FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ASUPAN SERAT PENDERITA DM DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD Dr. Hi. ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2014

dokumen-dokumen yang mirip
ASUPAN ZAT-ZAT GIZI DAN KADAR GULA DARAH PENDERITA DM-TIPE2 DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUD Dr. H. ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. makan, faktor lingkungan kerja, olah raga dan stress. Faktor-faktor tersebut

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 1, April 2013 ISSN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adanya kenaikan gula darah (hiperglikemia) kronik. Masalah DM, baik aspek

Nunung Sri Mulyani Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Aceh

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang

I. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

PENGETAHUAN DIABETES MELITUS DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DM TIPE 2

I. PENDAHULUAN. yang dewasa ini prevalensinya semakin meningkat. Diperkirakan jumlah

PENGETAHUAN, PENDIDIKAN DAN STATUS EKONOMI BERHUBUNGAN DENGAN KETAATAN KONTROL GULA DARAH PADA PENDERITA DM DI RSUP DR SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN

AKADEMI FARMASI ISFI BANJARMASIN (Jl. Flamboyan 3 No.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

*Fakultas Kesehatan Masyarakat

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan

Nidya A. Rinto; Sunarto; Ika Fidianingsih. Abstrak. Pendahuluan

KEPATUHAN PERAWATAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2

BAB I PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2010). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan umat manusia pada abad ke 21. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lama diketahui bahwa terdapat tiga faktor yang dapat mempengaruhi

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. yang mampu diteliti dan diatasi (Suyono, 2005). Namun tidak demikian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit degeneratif yang

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun oleh ENY SULISTYOWATI J

DAFTAR ISI. Sampul Dalam... i. Lembar Persetujuan... ii. Penetapan Panitia Penguji... iii. Kata Pengantar... iv. Pernyataan Keaslian Penelitian...

BAB 1 PENDAHULUAN. situasi lingkungannya, misalnya perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya

ASUPAN ENERGI, ASAM LEMAK TAK JENUH GANDA, KOLESTEROL DAN IMT DENGAN KADAR KOLESTEROL DARAH PADA PASIEN JANTUNG KORONER RAWAT JALAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Diabetes Melitus atau kencing manis, seringkali dinamakan

HUBUNGAN KARAKTERISKTIK PASIEN DENGAN TINGKAT KEPATUHAN DALAM MENJALANI TERAPI DIABETES MELITUS DI PUSKESMAS TEMBUKU 1 KABUPATEN BANGLI BALI 2015

HUBUNGAN PERILAKU PASIEN DALAM PERAWATAN DIABETES MELITUS DENGAN ULKUS DIABETIKUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RUANG RINDU A1 DAN A2 RSUP H

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan pengetahuan keluarga yang baik dapat menurunkan angka prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. menduduki rangking ke 4 jumlah penyandang Diabetes Melitus terbanyak

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut American Diabetes Association / ADA (2011) DM adalah suatu

METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan rancangan

ANALISIS MUTU PELAYANAN KESEHATAN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT DAERAH MADANI PROVINSI SULAWESI TENGAH. Aminuddin 1) Sugeng Adiono 2)

INTISARI GAMBARAN KUALITAS HIDUP DAN KADAR GULA DARAH PASIEN DIABETES MELITUS RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

BAB 1 : PENDAHULUAN. karena diabetes mencapai orang per tahun. (1) diabetes mellitus. Sehingga membuat orang yang terkena diabetes mellitus

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH SEWAKTU PASIEN DM TIPE 2

Kedokteran Universitas Lampung

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian observasional.dan menggunakan

PENGARUH PEMBERIAN DIIT DM TINGGI SERAT TERHADAP PENURUNAN KADAR GULA DARAH PASIEN DM TIPE-2 DI RSUD SALEWANGANG KAB. MAROS

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004).

Hubungan Asupan Lemak dan Asupan Kolesterol dengan Kadar Kolesterol Total pada Penderita Jantung Koroner Rawat Jalan di RSUD Tugurejo Semarang

THE RELATIONSHIP OF FOOD CONSUMPTION TOWARDS STAY LENGTH AND PATIENT NUTRITIONAL STATUS BY RICE DIET IN PKU MIHAMMADIYAH HOSPITAL OF YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. World Health. Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi Manado

HUBUNGAN POLA MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk Indonesia (Krisnantuni, 2008). Diabetes melitus merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun terus meningkat, data terakhir dari World Health Organization (WHO)

BAB 1 PENDAHULUAN. kelemahan dan kematian sel-sel jantung (Yahya, 2010). Fenomena yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dari jumlah penderita diabetes melitus yang selanjutnya disingkat

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT DI POLIKLINIK GIGI RSUD KABUPATEN BADUNG

Jurnal Kesehatan Kartika 7

KARYA TULIS ILMIAH PENGETAHUAN PASIEN DIABETES MELITUS TENTANG MONITORING GULA DARAH. Di Poli Penyakit Dalam RSUD Dr Hardjono. S.

SAMSUL BAHRI. :Tingkat Pengetahuan, Diabetes Millitus, Kepatuhan Diet rendah glukosa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Diabetes Mellitus (DM) atau kencing manis merupakan salah satu

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS PADA LANSIA DI RSUD ARIFIN ACHMAD PROVINSI RIAU TAHUN 2016.

GAMBARAN KADAR GLUKOSA DARAH SEWAKTU PADA PETUGAS AVIATION SECURITY BANDARA JUWATA TARAKAN DENGAN INDEKS MASSA TUBUH kg/m 2

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tubuh dan menyebabkan kebutaan, gagal ginjal, kerusakan saraf, jantung, kaki

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Periode I Periode II Periode III

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal (Depkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner di RSI SITI Khadijah Palembang

PENGARUH PENDAMPINGAN TERHADAP KEPATUHAN DIET PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI WILAYAH PUSKESMAS BANYUANYAR SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. demografi, epidemologi dan meningkatnya penyakit degeneratif serta penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN DIIT DIABETES MELLITUS

ABSTRACT ABSTRAK RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS

BAB I PENDAHULUAN. mellitus dan hanya 5% dari jumlah tersebut menderita diabetes mellitus tipe 1

DIABETES MELITUS (TIPE 2) PADA USIA PRODUKTIF DAN FAKTOR-FAKTOR RESIKO YANG MEMPENGARUHINYA (STUDI KASUS DI RSUD Dr. SOEROTO KABUPATEN NGAWI)

DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PENGESAHAN... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii KATA PENGANTAR... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS

Truly Dian Anggraini, Ervin Awanda I Akademi Farmasi Nasional Surakarta Abstrak

JURNAL ILMIAH MANUNTUNG, 2(1), 8-14, 2016 ISSN CETAK X ISSN ELEKTRONIK

BAB I PENDAHULUAN. hidup yaitu penyakit Diabetes Melitus. Diabetes Melitus (DM) merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

HUBUNGAN DIET SERAT TINGGI DENGAN KADAR HBA1C PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSUD DR.H. ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG

Tingkat Self care Pasien Rawat Jalan Diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Kalirungkut Surabaya. Yessy Mardianti Sulistria

Jurnal Keperawatan, Volume VIII, No. 2, Oktober 2012 ISSN HUBUNGAN STRES DENGAN KENAIKAN TEKANAN DARAH PASIEN RAWAT JALAN

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA DOKTER KELUARGA

Tedy Candra Lesmana. Susi Damayanti

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. semakin meningkat dari tahun ke tahun. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. DM merupakan penyakit degeneratif

Transkripsi:

ISSN CETAK. 2443-115X ISSN ELEKTRONIK. 2477-1821 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ASUPAN SERAT PENDERITA DM DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD Dr. Hi. ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2014 Usdeka Muliani Poltekkes Kemenkes Tanjung Karang, Prodi Gizi Email : inideka@yahoo.co.id Submitted : 13 Nov 2015 Edited : 15 Des 2015 Accepted : 21 Des 2015 ABSTRACT Indonesia is now facing degenerative diseases such as diabetes. From previous studies found fiber intake patients with DM is still much less than that recommended, while the fiber is very useful to control blood sugar levels in diabetic patient. The purpose of this study was to determine the factors associated with fiber intake in patients with diabetes mellitus disease in internist clinic Dr H. Abdul Moeloek Hospital Lampung 2014? The experiment was used analytic research by cross sectional approach, a sample of 48 respondents. Data were analyzed by univariate and bivariate. The study concluded the most respondents: (1) age 46-65 years 66.7%; (2) 70.8% of the female sex; (3) sufficient knowledge of fiber 56.2% (4) never received nutritional counseling; (7) 85.4% less fiber intake. From the results of the bivariate analysis found no relationship between gender, knowledge, attitudes, education, and nutrition counseling with fiber intake respondents. Relative levels for respondents with knowledge and attitude toward less fiber, and fiber intake respondents are less good then advice the authors need to increase cooperation between the clinic personnel in order to refer all patients with DM to nutrition clinic in order to obtain nutritional counseling. Other suggestions in order to do further research to find out why fiber intake of diabetic patients are still lacking, and the study of other factors such as psychological, social culture, physical state, and the state of nutrition associated with fiber intake in diabetic patient. Keywords : Fiber in diabetic patient PENDAHULUAN Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu ancaman utama bagi kesehatan umat manusia abad 21. Perserikatan Bangsa-Bangsa (WHO) membuat perkiraan bahwa pada tahun 2000 jumlah pengidap DM diatas umur 20 tahun berjumlah 150 juta orang dan dalam kurun waktu 25 tahun kemudian. Pada tahun 2025, jumlah itu akan membengkak menjadi 300 juta orang (1). Indonesia menempati urutan ke-6 di dunia sebagai negara dengan jumlah penderita diabetes melitus terbanyak setelah India, China, Uni Soviet, Jepang dan Brazil. Angka prevalensi penderita DM tanah air berdasarkan data Depkes tahun 2007 sebesar 5,8% dari jumlah penduduk Indonesia atau sekitar 12 juta jiwa. Angka pre-diabetes mencapai 2 kali lipat atau 11% dari total penduduk Indonesia. Prevalensi penderita diabetes melitus di provinsi Lampung sebanyak 4% (2). Penyakit diabetes melitus apabila dibiarkan tak terkendali akan dapat menimbulkan berbagai kerusakan atau komplikasi seperti kerusakan saraf, mata, ginjal, jantung dan pembuluh darah. Diabetes dapat dikontrol dalam waktu yang lebih lama. Salah satu cara untuk mengendalikan diabetes melitus adalah dengan diet atau asupan makannya yang berhubungan dengan salah satu gejala diabetes melitus yaitu banyak makan. Keberhasilan dalam mematuhi anjuran diet tergantung dari kedisiplinan penderita (3). Diet serat tinggi yaitu > 25 gram perhari mampu memperbaiki pengontrolan kadar gula darah, menurunkan peningkatan insulin yang berlebihan di dalam darah serta menurunkan kadar 107 AKADEMI FARMASI SAMARINDA

lemak darah. American Diabetes Association merekomendasikan asupan serat bagi penderita DM adalah 20-35 gram per hari. Sedangkan di Indonesia anjurannya sekitar 25 g/hari. Penelitian yang dilakukan terhadap pasien diabetes melitus tipe 2 yang berobat ke Poli Penyakit Dalam RSU Surabaya pada Oktober 2006 sampai Maret 2007 diketahui bahwa dari 43 responden sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan yang berusia diatas 40 tahun, tidak mengalami obesitas, kadar kolesterol cenderung tinggi, kadar trigliseridanya masih normal, dan konsumsi seratnya masih kurang (4). Asupan makan seseorang salah satunya dipengaruhi oleh pengetahuan (5). Pengetahuan yang baik akan memicu perubahan perilaku sebagai hasil jangka menengah (intermediate impact) dari pendidikan kesehatan. Selanjutnya perilaku kesehatan akan berpengaruh kepada meningkatnya indikator kesehatan masyarakat sebagai keluaran (outcome) pendidikan kesehatan, dalam hal ini adalah meningkatkan indikator kesehatan penderita diabetes melitus (6). Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Marlina pada Juli 2010 diperoleh asupan serat kurang baik sebesar 97,1% pada penderta DM di ruang rawat inap RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung (7). Dari penelitian Muliani November 2012 pada penderita DM tipe-2 rawat jalan yang pernah mendapat konseling gizi di RSUD Dr.H.Abdul Moeloek diperoleh asupan serat kurang baik sebesar 68,4% (8). Berdasarkan data rekam medik RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung tahun 2013 diketahui bahwa jumlah pasien diabetes melitus yang berobat jalan menempati urutan ke-tiga dari 10 penyakit terbanyak. Jumlah pasien diabetes melitus yang berobat jalan di poliklinik penyakit dalam terdapat 6969 kunjungan atau 581orang perbulan. Berdasarkan latar belakang diatas serta mengingat pentingnya asupan serat untuk penderita DM, penulis ingin mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan asupan serat penderita DM di poliklinik penyakit dalam RSUD Dr.H. Abdul Moeloek provinsi Lampung. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode yang bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan asupan serat penderita DM di poliklinik penyakit dalam RSUD Dr. Hi. Abdoel Moeloek (RSUDAM) Provinsi Lampung yang dilaksanakan pada Oktober dan November 2014. Populasi dari penelitian ini adalah semua pasien DM-tipe2 yang berobat di poli penyakit dalam RSUDAM dengan tehnik pengambilan sampel menggunakan teknik Accidental Sampling. Total sampel dalam penelitian ini sebanyak 48 responden. Pada pengumpulan data, data primer diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner dan lembar recall. Data primer terdiri dari identitas sampel, pengetahuan manfaat serat untuk penderita DM, sikap pasien, pendidikan, dan konseling gizi, serta asupan serat diperoleh dari kuesioner serta Lembar Formulir Food Recall untuk melihat asupan pasien. Data Sekunder adalah data seperti profil rumah sakit dan jumlah pasien diabetes melitus yang berkunjung ke poliklinik penyakit dalam dari hasil rekam medik dan data rumah sakit di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Lampung. HASIL Analisis Univariat Dari hasil analisis univariat diketahui bahwa responden terbanyak berjenis kelamin perempuan yaitu 34 orang (70,8%), pengetahuan dengan kategori cukup baik berjumlah 30 orang (62,5%), sikap responden dengan kategori kurang berjumlah 29 orang (60,4%). Pendidikan terakhir responden yang paling banyak adalah pendidikan tinggi berjumlah 34 orang (70,8%), konsultasi gizi responden terbanyak dengan kategori tidak pernah berjumlah 25 orang (52,1%), dan asupan serat responden terbanyak dengan kategori kurang berjumlah 41 orang (85,4%). AKADEMI FARMASI SAMARINDA 108

Analisis Bivariat Jenis kelamin dengan asupan serat responden Tabel 1. Distribusi Jenis Kelamin dengan Asupan Serat Responden Jenis kurang Baik Total Kelamin Laki-laki 11 78,6 3 21,4 14 100 Perempuan 30 88,2 4 11,8 34 100 Jumlah 41 14,6 7 14,6 48 100 Berdasarkan tabel 1 diatas diketahui bahwa dari responden dengan kategori jenis kelamin lakilaki yang berjumlah 14 orang didapat 11 orang (78,6%) responden dengan asupan serat kurang dan 3 orang (21,4%) responden dengan asupan serat baik. Sedangkan dari 34 orang responden dengan jenis kelamin perempuan didapat 30 orang (88,2%) responden dengan asupan serat kurang dan 4 orang (11,8%) responden dengan asupan serat baik. statistik diperoleh p-value sebesar 0,406 yang hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan asupan serat responden. Pengetahuan dengan asupan serat responden Tabel 2. Distribusi Pengetahuan dengan Asupan Serat Responden Pengetahuan kurang baik Total Kurang 16 88,9 2 11,1 18 100 Cukup baik 25 83,3 5 16,7 30 100 Jumlah 41 85,4 7 14,6 48 100 Berdasarkan tabel 2 diatas diketahui bahwa dari responden dengan kategori pengetahuan kurang yang berjumlah 18 orang didapat 16 orang (88,9%) responden dengan asupan serat kurang dan 2 orang (11,1%) responden dengan asupan serat baik. Sedangkan dari 30 orang responden dengan pengetahuan cukup didapat 25 orang (83,3%) responden dengan asupan serat kurang dan 5 orang (16,7%) responden dengan asupan serat baik. statistik diperoleh p-value sebesar 0,696 yang hubungan yang bermakna antara pengetahuan Sikap dengan asupan serat responden Tabel 3. Distribusi Sikap dengan Asupan Serat Sikap kurang Baik Total Kurang 26 89,7 3 10,3 29 100 Baik 15 78,9 4 21,1 19 100 Jumlah 41 85,4 7 7,0 48 100 Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa dari responden dengan kategori sikap kurang yang berjumlah 29 orang didapat 26 orang (89,7%) responden dengan asupan serat kurang dan 3 orang (10,3%) responden dengan asupan serat baik. Sedangkan dari 19 orang responden dengan sikap baik didapat 15 orang (78,9%) responden dengan asupan serat kurang dan 4 orang (21,1%) responden dengan asupan serat baik. statistik diperoleh p-value sebesar 0,412 yang hubungan yang bermakna antara sikap dengan asupan serat responden di Poli Penyakit Dalam RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Tahun 2014. Pendidikan dengan asupan serat responden Tabel 4. Distribusi Pendidikan dengan Asupan Serat Responden Pendidikan kurang baik Total Rendah 13 92,9 1 7,1 14 100 Tinggi 28 82,4 6 17,6 34 100 Jumlah 41 85,4 7 14,6 48 100 Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa responden dengan pendidikan rendah berjumlah 14 orang didapat 13 orang (92,9%) dengan asupan serat kurang dan 1 orang (7,1%) responden dengan asupan serat baik. Sedangkan dari 34 orang responden berpendidikan tinggi didapat 28 orang 109 AKADEMI FARMASI SAMARINDA

(85,4%) responden dengan asupan serat kurang dan 6 orang (17,6%) dengan asupan serat baik. statistik diperoleh p-value sebesar 0,656 yang hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan asupan serat responden di Poli Penyakit Dalam RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Tahun 2014. Konsultasi gizi dengan asupan serat Tabel 5. Distribusi Konsultasi Gizi dengan Asupan Serat Responden Konsultasi gizi kurang baik Total Tidak pernah 23 92,0 2 8,0 25 100 Pernah 18 78,3 5 21,7 23 100 Jumlah 41 85,4 7 14,6 48 100 Dari tabel 5 diketahui bahwa responden dengan kategori tidak pernah konsultasi gizi berjumlah 25 orang didapat 23 orang (92,0%) asupan serat kurang dan 2 orang (8,0%) responden asupan serat baik. Sedangkan dari 23 orang responden dengan pernah konsultasi gizi didapat 18 orang (78,3%) responden dengan asupan serat kurang dan 5 orang (21,7%) responden dengan asupan serat baik. statistik diperoleh p-value sebesar 0,237 yang hubungan yang bermakna antara konsultasi gizi PEMBAHASAN Analisis Univariat Dari penelitian ini terbanyak berjenis kelamin perempuan yaitu 70,8%. Hal ini sesuai dengan pendapat bahwa penderita DM tipe-2 kebanyakan adalah perempuan, sedangkan penderita DM tipe-1 lebih banyak diderita oleh laki-laki. Pada penelitian yang dilakukan Kusdiyati (4) pada pasien DM tipe-2 di Poliklinik Penyakit Dalam di RSU Surabaya sebagian besar pasiennya berjenis kelamin perempuan. Keadaan yang sama juga dapat dilihat dari hasil penelitian Nugraha tahun 2012 di Poli Penyakit Dalam RSUDAM sebagian besar 52,2% responden dengan penyakit DM berjenis kelamin perempuan (9). Tingkat pengetahuan responden tentang serat terbanyak dalam katagori cukup baik. Dalam kuesioner yang diberikan kepada responden pertanyaan terbanyak yang salah dijawab adalah pertanyaan no. 6 tentang berapa jumlah serat sebaiknya dikonsumsi sehari oleh penderita DM, yang menjawab benar hanya 9 orang (18,7%). Adapun jawaban benar terbanyak pada pertanyaan no. 5 tentang bahan makanan sumber serat sejumlah 39 orang (81,2%). Dengan cukup banyaknya pengetahuan yang kurang pada responden maka perlu semua pasien DM dirujuk ke poliklinik gizi untuk mendapat konsultasi gizi, sehingga pengetahuan tentang makanan pasien DM akan bertambah. Pengetahuan yang baik akan memicu perubahan perilaku sebagai hasil jangka menengah dari pendidikan kesehatan. Selanjutnya perilaku kesehatan akan berpengaruh kepada meningkatnya indikator kesehatan masyarakat sebagai keluaran (outcome) pendidikan kesehatan. Pandangan atau penilaian responden terhadap hal-hal yang berkaitan dengan serat hubungannya dengan penyakit DM diperoleh sebagian besar bersikap kurang yaitu 29 orang dengan persentase 60,4%, yang menggambarkan masih perlunya dilakukan peningkatan pengetahuan karena akan memperbaiki sikap positif terhadap manfaat serat yang masih kurang pada responden. Peningkatan pengetahuan dapat dilakukan dengan cara diadakannya penyuluhan secara berkelompok dan berkala kepada pasien DM oleh Tim PKMRS RSUD Dr.H.Abdul Moeloek. Berdasarkan hasil analisis univariat yang dilakukan oleh peneliti diketahui responden yang berpendidikan tinggi berjumlah 34 orang dengan persentase 70,8%, sedangkan responden yang berpendidikan rendah berjumlah 14 orang dengan persentase 29,2%. Pendidikan yang cukup tinggi umumnya akan mempengaruhi pengetahuan seseorang, tetapi pendidikan seseorang bukanlah jaminan satu-satunya indikator dalam pengetahuan seseorang. Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (6) pendidikan akan mempengaruhi kognitif seseorang dalam peningkatan pengetahuan. Karena pengetahuan sebenarnya tidak dibentuk hanya satu sub saja yaitu pendidikan tetapi ada sub AKADEMI FARMASI SAMARINDA 110

bidang lain yang akan juga akan mempengaruhi pengetahuan seseorang misalnya pengalaman, informasi, keperibadian, pekerjaan, gaya hidup, keturunan dan lain-lain juga mempengaruhi seseorang dalam terkena penyakit diabetes melitus. Konseling gizi adalah suatu proses komunikasi interpersonal/dua arah antara konselor dan klien untuk membantu klien mengenali, mengatasi dan membuat keputusan yang benar dalam mengatasi masalah gizi yang dihadapinya. Kegiatan konsultasi gizi adalah kegiatan yang memberikan pelayanan konsultasi bagi para pasien rawat jalan baik dari rujukan dari poliklinik RSUDAM, dokter praktek luar, maupun dari inisiatif pasien rawat jalan itu sendiri. Berdasarkan kategori konseling gizi, masih terdapat 25 orang (52,1%) responden yang tidak pernah mendapat konseling gizi. Hal itu harus diperbaiki dengan meningkatkan sosialisasi perlunya dilakukan konseling gizi pada penderita DM oleh Instalasi Gizi pada dokter di poliklinik penyakit dalam Berdasarkan hasil analisis univariat yang dilakukan oleh peneliti, diketahui asupan serat responden yang mengkonsumsi serat kurang berjumlah 41 orang dengan persentase 85,4%, sedangkan responden dengan asupan serat yang baik berjumlah 7 orang dengan persentase 14,6%. Dilihat dari hasil yang telah didapat bahwa hanya sedikit pasien DM yang mengkonsumsi serat yang baik. Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Nugraha pada bulan Juli tahun 2012 terhadap 59 penderita DM dipoliklinik penyakit dalam RSUDAM dijumpai sebanyak 54 orang (91,5%) responden dengan asupan serat kurang (9). Hasil yang sama diperoleh dari penelitian Muliani (November 2012) pada 57 penderita DM-tipe2 di poliklinik penyakit dalam RSUDAM diperoleh sebanyak 68,4% responden dengan asupan serat yang kurang (8). Keadaan diatas sangat perlu perhatian mengingat fungsi serat yang sangat bermanfaat dalam mengontrol kadar gula darah penderita DM, sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dan lebih dalam mengapa asupan serat penderita DM masih banyak kurang dari yang dianjurkan. Analisis Bivariat Hubungan Jenis kelamin dengan asupan serat responden statistik diperoleh p-value sebesar 0,406 yang hubungan yang bermakna antara jenis kelamin Keadaan yang sama juga dapat dilihat dari hasil penelitian Nugraha tahun 2012 di Poli Penyakit Dalam RSUDAM jenis kelamin antara responden perempuan dan laki-laki tidak terlalu berbeda. Berdasarkan hasil yang tersebut didapatkan bahwa jenis kelamin tidak mempengaruhi seseorang untuk terkena penyakit diabetes melitus. Sehingga dapat disimpulkan bahwa baik perempuan ataupun laki-laki memiliki resiko yang sama untuk terkena penyakit diabetes melitus. Pengetahuan responden dengan asupan serat responden Hasil analisis hubungan antara pengetahuan dengan asupan serat responden diperoleh p-value sebesar 0,696 yang berarti Ho diterima, sehingga disimpulkan tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan asupan serat responden di Poli Penyakit Dalam RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Tahun 2014. Hal ini tidak sejalan dengan pernyataan Supariasa (5) seperti yang tertuang dalam kerangka teori bahwa jenis kelamin, pengetahuan, sikap, pendidikan, dan konseling gizi mempengaruhi asupan makan seseorang. Dari hal tersebut kemungkinan asupan makan pasien diabetes melitus lebih dipengaruhi faktor lainnya. Sikap dengan asupan serat responden statistik antara hubungan sikap responden terhadap asupan serat diperoleh p-value sebesar 0,412 yang hubungan yang bermakna antara sikap dengan asupan serat responden di Poli Penyakit Dalam RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Tahun 2014. Keadaan tersebut juga tidak sejalan dengan pernyataan Supariasa (5) seperti yang tertuang dalam kerangka teori bahwa sikap terhadap serat mempengaruhi asupan makan seseorang. Dari hal 111 AKADEMI FARMASI SAMARINDA

tersebut kemungkinan asupan makan pasien diabetes melitus lebih dipengaruhi faktor lainnya. Pendidikan dengan asupan serat responden Hasil analisis hubungan antara pendidikan dengan asupan serat responden diperoleh p-value sebesar 0,656 yang berarti Ho diterima sehingga disimpulkan tidak ada hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan asupan serat responden di Poli Penyakit Dalam RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Tahun 2014. Hal ini juga tidak sejalan dengan pernyataan Supariasa (2002) bahwa pendidikan mempengaruhi asupan makan seseorang. Dari hal tersebut kemungkinan asupan makan pasien diabetes melitus lebih dipengaruhi faktor lainnya. Konsultasi gizi dengan asupan serat responden Hasil analisis bivariat hubungan pernah konsultasi gizi dengan asupan serat menggunakan uji statistik diperoleh p-value sebesar 0,237 yang hubungan yang bermakna antara konsultasi gizi Hal ini juga tidak sejalan dengan pernyataan Supariasa (5) bahwa konseling gizi mempengaruhi asupan makan seseorang. Dari hal tersebut kemungkinan asupan makan pasien diabetes melitus lebih dipengaruhi faktor lainnya. Asupan makan juga dipengaruhi faktor lain antara lain nafsu makan, kemampuan menelan, dan penyerapan. Pada keadaan sakit sering terjadi anoreksia atau menurunnya bahkan kehilangan nafsu makan. Gejala ini biasanya berkaitan dengan penyakitnya dengan pengobatannya atau bersifat sementara juga dapat berhubungan dengan stress emosional. Faktor psikologis dari perawatan rumah sakit dapat menimbulkan rasa tidak senang, rasa takut karena sakit, ketidakbebasan gerak karena penyakit dapat menimbulkan putus asa misalkan hilangnya nafsu makan dan adanya rasa mual. Faktor sosial budaya biasanya orang sakit yang dirawat berasal dari kelompok masyarakat yang berbeda, baik adat istiadat, kebiasaan, dan kepercayaan yang mempengaruhi asupan makanan Dari hasil analisis bivariat ini disarankan agar dilakukan penelitian lebih lanjut dengan variabel faktor-faktor yang mempengaruhi asupan serat yang lebih luas seperti faktor psikologis, sosial budaya, keadaan jasmani, dan keadaan gizi pasien DM. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian pada 48 responden dapat disimpulkan sebagian besar : Berjenis kelamin perempuan, berpengetahuan cukup, bersikap terhadap serat kurang, berpendidikan tinggi, responden tidak pernah konseling gizi, dan asupan seratnya kurang, serta tidak ada hubungan antara jenis kelamin, pengetahuan, sikap, pendidikan, dan konseling gizi dengan asupan serat penderita DM di poliklinik penyakit dalam RSUD Dr.H.Abdul Moeloek Provinsi Lampung tahun 2014. Saran penulis perlu merujuk semua pasien DM ke poliklinik gizi agar memperoleh konseling gizi. Saran lainnya agar dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mengapa asupan serat pasien DM masih kurang, serta penelitian faktorfaktor lain seperti psikologis, sosial budaya, keadaan jasmani, dan keadaan gizi yang berhubungan dengan asupan serat penderita DM. DAFTAR PUSTAKA 1. Suyono, Slamet. 2007. Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Fakultas Kedokteran UI : Jakarta. 2. Depkes. 2008. Riset Kesehatan Dasar Nasional Departemen Kesehatan RI: Jakarta. 3. Perkeni. 2011. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia : Jakarta. 4. Kusdiyani, 2008. Laporan Penelitian Pola Makan Pasien DM. Tersedia (http://www.adln.lib.unair.ac.id/go.php) [10 Januari 2009] 5. Supariasa; Bakri; Fajar, 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 6. Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Prilaku Kesehatan, Rineka Cipta: Jakarta 7. Marlina, Yuliana Eni, 2010, Hubungan Pengetahuan Diet Diabetes Melitus dengan asupan makanan pasien DM di Ruang Rawat Inap RSUD Dr.H.Abdul Moeleok Lampung, tahun 2010. Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang, Lampung 8. Muliani, Usdeka, 2012, Hubungan Asupan Zat-zat Gizi dengan Kadar Gula Darah Penderita DM Tipe-2 di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Dr.H.Abdul Moeloek Propinsi AKADEMI FARMASI SAMARINDA 112

Lampung Tahun 2012, Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang, Lampung 9. Nugraha, satria, 2012, Hubungan asupan serat dengan kadar glukosa darah pada pasien diabetes melitus rawat jalan di RSUD.Dr.H. Abdul Moeloek Bandar Lampung tahun 2012 Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Tanjung Karang, Lampung 113 AKADEMI FARMASI SAMARINDA