Pembangunan khususnya pembangunan di bidang pendidik. an di Indonesia dari waktu ke waktu terus dikembangkan se

dokumen-dokumen yang mirip
Dalam bab ini disajikan uraian tentang hal-hal yang. sis dan sumber data penelitian, metode dan teknik pengum

hasil penelitian. Bagian kesimpulan mengemukakan tentang pengelolaan pembelajaran pada tahap perencanaan, pelaksa

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 1991 TENTANG PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH. Presiden Republik Indonesia,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 1991 TENTANG PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PP 73/1991, PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 73 TAHUN 1991 (73/1991)

pada dasarnya merupakan jawaban terhadap pertanyaan-per

tadi, akan diberikan beberapa kesimpulan tentang faktorfaktor 1. Secara umum penyuluhan industri kecil bagi petani gula

Pasal 0 PELAKSANAAN WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR Instruksi Presiden (INPRES) Nomor 1 Tahun 1994 Tanggal 15 April 1994 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. mencetak peserta didik yang mempunyai intelektual yang tinggi, mempunyai. sesuai dengan norma agama dan norma masyarakat.

belajar yaitu dengan sistem belajar modul

Grafik 3.2 Angka Transisi (Angka Melanjutkan)

BABI PENDAHULUAN. Mutu merupakan permasalahan yang kompleks dan multidimensional,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pembangunan bangsa. Melihat kondisi masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

RI mengeluarkan Surat Keputusan No. 0124/U/1979 tentang Jenjang Program Pendidikan Tinggi dan Program Akta Mengajar da

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di bidang pendidikan merupakan bagian dari pembangunan

FAKULTAS PASCA SARJANA KPK I P B - UNWAS 1985

FAKULTAS PASCA SARJANA KPK I P B - UNWAS 1985

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 16 TAHUN TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Program Kejar Paket B setara SLTP mulai dirintis sejak tahun 1989,

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pendidikan nasional berfungsi mengembangkan. kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2018 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG PROGRAM PAKET C KEJURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

(2).Memperbanyak instrumen penelitian berbentuk skala pe

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

jurusan yaitu : (IAIN "Sunan Ampel", 1984/1985,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengelolaan program dalam layanan pendidikan bisa terselenggara

Aceh, Kabupaten Aceh Besar, dan Kabupaten Pidie telah. Kerja Guru tersebut telah dilaksanakan secara efek

BAB 1 PENDAHULUAN. dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah dan berkesinambungan.

BAB II KAJIAN TEORETIS. Program Paket C dinyatakan bahwa: Kegiatan tutorial mencakup 3 hal yaitu

bangan filsafat, pandangan hidup, dan situasi suatu bangsa. Oleh karena itu, sejak Proklamasi Kemerdekaan, Kurikulum

Pada bab terakhir ini diuraikan berkenaan dengan kesimpulan, dan. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil analisis dan pembahasannya,

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

lah dilaksanakan cukup baik. Akan tetapi sub aspek

BaB I PMDAHULUAN. Dalam bab pendahuluan ini diuraikan dasar-dasar

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1990 TENTANG PENDIDIKAN PRASEKOLAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Pendidikan Dasar Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Pasal 26 ayat (3), yang menjelaskan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pemerintah untuk menghadapi tantangan era globalisasi adalah dengan

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF PENDIDIKANJAWA TIMUR

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR TAHUN 2017 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 5 WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR SEMBILAN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. berkurang apalagi tuntas, hal ini dikarenakan perkembangan ilmu pengetahuan

pala BAKN No. 5/SE/1976, S.K MENPAN No. 59/1987 jo. 13A988

LEMBAR PERSETUJUAN JURNAL HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI PESERTA DIDIK PADA PAKET C KELAS TIGA DI SKB KOTA GORONTALO

PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 TAHUN DI KOTA PALANGKA RAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1990 TENTANG PENDIDIKAN PRASEKOLAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

dan pengambil kebijakan akan dapat menentukan langkah

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN, PELATIHAN, DAN PENYULUHAN PERIKANAN

GUBERNUR JAWA BARAT, PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 16 TAHUN 2017 TENTANG

PERTEMUAN 3 KEBIJAKAN PEMERINTAH DI BIDANG PENILAIAN

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA. NOMOR 129a/U/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN

WALIKOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN

diartikan bahwa perguruan tinggi swasta

BAB I PENDAHULUAN. sehingga investasi dalam pendidikan bukan hanya memberikan dampak bagi

yang masuk ke Indonesia tanpa melalui perguruan tinggi

Mereka sama-sama memandang bahwa semakin tinggi latar belakang

USULAN PROGRAM PENERAPAN IPTEKS PENYULUHAN KADER PEMBINA OLAHRAGA MASYARAKAT DI WILAYAH MAJALAYA KABUPATEN BANDUNG. Oleh:

Populasi dalam penelitian ini adalah hasil belajar. demokrasi, persepsi siswa tentang sikap orang tua dalam

BAB I PENDAHULUAN. kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang memiliki budi pekerti luhur,

PEMERINTAH KABUPATEN BULUKUMBA

BAB I PENDAHULUAN. syarat mutlak yang harus dipenuhi dalam menyelenggarakan pembangunan di

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 1990 TENTANG PENDIDIKAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PP 27/1994, PENGELOLAAN PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 1990 TENTANG PENDIDIKAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 735 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 25 TAHUN 2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 58 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nonformal merupakan jalur pendidikan di luar pendidikan

WALIKOTA TASIKMALAYA

praktek Kurikulum Elektronika Komunikasi STM Nege

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia. Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1989 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

3. Pada diri anak didik belum tertanam nilai-nilai

UU 15/1997, KETRANSMIGRASIAN. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 15 TAHUN 1997 (15/1997) Tanggal: 9 MEI 1997 (JAKARTA)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1989 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL

2015 IMPLEMENTASI SISTEM D UAL MOD E UNIVERSITAS TERBUKA

PERAN PENTING SAKA WIDYA BUDAYA BAKTI DALAM PENGEMBANGAN PROGRAM PAUD DAN PNFI

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan khususnya pembangunan di bidang pendidik an di Indonesia dari waktu ke waktu terus dikembangkan se cara terpadu dan serasi dengan pembangunan bidang lainnya baik bidang ekonomi, politik, sosial budaya, dan Hankam. Garis-Garis Besar Haluan Negara 1993 menjelaskan bahwa: Pendidikan nasional dikembangkan secara terpadu dan serasi baik antar berbagai jalur, jenis dan jenjang pendidikan maupun antar sektor pendidikan dan sektor pembangunan lainnya serta antar daerah. Masyarakat sebagai mitra pemerintah berkesempatan seluas-luasnya untuk berperan serta dalam penyelenggaraan pendidikan nasional. Dalam penyelenggaraan pendidikan tersebut, masalah yang dihadapi saat ini antara lain bagaimana menyelenggarakan pendidikan bagi semua orang, meningkatkan pendidikan penduduk setara sekolah lanjutan tingkat pertama dan mengarahkan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan pembangun an. Untuk itu penyelenggaraan pendidikan di Indonesia sebagaimana dijelaskan dalam Undang-Undang Republik Indone sia Nomor 2 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 10 yaitu dilaksanakan melalui dua jalur yaitu jalur pendidik an sekolah dan jalur pendidikan luar sekolah. Jalur pen didikan sekolah merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah melalui kegiatan belajar mengajar secara ber-

jenjang dan bersinambungan. Sedangkan jalur pendidikan luar sekolah merupakan pendidikan yang diselenggarakan di luar sekolah melalui kegiatan belajar mengajar yang tidak harus berjenjang dan bersinambungan. Adapun satuan-satuan pendidikan yang dimiliki pendi dikan luar sekolah yaitu kursus, kelompok belajar (yang untuk selanjutnya disebut Kejar), kelompok bermain, penitipan anak, padepokan pencak silat, panti/balai latihan, dan bengkel/teater. Penyelenggara pendidikan luar sekolah ini dapat terdiri atas pemerintah, badan, kelompok atau perorangan yang bertanggung jawab atas pelaksanaan jenis pendidikan luar sekolah yang diselenggarakannya. Dengan demikian tanggung jawab pendidikan, khususnya pendidikan luar sekolah, berada pada pihak masyarakat dan pemerintah. Pendidikan luar sekolah sebagai subsistem pendidikan nasional memiliki tiga tujuan sebagaimana dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 73 tahun 1991 yaitu: (1) melayani warga belajar supaya dapat tumbuh dan berkembang sedini mungkin dan sepanjang hayatnya guna meningkatkan martabat dan mutu kehidupannya; (2) membina warga belajar agar memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap mental yang diperlukan untuk mengembangkan diri bekerja mencari nafkah atau melan jutkan ke tingkat dan/atau jenjang pendidikan yang lebih tinggi; dan (3) memenuhi kebutuhan belajar yang tidak dapat dipenuhi dalam jalur pendidikan sekolah. Dari tujuan di atas, tampak upaya pendidikan luar sesekolah untuk membelajarkan semua orang dalam setiap lapisan masyarakat. Di samping itu juga dimaksudkan untuk

memenuhi kebutuhan akan peningkatan belajar sebagaimana yang dilakukan pendidikan sekolah, seperti Program Kejar Paket A setingkat sekolah dasar, dan Program Kejar Paket B setingkat SLTP. Upaya dan tekad pemerintah untuk meningkatkan pendi dikan bagi penduduknya, yaitu dengan dicanangkannya Pro gram Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun oleh Presiden Soeharto pada tanggal 2 Mei 1994. Rintisan pelaksanaan program wajib belajar sembilan tahun telah dimulai tahun 1989 melalui perluasan kesempatan mengikuti pendi dikan sampai sekolah lanjutan tingkat pertama dalam jalur pendidikan sekolah dan pembukaan Program Kejar Paket B da lam jalur pendidikan luar sekolah. Sehubungan dengan wajib belajar pendidikan dasar sem bilan tahun Sutaryat (1993:23) mengemukakan: dilihat dari target populasinya saja yang perlu mendapat perhatian khusus akan meliputi; "'... anak yang melanjutkan ke SLTP pada tahun 1988/1989 adalah 68% sehingga yang tidak melanjutkan ke SLTP adalah 32%. Tetapi jika dilihat persentase keselu ruhan anak usia SLTP yang tertampung adalah 53,59% dan yang tidak tercatat sebagai siswa SLTP cukup besar yaitu 46,41%." Untuk mengatasi masalah anak yang tidak tertam pung atau memperoleh kesempatan memasuki SLTP dalam jalur pendidikan sekolah, maka pemerintah telah membuka Program Kejar Paket B melalui program belajar pendidikan luar se kolah yang setara dengan SLTP. Program ini dimaksudkan

untuk menunjang/mendukung pelaksanaan perintisan wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun. Atau dengan perkataan lain program Kejar Paket B pada dasarnya merupa kan bagian tak terpisahkan dari Pendidikan Dasar 9 Tahun melalui jalur pendidikan luar sekolah. Dengan demikian sasaran utama dari program ini adalah lulusan Sekolah Dasar atau sederajat, lulusan Program Kejar Paket A dan anak putus Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. Program Kejar khususnya Kejar Paket B sebagai salah satu bentuk satuan pendidikan luar sekolah dikelola/ diselenggarakan oleh pemerintah dan masyarakat, seperti kursus Diklusemas, Sanggar Kegiatan Belajar (SKB), Lembaga Swadaya Masyarakat dan organisasi kemasyarakatan lainnya. Penyelenggaraan Program Kejar Paket B ini ditujukan bagi sekumpulan warga belajar untuk memperoleh pendidikan (pengetahuan, keterampilan dan sikap) setara pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. Program Kejar Paket B dalam proses pembelajarannya nenggunakan kurikulum setara Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, yang berarti jumlah mata pelajaran yang dipelajari warga belajar sama dengan jumlah mata pelajaran yang ada dalam kurikulum Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama tahun 1994. Kurikulum ini terdiri atas Pendidikan Dasar Umum yang meliputi mata pelajaran dengan modul dan juklak, dan Pendidikan Keterampilan (Pendidikan Mata Pencaharian).

Proses pembelajaran baik yang penyampaian bahannya dalam bentuk modul maupun juklak/tidak bermodul perlu dikelola secara baik, sehingga dapat berlangsung sebagaimana yang diharapkan. Untuk menjamin keberlangsungan proses pembelajaran tersebut menurut Sutaryat (1993:30) perlu dipersiapkan petunjuk penyusunan jadwal pertemuan secara teratur antara tutor dengan warga belajar, baik dalam pola belajar kelompok maupun belajar mandiri. Frekuensi perte muan menurut waktu yang sesuai, baik alokasinya yang cukup untuk mempelajari bahan belajar maupun kesesuaian waktu yang tersedia pada warga belajar. Dalam proses pembelajaran Program Kejar Paket B ti dak dapat terlepas dari peran tenaga pendidik atau tutor, walaupun proses pembelajarannya ditekankan pada belajar sendiri. Peran tutor sangat penting dalam menunjang pro ses pembelajaran Kejar Paket B. Oleh karena itu seorang tutor dituntut memiliki kemampuan atau kompetensi profesional yang memadai sehingga mampu mengelola proses pembe lajaran dengan baik. Kemampuan mengelola pembelajaran ini antara lain dapat dicerminkan melalui penyusunan program pembelajaran, pelaksanaan program dan evaluasi terhadap hasil pembelajaran. Di samping faktor tutor, warga belajar itu sendiri juga sangat mewarnai keberhasilan proses belajar membelajarkan, baik itu partisipasinya dalam proses belajar membelajarkan, interaksi dengan tutornya, maupun reaksi yang

muncul dari dirinya. B. Rumusan Masalah Dalam mempelajari mata pelajaran, baik yang menggunakan modul maupun juklak pada Program Kejar Paket B, dapat dilakukan dengan cara: 1) belajar sendiri (mandiri) dengan bantuan sedikit dari tenaga kerja terdidik yang ada di sekitar warga bela jar; 2) saling belajar sesama warga belajar; dan 3) belajar berkelompok dengan bantuan tutor dan fasilitator. Ketiga cara penyelenggaraan pembelajaran tersebut di atas, akan dapat berlangsung dengan lancar bila ditunjang dengan pengelolaan pembelajaran yang baik dari seorang tutor/ fasilitator. Tutor sebagai pengelola pembelajaran secara garis besar memiliki tiga tugas pokok yang berkaitan dengan tahap-tahap pembelajaran yaitu: (1) perencanaan pembelajar an yang meliputi mendiagnosis kebutuhan belajar, menyusun tujuan; (2) pelaksanaan kegiatan belajar yang meliputi penggunaan metode, teknik, media, dan bahan pembelajaran; dan (3) tahap penilaian hasil dan proses pembelajaran. Atas dasar uraian tersebut di atas masalah umum yang perlu dikaji adalah sebagai berikut: "Bagaimana pengelo laan pembelajaran Program Kejar Paket B pada dua kelompok

belajar di Kotamadia Yogyakarta ditinjau dari perspektif pendidikan luar sekolah?" C. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang pemikiran di atas, maka dirumuskan pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Pengelolaan pembelajaran yang bagaimanakah yang dilaku kan tutor dalam kegiatan pembelajaran Program Kejar Pa ket B baik dalam tahap perencanaan, pelaksanaan dan pe nilaian pembelajaran? 2. Bagaimanakah interaksi antara tutor dengan warga bel ajar dalam proses pembelajaran Program Kejar Paket B? 3. Upaya-upaya apakah yang dilakukan tutor dalam membantu memecahkan kesulitan belajar yang dihadapi warga bel ajar dalam proses pembelajaran Program Kejar Paket B? 4. Adakah perbedaan pengelolaan pembelajaran antara matapelajaran-mata pelajaran yang menggunakan modul dengan yang menggunakan juklak/tidak bermodul baik dalam tahap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran? 5. Adakah perbedaan pengelolaan pembelajaran antara kelom pok belajar yang memiliki kualifikasi baik dan kurang baik, pada tahap perencanaan, pelaksanaan, dan penilai an pembelajarannya? 6. Faktor-faktor apakah yang mendukung dan menghambat efektivitas pengelolaan pembelajaran Kejar Paket B?

8 D. Definisi Operasional Berdasarkan rumusan permasalahan yang telah diuraikan terdahulu, maka perlu dijelaskan secara operasional beberapa peristilahan yang digunakan dalam penelitian ini agar tidak menimbulkan pengertian yang salah. Peristilahan yang dimaksud adalah sebagai berikut: 1. Pengelolaan pembelajaran Dalam penelitian ini, pengelolaan pembelajaran dibatasi pada kegiatan-kegiatan yang dilakukan tutor yang meli puti kegiatan; mendiagnosis kebutuhan belajar, merumuskan tujuan, memilih dan menetapkan bahan, memilih dan menggunakan metode, alat peraga/media, dan menilai ha sil dan proses pembelajaran. 2. Interaksi Dalam penelitian ini, interaksi dibatasi pada proses komunikasi antara tutor dengan warga belajar dalam me lakukan kegiatan belajar membelajarkan guna mencapai tujuan belajar. Ditinjau dari segi kedudukan pihak yang berinteraksi maka interaksi tersebut dapat dibedakan menjadi dua, yaitu; a) interaksi yang sejajar, di mana orang pertama setingkat dengan kedudukan orang yang kedua, dan b) interaksi yang tidak sejajar, di mana kedudukan salah satu pihak lebih berkuasa dari pada pihak lain. Dalam penelitian ini dibatasi pada interak si yang tidak sejajar.

3. Tutor dan warga belajar Tutor adalah orang yang ditunjuk sebagai tenaga pembelajar/membantu proses belajar Program Kejar Paket B pa da dua kelompok belajar di Kotamadia Yogyakarta. Warga belajar adalah peserta didik yang sedang mengikuti Program Kejar Paket B pada dua kelompok belajar di Kotamadia Yogyakarta. 4. Modul Modul adalah suatu bahan belajar yang terdiri dari beberapa topik bahasan yang dicetak menjadi suatu buku. Modul ini merupakan bahan belajar utama/pokok yang per lu dipelajari warga belajar dalam mengikuti Program Ke jar Paket B. 5. Juklak Juklak (petunjuk pelaksanaan) yaitu petunjuk khusus bagi warga belajar dalam melakukan kegiatan belajar membelajarkan. 6. Program Kejar Paket B Program Kejar Paket B adalah suatu program belajar yang disetarakan dengan pendidikan SLTP dan dilakukan seba gai rintisan wajib belajar sembilan tahun dalam jalur pendidikan luar sekolah. 7. Memecahkan kesulitan belajar Memecahkan kesulitan belajar yang dimaksud dalam pene litian ini yaitu mengatasi kesulitan-kesulitan belajar yang dihadapi warga belajar dalam mempelajari suatu ma-

10 ta pelajaran tertentu. Kesulitan-kesulitan tersebut me rupakan kesulitan yang sifatnya akademis. 8. Kelompok belajar kualifikasi baik dan kurang baik Suatu kelompok belajar dikatakan baik antara lain jika dilihat dari proses pembelajaran/kegiatan belajar membelajarkan yang dilakukannya tidak sering kosong, cu rahan waktu belajar yang digunakan lebih optimal. Dari segi tutor; yaitu telah memiliki pengalaman menjadi tenaga pendidik, telah mengikuti penataran menjadi tutor Paket B, aktif datang melakukan proses pembela jaran, memiliki kesediaan yang tulus untuk membantu warga belajar. Dari segi tempat belajar; memiliki tempat yang menetap untuk melakukan kegiatan belajar membelajarkan, berada pada lokasi kecamatan intensif dalam bidang Dikmas. Dari segi pengelola; memiliki perhatian yang lebih terhadap jalannya kegiatan belajar membelajarkan. Sedangkan kelompok belajar yang kurang baik ya itu kebalikan dari hal-hal yang telah diutarakan di atas. 9. Efektivitas pengelolaan pembelajaran Efektivitas pengelolaan pembelajaran yaitu kemampuan tutor dalam melakukuan diagnosis kebutuhan belajar, perumusan tujuan, pemilihan dan penetapan bahan, pemilihan dan penggunaan metode, alat peraga/media, dan peni laian hasil dan proses pembelajaran sehingga dapat mencapai hasil yang telah ditetapkan.

11 E. Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai pengelolaan pembelajaran yang dilakukan tutor Program Kejar Paket B pada dua kelom pok belajar di Kotamadia Yogyakarta, guna penyelenggaraan proses pembelajaran yang efektif. Secara khusus penelitian ini bertujuan: 1. Mendeskripsikan dan menganalisis tentang pengelolaan pembelajaran yang dilakukan tutor pada Program Kejar Paket B, baik dalam tahap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran. 2. Menganalisis bentuk interaksi yang dilakukan tutor dengan warga belajar pada proses pembelajaran Program Kejar Paket B. 3. Menemukan bentuk upaya yang dilakukan tutor dalam mem bantu memecahkan kesulitan belajar yang dihadapi warga belajar dalam proses pembelajaran Program Kejar Pa ket B. 4. Menganalisis perbedaan pengelolaan pembelajaran yang dilakukan tutor antara mata pelajaran-mata pelajaran yang menggunakan modul dengan yang menggunakan juklak/ tidak bermodul. 5. Menganalisis perbedaan pengelolaan pembelajaran yang dilakukan tutor antara kelompok belajar yang memiliki kualifikasi baik dan kurang baik.

6. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mendukung dan meng hambat efektivitas pengelolaan pembelajaran Program Ke jar Paket B. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Dari segi teoritis Penelitian ini berusaha mengkaji secara mendalam kegiatan pengelolaan pembelajaran Program Kejar Pa ket B. Oleh karena itu temuan dari penelitian ini se cara teoritis dapat dijadikan masukan dan kajian lebih Ianjut bagi pengembangan proses pembelajaran dalam rangka penyelenggaraan Program Kejar Paket B di Indone sia. 2. Dari segi praktis Manfaat praktis dari penelitian ini antara lain: a. Dapat dijadikan masukan bagi Pemerintah Kotamadia Daerah Istimewa Yogyakarta khususnya Seksi Dikmas untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna penye lenggaraan pembelajaran Program Kejar Paket B. b. Dapat dijadikan sebagai acuan/referensi bagi para tutor, fasilitator atau pengelola pembelajaran dalam melakukan tugas-tugasnya.

& S"SxW: &. : :.