BAB I PENDAHULUAN. diantara dua benua, dan dua samudra serta berada di sekitar garis equator yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala alamiah

Fenomena El Nino dan Perlindungan Terhadap Petani

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ADAPTASI DAN MITIGASI FENOMENA EL NIÑO DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. di negara ini berada hampir di seluruh daerah. Penduduk di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. hortikultura,dan 12,77 juta rumah tangga dalam perkebunan. Indonesia

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KATA PENGANTAR KUPANG, MARET 2016 PH. KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI LASIANA KUPANG CAROLINA D. ROMMER, S.IP NIP

EVALUASI CUACA BULAN JUNI 2016 DI STASIUN METEOROLOGI PERAK 1 SURABAYA

Prakiraan Musim Kemarau 2018 Zona Musim di NTT KATA PENGANTAR

I. INFORMASI METEOROLOGI

I. INFORMASI METEOROLOGI

BAB I PENDAHULUAN. memiliki dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau. paling terasa perubahannya akibat anomali (penyimpangan) adalah curah

INFORMASI IKLIM UNTUK PERTANIAN. Rommy Andhika Laksono

I. PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

I. INFORMASI METEOROLOGI

KATA PENGANTAR. Negara, September 2015 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI NEGARA BALI. NUGA PUTRANTIJO, SP, M.Si. NIP

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KATA PENGANTAR PANGKALPINANG, APRIL 2016 KEPALA STASIUN METEOROLOGI KLAS I PANGKALPINANG MOHAMMAD NURHUDA, S.T. NIP

LAPORAN POTENSI HUJAN AKHIR JANUARI HINGGA AWAL FEBRUARI 2016 DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Letak Geografis dan Astronomis Indonesia Serta Pengaruhnya

Kementerian PPN/Bappenas

I. INFORMASI METEOROLOGI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berada pada belahan bumi dengan iklim monsoon tropis yang sangat

Bencana dan Pergeseran Paradigma Penanggulangan Bencana

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan dan pengelolaan sumber daya air (Haile et al., 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Prakiraan Musim Hujan 2015/2016 Zona Musim di Nusa Tenggara Timur

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. interaksi proses-proses fisik dan kimia yang terjadi di udara (atmosfer) dengan permukaan

PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2011/2012 PADA ZONA MUSIM (ZOM) (DKI JAKARTA)

KATA PENGANTAR. merupakan hasil pemutakhiran rata-rata sebelumnya (periode ).

BAB I PENDAHULUAN. Secara geografis wilayah Indonesia terletak di daerah tropis yang terbentang

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi. Di

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

PROSPEK IKLIM DASARIAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Update: 01 Februari 2016

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan iklim sebagai implikasi pemanasan global, yang disebabkan. oleh kenaikan gas-gas rumah kaca terutama gas karbondioksida (

I. PENDAHULUAN. Peran sektor pertanian sangat penting terhadap perekonomian di Indonesia

Pasang Surut Surabaya Selama Terjadi El-Nino

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN

1. BAB I PENDAHULUAN

PENGARUH FENOMENA GLOBAL DIPOLE MODE POSITIF DAN EL NINO TERHADAP KEKERINGAN DI PROVINSI BALI

KATA PENGANTAR. Prakiraan Musim Kemarau 2016

Kontribusi Parameter Iklim Untuk Peringatan Dini Serangan Wereng Batang Coklat (WBC)

BAB I PENDAHULUAN. strategis secara geografis dimana letaknya berada diantara Australia dan benua Asia

BAB I PENDAHULUAN. bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

EKSPLANASI ILMIAH DAMPAK EL NINO LA. Rosmiati STKIP Bima

DAMPAK EL NINO DAN LA NINA TERHADAP PELAYARAN DI INDONESIA M. CHAERAN. Staf Pengajar Stimart AMNI Semarang. Abstrak

Fase Panas El berlangsung antara bulan dengan periode antara 2-7 tahun yang diselingi fase dingin yang disebut dengan La Nina

MITIGASI BENCANA ALAM I. Tujuan Pembelajaran

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KATA PENGANTAR. Pontianak, 1 April 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI SIANTAN PONTIANAK. WANDAYANTOLIS, S.Si, M.Si NIP

KATA PENGANTAR REDAKSI. Pengarah : Wandayantolis, S. SI, M. Si. Penanggung Jawab : Subandriyo, SP. Pemimpin Redaksi : Ismaharto Adi, S.

BAB I PENDAHULUAN. dan makhluk hidup lainnya, yang berperan penting di berbagai sektor kehidupan.

ANALISIS KLIMATOLOGI HUJAN EKSTRIM BULAN JUNI DI NEGARA-BALI (Studi Khasus 26 Juni 2017)

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA

PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu

PENGANTAR. Bogor, September 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI DARMAGA BOGOR. DEDI SUCAHYONO S, S.Si, M.Si NIP

PEDOMAN TEKNIS BANTUAN SARANA PRODUKSI DALAM RANGKA ANTISIPASI DAMPAK KEKERINGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KAJIAN TEMPORAL KEKERINGAN MENGGUNAKAN PERHITUNGAN KEETCH BYRAM DRYNESS INDEX (KBDI) DI WILAYAH BANJARBARU, BANJARMASIN DAN KOTABARU PERIODE

KAJIAN DAYA TAHAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP GANGGUAN FAKTOR EKSTERNAL DAN KEBIJAKAN YANG DIPERLUKAN. Bambang Sayaka

BAB I. PENDAHULUAN. sebagai sebuah pulau yang mungil, cantik dan penuh pesona. Namun demikian, perlu

Oleh Tim Agroklimatologi PPKS

PENGANTAR. Bogor, Maret 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI DARMAGA BOGOR

KATA PENGANTAR. Prakiraan Musim Kemarau 2018

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

KARAKTER CURAH HUJAN DI INDONESIA. Tukidi Jurusan Geografi FIS UNNES. Abstrak PENDAHULUAN

FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK IKLIM INDONESIA. PERAIRAN LAUT INDONESIA TOPOGRAFI LETAK ASTRONOMIS LETAK GEOGRAFIS

KATA PENGANTAR TANGERANG SELATAN, MARET 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG. Ir. BUDI ROESPANDI NIP

TINGKAT KESIAPSIAGAAN GABUNGAN KELOMPOKTANI (GAPOKTAN) DALAM MENGHADAPI BENCANA KEKERINGAN DI DESA BULU KECAMATAN BULU KABUPATEN SUKOHARJO

KATA PENGANTAR. Semarang, 22 maret 2018 KEPALA STASIUN. Ir. TUBAN WIYOSO, MSi NIP STASIUN KLIMATOLOGI SEMARANG

BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG

El-NINO DAN PENGARUHNYA TERHADAP CURAH HUJAN DI MANADO SULAWESI UTARA EL-NINO AND ITS EFFECT ON RAINFALL IN MANADO NORTH SULAWESI

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang mana secara geografis terletak pada Lintang Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memanasnya suhu permukaan air laut Pasifik bagian timur. El Nino terjadi pada

Propinsi Banten dan DKI Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. iklim sudah menjadi pengetahuan yang umum saat ini. Pemanasan global adalah

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan terjadinya kerusakan dan kehancuran lingkungan yang pada akhirnya

I. PENDAHULUAN. terhadap iklim secara langsung maupun tidak langsung akibat aktivitas manusia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. didefinisikan sebagai peristiwa meningkatnya suhu rata-rata pada lapisan

ANALISIS HUJAN BULAN MEI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN JULI, AGUSTUS DAN SEPTEMBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

SISTEM PEMETAAN LOKASI LAHAN YANG KAITANNYA DENGAN PERUBAHAN IKLIM GLOBAL DI WILAYAH JAWA TIMUR BERBASIS WEB SKRIPSI. Oleh :

LAPORAN KEJADIAN BANJIR DAN CURAH HUJAN EKSTRIM DI KOTA MATARAM DAN KABUPATEN LOMBOK BARAT TANGGAL JUNI 2017

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PENGANTAR. Bogor, Maret 2017 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI BOGOR

Waspadai Tembakau Rusak Akibat Terjadi Kemarau Basah

POSITRON, Vol. IV, No. 2 (2014), Hal ISSN :

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG ANALISIS MUSIM KEMARAU 2013 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2013/2014

Faktor-faktor Pembentuk Iklim Indonesia. Perairan laut Indonesia Topografi Letak astronomis Letak geografis

ANALISIS HUJAN BULAN PEBRUARI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN APRIL, MEI DAN JUNI 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia terbentang dari 6 o lintang utara (LU) sampai 11 o lintang selatan (LS) dan 9 o sampai 141 o bujur timur (BT). Indonesia secara geografis terletak diantara dua benua, dan dua samudra serta berada di sekitar garis equator yang secara klimatologis dapat munculnya bahaya banjir dan kekeringan. Posisi geografis ini mengakibatkan Indonesia berada pada belahan bumi dengan iklim tropis yang sensitif terhadap kejadian El Nino Southern Oscillation (ENSO). Data historis menyebutkan, kekeringan di Indonesia sangat berkaitan erat dengan fenomena ENSO (Harjadi at al., 2007). Kekeringan terjadi apabila kondisi suhu permukaan laut di Pasifik disepanjang garis equator bagian tengah hingga timur menghangat. Di Indonesia, angin monsun yang datang dari Asia membawa banyak uap air yang kemudian berbelok di khatulistiwa menuju daerah yang bertekanan rendah di sekitaran pantai barat Amerika Selatan. Akibatnya angin yang membawa uap air hanya sedikit, sehingga curah hujan menjadi rendah yang menyebabkan kemarau. Kemarau yang terjadi secara terus menerus baik intensitas, periode, dan lamanya sehingga dampak dan risiko yang ditimbulkan cenderung meningkat menurut ruang dan waktu (Indriantoro, 2013). Faktor dominan yang menyebabkan terjadinya kekeringan adalah fenomena maupun kejadian iklim global. Kekeringan (Balai Hidrologi, 2003 dalam Indriantoro, 2013) adalah hubungan 1

2 antara ketersediaan air yang jauh di bawah kebutuhan air baik untuk kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi dan lingkungan. Hasil proyeksi penduduk yang dilakukan oleh BPS, BAPPENAS, dan UNFPA (2013) menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2015 mencapai 255,4 juta jiwa. Kondisi demografis ini menggambarkan bahwa Indonesia rentan terhadap bencana. Selain itu, menurut BPS (2015) penduduk Indonesia yang berusia 15 tahun keatas yang bekerja menurut lapangan pekerjaan utama bekerja di sektor pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan dan perikanan sebanyak 38.973.033 jiwa per Agustus 2014. Angka ini merupakan jumlah mayoritas penduduk Indonesia yang pekerjaannya mengandalkan sumber daya alam yang rentan terhadap ancaman bahaya. Kedua faktor ini meyumbangkan kerentanan terhadap kejadian kekeringan. Jika aspek geografis dan demografis, antara bahaya kekeringan dan kerentanan yakni jumlah penduduk yang besar dipertemukan oleh adanya pemicu maka akan terjadi bencana. Bencana dalam kajian ilmu sosial diartikan sebagai sesuatu yang secara tiba-tiba terjadi, mematahkan kebiasaan normal kemudian akan menjadi permasalahan yang mengganggu kebiasaan sosial (Clausen at al., 1978). Bencana merupakan peristiwa yang disebabkan oleh faktor eksternal yang mampu merusak sistem kemasyarakatan akibatnya masyarakat berdinamika. Bencana kekeringan akan berdampak langsung kepada kehidupan masyarakat seperti pemenuhan kebutuhan air bersih, kekurangan pangan, migrasi penduduk, penurunan kuantitas dan kualitas pertanian, penyakit tanaman, dan pengurangan pendapatan untuk petani (Harjadi at al., 2007). Bagi mereka yang

3 mengandalkan hidupnya pada sumber daya alam seperti petani, kekeringan dapat mengakibatkan turunnya produktivitas dan meningkatnya risiko gagal panen menyebabkan kuantitas dan kualitas ketersediaan pangan menjadi lebih rawan (Sumaryanto, 2012). Ditambah lagi jika pertanian yang dilakukan hanya mengandalkan alam artinya tidak memanfaatkan teknologi pertanian. Kondisi yang demikian, memerlukan tindakan proaktif masyarakat dalam pengurangan risiko yakni dengan adaptasi dan mitigasi sebagai upaya pencegahan jangka panjang. Hyogo Framework for Action (HFA) (2005 dalam ISDR, 2007) memiliki lima prioritas aksi dalam penanggulangan bencana salah satunya adalah pengurangan risiko yang meliputi strategi Disaster Risk Reduction (DRR) yang meliputi adaptasi perubahan iklim. Dengan kata lain, adaptasi yang dibarengi dengan mitigasi merupakan upaya untuk mengurangi risiko terhadap kejadian yang diakibatkan oleh perubahan iklim. Tujuannya untuk mengurangi kerusakan fisik maupun meminimalisir kerugian materiil. Daerah Pegunungan Menoreh terutama di Desa Banjarasri Kecamatan Kalibawang Kabupaten Kulonprogo memiliki potensi bahaya kekeringan yang berdampak pada pemenuhan air bersih dan ketersediaan pangan. Berdasarkan data curah hujan (CH) Kecamatan Kalibawang tahun 1984-2014 yang diperoleh dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Kelas I Yogyakarta, dapat terlihat adanya pergeseran musim yang ditandai oleh waktu mulai dan berakhirnya musim kemarau. Menurunnya tingkat CH juga mempengaruhi terjadinya kekeringan di Desa Banjarasri. Hal ini terlihat dari tren

4 CH yang menunjukkan tahun 2005 memiliki rata-rata curah hujan tahunan terendah selama 30 tahun terakhir dan tahun 2014 rata-rata curah hujan tahunan lebih rendah dibanding dengan rata-rata curah hujan tahunan pada sepuluh, duapuluh, dan tigapuluh tahun sebelumnya. Berikut adalah tren curah hujan di Kecamatan Kalibawang: Gambar 1.1 Tren Curah Hujan Tahunan di Kecamatan Kalibawang Sumber: BMKG DIY, 2015 Kekeringan di Desa Banjarasri juga berdampak pada kurangnya ketersediaan air untuk kebutuhan sehari-hari maupun untuk pertanian. Pada aspek pertanian, kekurangan air berpengaruh terhadap tanaman semusim seperti jagung dan ketela, sehingga menyebabkan produktivitas rendah. Keadaan seperti ini memaksa petani untuk melakukan adaptasi dan mitigasi terhadap dampak yang ditimbulkan oleh kekeringan agar keberlangsungan hidup terus berjalan. Gambar 1.2 menunjukkan kondisi pertanian di Desa Banjarasri yang kurang produktif.

5 Gambar 1.2 Kondisi pertanian di Desa Banjarasri pada Bulan Maret 2015 Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2015 Ancaman ini perlu ditanggulangi agar kehidupan sosial dapat berjalan sesuai fungsinya. Penanggulangan bencana kekeringan dilakukan oleh petani Desa Banjarasri Kecamatan Kalibawang Kabupaten Kulonprogo melalui upaya adaptasi dan mitigasi. Sudut pandang yang digunakan dalam mengkaji adaptasi dan mitigasi terhadap bencana kekeringan ini adalah ilmu sosial, yakni menggunakan teori sistem sosial Talcott Parsons. Teori ini berfungsi sebagai: (1) instrumen penelitian dalam menganalisis adaptasi dan mitigasi bencana kekerigan, (2) memahami dan menjelaskan upaya adaptasi dan mitigasi petani di Desa Banjarasri terhadap bencana kekeringan, dan (3) menganalisis upaya adaptasi dan mitigasi petani di Desa Banjarasri terhadap bencana kekeringan. Metode yang digunakan adalah kualitatif yang terangkum dalam judul Analisis Strategi Adaptasi dan Mitigasi Petani di Daerah Rawan Kekeringan Menggunakan Perspektif Sosiologi (Studi Kasus Pada Masyarakat Desa Banjarasri Kulonprogo).

6 1.2 Rumusan Masalah Kekeringan ditandai oleh adanya pergeseran pola curah hujan yang kemudian berpotensi menimbulkan bencana yang berdampak terhadap kehidupan masyarakat. Bencana kekeringan yang terjadi di Desa Banjarasri Kulonprogo berdampak pada sektor pertanian dan berkurangnya ketersediaan air bersih untuk pemenuhan kebutuhan rumah tangga. Kondisi ini membuat petani untuk menyesuaikan pola hidup atau melakukan adaptasi dan mitigasi terhadap dampak kekeringan. Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka pertanyaan penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah upaya adaptasi dan mitigasi petani di Desa Banjarasri terhadap bencana kekeringan? 2. Mengapa petani di Desa Banjarasri melakukan upaya adaptasi dan mitigasi terhadap bencana kekeringan? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah: 1. Mengidentifikasi dan menganalisis upaya adaptasi dan mitigasi yang dilakukan oleh petani Desa Banjarasri terhadap bencana kekeringan; 2. Menganalisis sistem adaptasi dan mitigasi petani di Desa Banjarasri terhadap bencana kekeringan melalui perspektif sosiologi. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini menyajikan identifikasi jenis kekeringan dan praktek masyarakat Desa Banjarasri dalam adaptasi dan mitigasi terhadap bencana

7 kekeringan. Dengan demikian, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat: 1. Secara akademis, memberikan wacana baru mengenai adaptasi dan mitigasi petani terhadap bencana kekeringan melalui perspektif sosiologis. 2. Secara praktis, informasi mengenai praktik adaptasi dan mitigasi petani di Desa Banjarasri terhadap bahaya kekeringan dapat menjadi rekomendasi dan pertimbangan pemerintah dalam membuat kebijakan terkait dengan kesiapsiagaan, adaptasi, dan mitigasi bencana kekeringan. 1.5 Keaslian Penelitian Keaslian penelitian diperlukan untuk membandingkan penelitian ini dengan penelitian sejenis yang pernah dilakukan. Perbandingan penelitian dapat dilihat dari nama, tahun, judul penelitian, pendekatan penelitian, tujuan penelitian, hasil penelitian maupun metode yang digunakan oleh peneliti dan peneliti sebelumnya terdapat di lampiran 2. Penelitian dengan tema adaptasi masyarakat terhadap kondisi lingkungan maupun kajian yang menggunakan teori fungsionalisme struktural Talcott Parsons telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya, penelitian ini menekankan pada upaya adaptasi dan mitigasi yang dilakukan oleh petani dengan menggunakan pendekatan studi kasus dan metode kualitatif serta dikaji melalui perspektif sosiologi. Penelitian sebelumnya belum membahas mitigasi dan menggunakan perspektif sosiologi dalam melihat permasalahan lingkungan. Maka, peneliti melihat penelitian kebencanaan menggunakan perspektif sosiologi sebagai kajian yang menarik.

8 Adapun persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitri Kurniawati (2012) adalah terletak pada tema adaptasi petani terhadap lingkungan. Perbedaannya terletak pada pendekatan dan metode. Penelitian selanjutnya yang memiliki persamaan dengan penelitian ini adalah milik Ida Dewa Ayu Istri Ngurah (2013), yakni terkait dengan tema yaitu adaptasi petani terhadap lingkungan. Pendekatan penelitian yang dilakukan oleh Ngurah (2013) adalah perpaduan pendekatan kuantitaif dan kualitatif sedangkan pada peneltian yang telah dilakukan menggunakan metode kualitatif. Penelitian sebelumnya yang juga memiliki kesamaan tema yaitu adaptasi terhadap lingkungan adalah milik Mayang Rahmi Novita Sari (2014) dan sama dalam pemilihan pendekatan penelitian yaitu studi kasus dengan metode kualitatif. Perspektif sosiologi dalam analisislah yang membedakan penelitian yang telah dilakukan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari (2014). Penelitian yang dilakukan oleh Kristiyanto (2008) memiliki persamaan dengan kajian yang akan dilakukan yakni tentang dampak variabilitas iklim terhadap pertanian. Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Christin Haryati (2009) dan Hayu Avang Darmawan (2014) dengan penelitian yang telah dilakan terletak pada perspektif sosiologi yang digunakan yakni fungsionalisme struktural Talcott Parsons yakni adaptation, goal attainment, integration, dan latent pattern maintenance-tension management. Gambar 1.3 menunjukkan kedudukan penelitian ini terhadap penelitian lainnya yang sudah dilakukan sebelumnya, untuk keterangan detail mengenai penelitian sejenis yang pernah dilakukan dapat dilihat pada lampiran.

9 Berbeda lokasi Berbeda pendekatan & metode Berbeda tema Berbeda sudut pandang analisis Fitri Kurniawati (2012) Pengetahuan dan Adaptasi Petani Sayuran terhadap Perubahan Iklim (Studi Kasus: Desa Cibodas, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung) Explanatory design-metode kombinasi Ida Dewa Ayu Istri Ngurah (2013) Kajian Pola Adaptasi Petani terhadap Kekeringan di Pulau Nusa Penida Kabupaten Klungkung Provinsi Bali Pendekatan Kuantitatif dan kualitatif Christin Haryati (2009) Hubungan fungsi AGIL (Adaptation, Goal- Attainment,Integration, dan Latency) dengan Kesejahteraan Keluarga Nelayan di Daerah Rawan Bencana Cross Sectional Hayu Avang Darmawan (2014) Sanggar Sastra Jawa Yogyakarta dalam Perspektif Sosiologi Talcott Parsons Metode Deskriptif Mayang Rahmi Novita Sari (2014) Strategi Adaptasi Penduduk di Wilayah Kekeringan Desa Seriwe Kecamatan Jerowaru Kabupaten Lombok Timur Studi Kasus- Induktif Kualitatif Kristiyanto (2008) Evaluasi Dampak El Nino terhadap Produktivitas Padi di Lahan Tadah Hujan Tahun 1998-2006 di Kabupaten Semarang Penelitian dengan tema adaptasi masyarakat terhadap kondisi lingkungan dan kajian yang menggunakan teori fungsionalisme struktural Talcott Parsons Penelitian saat ini S. Yunita Sofiana Dewi (2015) Analisis Sistem Adaptasi dan Mitigasi Petani di Daerah Rawan Kekeringan Menggunakan Perspektif Sosiologi (Studi Kasus Pada Masyarakat Desa Banjarasri Kulonprogo) Studi Kasus-Metode Kualitatif Gambar 1.3 Posisi penelitian saat ini terhadap penelitian sebelum