BAB V PEMBAHASAN. A. Tinggi Fundus Uteri Awal pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI

PENGARUH SENAM NIFAS TERHADAP KECEPATAN PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI (TFU) PADA PRIMIPARA POST PARTUM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERANAN MOBILISASI DINI TERHADAP PROSES INVOLUSI PADA IBU POST PARTUM (Studi di Polindes Rabiyan Puskesmas Bunten Barat Kabupaten Sampang)

BAB I PENDAHULUAN. hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu (Saleha, 2009). Proses pemulihan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. melihat derajat kesehatan perempuan. Salah satu target yang ditentukan

EFEKTIVITAS ANTARA SENAM NIFAS VERSI A DAN SENAM NIFAS VERSI N TERHADAP KELANCARAN INVOLUSIO UTERI DI PUSKESMAS BINUANG TAHUN

PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI PADA IBU POST PARTUM SPONTAN DI RSUD TUGUREJO SEMARANG

KEBUTUHAN DASAR IBU MASA NIFAS

BAB I PENDAHULUAN. hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan, yaitu triwulan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian quasy experimental dengan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN INVOLUSIO UTERUS PADA IBU NIFAS DI RSUD DR. H. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN

AKTIVITAS / MOBILISASI PIMPINAN MENERAN DUKUNGAN MENTAL

BAB I PENDAHULUAN. seorang ibu, tetapi bagi seorang ibu yang hamil anak pertama sering dianggap

Referat Fisiologi Nifas

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERCEPATAN INVOLUSI UTERI PADA IBU POSTPARTUM PERVAGINAM DI RUANG KEBIDANAN RSUD TOTO KABILA KAB.

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi oleh organisme secara normal melaui berbagai tahapan yaitu

BAB III KERANGKA KONSEP

Asuhan Keperawatan Ibu Post Partum. Niken Andalasari

HUBUNGAN MOBILISASI DINI DENGAN PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI PADA IBU POSTPARTUM DI BLUD RS H. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN

HUBUNGAN SENAM NIFAS DENGAN PROSES INVOLUSIO UTERI DI DESA CANDIREJO

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN TINGGI FUNDUS UTERI PADA IBU POST PARTUM YANG MELAKSANAKAN SENAM NIFAS

Tabel 3.2 Matriks 6 Jam Post Partum

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI PADA POST PARTUM DI RUMAH SAKIT UMUM dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH

PERBEDAAN PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI BERDASARKAN JENIS PERSALINAN PADA IBU NIFAS FISIOLOGIS DAN POST SECTIO CAESAREA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERUBAHAN FISIOLOGIS MASA NIFAS. Dr.Subandi Reksohusodo,SpOG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Senam Hamil. Pengertian Senam Hamil

BAB I PENDAHULUAN. persalinan dan nifas (Riswandi, 2005). Angka Kematian ibu (AKI) di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kematian maternal merupakan prioritas utama dalam Millennium. Development Goals (MDG s). Kematian maternal menjadi indikator

SENAM REFLEKSI TAHAP PELEBURAN (terdiri dari tujuh gerakan)

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH STATIK KONTRAKSI TERHADAP KECEPATAN KEMBALINYA PERISTALTIK USUS PADA PASIEN POST SECTIO CAESAREA (SC)

PENGERTIAN MASA NIFAS

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Intensitas kontraksi uterus meningkat secara

BAB I PENDAHULUAN. perhatian lebih dikarenakan angka kematian ibu 60% terjadi pada masa nifas

BAB I PENDAHULUAN. dan kembalinya organ reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil. Wanita

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN BANTEN JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG SOP SENAM HAMIL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Perawatan merupakan suatu proses pemenuhan kebutuhan dasar manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. melalui jalan lahir namun kadang-kadang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Berat

PENGARUH SENAM NIFAS TERHADAP INVOLUSIO UTERI HARI KETIGA PADA IBU POSTPARTUM DI BIDAN PRAKTEK MANDIRI BENIS JAYANTO NGENTAK, KUJON, CEPER, KLATEN

Uterine Involution Process in The Mothers Who Take and Do Not Take Postpartum Exercise in Independent Practice Midwife

SENAM HAMIL BANTU MELAHIRKAN TANPA KECEMASAN Oleh : Sulastri, S.Kep., Ns. Dosen Akper PKU Muhammadiyah Surakarta. Abstrak :

HUBUNGAN KEIKUTSERTAAN SENAM HAMIL DENGAN KEMAJUAN PERSALINAN KALA 1 FASE AKTIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CUKIR KAB. JOMBANG TAHUN 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang melakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. harapan seseorang (Arifin dan Rahayu, 2011). diartikan sebagai rasa senang dan kelegaan seseorang dikarenakan

PERBEDAAN EFEKTIVITAS PIJAT OKSITOSIN DAN RELAKSASI HYPNOBIRTHING TERHADAP INVOLUSI UTERUS PADA IBU POST PARTUM DI PUSKESMAS RAWALO PADA TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki angka kematian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan proses fertilisasi atau penyatuan spermatozoa dan

BAB I PENDAHULUAN. Masa nifas (peurperiurn) berasal dari bahasa latin yaitu peur yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu (Saleha,2009).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengumpulan atau Penyajian Data Dasar Secara Lengkap

JURNAL IPTEKS TERAPAN Research of Applied Science and Education V8.i3 (83-87)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dalam saluran rahim oleh kontraksi otot-otot rahim. Persalinan normal adalah

AKPER HKBP BALIGE. Carolina M Simanjuntak, S.Kep, Ns

STUDI DESKRIPTIF TENTANG PEMULIHAN ORGAN REPRODUKSI PADA MASA NIFAS DI BPM SRI HARINI TOSUTAN KRANGGAN POLANHARJO KLATEN TAHUN 2016 INTISARI

BAB I PENDAHULUAN. masa nifas dini (early postpartum) adalah periode kepulihan dimana ibu telah

1

BAB I PENDAHULUAN. panggul atau ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar

PENGARUH SENAM NIFAS TERHADAP INVOLUSI UTERUS PADA IBU POST PARTUM PRIMIPARA PERVAGINAM DI KLINIK BERSALIN TUTUN SEHATI TANJUNG MORAWA TAHUN 2013

HUBUNGAN MOBILISASI DINI DENGAN PENYEMBUHAN LUKA PADA IBU POST SECTIO CAESARIA. Endang Rudjianti, Khomsiami Abdillah Akademi Kebidanan YAPPI Sragen

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN INVOLUSI IBU NIFAS DI BPS MOJOKERTO

PENGARUH SENAM NIFAS TERHADAP PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI PADA IBU POST PARTUM

PENGARUH POSISI MENERAN SETENGAH DUDUK, POSISI JONGKOK, DAN MIRING PADA IBU PRIMI PARA TERHADAP PROSES PERSALINAN

Factors that Have Correlation with the Height of Fundus Uteri to Parturition Mother with Post Partum 6 Hours

PERSALINAN KALA I. 1. kala 1 persalinan

HUBUNGAN ANTARA BERAT BADAN LAHIR DENGAN LAMA WAKTU INVOLUSI UTERUS DI BPS SUHARTINI KECAMATAN KARANGANYAR KABUPATEN KEBUMEN INTISARI

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan bahwa prevalensi infeksi pada masa nifas mencapai 10%

BAB I PENDAHULUAN. macam aspek, diantaranya pertolongan persalinan yang salah satunya adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. akan melibatkan kerja tubuh. Kegiatan yang dilakukan secara rutinitas setiap hari

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Partisipan Penelitian. primigravida maupun multigravida dengan usia kandungan 22 32

Lembar Persetujuan Menjadi Responden. Saya yang bernama Khairul Bariah / adalah mahaiswi D-IV Bidan

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA

PENGARUH INISIASI MENYUSU DINI TERHADAP KECEPATAN PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Periode pascapartum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI POST SECTIO CAESARIA AKIBAT PLASENTA PREVIA TOTALIS DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR IBU NIFAS DAN MENYUSUI ISTIRAHAT

BAB I PENDAHULUAN. tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi

BAB 1. yang telah ditentukan dalam Millenium Development Goals (MDGs), Target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi

HUBUNGAN STATUS PEKERJAANDENGAN PEMANFAATAN BUKU KIA WILAYAH KERJA PUSKESMAS BINTUHAN KABUPATEN KAUR. Oleh:

ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS SELAMA PROSES INVOLUSI UTERI DI BPM NY. YUNI WIDARYANTI Amd.Keb DESA SUMBER MULYO KECAMATAN JOGOROTO KABUPATEN JOMBANG

HUBUNGAN ANTARA DIASTASIS MUSCULUS RECTUS ABDOMINIS DENGAN INVOLUSI UTERI POSTPARTUM PERVAGINAM

LAMPIRAN Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Diani Nurcahyaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Rukiyah (2011) dalam Prawirohardjo (2002) masa nifas. pada kondisi tidak hamil (Varney, 2007).

1.1 Konsep Dasar Nifas Masa nifas (puerperium) merupakan masa 2 jam setelah persalinan sampai 42 hari paska partum (6 minggu) (Manuaba, 2007).

BAB 1 PENDAHULUAN. puerperium dimulai sejak dua jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan enam

Latihan Kekuatan Otot Tubuh Bagian Atas

Resep Menjaga Keindahan. dan Kesehatan Payudara

Dinamika Kebidanan vol. 1 no.2 Agustus 2011 EFEKTIFITAS MENYUSUI PADA PROSES INVOLUSIO UTERI IBU POST PARTUM 0-10 HARI DI BPS KOTA SEMARANG

BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang

GAMBARAN PERAWATAN IBU NIFAS OLEH TENAGA KESEHATAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NAN BALIMO KOTA SOLOK TAHUN 2014

PENGARUH SENAM NIFAS TERHADAP TINGGI FUNDUS UTERI DAN JENIS LOCHEA PADA PRIMIPARA

Transkripsi:

BAB V PEMBAHASAN A. Tinggi Fundus Uteri Awal pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa rerata tinggi fundus uteri awal pada kelompok eksperimen sebesar 14,47 dan rerata tinggi fundus uteri awal pada kelompok kontrol adalah 14,48. Berdasarkan uji independent sample t-test diperoleh nilai signifikansi (p) sebesar 0,942 dimana nilai signifikansi lebih dari 0,05 (p>0,05), sehingga diperoleh hasil tidak ada perbedaan yang bermakna antara tinggi fundus uteri awal pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hal ini disesuaikan dengan teori bahwa dalam memulai suatu penelitian harus dimulai dari hasil yang sama atau tidak ada perbedaan dan dengan hasil uji statistik harus tidak signifikan (Dahlan, 2015). Berdasarkan tinggi fundus uteri awal pada semua responden baik pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol berada pada keadaan normal tinggi fundus uteri 2 jam setelah melahirkan yaitu dengan rerata sekitar 14 cm. Hal ini sesuai dengan teori menurut Wulandari dan Handayani (2011) yaitu pada hari pertama tinggi fundus uteri pada masa nifas berada di atas simpisis pubis atau sekitar 12-14 cm. Menurut Anggraini (2010) tinggi fundus uteri pada keadaan setelah akhir persalinan atau setelah plasenta lahir tinggi fundus uteri berada setinggi pusat dan pada penelitian ini pengukuran 40

41 dilakukan dengan menggunakan pita ukur pada beberapa responden menunjukkan tinggi fundus uteri 15 cm dimana pada waktu dilakukan pengukuran 15 cm masih berada dibawah pusat, sehingga dapat dikatakan bahwa dengan tinggi fundus uteri 15 cm pada 2 jam setelah melahirkan artinya masih dapat dikatakan dalam keadaan normal. B. Tinggi Fundus Uteri Pada Kelompok Eksperimen Sebelum dan Sesudah Diberi Perlakuan Senam Nifas Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa nilai rerata tinggi fundus uteri awal sebelum diberikan perlakuan senam nifas adalah 14,47 sedangkan rerata tinggi fundus uteri akhir setelah diberikan perlakuan senam nifas adalah 4,09. Rerata tinggi fundus uteri setelah diberikan perlakuan senam nifas menunjukkan penurunan bila dibandingkan dengan rerata tinggi fundus uteri sebelum diberikan perlakuan senam nifas, yaitu mengalami penurunan rerata sebesar 10,38. Selain itu, berdasarkan hasil uji paired sample t-test diperoleh nilai p=0,000 dimana nilai signifikansi kurang dari 0,05 (p<0,05), sehingga hipotesis dalam penelitian ini diterima. Artinya terdapat perbedaan penurunan tinggi fundus uteri yang bermakna pada kelompok eksperimen sebelum dan sesudah diberikan perlakuan senam nifas. Senam nifas merupakan serangkaian gerakan tubuh yang dilakukan oleh ibu setelah melahirkan yang bertujuan untuk memulihkan dan mempertahankan kekuatan otot yang berhubungan dengan kehamilan dan persalinan. Latihan pada otot dasar panggul akan merangsang serat-serat saraf

42 pada otot uterus yaitu serat saraf simpatis dan parasimpatis yang menuju ganglion cervicale dari frankenhauser yang terletak di pangkal ligamentum sacro uterinum. Rangsangan yang terjadi pada ganglion ini akan menambah kekuatan kontraksi uterus. Dengan adanya kontraksi dan retraksi dari uterus yang kuat dan terus menerus dari latihan otot-otot tersebut maka akan menambah kekuatan uterus dalam proses involusi sehingga penurunan tinggi fundus uteri berlangsung lebih cepat dari pada yang tidak senam. Selain itu latihan otot perut akan menyebabkan ligamen dan fasia yang menyokong uterus akan mengencang. Ligamentum rotundum yang kendor akan kembali sehingga letak uterus yang sebelumnya retrofleksi akan kembali pada posisi normal yaitu menjadi antefleksi (Polden, 2007). Hal ini didukung oleh penelitian Kuswati (2014) yaitu dengan adanya kontraksi uterus yang kuat dan terus menerus, akan lebih membantu kerja uterus dalam mengompresi pembuluh darah dan proses hemeostatis. Proses ini akan membantu menurunkan tinggi fundus uteri karena salah satu manfaat senam nifas adalah mempercepat involusi uterus yang dapat diukur dari penurunan tinggi fundus uteri (Sukaryati dan Maryunani, 2011). Selain senam nifas, involusi uterus juga dipengaruhi oleh faktor usia, Usia mempunyai pengaruh terhadap komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas. Dari segi biologis reproduksi seorang wanita harus sempurna harus mengadung bayinya bila umurnya berumur 20 tahun, pada usia lebih dari 35 tahun organ-organ reproduksi sudah mulai mengendor dan terjadi penurunan fungsi sehingga akan menimbulkan gangguan pada kontraksi uterus

43 (Manuaba, 2010). Pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa usia responden paling banyak baik pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol adalah pada usia 20-35 tahun, hanya 2 orang yang berusia >35 tahun pada kelompok kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar usia responden berada dalam usia reproduksi yang sehat. Hal ini sejalan dengan teori menurut Ambarwati (2010) bahwa usia 20-35 tahun merupakan usia yang sangat ideal untuk terjadinya proses involusi yang baik. Selain itu pada karakteristik paritas menunjukkan bahwa sebagian besar responden pada kelompok eksperimen yaitu sebanyak 13 orang merupakan primipara, dimana ibu primipara apabila dibandingkan dengan ibu multipara memiliki elastisitas otot terutama otot pada bagian kandungan lebih kuat dibandingkan ibu multipara yang otot uterusnya sudah sering teregang oleh janin yang semakin membesar dari hari ke hari. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Larson (2002), terdapat 1003 wanita Amerika yang mengikuti program senam nifas dengan latihan yang teratur dan para wanita tersebut berhasil mengalami pengerutan pada rahim yang lebih cepat, hal tersebut disebabkan karena adanya kontraksi uterus yang dipicu oleh gerakan-gerakan yang ritmis dari gerakan senam nifas. C. Tinggi Fundus Uteri Awal dan Tinggi Fundus Uteri Akhir Pada Kelompok Kontrol Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa nilai rerata tinggi fundus uteri awal pada kelompok kontrol adalah 14,48, sedangkan rerata tinggi

44 fundus uteri akhir adalah 5,86. Rerata tinggi fundus uteri akhir menunjukkan penurunan bila dibandingkan dengan rerata tinggi fundus uteri awal yaitu sebesar 8,62. Selain itu, berdasarkan uji paired sample t-test diperoleh nilai p=0,000 dimana nilai signifikansi kurang dari 0,05 (p<0,05), sehingga terdapat perbedaan tinggi fundus uteri yang bermakna pada kelompok kontrol tanpa perlakuan senam nifas. Menurut Bahiyatun (2009), penurunan tinggi fundus uteri merupakan salah satu tanda dari involusi uterus. Involusi uterus adalah kembalinya uterus kepada keadaan sebelum hamil, baik dalam bentuk maupun posisi. Involusi adalah perubahan retrogresif pada uterus yang menyebabkan berkurangnya ukuran uterus. Selama proses involusi, uterus menipis dan mengeluarkan lochea yang diganti dengan endometrium baru. Involusi uterus melibatkan pengguguran desidua serta penglupasan situs plasenta, sebagaimana diperlihatkan dengan pengurangan dalam ukuran dan berat serta oleh warna dan banyaknya lochea. Pada hari pertama TFU di atas simpisis pubis atau sekitar 12-14 cm atau setinggi pusat. Hal ini terus berlangsung dengan penurunan TFU 1 cm setiap harinya, sehingga pada hari ketujuh TFU sekitar 5 cm dan pada hari kesepuluh TFU tidak teraba di simpisis pubis. Ukuran uterus pada masa nifas akan mengecil seperti sebelum hamil (Wulandari dan Handayani, 2011). Selain senam nifas, involusi uterus juga dipengaruhi oleh faktor usia, usia responden pada kelompok kontrol sebagian besar berada pada usia

45 reproduksi sehat yaitu antara 20-35 tahun. Sedangkan pada faktor paritas, responden pada kelompok kontrol sebagian besar adalah multipara yaitu pernah melahirkan anak 2 kali atau lebih. Pada penelitian ini, semua responden juga dilakukan pengkajian selama 6 hari secara umum mengenai pola nutrisi, pola istirahat, dan pola aktivitas. Hasil dari pengkajian menyatakan bahwa pola nutrisi dari semua responden dapat dikategorikan dalam kategori baik berdasarkan penggolongan menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi yaitu jika ibu pada masa nifasnya ini memiliki kebiasaan makan 4-5x/hari yang terdiri dari 3x makanan utama dan 1-2x makanan selingan. Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan (Arisman, 2009) bahwa asupan nutrisi yang cukup dan ibu nifas yang mempunyai status gizi yang baik dapat mempertahankan kinerja fungsi normal dari organ-organ serta menghasilkan energi yang dapat membantu dalam proses penyembuhan. Hasil pengkajian pada pola istirahat menunjukkan bahwa semua responden mempunyai pola istirahat yang cukup, istirahat dan tidur yang dibutuhkan ibu nifas sekitar 8 jam pada malam hari dan 1 jam pada siang hari selagi bayi tidur, hal ini berguna untuk mencegah kelelahan yang berlebihan. Kurang istirahat dapat mengurangi produksi ASI, memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak pendarahan, menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayinya (Saifudin, 2008). Hasil pengkajian pada pola aktivitas semua responden telah melakukan pola aktivitas yang sesuai dengan kebutuhan ibu pada masa nifas yaitu setelah

46 melahirkan ibu mulai melakukan mobilisasi dini yaiu miring ke kanan dan ke kiri dan pada hari ke-2 diperbolehkan duduk dan hari ke-3 sampai selanjutnya ibu sudah boleh jalan-jalan dan melakukan aktivitas seperti biasa. Mobilisasi ini mempunyai keuntungan memperlancar pengeluaran lochea, mengurangi infeksi nifas, mempercepat involusi alat kandungan, meningkatkan kelancaran peredaran darah sehingga mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolisme. Berdasarkan karakteristik pendidikan responden, sebagian besar responden pada penelitian ini adalah berpendidikan terakhir SMA/SMK, hal ini juga menunjukkan tingkat pengetahuan ibu nifas yang cukup baik dalam menerima berbagai informasi sehingga penelitian berjalan dengan lancar. Pendidikan adalah jalur yang ditempuh untuk meningkatkan pengetahuan seseorang semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin banyak informasi yang di dapat dan pengetahuan seseorang meningkat (Notoadmodjo, 2010). Itulah sebabnya mengapa dalam penelitian ini pada kelompok kontrol, meskipun tidak dilakukan senam nifas, tinggi fundus uteri juga mengalami penurunan yang siginifikan. D. Tinggi Fundus Uteri Akhir Antara Kelompok Eksperimen dan kelompok Kontrol Berdasarkan tabel 4.6 tersebut menunjukkan bahwa nilai rerata tinggi fundus uteri akhir pada kelompok eksperimen sebesar 4,09 sedangkan rerata tinggi fundus uteri akhir pada kelompok kontrol sebesar 5,86. Hasil ini menunjukkan bahwa rerata tinggi fundus uteri pada kelompok eksperimen

47 lebih rendah dibandingkan dengan rerata tinggi fundus uteri pada kelompok kontrol. Selain itu, berdasarkan uji Independent sample t-test diperoleh nilai signifikansi (p) sebesar 0,000 dimana nilai signifikansi tersebut kurang dari 0,05 (p<0,05). Hal ini membuktikan bahwa terdapat perbedaan tinggi fundus uteri yang bermakna antara kelompok eksperimen yang diberi perlakuan senam nifas dan kelompok kontrol yang tidak diberi perlakuan senam nifas. Hal ini sesuai dengan teori menurut Walyani dan Purwoastuti (2015) bahwa senam nifas mempunyai manfaat dalam membantu mempercepat penurunan tinggi fundus uteri yang ditunjukkan dengan hasil penelitian selisih rerata penurunan tinggi fundus uteri pada kelompok eksperimen yang telah diberikan senam nifas lebih tinggi daripada kelompok kontrol tanpa perlakuan senam nifas dengan waktu pengukuran yang sama yaitu pada hari ketujuh setelah persalinan sebesar 1,77 cm sehingga dapat diartikan bahwa terdapat pengaruh senam nifas terhadap penurunan tinggi fundus uteri dalam mempercepat penurunannya karena dengan adanya gerakan-gerakan ritmis dari gerakan senam nifas yang dilakukan responden setiap hari secara rutin dan teratur terutama dari latihan-latihan otot-otot dasar panggul dan perut yang akan merangsang serat-serat saraf pada otot uterus yaitu serat saraf simpatis dan parasimpatis sehingga memicu kontraksi yang dapat memperlancar dan mempercepat penurunan tinggi fundus uteri (Polden, 2007). Hasil penelitian pada pola pengkajian pada semua respoden juga menunjukkan bahwa sebagian besar responden baik pada kelompok

48 eksperimen dan kelompok kontrol mempunyai pola nutrisi yang baik, pola istirahat yang cukup baik, dan pola aktivitas yang baik namun pada kelompok eksperimen dengan perlakuan senam nifas mengalami penurunan tinggi fundus uteri yang lebih cepat daripada kelompok kontrol tanpa perlakuan senam nifas. Penelitian yang dilakukan oleh Ostbye Et all (2008) memperoleh hasil bahwa latihan postpartum atau senam nifas yang dilakukan oleh 450 responden dapat membantu memperbaiki kembali alat-alat kandungan termasuk uterus untuk kembali keukuran seperti sebelum hamil. Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kurniawati (2010) bahwa aktivitas dan gerakan yang dilakukan ibu setelah melahirkan menyebabkan sirkulasi darah responden lancar dan pengeluaran lochea lancar sehingga tidak dapat mengganggu kontraksi dalam proses pengecilan rahim. Ada berbagai versi gerakan senam nifas, meskipun demikian senam nifas mempunyai tujuan dan manfaatnya sama. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode senam nifas selama enam hari yang dapat dilakukan mulai hari pertama sampai hari keenam setelah melahirkan menurut Sukaryati dan Maryunani (2011). Pada hari pertama, responden dilatih untuk berbaring dengan lutut ditekuk dan menempatkan tangan diatas perut dibawah area iga-iga kemudian napas dalam dan lambat melalui hidung dan tahan hingga hitungan ke-5 dan kemudian keluarkan melalui mulut serta mengencangkan dinding abdomen untuk membantu mengosongkan paru-paru. Latihan pernafasan yang

49 dilakukan pada hari pertama ini ditujukan untuk membantu mempercepat proses pemulihan tubuh dengan memperlancar peredaran darah dan pernafasan sehingga organ-organ tubuh akan teroksigenasi dengan baik. Pada hari kedua, responden dilatih untuk kekuatan lengan dan kaki dengan cara berbaring terlentang, lengan dikeataskan diatas kepala dan telapak terbuka keatas dengan mengendurkan lengan kiri sedikit dan merenggangkan lengan kanan. Pada waktu yang bersamaan rilekskan kaki kiri dan renggangkan kaki kanan sehingga ada regangan penuh pada seluruh bagian kanan tubuh, lakukan 5-10 kali gerakan. Latihan ini ditujukan untuk memulihkan dan menguatkan kembali otot-otot lengan dan kaki. Pada hari ketiga, tubuh responden terlentang dan kedua kaki agak dibengkokan sehingga kedua telapak kaki menyentuh lantai. Kemudian responden mengangkat pantat hitungan ke-3 atau ke-5 lalu turunkan pantat ke posisi semula dan mengulangi gerakan hingga 5-10 kali. Latihan ini di tujukan untuk menguatkan kembali otot-otot dasar panggul yang sebelumnya otot-otot ini bekerja dengan keras selama kehamilan dan persalinan. Pada hari keempat, sikap tubuh bagian atas terlentang dan kaki ditekuk ±45º kemudian salah satu tangan memegang perut, angkat tubuh ±45º dan tahan hingga hitungan ke-3 atau ke-5. Responden melakukan gerakan tersebut 5-10 kali. Latihan ini di tujukan untuk memulihkan dan menguatkan kembali otot-otot punggung. Pada hari kelima, responden melatih otot-otot tubuh diantaranya otototot punggung, otot-otot bagian perut, dan otot-otot paha dengan sikap tubuh

50 masih terlentang kemudian salah satu kaki ditekuk ±45º kemudian angkat tubuh dan tangan yang berseberangan dengan kaki yang ditekuk, usahakan tangan menyentuh lutut. Gerakan ini dilakukan secara bergantian dengan kaki dan tangan yang lain hingga 5-10 kali. Pada hari terakhir pelaksanaan yaitu hari keenam, sikap tubuh responden terlentang kemudian menarik kaki sehingga paha membentuk sudut ±90º lakukan secara bergantian dengan kaki yang lain hingga 5-10 kali. Latihan ini bertujuan untuk menguatkan otot-otot di kaki yang selama kehamilan menyangga beban yang berat dan memperlancar sirkulasi di daerah kaki sehingga mengurangi resiko edema kaki. Hambatan yang dialami saat penelitian pada pemberian senam nifas untuk kelompok eksperimen yaitu peneliti harus melakukan kunjungan rumah pada setiap responden untuk melatih senam nifas setiap harinya sehingga peneliti mengantisipasi keadaan tersebut dengan menggunakan enumerator serta kemauan responden yang terkadang merasa malas untuk melaksanakan senam nifas secara teratur setiap hari, tetapi kesulitan tersebut dapat teratasi kembali dengan memberikan semangat kepada responden dan dengan memberikan informasi kembali tentang manfaat senam nifas sehingga pelaksanaan senam nifas dapat kembali dilaksanakan dengan baik.