Pengaruh Senam Otak Terhadap Pningkatan Fungsi Kognitif Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera Banjarbaru

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. sesuai kemampuannya (Darmajo, 2009).

PENGARUH SENAM OTAK DENGAN FUNGSI KOGNITIF LANSIA DEMENSIA DI PANTI WREDHA DARMA BAKTI KASIH SURAKARTA

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis (Maramis, 2009). Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya (Padila, 2013). Pada tahun 2012, UHH penduduk dunia rata rata

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) pada tahun 2010, dengan masalah kesehatan). Menurut Sumiati Ahmad Mohammad, masa

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya. Indonesia sebagai salah satu negara dengan tingkat perkembangan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. normalnya secara perlahan (Darmojo, 2009). Dalam proses tersebut akan

Oleh Sherli Mariance Sari Program Studi Ilmu Keperawatan STIK Bina Husada Palembang

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan untuk dapatbertahan hidup. (Nugroho,2008). struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC, India, dan Amerika

BAB I PENDAHULUAN. Jepang 129%, Jerman 66%, dan Swedia 33% (Depkes,2003). Indonesia termasuk salah satu negara Asia yang pertumbuhan penduduk

HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

ABSTRAK PENGARUH PELAKSANAAN SENAM LANSIA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI PUSKESMAS KALUKU BODOA MAKASSAR TAHUN 2015

PENGARUH BRAIN GYM TERHADAP TINGKAT KOGNITIF LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA WARGA TAMA INDRALAYA TAHUN 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkat hingga dua kali lipat pada tahun 2025 (Depkes, 2013). Hal ini

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain. Indonesia menurut survey Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2006

Hubungan Antara Dukungan Keluarga dengan Kepuasan Hidup Lansia di Kelurahan Bebel Kecamatan Wonokerto Kabupaten Pekalongan

PENGARUH SENAM OTAK TERHADAP DAYA INGAT PADA LANSIA DENGAN DIMENSIA DI DESA SIDOSARI KECAMATAN KESESI KABUPATEN PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari

BAB I PENDAHULUAN. dapat memngganggu aktivitas dalam kehidupan sehari-hari (Stanley and

PENGARUH SENAM OTAK TERHADAP GANGGUAN FUNGSI KOGNITIFPADA LANSIA DENGAN DEMENSIADI UPT PSLU JOMBANG. Lexy Oktora Wilda, Lica Ayu Kusuma

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan disegala bidang selama ini sudah dilaksanakan oleh

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA LANJUT USIA TENTANG DIET HIPERTENSI DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG.

BAB I PENDAHULUAN. psikologik, dan sosial-ekonomi, serta spiritual (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMANDIRIAN LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA PROVINSI GORONTALO

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Sampel Penelitian. usia minimal 60 tahun yang telah memenuhi kriteria inklusi dan

: Lansia Dengan Hipertensi, Melakukan Gerakan Shalat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan Nasional telah mewujudkan

PENGARUH SENAM OTAK (BRAIN GYM) TERHADAP TINGKAT DEMENSIA PADA LANSIA

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KEPATUHAN LANSIA DATANG KE POSYANDU LANSIA DI DESA BENERWOJO WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEJAYAN KABUPATEN PASURUAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Lanjut usia (lansia) adalah perkembangan terakhir dari siklus kehidupan.

Pengaruh Pendidikan Kesehatan 1

ARTIKEL EFEKTIVITAS PENGGUNAAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG CEMPAKA RSUD UNGARAN

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja, yang dapat menimbulkan kerugian materiel dan imateriel bagi

Promotif, Vol.4 No.2, April 2015 Hal 86-94

Kata kunci: lansia, senam lansia, kemampuan fungsional.

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk merujuk kepada cara kita berpikir tentang dan mengevaluasi diri kita

BAB I PENDAHULUAN. perubahan struktur umur penduduk yang ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah meningkatnya usia harapan hidup (UHH) manusia. Indonesia. Hampir setiap tahunnya negara Indonesia selalu menempati

PENGARUH TERAPI BRAIN GYM TERHADAP PENINGKATAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANJUT USIA DI POSYANDU LANJUT USIA DESA PUCANGAN KARTASURA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. fisilogis organ tubuhnya (Wahyunita, 2010). Banyak kelainan atau penyakit

Jurnal Keperawatan Komunitas. Volume 1, No. 1, Mei 2013; 1-9

STABILITAS TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI WERDHA MOJOPAHIT KABUPATEN MOJOKERTO. Abdul Muhith *) Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. The United Nation telah memprediksikan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertambahan jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia semakin

Skripsi RIKA RAUDHATUL JANNAH NIM : S RINA AGUSTINA NIM: S

HUBUNGAN PENGETAHUAN LANSIA TENTANG OSTEOPOROSIS DENGAN PERILAKU MENGKONSUMSI MAKANAN BERKALSIUM DI PANTI WREDHA X YOGYAKARTA

REPI SEPTIANI RUHENDI MA INTISARI

PENGETAHUAN DAN SIKAP LANSIA TERHADAP PENURUNAN FUNGSI PENGLIHATAN DI DAERAH YAYASAN PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA AL- KAUTSAR PALU

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas tentang isi dari pendahuluan diantaranya adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki, mengganti, dan

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: RITA SUNDARI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di seluruh dunia saat ini terjadi transisi demografi dimana proporsi

Lentera Vol. 14 No.2 Maret

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan (UU Kesehatan No36 Tahun 2009 Pasal 138)

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya gangguan penyakit pada lansia. Salah satu gangguan psikologis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia.

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: FENI TRI ANDANI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. wajar akan dialami semua orang. Menua adalah suatu proses menghilangnya

KARAKTERISTIK PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TENTANG PERAWATAN PAYUDARA DI BPM HJ. A BANJARMASIN ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. berkala, enyahkan asap rokok, rajin senam osteoporosis, diet sehat dan seimbang,

Study Tingkat Kecemasan Penderita Diabetes Mellitus Di Poli Rawat Jalan Puskesmas Ngawi Purba Kabupaten Ngawi

STUDI DESKRIPTIF DUKUNGAN KELUARGA PADA PASIEN STROKE DALAM MENJALANI REHABILITASI STROKE DI RSUD BENDAN PEKALONGAN TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. terapi lingkungan untuk pasien dengan depresi yaitu Plant therapy di mana tujuan dari

III. METODOLOGI PENELITIAN. Rancangan penelitian ini menggunakan desain penelitian Quasi

2013 GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG PENYAKIT REUMATIK PADA WANITA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG

DESKRIPTIF TENTANG KARAKTERISTIK LINGKUNGAN YANG BERISIKO TERJADINYA JATUH PADA LANSIA DI DESA SUSUKAN KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. untuk diamati karena dari tahun ke tahun jumlahnya cenderung meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. periode dewasa akhir atau usia tua. Lansia merupakan bagian dari anggota

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tahap dewasa merupakan tahap tubuh mencapai titik perkembangan yang

KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA YANG MENGALAMI DEMENSIA DENGAN MASALAH PERUBAHAN PROSES PIKIR DI UPTD GRIYA WERDHA SURABAYA

GAMBARAN KARAKTERISTIK DEMOGRAFI DAN TINGKAT KOGNITIF PADA LANSIA DI BALAI PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA BISMA UPAKARA PEMALANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lansia adalah individu yang berusia di atas 60 tahun. Lansia umumnya

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai istilah bergesernya umur sebuah populasi menuju usia tua. (1)

BAB I PENDAHULUAN. yang kemudian berdampak kepada peningkatan proporsi lanjut. adalah suatu proses menghilangnya secara

HUBUNGAN FAKTOR MAKANAN DENGAN KADAR GULA DARAH PRA LANSIA DI DESA PESUDUKUH KECAMATAN BAGOR KABUPATEN NGANJUK

Arifal Aris Dosen Prodi S1 keperawatan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti. diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga

PENGARUH TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH PALEMBANG

BAB I PENDAHULUAN. lansia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu. Jumlah penduduk pada

ABSTRAK PENGARUH BRAIN GYM TERHADAP PENINGKATAN FUNGSI KOGNITIF LANSIA DIKARANG WERDHA PENELEH SURABAYA. Oleh Pipit Festi

PERSEPSI LANSIA DEPRESI TENTANG SENAM OTAK DI PANTI WREDHA GRIYA SEHAT BAHAGIA KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. alamiah. Memasuki masa tua berarti mengalami perubahan baik secara fisiologi

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat, menyebabkan jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat. dan cenderung bertambah lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. usia lanjut di Indonesia diperkirakan antara tahun sebesar 414 %

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KURANGNYA PERHATIAN PADA LANSIA DI DESA SENGKLEYAN JENGGRIK KEDAWUNG SRAGEN. Oleh : Ade Pratiwi

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, temasuk penemuan obat-obatan seperti antibiotik yang mampu

PENGARUH SENAM OTAK (BRAIN GYM) TERHADAP FUNGSI KOGNITIF LANSIA DENGAN DIMENSIA DI UNIT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA WENING WARDOYO UNGARAN

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG ISPA DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical

Siti Haniyah 1), Pramesti Dewi 2), Iis Setiawan 3)

Transkripsi:

PENDAHULUAN Dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) terutama di bidang kesehatan, berhasil meningkatkan kualitas dan umur harapan hidup sehingga jumlah lanjut usia semakin bertambah cenderung lebih cepat dan pesat (Nugroho, 2008). Proses penuaan (aging process) bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan suatu proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun dari luar tubuh. Proses ini merupakan proses yang terus-menerus secara alamiah, misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan syaraf, dan jaringan lain sehingga tubuh menurun fungsinya sedikit demi sedikit (Nugroho, 2008). Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides, 1994). Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan suatu proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun dari luar tubuh. Proses ini merupakan proses yang terus-menerus secara alamiah, berlangsung sejak seseorang mencapai usia dewasa, misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan syaraf, dan jaringan lain sehingga tubuh mati sedikit demi sedikit. Walaupun demikian, memang harus diakui bahwa ada beberapa penyakit yang menghinggapi kaum lansia, seperti arthritis, asam urat, kolestrol, hipertensi dan penyakit jantung, selain aspek fisiologis yang mengalami perubahan pada lansia, fungsi kognitif pada lansia juga mengalami penurunan (Nugroho, 2002). Di Indonesia jumlah penduduk lansia pada tahun 2006 sebesar kurang lebih 19 juta, usia harapan hidup 66,2 tahun, pada tahun 2010 diperkirakan sebesar 23,9 juta (9,77%), usia harapan hidupnya 67,4 tahun dan pada tahun 2020 diperkirakan sebesar 28,8 juta (11,34%), dengan usia harapan hidup 71,1 tahun. Dari jumlah tersebut, pada tahun 2010, jumlah penduduk lansia yang tinggal di perkotaan sebesar 12.380.321 (9,58%) dan yang tinggal di perdesaan sebesar 15.612.232 (9,97%) (Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, 2009). Dari sini dapat kita ketahui jumlah lansia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, hal ini dipengaruhi oleh majunya pelayanan kesehatan, menurunnya angka kematian bayi dan anak, perbaikan gizi dan sanitasi dan meningkatnya pengawasan terhadap penyakit infeksi. (Wilson, 2009) mengatakan, seiring dengan angka peningkatan orang usia lanjut, maka angka lansia yang mengalami penurunan fungsi kognitif juga 3

meningkat. Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) mencatat penurunan fungsi kognitif lansia diperkirakan 121 juta manusia, dari jumlah itu 5,8 % laki-laki dan 9,5 % perempuan (Ahmad Djojosugito, 2002). Penurunan fungsi ini disebabkan karena berkurangnya jumlah sel secara anatomis. Selain itu berkurangnya aktivitas, asupan nutrisi yang kurang, polusi, serta radikal bebas sangat mempengaruhi penurunan fungsi organ-organ tubuh pada lansia. Suatu penelitian di Inggris terhadap 10.255 orang lansia di atas usia 75 tahun, menunjukkan bahwa pada lansia terdapat gangguan fungsi kognitif pada susunan saraf pusat (45%) (Suhartini, 2009). Sebagian besar lansia mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi makin lambat. Sementara fungsi psikomotorik (konatif) meliputi hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan, koordinasi, yang berakibat bahwa lansia menjadi kurang cekatan. Klien lanjut usia yang tinggal di panti memiliki resiko yang lebih besar mengalami demensia dibanding dengan klien lanjut usia yang tinggal di rumah, klien lanjut usia yang tinggal di panti memiliki support system yang terbatas yang memungkinkan keterbatasan mereka dalam hal stimulasi terhadap memori masa lalu, tetapi keadaan ini tidak semuanya sama pada setiap lansia dan tidak ada jaminan pula bahwa setiap lansia yang tinggal di rumah memiliki support system yang lebih baik dari klien lansia yang tinggal di panti. Dari penelitian-penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat dan Eropa terhadap klien lanjut usia yang tinggal di rumah perawatan usia lanjut atau panti didapatkan ada 9% sampai dengan 26% wanita dan 5% sampai dengan 12% pria mengalami demensia setiap saat (Kunjoro, 2006 dalam Yamin, 2008). Dengan menurunnya kemampuan otak tersebut maka perlu diberikan stimulus atau rangsangan ke otak yang dapat meningkatkan kemampuan kognitif melalui gerakan-gerakan senam ringan. Salah satu upaya untuk menghambat kemunduran kognitif akibat penuaan yaitu dengan melakukan gerakan olahraga atau latihan fisik. Latihan yang dapat meningkatkan potensi kerja otak yakni meningkatkan kebugaran fisik secara umum dalam bentuk melakukan brain gym yaitu kegiatan yang merangsang intelektual yang bertujuan untuk mempertahankan kesehatan otak dengan melakukan gerak badan (Markam, 2005). Senam otak atau lebih dikenal dengan brain gym sebenarnya adalah serangkaian gerakan sederhana yang dilakukan untuk merangsang kerja dan fungsi otak secara 4

maksimal. Awalnya senam otak dimanfaatkan untuk anak yang mengalami gangguan hiperaktif, kerusakan otak, sulit konsentrasi dan depresi. Namun dalam perkembangannya setiap orang bisa memanfaatkannya untuk beragam kegunaan. Saat ini, di Amerika dan Eropa senam otak sedang digemari. Banyak orang yang merasa terbantu melepaskan stres, menjernihkan pikiran, meningkatkan daya ingat, dan sebagainya (Gunadi, 2009). Gerakan yang menghasilkan stimulus itulah yang dapat meningkatkan kemampuan kognitif (kewaspadaan, konsentrasi, kecepatan, persepsi, belajar, memori, pemecahan masalah dan kreativitas), selain itu kegiatan kegiatan yang berhubungan dengan spiritual sebaiknya digiatkan agar dapat memberi ketenangan pada lansia (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008). BAHAN DAN METODE Pada penelitian ini, peneliti menggunakan desain penelitian kuasi eksperimental. Desain kuasi eksperimental adalah metode penelitian eksperimen dengan menggunakan kelompok eksperimen diberi perlakuan dan kelompok kontrol tidak diberi perlakuan (Nursalam, 2013). Jenis kuasi eksperimental pada penelitian ini adalah Rancangan pra-pascates dalam satu kelompok (One-grup pra-post test design) ciri tipe penelitian ini adalah mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan satu kelompok subjek. Kelompok subjek diobservasi sebelum dilakukan intervensi, kemudian diobsevasi lagi setelah intervensi. Penelitian ini melibatkan 1 kelompok yaitu lansia yang dilakukan observasi sebelum dilakukan perlakuan dan diobservasi kembali setelah dilakukan perlakuan. Populasi dalam penelitian adalah subjek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2013). Populasi penelitian ini adalah lansia yang berusia 60 74 tahun yang berada di Panti Tresna Werda Budi Sejahtera Banjarbaru. Populasi pasien lansia yang berada di Panti dari bulan Oktober 2014 berjumlah 110 lansia. Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan sampling tertentu untuk bisa mewakili populasi (Notoatmodjo 2010). Teknik sampling dalam penelitian ini adalah total sampling dimana semua populasi menjadi sampel (Sugiyono 2008). Alasan peneliti mengambil total sampling karena jumlah populasi hanya 10 orang yang memenuhi kriteria yang diinginkan yaitu yang termasuk kriteria inklusi. Jumlah populasi yang hanya 10 menjadi alasan peneliti mengambil teknik total sampling agar hasil yang didapatkan lebih signifikan, yang memenuhi kriteria. Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber data primer didapatkan dengan 5

melakukan pengukuran tingkat kognitif pada lansia sebelum senam otak dan melakukan pengukuran tingkat kognitif kembali sesudah dilakukan senam otak dengan menggunakan alat ukur Mini Mental State Examination (MMSE), Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung yaitu dengan melihat catatan dari rekapitulasi data keseluruhan pasien lansia yang berada di Panti. Pengolahan data dilakukan dengan bantuan computer melalui langkah-langkah yaitu, Editing (pengecekan), Coding (pengkodean), Data entry (memasukkan data), dan Cleaning (pembersihan data). Data yang dikumpulkan diolah dan dianalisis dengan uji korelasi Wilcoxon untuk mengetahui pengaruh senam otak terhadap peningkatan fungsi kognitif di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera Banjarbaru. HASIL PENELITIAN 1. Tingkat kognitif sebelum dan sesudah dilakukan brain gym Tabel 1 Karakteristik Responden Menurut Tingkat Kognitif Mini Mental State Examination (MMSE) Sebelum Dilakukan Brain Gym dan Sesudah Dilakukan Brain Gym. Tingkat Kognitif Tidak ada gangguan kognitif Gangguan kognitif ringan Gangguan kognitif berat Sebelum dilakukan brain gym Sesudah dilakukan brain gym Jumlah lansia Persen (%) 0 4 4 20 8 6 14 70 2 0 2 10 Total 10 10 20 100 Berdasarkan tabel dapat dilihat sebagian besar responden mengalami gangguan kognitif ringan sebelum dilakukan brain gym sebanyak 8 lansia (80%) Karakteristik responden menurut tingkat kognitif Mini Mental State Examination (MMSE) sesudah dilakukan brain gym dapat dilihat bahwa sebagian besar responden mengalami kognitif ringan sebanyak 6 lansia (60%) 2. Pengaruh brain gym terhadap tingkat kognitif Tabel 2 Perbedaan Tingkat Kognitif pada Lansia Sebelum Dilakukan Brain Gym dan Sesudah Dilakukan Brain Gym dalam Uji Wilcoxon 6

Sesudah-sebelum Z -2.032 b Asymp.Sig. (2-tailed) 0.042 Dari tabel diperoleh data signifikan sebelum dan sesudah perlakuan brain gym sebesar 0.042 dalam hal ini dapat di nyatakan bahwa ada pengaruh dalam penelitian ini. Bila z hitung < p value 0,05 maka Hipotesis diterima, sehingga maka ada pengaruh senam otak terhadap peningkatan fungsi kognitif pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera Banjarbaru. PEMBAHASAN 1. Tingkat kognitif sebelum dilakukan brain gym Berdasarkan pretest, sebagian besar lansia kesulitan dalam orientasi waktu, tempat, dan recall. Hal ini terjadi karena lansia sudah mengalami penuaan, termasuk mengalami kemunduran dalam fungsi otaknya. Pada penelitian ini menunjukan bahwa dilakukan pretest didapatkan 2 orang lansia mengalami gangguan kognitif berat dengan 20% dan gangguan kognitif ringan sebanyak 8 orang lansia dengan 80%. Hasil analisis mendapatkan faktor umur adalah salah satu yang mempunyai resiko terhadap demensia. Semakin meningkat umur responden semakin tinggi resiko demensia (Japardi 2003). Data dari World Health Organization tahun 2003, memperlihatkan dimensia dialami oleh lansia yang berumur 60-74 tahun sebesar 15-20% 75-85 tahun sebesar 5-15%. Berdasarkan analisis statistik disimpulkan ada perbedaan signifikan ratarata skor MMSE (Mini Mental State Examination) lansia umur 60-75 tahun dengan umur > 76 tahun. Semakin bertambah umur maka semakin besar prevalensi dan semakin berat tipe demensia yang dialami lansia. Hal ini disebabkan karena umur merupakan faktor resiko mayor terjadinya demensia (Japardi 2003). Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Rekawati (2004), yang menyatakan bahwa usia harapan hidup perempuan lebih lama dibandingkan dengan laki-laki. Semakin tinggi usia harapan hidup perempuan maka semakin lama kesempatan lansia perempuan untuk hidup, sehingga semakin besar kemungkinan mengalami demensia. Hal ini sesuai dengan pernyataan Pudjiastuti (2002) dalam Festi (2010) bahwa menurunnya kemampuan fungsi kognitif lansia dikarenakan susunan saraf pusat pada lansia mengalami perubahan morfologis dan biokimia. 7

2. Tingkat kognitif sedudah dilakukan brain gym Setelah pretest dilakukan, responden diberikan pelaksanaan senam latih otak dianjurkan tiga kali seminggu, masing masing sekitar 15 20 menit. Harus selalu membayangkan gerak fisiknya, supaya tersambung sirkuit otak dengan gerakan gerakan yang sedang dilakukan. Senam otak ini melatih otak bekerja dengan melakukan gerakan pembaruan (repatteing) dan aktivitas brain gym. Latihan ini membuka bagianbagian otak yang sebelumnya tertutup atau terhambat. Disamping itu, senam otak tidak hanya memperlancar aliran darah dan oksigen keotak juga merangsang kedua belah otak untuk bekerja sehingga didapat keseimbangan aktivitas kedua belahan otak secara bersamaan (Supardjiman, 2003). Setelah dilakukan brain gym didapatkan hasil 4 orang lansia dengan 40% tidak mengalami gangguan kognitif dan 6 orang lansia dengan 60% mengalami gangguan kognitif ringan. Menurut teori senam otak pada buku brain gym Paul dan Gail E. dennison menyatakan bahwa gerakan senam otak dapat merangsang seluruh bagian otak untuk bekerja sehingga dapat meningkatkan kemampuan kognitif. Gerakan senam otak juga mempunyai fungsi meningkatkan kewaspadaan, konsentrasi dan memori misalnya dengan gerakan 8 tidur lazy 8 yang berfungsi untuk meningkatkan konsentrasi dan memori. Senam otak juga dapat memberikan manfaat yaitu stress emosional berkurang, pikiran lebih jernih, hubungan antar manusia dan suasana belajar/kerja lebih rileks dan senang, kemampuan berbahasa dan daya ingat meningkat, orang menjadi lebih bersemangat, lebih kreatif dan efisien, orang merasa lebih sehat karena stress berkurang, prestasi belajar dan bekerja meningkat (Denisson 2009). Peneliti beranggapan sesuai kenyataan dilapangan bahwa kegiatan spritual digiatkan setiap hari dapat memberi dampak pada fungsi kognitif misalnya yang beragama islam melakukan sholat 5 waktu, mengaji, dan kegiatan spritual lainnya. Pikiran-pikiran negatif terhadap lansia dipanti seperti merasa tidak berdaya, merasa tidak berharga, merasa tidak ada harapan lagi, merasa takut dan lainlain dapat tergantikan dengan pikiran-pikiran positif seperti masih punya kemampuan (menyapu, memasak, mencuci,dll), tidak perlu takut karena ada teman dan pengasuh, masih diperhatikan (ada yang berkunjung, diajak kegiatan dipanti). 8

3. Pengaruh brain gym terhadap tingkat kognitif Dari hasil uji Wilcoxon ditemukan hasil signifikan Z hitung 0.042 < p value 0.05 dapat dinyatakan bahwa dalam penelitian ini terdapat pengaruh brain gym dengan peningkatan fungsi kognitif pada lansia di Panti Tresna Wedha Budi Sejahtera Banjarbaru. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa senam otak secara signifikan bermanfaat dalam meningkatkan fungsi kognitif lansia dibuktikan dengan hasil yang bermakna skor nilai fungsi kognitif setelah dilakukan senam otak. Berdasarkan Pengalaman peneliti lansia yang mengalami demensia di Panti Sosial Tresna Wredha Budi Sejahtera Banjarbaru tersebut kognitifnya meningkat ditunjukkan dengan saat di tanya tentang hari, jam dan nama sesama lansia dapat menjawab dengan benar. Hal ini menunjukkan bahwa senam otak efektif untuk meningkatkan fungsi kognitif lansia demensia. Intervensi dapat dilakukan oleh perawat yang ditempatkan di pelayanan kesehatan di panti atau adanya program dari panti yang bekerja sama dengan instansi pendidikan yang menugaskan mahasiswanya untuk melakukan kunjungan setiap minggunya ke panti untuk melakukan perawatan. Terapi kognitif dapat dilakukan baik secara mandiri oleh lansia dan perawat yang terdapat di daerah tersebut yang perlu memantau lansia setiap 3 bulan sekali dan terapi senam latih otak perlu diberikan kepada kelompok lansia (3 kali setiap minggu) dan dapat dilakukan secara mandiri oleh lansia serta senam latih otak dapat dimasukan dalam kegiatan rutin senam yang diadakan oleh pihak panti dan pelatihnya dapat dilaksanakan baik oleh perawat atau pengasuh panti. UCAPAN TERIMA KASIH Saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dengan hati yang tulus kepada: 1. Ibu Dwi Sogi Sri Redjeki, S.KG., M.Pd. Selaku Ketua Yayasan Indah Banjarmasin. 2. Bapak dr. H. R. Soedarto WW, Sp.OG. Selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sari Mulia Banjarmasin. 3. Ibu Dini Rahmayani, S.Kep.,Ns., MPH. Selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Sari Mulia Banjarasin yang selalu memberikan motivasi dan dukungan. 4. Bapak Ahmad Syahlani, S.Kep., Ns., MSN selaku pembimbing I. Terima kasih atas pemberian arahan, masukan, bimbingan dan dukungan. 5. Bapak H.Iswantoro, S.Kp., MM selaku pembimbing II. Terima kasih atas pemberian arahan, masukan, bimbingan, dan dukungan 9

6. Bapak Drs. H.Mohdari,.M.Si selaku penguji III. Terima kasih atas pemberian arahan, masukan, bimbingan, dan dukungan. 7. Bapak/ibu Kepala Panti Tresna Werdha Budi Sejahera Banjarbaru karena telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian. 8. Seluruh keluarga besar saya terutama untuk Bapak H. Surya, Ibu Hj. Rusmiwati, dan Kakak Muslim, Risdiana, Irham yang selalu mendoakan saya serta memberikan motivasi sehingga saya dapat tepat waktu dalam penyelesaian tugas akhir. 9. Bapak dan Ibu Dosen PSIK STIKES Sari Mulia Banjarmasin yang telah membantu dalam proses penyusunan skripsi ini. 10. Yuliana Asthiarani, S.E terima kasih karena telah memberikan dukungan dan motivasi dalam mengerjakan tugs akhir ini. 11. Teman-teman PSIK STIKES Sari Mulia Banjarmasin Angkatan IIIB yang selalu berjuang bersama melewati suka maupun duka dan selalu memberikan dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini. DAFTAR PUSTAKA 1. Ahmad Djojosugito, (2001). Kebijakan Pemerintah Dalam Pelayanan Kesehatan Menyongsong AFTA 2003, Pusat Data dan Informasi PERSI, Jakarta. 2. Anton Surya Prasetya, (2010). Pengaruh Terapi Kognitif dan Senam Latih Otak Terhadap Depresi dengan Harga Diri Rendah pada Klien Lansia di Panti Tresna Whreda Bakti Yuswa Natar Lampung, Fakultas ilmu keperawatan Universitas Indonesia, Jakarta. 3. Asosiasi Alzheimer Indonesia, (2003). Konsensus Nasional Pengenalan dan Penatalaksanaan Demensia Alzheimer dan Demensia Lainnya, Edisi 1, 39-47. 4. Constantinides P, (1994). In General Pathobiology, Appleton & Lange 5. Darmojo, B. (2009). Teori Proses Menua, FKUI, Jakarta. 6. Dennison, Paul E., Gail E. Dennison (2008). Buku Panduan Lengkap Brain Gym Senam Otak, Grasindo, Jakarta. 7. Depkes RI (2008). Pedoman Pembinaan kesehatan Usia Lanjut bagi Petugas Kesehatan jilid 1, Direktorat pembina kesehatan masyarakat, Jakarta. 8. Folstein, MF, et all: Mini Mental State : a practical Methode Of Grading The Cognitive State Of Patiens For Clinical. J Psychiatric Res 12: 189-198, 1975. 9. Gunadi (2009). Gerakan Meningkatkan Kecerdasan Anak. Penebar Plus. Jakarta 10

10. Hawari, Dadang. (2007). Sejahtera di Usia Senja Dimensi Psikoreligi pada Lanjut Usia (Lansia). Balai Penerbit FKUI. Jakarta 16. Lisnaini (2012). Senam Vitalisasi Otak Dapat Meningkatkan Fungsi Kognitif Usia Dewasa Muda, Fisioterapi Universitas Kristen Indonesia, Jakata. 11. Hidayat, Alimul Aziz. (2014). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknis Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika. 17. Natoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. 12. Japardi, Iskandar (2003), Gangguan Tidur, Fakultas Kedokteran Bagian Bedah, USU, Jakarta. 13. Johnson, M.H. (2005). Developmental cognitive neurosciences, Edisi 2. Oxford : Blacwell publisihing 14. Kholif Ardiyanto (2013). Pengaruh Senam Otak Terhadap Daya Ingat pada Lansia dengan Dimensia di Desa Sidosari Kecamatan Kesesi Kabupaten Pekalongan, Program studi sarjana keperawatan Sekolah Tinggi ilmu Kesehatan Muhammdiyah Pekajangan Pekalongan. 15. Kunjoro, J.S.K.(2002) Masalah Kesehatan Jiwa Lansia; kategori lanjut usia, 4, http://www.e-psikologi.com/ Diperoleh pada tanggal 23 Februari 2010 18. Nugroho, W. (2008). Keperawatan Gerontik dan Geratrik, EGC, Jakarta. 19. Nursalam, (2011). Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta. 20. Maryam, Fatma, Rosidawati, Jubaedu, Batubara, (2011). Mengenal Usia Lanjut Dan Perawatannya, Salemba Medika, Jakarta. 21. Paula (2010). Pengaruh Senam Otak Terhadap Peningkatan Daya Ingat Lansia di Panti Werdha Karya Kasih Mongonsidi Medan, Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. 22. Pipit, Festi (2010). Pengaruh Brain Gym Terhadap Peningkatan Fungsi Kognitif Lansia di Karang Werdha Peneleh Surabaya, FIK UM, Surabaya. 11

23. Ramdhani, N. (2008). Sikap dan beberapa definisi untuk memahaminya. (Cited 2010Juli, 29) Available from URL http:/www.neila.staff.ugm.ac.id/wodrpr es s/2008/denifisi. 24. Riwidikdo, Handoko, (2009). Statistik Kesehatan, Mitra Cendika Press, Yogyakarta. 25. Rochmad Agus Setiawan, (2014). Pengaruh Senam Otak dengan Fungsi Kognitif Lansia Dimensia di Panti Werdha Darma Bakti Kasih Surakarta, Program studi S-1 keperawatan Stikes Kusuma Husada Surakarta. 26. Sari. (2012). Ganbaran Tingkat Depresi Lansia di Panti Tresna Werdha Budi Mulia 01 dan 03 Jakarta Timur. UNPAD-Skripsi. 29. Suhartini, Ratna. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terhadap Kemandirian Lanjut Usia. Skripsi. www.danamandiri.or.od. Surabaya: F. Psikologi Unair. 4 Mei 2008 30. Supardjiman (2007). Buku Panduan Brain Gym Senam Otak. Jakarta : Grasindo Gramedia Widiarsana Indonesia. 31. Sugiyono (2013). Statistika Untuk Penelitian, CV Alfabeta, Bandung. 32. Yamin, (2008). Penatalaksanaan klien lanjut usia yang mengalami demensia di Panti Tresna Werdha Teratai Palembang. Skripsi Program Studi Ilmu Keperawatan Bina Husada 33. Zulsita, (2010). Gambaran Kognitif pada Lanjut Usia, diaskes tanggal 21 Januari 2011, http://repository.usu.ac.id. 27. Saryono (2013). Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Nuha Medika,Yogyakarta. 28. Sastroasmoro & Ismail (2010), Dasardasar Metodologi Penelitian Klinis, Sagung Seto, Jakarta. 12