BAB I PENDAHULUAN. dari struktur ekonomi bangsa Indonesia termasuk sebagai negara yang mengalami

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. akan bangkit kembali setelah tahun 2006 yang penuh kesulitan akibat berbagai

BAB 6 SISTEM OPERASIONAL PERBANKAN SYARIAH. AKUNTANSI PERBANKAN SYARIAH: Teori dan Praktik Kontemporer

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Menurut data Departemen Keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembiayaan murabahan..., Claudia, FH UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. mendalam. Bank syariah yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi keuangan, hasil, prinsip ujoh dan akad pelengkap (Karim 2004).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/ 9 /PBI/2003 TENTANG PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF BAGI BANK SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk, Bidang dan Perkembangan Usaha Bank Mandiri Syariah Bentuk Usaha Bank Syariah Mandiri

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan munculnya lembaga-lembaga keuangan yang. berbasis syariah. Kondisi ini menurut para akademisi dan praktisi

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN PERNYATAAN

BAB V PENGAWASAN KEGIATAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH 1

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Pertumbuhan Industri Asuransi Jiwa Di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini kehidupan perekonomian di dunia tidak dapat dipisahkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. aspek keadilan dalam bertransaksi. Bank berdasarkan prinsip syariah atau

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/ 7 /PBI/2003 TENTANG GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perbankan syariah berawal pada tahun 1950an.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri perbankan syariah di Indonesia saat ini sudah

BAB I PENDAHULUAN. tersebut diatur dengan rinci landasan hukum serta jenis jenis usaha yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan kelembagaan perbankan syariah di Indonesia mengalami

BAB II. Gambaran Umum Bank Syariah Mega Indonesia. Perjalanan PT Bank Syariah Mega Indonesia diawali dari sebuah bank

BAB II GAMBARAN UMUM BANK MEGA SYARI AH. Perjalanan PT Bank Mega Syariah diawali dari sebuah bank umum

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/18/PBI/2008 TENTANG RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BAGI BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perbankan syariah merupakan alternatif lembaga keuangan

2. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang Undang Nomor 3 Tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. bentuk simpanan giro, tabungan, dan deposito. Biasanya sambil diberikan balas

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I. Bandung, 2003, hal. xi 2 Undang-undang No. 10 Tahun 1998, Tentang Perbankan, hal. 5. Penerapan prinsip..., Indah Fajarwati, FH UI, 2011

LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH THALIS NOOR CAHYADI, S.H. M.A., M.H., CLA

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana, sedangkan bank

BAB I PENDAHULUAN. sekunder, maupun tersier dalam kehidupan sehari-hari. Adakalanya masyarakat tidak

PERBANKAN SYARIAH SISTEM DAN OPERASIONAL PERBANKAN SYARIAH AFRIZON. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Akuntansi.

PRODUK PERBANKAN SYARIAH. Imam Subaweh

GUBERNUR BANK INDONESIA,

Analisis Akuntansi Pembiayaan Mudharabah Pada PT. Bank Rakyat Indonesia Syariah, Tbk KCI Citarum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Adanya potensi jumlah penduduk muslim Indonesia yang mencapai ±

DAFTAR PENYUSUTAN DAN AMORTISASI FISKAL TAHUN PAJAK 2 0 NPWP : NAMA WAJIB PAJAK : BULAN / TAHUN PEROLEHAN HARGA PEROLEHAN (US$)

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi yang menghubungkan antara pihak-pihak yang kelebihan (surplus) dana

I. PENDAHULUAN. 1997/1998, dimana pada masa itu, Bank Indonesia menetapkan capital adequacy

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 424/KMK.06/2003 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI

Exploring Islamic Products by Comparing Aqad between Indonesia and Malaysia. Muhamad Nadratuzzaman Hosen dan Amirah Ahmad. Jakarta, 19 Juli 2011

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PERBANKAN SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

KODIFIKASI PRODUK PERBANKAN SYARIAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

Bank Kon K v on e v n e sion s al dan Sy S ar y iah Arum H. Primandari

BAB II GAMBARAN UMUM PT. BANK MEGA SYARIAH CABANG SEMARANG. Jakarta. Pada tahun 2001, Para Group sekarang berganti nama menjadi CT

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan adalah mekanisme pembagian keuntungannya. Pada bank syariah,

Prinsip prinsip Islam

BAB I PENDAHULUAN. nasional Indonesia menganut dual banking system yaitu, sistem perbankan. konvensional menggunakan bunga (interest) sebagai landasan

BAB I PENDAHULUAN. Islam di Tanah Air sebenarnya sudah dimulai secara formal dan informal jauh

Data Bisnis Asuransi dan Reasuransi Syariah TW IV 2014

BUKU IV AKUNTANSI SYARI AH BAB I CAKUPAN AKUNTANSI SYARI AH. Pasal 735

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PERBANKAN SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Bank Syariah ini salah satunya dicirikan dengan sistem bagi hasil (non bunga)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV ANALISIS SISTEM BAGI HASIL PRODUK ASURANSI HAJI MITRA MABRUR. A. Pembiayaan Dana Haji Mitra Mabrur AJB Bumiputera 1912 Syari ah

BAB I PENDAHULUAN. bahaya.resiko yang mengancam manusia sangatlah beragam, mulai dari kecelakaan

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/ 19 /PBI/2004 TENTANG PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH

Analisis Sumber Dan Penggunaan Dana Pada Bank Jabar Banten Syariah

No. 15/22/DPbS Jakarta, 27 Juni 2013 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. terjangkau seluruh lapisan masyarakat dikarenakan harganya yang tinggi. Kondisi

GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang menjalankan kegiatan perekonomian. Salah satu faktor penting

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan keuangan syariah. Namun demikian, hingga saat ini market share

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, perkembangan Lembaga Keuangan Syariah (LKS) mengalami peningkatan yang cukup pesat tidak hanya pada negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. prinsip keadilan dan keterbukaan, yaitu Perbankan Syariah. operasional bisnisnya dengan sistem bagi hasil.

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/21/PBI/2006 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. lembaga keuangan syariah di dunia diperkirakan mencapai 250 miliar Dollar AS,

BAB 1 PENDAHULUAN. pada Al Qur an dan Hadist Nabi SAW. Dengan kata lain, Bank syari ah adalah

SILABUS EKONOMI ISLAM

LAPORAN POSISI KEUANGAN UNIT SYARIAH PT AJB BUMIPUTERA 1912 PER 31 DESEMBER 2012 (dalam jutaan rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. Ekonomi dan keuangan syariah yang tumbuh dan berkembang pesat dapat menjadi

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/24/PBI/2006 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. perwujudan dari permintaan masyarakat yang membutuhkan suatu sistem

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/26/PBI/2012 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA DAN JARINGAN KANTOR BERDASARKAN MODAL INTI BANK

PRODUK PERHIMPUNAN DANA

BAB I PENDAHULUAN. akhibat krisis moneter yang melanda pada pertengahan Penyebab dari

BAB I PENDAHULUAN. sebagai berikut : Produk Pendanaan ( Funding Product), Produk Pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesat. Lembaga-lembaga keuangan syariah berupa bank syariah

PRODUK SYARIAH DI INDONESIA

Fungsi, Peran dan Perkembangan Daya saing BPR/BPRS

MAPPING PERBANDINGAN KHES FATWA DSN-MUI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keberadaan bank syariah di Indonesia membawa angin segar bagi para

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/26/PBI/2012 TENTANG KEGIATAN USAHA DAN JARINGAN KANTOR BERDASARKAN MODAL INTI BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

REGULASI ENTITAS SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. terjadi. Tidak hanya untuk kepentingan pribadi dan keluarga, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. Islam, seperti perbankan, reksadana, dan takaful. 1. Banking System, atau sistem perbankan ganda, di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yaitu lembaga yang memiliki kemampuan gabungan dari kemampuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Muamalat Indonesia pada 1 November 1991 (Antonio, 2011:25). Pada mulanya,

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian. dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank,

BAB 1 PENDAHULUAN. penyimpanan dana tunai nya. Hal tersebut betolak belakang karena masyarakat

BAGIAN XI LAPORAN LABA RUGI

BAB I PENDAHULUAN. terus melakukan peningkatan pendapatan dari produk inti PT. Pegadaian (Persero)

2017, No khusus terhadap kredit atau pembiayaan bank bagi daerah tertentu di Indonesia yang terkena bencana alam; e. bahwa berdasarkan pertimba

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 6 /POJK.03/2016 TENTANG KEGIATAN USAHA DAN JARINGAN KANTOR BERDASARKAN MODAL INTI BANK

BAB III PROFIL PEGADAIAN SYARIAH DI PEKALONGAN. A. Gambaran Umum Objek Penelitian (Pegadaian Syari ah Di

BAB I PENDAHULUAN. syariah di Indonesia. Bank Muamalat telah membuktikan mampu bertahan dalam

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan suatu negara agraris yang sedang berubah atau berkembang menuju negara industri. Secara umum peranan sektor usaha asuransi sebagai suatu komponen yang paling penting dalam perekonomian suatu bangsa mempunyai nilai strategis yang dapat memberikan sumbangan besar, apabila dilihat dari struktur ekonomi bangsa Indonesia termasuk sebagai negara yang mengalami masa transisi, yaitu peralihan dari struktur ekonomi agraris menuju sektor ekono industrialis. Oleh karenanya akan cukup membantu untuk mengurangi beban masalah yang sedang dihadapi bangsa Indonesia. Tidak dapat dipungkiri bahwa usaha asuransi merupakan bagian penting dan cukup menentukan dalam perekonomian bangsa Indonesia. Banyak kalangan yang berpandangan bahwa usaha asuransi merupakan tumpuan dan harapan masa mendatang pembangunan nasional. Usaha asuransi merupakan bagian integral dunia usaha dan kegiatan perekonomian yang memiliki potensi, kedudukan, dan peranan yang cukup strategis untuk mewujudkan struktur perekonomian yang mampu memberikan pelayanan ekonomi, melaksanakan pemerataan, dan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi serta mewujudkan stabilitas ekonomi. Oleh karena itu diperlukan adanya pengembangan dan pembinaan yang berkesinambungan guna meningkatkan kemajuan pada industri asuransi agar mampu menjadi usaha yang tangguh dan juga memiliki keunggulan didalam memberikan kepuasan mitra bisnis serta dapat menciptakan peluang pasar yang lebih besar. 1

Dibeberapa media baik media cetak maupun media elektronik sebagian besar berpendapat bahwa institusi keuangan konvensional yang ada sekarang ini sudah mulai melirik sistem syariah, hal ini sangat beralasan yang antara lain karena mayoritas penduduk Indonesia adalah beragama Islam dan kesadaran mereka untuk berperilaku bisnis secara Islami sudah mulai tumbuh dan berkembang menjadi pasar yang potensial. Oleh karenanya perlu adanya lembaga yang mendampingi lembaga keuangan syari ah tersebut seperti; Ulama yang menguasai ilmu syariat sehingga mampu menghasilkan fatwa-fatwa yang valid dan akurat. Kehadiran fatwa-fatwa ini menjadi aspek organik dari bangunan ekonomi Islami yang tengah ditata/dikembangkan, sekaligus merupakan alat ukur bagi kemajuan ekonomi syari ah di Indonesia. Fatwa merupakan salah satu institusi dalam hukum Islam untuk memberikan jawaban dan solusi terhadap problem yang dihadapi umat. Bahkan umat Islam pada umumnya menjadikan fatwa sebagai rujukan di dalam bersikap dan bertingkah laku. Para ulama yang berkompeten terhadap hukum-hukum syariah memiliki fungsi dan peran yang amat besar dalam perbankan syariah, yaitu sebagai Dewan Pengawas Syariah (DPS) dan Dewan Syariah Nasional (DSN). Fungsi utama para ulama yang yang tergabung dalam Dewan Pengawas Syariah (DPS) Dewan Syariah Nasional (DSN) adalah mengawasi produk-produk lembaga keuangan syariah agar sesuai dengan syariah Islam. Selain itu juga mengawasi jalannya operasional bank sehari-hari agar selalu sesuai dengan ketentuan-ketentuan syariah. Hal ini karena transaksi-transaksi yang berlaku dalam bank syariah sangat khusus jika dibandingkan bank konvensional. Karena itu, diperlukan garis panduan (guidelines) yang 2

mengaturnya. Garis panduan ini disusun dan ditentukan oleh Dewan Syariah Nasional. Sejak berdirnya tahun 1999, Dewan Syariah Nasional, telah mengeluarkan sedikitnya 47 fatwa tentang ekonomi syariah, antara lain, fatwa tentang; giro, tabungan, murabahah, jual beli saham, istishna, mudharabah, musyarakah, ijarah, wakalah, kafalah, hawalah, uang muka dalam murabahah, sistem distribusi hasil usaha dalam lembaga keuangan syari ah, diskon dalam murabahah, sanksi atas nasabah mampu yang menunda-nunda pembayaran, pencadangan penghapusan aktiva produktiv dalam LKS, al-qaradh, investasi reksadana syariah, pedoman umum asuransi syariah, jual beli istisna paralel, potongan pelunasan dalam murabahah, safe deposit box, raha (gadai), rahn emas, ijarah muntahiyah bit tamlik, jual beli mata uang, pembiayaan pengurusan haji di LKS, pembiayaan rekening koran syariah, pengalihan hutang, obligasi syariah, obligasi syariah mudharabah, Letter of Credit (LC) impor syariah, LC untuk export, sertifikat wadiah Bank Indoensia, Pasar Uang antar Bank Syariah, sertifikat investasi mudharabah (IMA), asuransi haji, pedoman umum penerapan prinsip syariah di pasar modal, obligasi syariah ijarah, kartu kredit, dsb. 1 Perkembangan ekonomi syari ah di Indonesia demikian cepat, khususnya perbankan, asuransi dan pasar modal. Jika pada tahun 1990-an jumlah kantor layanan perbankan syariah masih belasan, maka tahun 2000an, jumlah kantor pelayanan lembaga keuangan syariah itu melebihi enam ratusan yang tersebar di seluruh Indonesia. Asset perbankan syari ah ketika itu belum mencapai Rp 1 triliun, maka saat ini assetnya lebih dari Rp 22 triliun. Lembaga asuransi syariah pada tahun 1994 hanya dua buah yakni Asuransi Takaful Keluarga dan Takaful Umum, kini telah berjumlah 34 lembaga asuransi syariah (Data AASI 2006). Demikian pula obligasi syariah tumbuh pesat mengimbangi asuransi dan perbankan syariah. 1 Remy Syahdeni, Sutan, DR. Prof. Perbankan Islam (dan Kedudukannya dalam Tata Hukum Perbankan Indonesia) Grafiti, cetakan 2, tahun 2005, halaman 27. 3

Kehadiran asuransi berbasis syariah di Indonesia dimulai lima belas tahun lalu, yakni sejak didirikannya PT Asuransi Takaful Umum di tahun 1994. Dari sejak kehadirannya di tahun 1994 hingga saat ini, asuransi syariah telah menunjukkan perkembangan yang pesat. Sesuai data Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI), sampai dengan saat ini telah tercatat sebanyak kurang lebih 35 perusahaan asuransi dan reasuransi yang menjalankan bisnis asuransi syariah. Tiga perusahaan asuransi, yaitu PT Asuransi Takaful Umum, PT Asuransi Takaful Kerugian dan PT Asuransi Syariah Mubarakah beroperasi penuh secara syariah. Namun demikian untuk perusahaan lainnya merupakan perusahaan asuransi dan reasuransi konvensional yang menjalankan bisnis asuransi syariah secara divisional (divisi), baik asuransi umum maupun jiwa. Di samping itu, terdapat masing-masing 5 perusahaan asuransi yang sedang dalam proses di Departemen Keuangan Republik Indonesia (Depkeu) dan di Dewan Syariah Nasional (DSN) untuk membuka divisi syariahnya. Jumlah ini termasuk dua perusahaan reasuransi, yaitu PT Maskapai Reasuransi Indonesia (Marein) dan PT Reasuransi Tugu Indonesia (TuguRe) yang akan melengkapi perangkat asuransi syariah dalam memberikan back-up reasuransi. Khusus untuk sektor asuransi umum, dengan dibukanya cabang reasuransi syariah oleh PT Reasuransi Nasional Indonesia (Nasional Re) pada Oktober 2005 yang didahului oleh PT Reasuransi International Indonesia (Reindo) pada Agustus 2004, telah memberikan nuansa komprehensif bagi praktek asuransi syariah. Perlahan-lahan status darurat reasuransi syariah sudah ditiadakan menyusul dioperasikannya cabang reasuransi syariah oleh Nasional Re dan Reindo tersebut. Bahkan, dengan akan dibukanya cabang reasuransi syariah oleh Marein dan Tugure, maka DSN telah mencabut status darurat reasuransi syariah pada tahun 2006. 4

Dengan telah dicabutnya status darurat tersebut, maka perusahaan asuransi syariah hanya dibolehkan untuk mereasuransikan ekses kapasitasnya kepada perusahaan reasuransi yang memiliki cabang atau divisi syariah ataupun kepada sesama perusahaan asuransi syariah secara reciprocal. Hingga tutup buku tahun 2005 diperkirakan pertumbuhan asuransi syariah mencapai 80% (Republika online, Maret 2006), angka yang cukup fantastis jika dibandingkan dengan asuransi konvensial yang hanya tumbuh 15% dalam periode yang sama. Namun demikian, jumlah premi bruto yang dicapai oleh asuransi syariah hingga tahun 2005 masih sedikit dibanding asuransi konvensional. Jumlah premi bruto asuransi syariah tahun 2005 sebesar Rp149,05 miliar, hanya 0,3% dari jumlah yang dicapai asuransi konvensional sebesar Rp. 49.683,96 miliar. Walaupun demikian, dengan melihat perkembangan yang pesat dewasa ini asuransi syariah diprediksikan akan menjadi produk yang prospektif di masa yang akan datang. Menyikapi perkembangan asuransi syariah yang begitu pesat akhir-akhir ini, Direktorat Asuransi Departemen Keuangan bahkan telah membuka subdirektorat khusus asuransi syariah (Harian Terbit, 17 Maret 2006). Subdirektorat ini bertugas untuk mengkoordinasikan dan bertanggung jawab terhadap perasuransian berbasis syariah di Indonesia. Keberadaan subdirekrorat ini menjadi indikasi keseriusan pemerintah dalam mendukung penerapan sistem perekonomian berbasis syariah khususnya asuransi syariah di Indonesia. Sementara itu, kehadiran asuransi syariah telah memberikan warna baru pada industri asuransi Indonesia. Para pelaku bisnis asuransi menyambut kehadiran asuransi syariah sebagai peluang bisnis yang harus disikapi secara cermat dan seksama. Bagi Nasional Re, kehadiran asuransi syariah disiasati sebagai peluang melakukan diversifikasi produk segaligus guna meningkatkan pangsa pasar dalam 5

perasuransian nasional. Dibentuknya Divisi Reasuransi Syariah Nasional Re pada tanggal 13 Oktober 2005 lalu tidak terlepas dari kekhawatiran manajemen atas risiko kehilangan pangsa pasar asuransi syariah akibat dicabutnya status darurat reasuransi syariah. Apabila status darurat tersebut dicabut, maka Nasional Re akan kehilangan premi bruto sebesar Rp.5 miliar di tahun 2006 dan terus akan berkembang di tahuntahun ke depan. Oleh karena itu, pembukaan Divisi Reasuransi Syariah Nasional Re merupakan suatu kebijakan yang sangat strategis yang memberikan dampak signifikan bagi perkembangan Nasional Re di masa yang akan datang. Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Kualitas Pelayanan Klaim Terhadap Kepuasan Mitra Bisnis Pada Divisi Reasuransi Syariah PT. Reasuransi Nasional Indonesia. 1.2 Perumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah ada pengaruh antara kualitas pelayanan klaim terhadap kepuasan mitra bisnis di Divisi Reasuransi Syariah PT Reasuransi Nasional Indonesia? 2. Seberapa besar pengaruh kualitas pelayanan klaim terhadap kepuasan mitra bisnis di Divisi Reasuransi Syariah PT Reasuransi Nasional Indonesia? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan penelitian dalam skripsi ini adalah: 1. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh pelayanan klaim terhadap kepuasan mitra bisnis di Divisi Reasuransi Syariah PT Reasuransi Nasional Indonesia. 6

2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pelayanan klaim terhadap kepuasan mitra bisnis di Divisi Reasuransi Syariah PT Reasuransi Nasional Indonesia. Penulis mengharapkan bahwa skripsi ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi perusahaan Diharapkan agar hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan manajemen perusahaan terkait dengan simulasi hubungan antara pelayanan klaim terhadap kepuasan mitra bisnis serta sebagai dasar pertimbangan revitalisasi proses penyelesaian klaim dimasa yang akan datang. 2. Bagi penulis Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Program Sarjana (S.1) Universitas Mercu Buana bidang Manajemen Pemasaran dan sebagai aplikasi ilmu yang diperoleh selama perkuliahan. 3. Bagi pihak akademik Bagi masyarakat di lingkungan pendidikan, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan yang lebih mendalam mengenai hubungan pelayanan klaim terhadap kepuasan mitra bisnis di perusahaan reasuransi. 1.4 Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka penelitian difokuskan kepada pelayanan klaim Divisi Reasuransi Syariah yang diberikan kepada mitra bisnis Reasuransi Syariah PT Reasuransi Nasional Indonesia yang mempengaruhi proses pembentukan kepuasan mitra bisnis. 7

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan sumber data primer yang diperoleh melalui penyebaran kuesioner kepada para mitra bisnis Divisi Syariah PT Reasuransi Nasional Indonesia. Dengan demikian, data yang digunakan sebagai variabel bebas (X) adalah pelayanan klaim yang dilakukan oleh Divisi Syariah PT Reasuransi Nasional Indonesia, sementara data variabel terikatnya (Y) adalah kepuasan mitra bisnis. Penelitian ini menggunakan sampel data sekitar 30 responden. 8