG

PARTISIPASI REMAJA SMA DALAM PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KECAMATAN SUKOHARJO

BAB 1 : PENDAHULUAN. ditularkan melalui gigitan nyamuk yang banyak ditemukan di daerah tropis dan subtropis di

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE

PENDAHULUAN. Ratna Sari Dewi STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Padukuhan VI Sonosewu

EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN PANDAN WANGI (Pandanus amaryllifolius Roxb.) DALAM MEMBUNUH LARVA Aedes aegypti

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan daerah tropis yang banyak berkembang nyamuk Aedes. kepadatan penduduk (Kementerian Kesehatan RI, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. Acuan Pembangunan kesehatan pada saat ini adalah konsep Paradigma

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus dengue yang tergolong Arthropod Borne Virus, genus

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat Indonesia, disamping mulai meningkatnya masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever

SUMMARY HASNI YUNUS

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN juta orang saat ini diseluruh dunia. Serta diperkirakan sekitar

HUBUNGAN SIKAP DAN UPAYA PENCEGAHAN IBU DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GUNTUNG PAYUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi dan dalam waktu yang relatif singkat. Penyakit jenis ini masih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan berkelanjutan 2030/Suistainable Development Goals (SDGs) poin ketiga yaitu menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi semua orang di segala usia. Pada poin ke tiga ini terdapat tiga belas target dimana salah satu targetnya yaitu mengakhiri epidemi AIDS, tuberkulosis, malaria dan penyakit tropis yang terabaikan, serta hepatitis, penyakit bersumber air dan penyakit menular lainnya. (1) Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit menular yang dapat menimbulkan dampak sosial maupun ekonomi. Kerugian sosial yang terjadi antara lain menimbulkan kepanikan dalam keluarga, kematian anggota keluarga, dan berkurangnya usia harapan penduduk. Dampak ekonomi langsung pada penderita DBD adalah biaya pengobatan sedangkan dampak tidak langsung adalah kehilangan waktu kerja, waktu sekolah dan biaya lain yang dikeluarkan selain untuk pengobatan seperti transportasi dan akomodasi selama perawatan penderita. (2) Menurut World Health Organization (2011), lebih dari 2,5 miliar orang di seluruh dunia mempunyai resiko tertular DF / DHF. Dari 2,5 miliar orang tersebut sebanyak 1,3 miliar hidup di 10 negara dari Asia Tenggara. Penyakit DBD ini tersebar di 100 negara endemik. Berdasarkan data dari WHO (2011) menunjukkan sampai tahun 2009 Asia selalu menempati urutan pertama dalam jumlah penderita DBD tertinggi setiap tahunnya di dunia. Sementara itu, WHO mencatat negara Indonesia sebagai negara dengan insiden DBD tertinggi nomor satu di ASEAN dan tertinggi nomor dua di dunia setelah Thailand. (3) Data penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia menunjukkan adanya kenaikan. Pada tahun 2014 jumlah penderita demam berdarah dengue yang dilaporkan sebanyak 100.347 orang dengan jumlah kematian sebanyak 907 orang (IR/Angka kesakitan

yaitu 39,8 per 100.000 penduduk dan CFR/angka kematian yaitu 0,9%). Pada tahun 2015 jumlah penderita DBD yang dilaporkan sebanyak 129.650 kasus dengan jumlah kematian sebanyak 1.071 orang (IR/Angka kesakitan = 50,75 per 100.000 penduduk dan CFR/angka kematian = 0,83%). Angka kesakitan DBD dan jumlah kabupaten/kota terjangkit DBD pada tahun 2015 mengalami peningkatan. Pada tahun 2014 sebesar 433 (84,74%) menjadi 446 Kabupaten/Kota (86,77%) pada tahun 2015 (4) Sumatera Barat merupakan salah satu propinsi yang endemis DBD. Dinas Kesehatan Sumatera Barat mencatat terdapat 3.047 kasus sejak Januari hingga November 2015 di 19 Kabupaten/Kota di Provinsi ini. Tren angka kesakitan sebesar 62,87 per 100.000 penduduk dengan angka kematian sebesar 0.62 persen atau 19 kematian. Kasus DBD ini mengalami peningkatan yang cukup signifikan dibanding jumlah kasus pada 2014 sebanyak 2.311 kasus dengan 10 kematian. Sebagian besar Kabupaten/Kota di Sumatera Barat adalah daerah endemis DBD salah satunya adalah Kota Pariaman. (5) Kota Pariaman terdiri dari 4 kecamatan dengan jumlah puskesmas sebanyak 7 puskesmas. Data laporan dari Dinas Kesehatan Kota Pariaman menunjukkan angka kesakitan DBD pada tahun 2013 adalah 73 kasus dengan 0 kematian, pada tahun 2014 adalah 45 kasus dan 0 kematian namun pada tahun 2015 meningkat 3 kali lipat yaitu angka kesakitan 156 kasus dan 2 kematian. Kasus DBD ini terjadi di seluruh Puskesmas yang ada di Kota Pariaman dengan distribusi sebagai berikut: Puskesmas Pariaman angka kesakitan sebanyak 48 kasus dan 2 kematian, Puskesmas Naras angka kesakitan 25 kasus dan 0 kematian, Puskesmas Kurai Taji 15 kasus dan 0 kematian, Puskesmas Kampung Baru 30 kasus dan 0 kematian, Puskesmas Marunggi 9 kasus dan 0 kematian, Puskesmas Air Santok 13 kasus dan 0 kematian, Puskesmas Sikapak 16 kasus dan 0 kematian. Berdasarkan data tersebut Puskesmas yang paling tinggi angka kesakitan dan kematian DBD yaitu Puskesmas Pariaman. (6)

Jumlah kasus DBD di Puskesmas Pariaman selama tiga tahun terakhir dari tahun 2012 sampai tahun 2015 sangat fluktuatif. Pada tahun 2012 angka kesakitan sebanyak 30 kasus dan angka kematian 0 kasus. Pada tahun 2013 terdapat penurunan jumlah kasus menjadi angka kesakitan 18 kasus dan angka kematian 0 kasus. Pada tahun 2014 kasus DBD meningkat yaitu angka kesakitan 25 kasus dan angka kematian 0 kasus. Sedangkan tahun 2015 meningkat sebesar 2 kali lipat yaitu angka kesakitan 48 kasus dan angka kematian 2 kasus. (7) Penyebab meningkatnya jumlah kasus DBD di Pariaman antara lain karena semakin baiknya transportasi penduduk dari suatu daerah ke daerah lain dalam waktu singkat, adanya pemukiman-pemukiman baru, penyimpanan-penyimpanan air tradisional yang masih dipertahankan, perilaku masyarakat terhadap pembersihan sarang nyamuk masih kurang, infrastuktur penyediaan air bersih yang tidak memadai, perubahan iklim yang cenderung menambah jumlah habitat vektor DBD, serta letak geografis Indonesia di daerah tropis mendukung perkembangbiakan vektor dan pertumbuhan virus, kurang jumlah dan kualitas SDM pengelola program DBD di setiap jenjang administrasi, kurang kerjasama serta (8, 9) komitmen lintas program dan lintas sektor dalam pengendalian DBD. Berbagai upaya penanggulangan DBD telah dilaksaksanakan sejak tahun 1968 hingga sekarang. Pada awalnya dibentuklah Subdit Arbovirosis di Departemen Kesehatan. Selain itu dilakukan pemberantasan vektor menggunakan insektisida dengan fogging, abatisasi massal untuk membunuh jentik. Pada saat sekarang dilaksanakan pemberantasan DBD secara terpadu yaitu terdiri dari penanggulangan fokus, fogging massal, penyuluhan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) DBD. Upaya pemberantasan DBD hingga saat ini belum berhasil dilakukan. Permasalahan utama adalah masih belum berhasilnya upaya penggerakan peran serta masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk (PSN) DBD melalui gerakan 3M. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) DBD sangat penting untuk memutus mata rantai penularan penyakit DBD

karena dengan PSN DBD dapat membunuh jentik nyamuk penular DBD dan menurunkan populasi nyamuk penular DBD. Oleh karena itu departemen kesehatan lebih memprioritaskan upaya PSN DBD ini. Untuk meningkatkan upaya PSN DBD dan upaya pemberantasan penyakit DBD diperlukan pemberdayaan kader juru pemantau jentik (jumantik) dalam melakukan pemeriksaan jentik secara berkala dan terus menerus serta menggerakkan masyarakat dalam melaksanakan PSN DBD di masyarakat. (2) Jumantik adalah kader yang berasal dari masyarakat di suatu daerah, yang pembentukan dan pengawasan kinerjanya menjadi tanggung jawab sepenuhnya oleh pemerintah kabupaten/kota. Jumantik merupakan salah satu bentuk gerakan atau partisipasi aktif dari masyarakat dalam menanggulangi penyakit DBD. Tujuan dibentuknya jumantik adalah untuk mengetahui kepadatan jentik nyamuk penular DBD secara berkala, menurunkan populasi nyamuk penular DBD serta jentiknya dengan meningkatkan peran serta masyarakat dalam usaha pemberantasan sarang nyamuk dengan gerakan 3M plus, serta penyuluhan tentang penyakit DBD kepada masyarakat sehingga penularan penyakit demam berdarah dengue dapat dicegah atau dibatasi. (10) Keberadaan jumantik memiliki peran penting dalam pemberantasan DBD karena bertugas memantau populasi nyamuk penular DBD dan jentiknya. Pemeriksaan jentik berkala dilakukan oleh jumantik yang bertugas melakukan kunjungan rumah setiap 3 bulan. Hasil yang didapat jumantik dilaporkan dalam bentuk Angka Bebas Jentik (ABJ) yaitu rasio antara jumlah rumah/bangunan yang tidak ditemukan jentik dengan jumlah rumah/bangunan yang diperiksa dikali 100%. Target nasional untuk pencapaian ABJ adalah 95% (8, 9) Pembentukan jumantik di Puskesmas Pariaman di mulai sejak tahun 2011. Pada tahun 2015, wilayah kerja Puskesmas Pariaman terdiri dari 22 desa/kelurahan dengan jumlah jumantik 2 orang untuk satu desa/kelurahan. Jadi, total jumantik di wilayah kerja Puskesmas Pariaman adalah sebanyak 44 orang. Berdasarkan laporan data Puskesmas Pariaman pada

tahun 2015 Angka Bebas Jentik (ABJ) di Puskesmas Pariaman masih rendah yaitu 74,59% belum mencapai target program yaitu sebesar 95%. (7) Berdasarkan wawancara pendahuluan dengan tenaga kesling di Puskesmas Pariaman mengatakan bahwa para jumantik dalam melakukan tugas kadang-kadang tidak sesuai aturan, laporan yang mereka buat dalam melakukan kegiatan Pemantauan Jentik Berkala (PJB) terkadang tidak lengkap, para jumantik biasanya baru aktif turun kelapangan jika imbalan sudah tersedia. Selain itu, berdasarkan wawancara terhadap 3 orang masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Pariaman, saat para petugas jumantik datang kerumah untuk memberikan bubuk abate, jumantik tidak memberikan penjelasan dengan lengkap fungsi dan cara penggunaan abate tersebut. Pada saat jumantik melakukan pemeriksaan jentik mereka hanya memeriksa bak mandi dirumah dan tidak memberikan penyuluhan secara jelas dan lengkap tentang penyakit demam berdarah dengue, hal ini menunjukkan tidak optimalnya peran jumantik dalam melakukan tugasnya. Kurangnya kesadaran jumantik dalam melakukan tugas dan tanggung jawabnya serta rendahnya Angka Bebas Jentik (ABJ) yang berada dibawah target dan masih tingginya angka kesakitan dan kematian akibat DBD, mengindikasikan masih kurangnya peran jumantik di wilayah kerja Puskesmas Pariaman. Peran merupakan seperangkat patokan, yang membatasi apa perilaku yang mesti dilakukan oleh seseorang, yang menduduki suatu posisi. Peranan (role) merupakan proses dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, dia menjalankan suatu peranan. (11) Menurut Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2012), perilaku terbentuk dari 3 faktor utama, yaitu: (1) Faktor predisposisi (predisposing factors), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan nilai-nilai, dan sebagainya. (2) Faktor pendukung (enabling factors) yang terwujud dalam lingkungan fisik, ketersediaan sarana dan

prasarana atau fasilitas kesehatan, termasuk juga dukungan social. (3) Faktor penguat (reinforcing factors), yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain. (12) Penelitian yang dilakukan oleh Florida Ina Tulit yang berjudul faktor-faktor yang berhubungan dengan peran kader Jumantik dalam upaya pencegahan demam berdarah dengue di wilayah kerja Puskesmas Ambarawa tahun 2016 menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan peran kader jumantik dalam pencegahan demam berdarah dengue, ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan dengan peran jumantik dalam pencegahan demam berdarah dengue dan ada hubungan yang signifikan antara ketersediaan fasilitas dengan peran jumantik dalam pencegahan demam berdarah dengue. (13) Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk mengetahui faktor apa saja yang berhubungan dengan peran jumantik dalam pemberantasan demam berdarah dengue di wilayah kerja Puskesmas Pariamantahun 2016. 1.2 Perumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor apa sajakah yang berhubungan dengan peran jumantik dalam pemberantasan demam berdarah dengue di wilayah kerja Puskesmas Pariaman? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui faktor yang berhubungan dengan peran jumantik dalam pemberantasan demam berdarah dengue di wilayah kerja Puskesmas Pariaman. 1.3.2 Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus dari penelitian ini yaitu:

1. Mengetahui distribusi frekuensi peran jumantik di wilayah kerja Puskesmas Pariaman. 2. Mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan jumantik di wilayah kerja Puskesmas Pariaman. 3. Mengetahui distribusi frekuensi sikap jumantik di wilayah kerja Puskesmas Pariaman. 4. Mengetahui distribusi frekuensi motivasi jumantik di wilayah kerja Puskesmas Pariaman. 5. Mengetahui distribusi frekuensi ketersediaan sumberdaya yang didapatkan jumantik di wilayah kerja Puskesmas Pariaman. 6. Mengetahui distribusi frekuensi kepemimpinan yang dirasakan jumantik di wilayah kerja Puskesmas Pariaman. 7. Mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan peran jumantik di wilayah kerja Puskesmas Pariaman. 8. Mengetahui hubungan antara sikap dengan peran jumantik dalam pemberantasan demam berdarah dengue di wilayah kerja Puskesmas Pariaman. 9. Mengetahui hubungan antara motivasi dengan peran jumantik dalam pemberantasan demam berdarah dengue di wilayah kerja Puskesmas Pariaman. 10. Mengetahui hubungan antara ketersediaan sumberdaya dengan peran jumantik dalam pemberantasan demam berdarah dengue di wilayah kerja Puskesmas Pariaman. 11. Mengetahui hubungan antara kepemimpinan dengan peran jumantik dalam pemberantasan demam berdarah dengue di wilayah kerja Puskesmas Pariaman 1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti. Penelitian ini memberikan kesempatan peneliti untuk menerapkan ilmu yang peneliti dapatkan dari bangku kuliah. Penelitian ini bermanfaat menambah wawasan,

informasi, serta pengetahuan dan kemampuan peneliti dalam mengaplikasikan ilmu kesehatan masyarakat 2. Bagi institusi pendidikan. Menjadi tolak ukur untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan proses belajar mahasiswa, selain itu diharapkan dapat menjadi pembanding bagi penelitian selanjutnya. 3. Bagi Puskesmas Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi Puskesmas Pariaman tentang gambaran peran jumantik dan apa saja faktor yang berhubungan dengan peran jumantik sehingga dapat membantu dalam menentukan keputusan dan kebijakan ke depannya terkait meningkatkan peran jumantik di wilayah kerja Puskesmas Pariaman sehingga dapat menekan angka kesakitan dan angka kematian DBD. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Kegiatan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor apa saja yang berhubungan dengan peran jumantik dalam pemberantasan DBD di wilayah kerja Puskesmas Pariaman. Variabel dependen adalah peran jumantik dalam pemberantasan DBD, sedangkan yang menjadi variabel independen adalah pengetahuan, sikap, motivasi, sumberdaya dan kepemimpinan. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuisioner. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain cross sectional study. Penelitian dilakukan bulan Mei-Desember 2016