PERKEMBANGAN POLA TATA RUANG KAWASAN DESTINASI PARIWISATA KEPULAUAN DI PULAU KARIMUN KEPULAUAN RIAU

dokumen-dokumen yang mirip
Perkembangan Pola Tata Ruang Kawasan Destinasi Pariwisata Kepulauan di Pulau Karimun Kepulauan Riau

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Perbandingan Temuan dengan Proposisi

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELELITIAN. dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 53 Tahun 1999, Kabupaten

Perkembangan Pola Tata Ruang Kawasan Destinasi Pariwisata Kepulauan di Pulau Batam

STUDI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KOMPONEN WISATA DI PULAU RUPAT KABUPATEN BENGKALIS TUGAS AKHIR. Oleh : M. KUDRI L2D

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Hal ini dapat menggerakkan pertumbuhan industri pada sektor-sektor

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PERIODISASI MIOSSEC DALAM PERKEMBANGAN TATA RUANG KAWASAN DESTINASI PARIWISATA KEPULAUAN DI PULAU BATAM

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan industri dengan pertumbuhan tercepat di dunia

BUTIR-BUTIR KONSOLIDASI PENYATUAN LANGKAH AKSELERASI PENCAPAIAN SASARAN 2016 per-bidang PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

ANALISIS POTENSI PARIWISATA DI PULAU KARIMUN PROVINSI KEPULAUAN RIAU*) T.

BAB I PENDAHULUAN. 2007). Indonesia merupakan salah satu Negara kepulauan terbesar yang memiliki

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. di Kabupaten Bangka melalui pendekatan sustainable placemaking, maka

DEFINISI- DEFINISI A-1

BAB I PENDAHULUAN [TYPE HERE] [TYPE HERE]

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak potensi wisata baik dari segi sumber daya

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PAPARAN KEPALA BAPPEDA KABUPATEN KARIMUN. Disampaikan pada acara MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN

KEKAYAAN ALAM PEKAN BARU DAN DUMAI UTUK INDONESIA

PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN PROVINSI LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kondisi ekonomi, sosial dan pertumbuhan penduduk

Bab I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata memiliki peran yang penting dalam perekonomian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KAPO - KAPO RESORT DI CUBADAK KAWASAN MANDEH KABUPATEN PESISIR SELATAN SUMATRA BARAT BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

PENGEMBANGAN PARIWISATA DI KABUPATEN MANGGARAI BARAT MELALUI PEMBENTUKAN CLUSTER WISATA TUGAS AKHIR. Oleh: MEISKE SARENG KELANG L2D

BAB 1 PENDAHULUAN. Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dalam industri pariwisata dan terbukanya

WISATA KULINER SEBAGAI PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA PANTAI WIDURI DI KABUPATEN PEMALANG

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

I. PENDAHULUAN. andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

mempertahankan fungsi dan mutu lingkungan.

POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Dengan semakin meningkatnya penyelenggaraan pariwisata yang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri pariwisata saat ini semakin menjadi salah satu industri yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. promosi pariwisata ini berkembang hingga mancanegara. Bali dengan daya tarik

RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM

BELAWAN INTERNATIONAL PORT PASSANGER TERMINAL 2012 BAB I. PENDAHULUAN

KAJIAN PRIORITAS PENYEDIAAN KOMPONEN WISATA BAGI PENGEMBANGAN PARIWISATA DI PULAU NIAS TUGAS AKHIR. Oleh: TUHONI ZEGA L2D

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut

BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, ** (Miliar Rupiah)

PENGEMBANGAN KOMPONEN PARIWISATA PADA OBYEK-OBYEK WISATA DI BATURADEN SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Hal ini sejalan dengan pernyataan Dr. Sapta Nirwandar selaku Wakil

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

UTARA Vietnam & Kamboja

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keuangan walaupun masih ada aliran dana dari pusat kepada daerah seperti dalam bentuk

Laporan Akhir Kajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten Pelalawan Tahun 2009 PENDAHULUAN

2015 STRATEGI PENGEMBANGAN FASILITAS WISATA PANTAI SAWARNA DI KABUPATEN LEBAK BANTEN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PARIWISATA MALUKU (Paparan Dinas Pariwisata Provinsi Maluku)

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Jawa Tengah, Cilacap

BAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata semakin dikembangkan oleh banyak negara karena

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.7 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Rekreasi merupakan bagian dari kebutuhan pokok dari banyak orang pada

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA AGRO PAGILARAN BATANG JAWA TENGAH Dengan Tema Ekowisata

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penenlitian

BAB I PENDAHULUAN. negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving countries),

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. pemasukan bagi negara. Pariwisata memiliki peranan penting dalam membawa

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kekayaan sumber daya alam yang dimiliki kawasan Indonesia menjadikan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Wisatawan. Tabel 1.1 Jumlah Pengunjung Taman Nasional Ujung Kulon

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki potensi pariwisata yang sangat besar, di antaranya

Transkripsi:

TEMU ILMIAH IPLBI 2016 PERKEMBANGAN POLA TATA RUANG KAWASAN DESTINASI PARIWISATA KEPULAUAN DI PULAU KARIMUN KEPULAUAN RIAU Nurul Nadjmi *) *) Desain Perumahan dan Lingkungan Permukiman / Program Studi Arsitektur/ Fakultas Teknik / Universitas Hasanuddin Abstrak Pulau Karimun yang terletak di Provinsi Kepulauan Riau memiliki letak geografis yang sangat strategis dan memiliki berbagai macam daya tarik potensi wisata. Beragam potensi daya tarik wisata yang ada di pulau ini membuat Pulau Karimun perlu memiliki konsep keterpaduan antara pulau-pulau tersebut sehingga dapat menunjang kawasan destinasi wisatanya. Terdapat indikasi faktor-faktor yang memengaruhi perkembangan pola tata ruang kawasan destinasi pariwisata kepulauan. Metode studi kasus tunggal untuk mengeksplorasi penelitian ini. Studi dilakukan terhadap Pulau Karimun yang merupakan satu kesatuan pada Pulau Karimun, dengan melihat 2 periode amatan yaitu periode 2008-2011 dan periode 2012-2014. Data analisis menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat faktor yang memengaruhi perkembangan pola tata ruang kawasan destinasi pariwisata kepulauan, jejaring antar pulau dan dalam pulau, kuantitas dan kualitas pengunjung yang terdiri dari faktor sebaran sarana dan prasarana perkotaan, aksesibilitas, sebaran atraksi wisata, pola pergerakan wisatawan, ketersediaan SDM, dan sosial budaya masyarakat. Kata kunci: Perkembangan Pola Tata Ruang Kawasan, Perkembangan Kawasan Destinasi Pariwisata Kepulauan, Pulau Karimun, Tingkat Perkembangan Pariwisata Pengantar Salah satu provinsi di Indonesia yang berbentuk kepulauan adalah Provinsi Kepulauan Riau. Letak geografisnya sangat strategis karena berada pada pintu masuk Selat Malaka dan berbatasan dengan pusat bisnis dan keuangan di Asia Pasifik yakni Singapura dan Malaysia. Pulau Karimun memiliki pulau pulau kecil sejumlah 250, dengan jumlah pulau yang berpenghuni 57 pulau. Terdapat dua pulau besar yang menjadi pusat permukiman dan sentra ekonomi, yakni pulau Karimun dan Pulau Kundur. Letaknya yang berbatasan dengan negara Singapura dan semenanjung Malaysia merupakan salah satu daya tarik pulau ini. Sebagai daerah industri, Kabupaten Karimun memberikan peluang bagi para pelaku ekonomi. Pulau ini sedang giat membangun sektor wisata terutama di sektor wisata bahari, walaupun belum ditunjang dengan kesiapan infrastruktur. Pustaka Perkembangan Pola Tata Ruang Kawasan Dalam UU. No. 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, mitra bahari adalah jejaring pemangku kepentingan di bidang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dalam penguatan kapasitas sumber daya manusia, lembaga, pendidikan, penyuluhan, pendampingan, pelatihan, penelitian terapan, dan pengembangan rekomendasi kebijakan. Ruang lingkup pengaturan wilayah pesisir dan pulaupulau kecil meliputi daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut. Ruang lingkup ke arah darat mencakup wilayah administrasi kecamatan dan ke arah laut sejauh 12 (dua belas) mil diukur dari garis pantai. Menurut Royle, ada dua faktor yang menyebabkan pulau-pulau menjadi suatu hal yang istimewa, yakni keterisolasian (isolation) dan keterbatasan (boundedness). Direktorat Pesisir dan Lautan dalam Modul Pelatihan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau kecil secara terpadu menyatakan kepulauan memiliki karakteristik ekonomi berupa kegiatan ekonomi yang terspesialisasi. Masyarakat kepulauan telah lama berinteraksi dengan ekosistem pulau kecil, sehingga secara realitas dilapangan, ekosistem pulau kecil tentunya mempunyai budaya dan kearifan tradisional tersendiri yang merupakan nilai komoditas wisata yang tinggi. Daerah kepulauan secara umum memiliki karakteristik akuatik dan terestrial (wilayah laut lebih besar dari wilayah darat) yang membedakannya dengan daerah-daerah terestrial maupun terestrial akuatik. Dalam konteks ini, tujuh provinsi kepulauan yang bergabung dalam Badan Kerjasama Provinsi Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016 1

PERKEMBANGAN TATA RUANG KAWASAN DESTINASI PARIWISATA KEPULAUAN DI PULAU KARIMUN KEPULAUAN RIAU Kepulauan telah menegaskan bahwa karakteristik destinasi. Komponen klaster pariwisata akan provinsi kepulauan yang membedakan dengan mencakup unsur-unsur sebagai berikut: provinsi-provinsi lain dapat dilihat dari luas wilayah laut yang lebih besar dari wilayah daratan; dari segi penyebaran demografis, penduduk wilayah kepulauan biasanya relatif sedikit dan penyebarannya tidak merata; dari segi sosial budaya, komunitas-komunitas di wilayah kepulauan tersegresi dalam pemukiman menurut teritorial suatu pulau, sehingga lazim berimplikasi pada kuatnya rasa keterikatan pada tanah (pulau), pola hidup pada pulau-pulau kecil selaras dengan alam (lamban menerima Gambar 2. Diagram Konsep Keterpaduan Sistem perubahan). Pendukung Destinasi Pariwisata Menurut Prayitno (2013), adanya hubungan erat Sumber: Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, antara pulau-pulau kecil dengan kawasan 2006 andalan serta kawasan pesisir pada pulau besar. Keterkaitan ini dapat menjadi model a. Atraksi/objek dan daya tarik wisata (alam, pengembangan kota-kota di Indonesia yang budaya, buatan/khusus), berwawasan kepulauan. b. Amenitas dan infrastruktur pendukung pariwisata (hotel, fasilitas hiburan, fasilitas perbelanjaan, tour operator, agen perjalanan dan maskapai penerbangan, rumah makan dan bar, pemasok produk wisata), c. Institusi di bidang penyiapan SDM, misalnya perguruan tinggi, sekolah tinggi pariwisata, lembaga pelatihan dan sebagainya, d. Kelembagaan di sektor publik di tingkat daerah/lokal. Gambar 1. Bingkai Kepulauan Indonesia Sumber: Prayitno, 2004 Perkembangan Kawasan Destinasi Pariwisata Kepulauan Dalam kerangka perkembangannya, Destinasi Pariwisata minimal mencakup komponenkomponen utama, sebagai berikut: a. Objek dan daya tarik (attraction), b. Aksesibilitas (accessibility), c. Amenitas (amenities), d. Fasilitas Pendukung (Ancillary Services), e. Kelembagaan (Institution). Dalam konteks pengembangan pariwisata, konsep pengembangan berbasis klaster tersebut dapat diadopsi untuk mendukung dan meningkatkan daya saing pengembangan destinasi pariwisata. Pendekatan Klaster ini akan berorientasi pada fokus dan penguatan kualitas kinerja hubungan antar mata rantai usaha yang terkait dan sistem pendukung lainnya sehingga akan meningkatkan efektifitas dan daya saing Gambar 3. Konsep Klaster Destinasi Pariwisata Sumber: Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, 2006 Metode Penelitian studi kasus dilakukan terutama bila batasan antara kasus dan konteks tidak jelas. Metode ini memiliki karakter tersendiri yaitu memiliki fokus pada satu atau beberapa unit kasus, memiliki kapasitas untuk menjelaskan hubungan sebab akibat, memiliki tujuan untuk pengembangan teori, menggunakan berbagai sumber data sehingga dapat mengkombinasikan beberapa strategi. 2 Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016

Metode Pengumpulan Data Berdasarkan pada pertanyaan penelitian yang dihasilkan dari kajian pustaka. Pertanyaan utama digunakan untuk mendapatkan konsep atau teori yang dapat menjelaskan perkembangan pola tata ruang kawasan destinasi pariwisata kepulauan di Pulau Karimun; mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi perkembangan pola tata ruang kawasan destinasi pariwisata di pulau tersebut, dan; mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi perbedaan tingkat perkembangan kawasan destinasi pariwisata kepulauan. perkembangan pola tata ruang pariwisata kepulauan dan adanya perbedaan tingkat perkembangan kawasan destinasi pariwisata di Pulau Karimun. Metode Analisis Data Penelitian ini menggunakan kombinasi analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis dan Interpretasi Kekayaan alam, seni, dan budaya merupakan tiga bidang penting dalam pengembangan pariwisata di Kepulauan Riau. Alam Kepulauan Riau memiliki iklim tropis, dengan 2.408 pulau yang 30% di antaranya tidak berpenghuni. Karakteristik Kawasan Karimun mengalami pemekaran menjadi 9 kecamatan, 22 kelurahan, dan 32 desa. Kemudian pada Juli 2012, berdasarkan Perda No. 02 tahun 2012, wilayah Kabupaten Karimun kembali mekar menjadi 12 kecamatan, 29 kelurahan, dan 42 desa. Unit kasus yang telah dipilih adalah kawasan yang dipandang memiliki karakteristik dan keunikan masing-masing, terutama ditinjau dari fungsi-fungsi ruang yang terbentuk oleh keberadaan kawasan destinasi pariwisata tersebut. Kondisi Geografis Pulau Karimun Berdasarkan letak georafis, Kabupaten Karimun terletak di antara 0 0 35 Lintang Utara 1 0 10 Lintang Utara dan 103 0 30 Bujur Timur 104 0 Bujur Timur. Wilayah Kabupaten Karimun terdiri atas daratan dan perairan, yang secara keseluruhan kurang lebih seluas 7.984 km2. Kabupaten Karimun saat ini terdiri dari 250 buah pulau, dimana semua pulau sudah bernama dan hanya sebanyak 57 pulau yang sudah berpenghuni. Dua pulau terbesar yang menjadi Nurul Nadjmi pusat pemukiman dan sentra ekonomi adalah Pulau Karimun dan Pulau Kundur. Status Free Trade Zone (FTZ) yang disandang Pulau Karimun cukup berpengaruh terutama terhadap kegiatan perekonomian. Sebagai kabupaten kepulauan, karakteristik pulau-pulau di Kabupaten Karimun cenderung mirip. Wilayahnya secara umum berupa daratan yang datar dan landai dengan ketinggian antara 20 sampai 500 meter di atas permukaan laut, meskipun ada bagian yang merupakan bukitbukit. Di Karimun terdapat sebuah gunung yaitu Gunung Jantan dengan ketinggian 478 meter dan merupakan salah satu sumber mata air di Karimun. Kondisi Demografi dan Sosial Budaya Pada tahun 2012, jumlah penduduk Kabupaten Karimun mencapai 233.074 jiwa, terdiri dari 119.438 laki-laki dan 113.636 perempuan. Berdasarkan kelompok umur, penduduk Kabupaten Karimun dibagi atas anak-anak (dibawah usia 15 tahun), dewasa (15 sampai 64 tahun), dan lanjut usia (65 tahun keatas). Pada tahun 2012, komposisi jumlah penduduk tidak produktif Kabupaten Karimun adalah sebanyak 81.976 jiwa atau 35,17% dan penduduk produktif mencapai 151.098 jiwa atau 64,83%. Dengan demikian, dependency ratio mencapai 54.25%. Ini artinya, setiap 100 orang penduduk usia produktif dibebani 54 orang penduduk tidak produktif. Menurut kepadatan, wilayah yang paling padat penduduk pada tahun 2012 adalah Kecamatan Kundur dengan jumlah 1.066 jiwa/km2. Secara umum, kepadatan penduduk Kabupaten Karimun adalah sebesar 153 jiwa/km2, meningkat bila dibandingkan tahun 2011 yang nilainya adalah 147 jiwa/km2. Tabel 1. Jumlah Sekolah dan Universitas di Kabupaten Karimun Tabel 2. Jumlah Tamatan Sekolah dan Universitas di Kabupaten Karimun Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016 3

PERKEMBANGAN TATA RUANG KAWASAN DESTINASI PARIWISATA KEPULAUAN DI PULAU KARIMUN KEPULAUAN RIAU Batas Wilayah Pulau Karimun 2) Wisata belanja di Kota Tanjung Balai dan Kota Tanjung Batu. Batas-batas Kabupaten Karimun, yaitu: 1. Utara : Philip Channel Singapura dan Semanjung Malaysia 2. Selatan : Kecamatan Kateman Kabupaten Indragiri Hilir 3. Barat : Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Bengkalis dan Kecamatan Kuala Kampar Kabupaten Pelalawan 4. Timur : Kota Batam Pada tahun 2012, Kabupaten Karimun mencatat terdapat 107.499 kunjungan wisatawan asing. Jumlah ini meningkat bila dibandingkan pada tahun sebelumnya. Tabel 3 dan Tabel 4 memaparkan secara lebih terperinci mengenai jumlah kunjungan dan negara asal wisatawan dari tahun 2004 sampai tahun 2012. Kawasan Pariwisata Kawasan pariwisata yang terdapat di Kabupaten Karimun, berupa : a) Kawasan peruntukan wisata alam, meliputi: 1) Pantai Pelawan; 2) Pantai Pongkar; 3) Air Terjun Pongkar; 4) Sumber mata air panas di Tanjung Hutan; 5) Pantai Telunas; 6) Pantai Lubuk; 7) Kawasan wisata Bukit Gading; 8) Desa Judah; 9) Pemancingan di Pulau Combol; 10) Padang Lamun Pulau Moro; 11) Batu Bertulis Pasir Panjang; 12) Misteri Batu Limau; 13) Perkebunan buah-buahan, di Kecamatan Kundur dan di Pulau Sugi; 14) Perkebunan karet di Kecamatan Kundur Barat; 15) Perkebunan sawit Kecamatan Buru; 16) Pantai Timun; 17) Pantai Sawang; 18) Pantai Buru; 19) Pantai Tulang; dan, 20) Pantai Pasir Panjang Durai. b) Kawasan peruntukan wisata budaya, meliputi: 1) Masjid Jami dan Masjid H.Abdul Ghani di Pulau Buru (Kecamatan Buru); 2) Masjid Al-Mubaraq di Pulau Karimun; 3) Klenteng Tua di Pulau Moro, Pulau Karimun, dan Pulau Kundur; 4) Makam keramat di kawasan Pantai Gading di Desa Gading; 5) Makam si Badang di Kecamatan Buru; dan, 6) Kerajaan Sulit di Desa Keban Kecamatan Moro. c) Kawasan peruntukan wisata buatan, meliputi: 1) Galangan kapal tradisional di Pulau Karimun; dan Gambar 4. Arah Perkembangan Kabupaten Karimun Tabel 3. Jumlah Wisatawan Mancanegara di Kabupaten Karimun Tabel 4. Jumlah Wisatawan Menurut Asalnya di Kabupaten Karimun 4 Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016

Periodesasi Perkembangan Pola Tata Ruang Kawasan Kepulauan Periodisasi diartikan sebagai pembabakan waktu yang digunakan untuk memetakan berbagai peristiwa. Kompleksitas peristiwa yang terjadi pada kehidupan manusia pada setiap masa memerlukan suatu pengklasifikasian berdasarkan bentuk serta jenis peristiwa tersebut, dalam hal ini peristiwa yang terjadi dalam suatu kawasan destinasi pariwisata kepulauan di Pulau Pulau Karimun. Peristiwa-peristiwa yang telah diklasifikasikan itu disusun secara kronologis berdasarkan urutan waktu kejadian. Periodisasi digunakan untuk mempermudah pemahaman dan pembahasan sejarah perkembangan pola tata ruang kawasan destinasi pariwisata kepulauan yang ada di Pulau Karimun. Dalam perkembangan pola tata ruang kawasan destinasi pariwisata kepulauan di Pulau Karimun, periodisasi dibagi dua, yaitu periodesasi tahun 2008-2011 dan tahun 2012-2014. Menurut teori periodesasi yang dikemukakan oleh Miossec, suatu destinasi yang merupakan pusat kegiatan pariwisata memiliki tahap-tahap perkembangan, yang terbagi dalam 4 (empat) fase/periode, mulai dari suatu kawasan yang terisolasi seperti pada suatu kawasan kepulauan; lalu munculnya resort-resort pionir, kompleksitas hierarki resort dan transportasi; hingga sampai pada tahap destinasi wisata yang mulai jenuh. Miossec menggambarkan bagaimana tahaptahap perkembangan destinasi dari embrio, kemudian menjadi magnet, hingga memberikan dampak perkembangan yang luas terhadap area disekitarnya karena adanya aktifitas wisata di kawasan tersebut. Aksesibilitas Hub ke dan dari Kabupaten Karimun pada tahap ini berawal dari terdapatnya seaport, yaitu terminal pelabuhan domestik Tanjung Balai Karimun, yang merupakan embrio perkembangan Kabupaten Karimun. Pada tahap ini belum terdapat hub yang menghubungkan Kabupaten Karimun dengan negara tetangga Singapura dan Malaysia. Gambar 5. Hub ke Kabupaten Karimun Melalui Kota Batam Periode Awal Perkembangan Nurul Nadjmi Sebaran Sarana dan Prasarana Pelayanan Perkotaan Sarana dan prasarana yang dibangun terlebih dahulu adalah untuk aktifitas industri perkapalan. Sebaran Atraksi Wisata Sebaran atraksi pada Pulau Karimun belum nampak. Karena pada awal periode ini, pemerintah lebih mengutamakan perkembangan di bidang industri dan perdagangan. Perkembangan Pola Tata Ruang Kawasan Destinasi Pariwisata Kepulauan di Kepulauan Riau pada Periode Awal Perkembangan Untuk menuju ke Kabupaten Karimun, terdapat pelabuhan/ terminal feri yang menghubungkan Pulau Karimun dengan Pulau Batam. Pelabuhan ini merupakan satu-satunya akses yang terdapat di Pulau Karimun. Pulau Karimun pada periode awal dikenal sebagai kawasan industri kapal, sehingga informasi mengenai kegiatan kepariwisataan di periode itu belum ada sama sekali. Gambar 6. Pola Perkembangan yang Terjadi di Pulau Karimun pada Periode Awal Perkembangan Konteks dalam Periode 2008-2011 Periode ini ditandai dengan kesuksesan resort perintis dalam memicu pembangunan lebih lanjut. Aksesibilitas Hub yang menghubungkan antara Pulau Karimun dan pulau-pulau yang ada di sekitarnya ialah beberapa terminal feri internasional yaitu Terminal Feri Internasional Tanjung Balai Karimun yang menghubungkan Pulau Karimun dengan Pulau Batam, Negara Singapura, dan Negara Malaysia. Untuk menghubungkan Pulau Karimun dengan pulau-pulau disekitarnya, digunakan terminal penyeberangan perintis seperti yang terdapat di Kecamatan Tebing, Meral, Moro, dan Kecamatan Kundur. Sedangkan hub melalui udara, pada periode ini, belum terdapat bandar udara. Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016 5

PERKEMBANGAN TATA RUANG KAWASAN DESTINASI PARIWISATA KEPULAUAN DI PULAU KARIMUN KEPULAUAN RIAU Hub dengan transportasi darat di Pulau Karimun belum ada yang berwujud terminal yang dapat menampung angkutan transportasi antar kota. Sebaran Sarana dan Prasarana Perkotaan Terdapat 12 Bank Umum, 6 Bank Perkreditan Rakyat. 1 hotel bintang 1 dan 53 hotel kelas melati. 34 restoran dan 29 rumah Makan. 59.745.900 KVA pasokan tenaga listrik. 935.594 m 3 persediaan air bersih. 243.715 m jalan beraspal, 159.210 m jalan kerikil, 43.159 m jalan tanah. Tidak terdapat terminal angkutan darat. Terdapat 1 terminal feri internasional sekaligus pelabuhan laut domestik. Tidak terdapat Fasilitas Angkutan Udara. Fasilitas infrastruktur pelabuhan semakin meningkat dengan dibukanya jalur perhubungan internasional Kabupaten Karimun-Singapura dan Kabupaten Karimun-Malaysia. Selain itu, terdapat perkembangan pada kawasan pariwisata bahari/pantai dan wisata sejarah, serta kawasan Pulau Karimun diresmikan sebagai Kawasan Free Trade Zone. (Lihat gambar 10) Sebaran Atraksi Wisata Menurut Teori Miossec, kesuksesan resort perintis memicu pembangunan/perkembangan suatu kawasan lebih lanjut. Pada Pulau Karimun, tidak terdapat resort yang memengaruhi perkembangan kawasan destinasi pariwisata. Gambar 9. Pola Perkembangan yang Terjadi di Pulau Karimun Periode 2008-2011 Gambar 10. Sebaran Atraksi Wisata di Pulau Karimun Periode 2008-2011 Gambar 8. Hub Antar Pulau Karimun dan Pulaupulau di Sekitarnya Periode 2008-2011 Kawasan wisata yang mulai berkembang pada periode ini adalah wisata alam dan wisata sejarah yang terdapat di Pulau Karimun. Perkembangan Pola Tata Ruang Kawasan Destinasi Pariwisata Kepulauan di Kepulauan Riau Pada Periode 2008-2011 Konteks dalam Periode 2012-2014 Aksesibilitas Tidak terdapat perkembangan aksesibilitas. Sebaran Sarana dan Prasarana Perkotaan Terdapat 19 Bank Umum, 10 Bank Perkreditan Rakyat. 4 hotel bintang 1 dan 63 hotel kelas melati. 41 restoran dan 37 rumah Makan. 72.838.600 KVA pasokan tenaga listrik. 1.353.943 m 3 persediaan air bersih. 351.686 m 6 Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016

jalan beraspal, 171.820 m jalan kerikil, 65.031 m jalan tanah. Tidak terdapat terminal angkutan darat. Terdapat 1 terminal feri internasional sekaligus pelabuhan laut domestik. Tidak terdapat Fasilitas Angkutan Udara. Nurul Nadjmi Singapura dan Kabupaten Karimun-Malaysia. Selain itu, terdapat perkembangan pada kawasan pariwisata bahari/pantai, wisata sejarah, wisata budaya, dan wisata agro di Pulau Karimun. Sebaran Atraksi Wisata Sebaran atraksi di kawasan destinasi pariwisata mengalami perkembangan, terutama pada wisata bahari, sejarah, budaya dan wisata agro. Gambar 12. Pola Perkembangan yang Terjadi di Pulau KarimunPeriode 2012-2014 Gambar 11. Perkembangan Atraksi Wisata di Pulau Karimun, Periode 2012-2014 Sumber: Analisis, 2014 Perilaku Masyarakat dalam Menerima Kegiatan Kepariwisataan Miossec menambahkan satu lagi faktor yang memengaruhi perkembangan suatu kawasan destinasi pariwisata, yaitu faktor perilaku masyarakat yang menerima sacara utuh dan tidak suatu kegiatan kepariwisataan di wilayahnya. Dari hasil penelitian, masyarakat Kabupaten Karimun belum menerima pariwisata secara utuh dalam kegiatannya. Perkembangan Pola Tata Ruang Kawasan Destinasi Pariwisata Kepulauan di Kepulauan Riau pada Periode 2012-2014 Fasilitas infrastruktur pelabuhan semakin meningkat dengan dibukanya jalur perhubungan internasional, yakni Kabupaten Karimun- Sebaran atraksi wisata Pulau Karimun tampak dipengaruhi oleh daya tarik wisata yang ada, antara lain kondisi geografis, kemudahan dalam pencapaian, infrastruktur, sejarah kawasan dan promosi yang dilakukan. Berdasarkan persepsi wisatawan dan masyarakat sebagai konsumen, kawasan Karimun merupakan kawasan wisata pantai dan sejarah yang paling banyak diminati wisatawan karena memiliki citra tersendiri. Konsep zonasi destinasi pariwisata (Gunn, 1994) menyatakan bahwa beberapa atraksi wisata secara berdekatan membentuk pola klaster dengan pemusatan aktifitas pada masing-masing klaster, yang didukung oleh jalur utama dan koridor-koridor penghubung. Maka dari itu, tidak mengherankan apabila kawasan ini memiliki potensi yang sangat besar dibandingkan kawasan-kawasan lainnya yang ada di Pulau Karimun. Kecenderungan fasilitas kuliner ialah mendekati kawasan pantai dan akomodasi membentuk klaster atraksi wisata di Kawasan Karimun. Sementara itu, kecenderungan fasilitas olah raga dan akomodasi ialah mendekati kawasan wisata pantai di Karimun juga membentuk suatu klaster atraksi wisata di kawasan Karimun. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Tingkat Perkembangan Pariwisata Kepulauan Aksesibilitas Aksesibilitas tidak mengalami perubahan. Sebaran Atraksi Wisata Sebaran atraksi wisata Pulau Karimun tampak dipengaruhi oleh daya tarik wisata yang ada, antara lain kondisi geografis, kemudahan dalam Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016 7

PERKEMBANGAN TATA RUANG KAWASAN DESTINASI PARIWISATA KEPULAUAN DI PULAU KARIMUN KEPULAUAN RIAU mendekati kawasan pantai serta akomodasi yang membentuk klaster atraksi wisata di kawasan Karimun. Sedangkan kecenderungan fasilitas olah raga dan akomodasi ialah mendekati kawasan wisata pantai di Karimun yang membentuk suatu klaster atraksi wisata di kawasan Karimun. Intensitas dan Kualitas Sarana dan Prasarana Pariwisata Dalam melihat perkembangan pariwisata suatu daerah destinasi, kita perlu meninjau intensitas dan kualitas sarana dan prasarana yang ada di Pulau Karimun. Gambar 13. Pola Tata Ruang Kawasan Destinasi Pariwisatadi Pulau Karimun pencapaian, infrastruktur, sejarah kawasan, dan promosi yang dilakukan. Pada umumnya wisatawan yang datang ke Pulau Karimun telah mengetahui kawasan tersebut dari kerabat, relasi dan bahan promosi daerah. Berdasarkan persepsi wisatawan dan masyarakat sebagai konsumen, kawasan Karimun merupakan kawasan wisata pantai dan sejarah yang paling banyak diminati karena memiliki citra tersendiri. Kunjungan ke atraksi wisata pantai yang tinggi dipengaruhi oleh faktor adanya atraksi lain di kawasan ini, menikmati liburan bersama dengan keluarga. Hal ini merupakan kecenderungan motivasi wisatawan dalam melakukan perjalanan. Menurut beberapa informan melakukan kunjungan di kawasan Karimun untuk menikmati keindahan pantai, karena kawasan ini tidak jauh dari sarana terminal Feri Internasional Tanjung Balai Karimun, dan dekat dengan tempat menginapnya serta fasilitas akomodasi berupa hotel yang ada di kawasan ini menerapkan harga sewa per malam yang lebih murah dari pada kawasan di Kepulauan Riau. Konsep zonasi destinasi pariwisata (Gunn, 1994 dan 2002) menyatakan bahwa beberapa atraksi wisata secara berdekatan akan membentuk pola klaster dengan pemusatan aktifitas pada masingmasing klaster, yang didukung adanya jalur utama dan koridor-koridor penghubung. Hal ini ini dapat dilihat dari kondisi geografis di kawasan Karimun. Kawasan wisata ini sangat strategis serta didukung oleh kondisi dan geografis dan nilai sejarah yang dimilikinya. Untuk itu, tidak mengherankan apabila kawasan ini memiliki potensi yang sangat besar dibandingkan kawasan-kawasan lainnya yang ada di Pulau Karimun. Kecenderungan fasilitas kuliner ialah 8 Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016 Diketahui bahwa jumlah wisman yang berkunjung ke Pulau Karimun adalah 107.499 orang dengan rata-rata menginap selama 2 hari. Jumlah penduduk pulau Karimun 233.076 orang. Untuk itu, intensitasnya dapat dihitung dengan rumusan berikut ini: Untuk menghitung kualitas destinasi pariwisata, digunakan rumusan berikut ini: Jumlah wisman yang berkunjung ke Pulau Karimun adalah sejumlah 107.499 orang dengan rata-rata menginap selama 2 hari. Jumlah penduduk pulau Karimun adalah 233.076 orang. Jumlah wisnus Pulau Karimun adalah 76.731 orang dengan rata-rata menginap selama 3 hari. Belum terdapat hotel berbintang di Kabupaten Karimun. Sosial Budaya Masyarakat Perbedaan tingkat perkembangan pada pulau tersebut dapat kita lihat dari sosial budaya masyarakat yang ada, dengan melihat jumlah penduduk dan tingkat pendidikan masyarakatnya. Hal ini juga terkait dengan sumber daya manusia, sehingga dapat diketahui tingkat kesiapan suatu daerah dalam mengembangkan kawasan pariwisatanya. Selain itu, ketersediaan sarana kesehatan yang memadai perlu dijadikan bahan pertimbangan. Faktor Penyebab Terjadinya Perbedaan Tingkat Perkembangan Pariwisata Kepulauan

Faktor yang paling berpengaruh adalah aksesibilitas, sebaran atraksi, atau pencapaian kawasan wisata itu sendiri, intensitas dan kualitas sarana dan prasarana pariwisata, dan faktor lainnya berkaitan dengan sosial budaya masyarakat. Kesimpulan Perkembangan pola tata ruang kawasan destinasi pariwisata kepulauan dipengaruhi oleh faktor pelayanan dan aktifitas kepariwisataan kepulauan dapat diperkuat dengan temuan penelitian. Dalam hal ini sebaran kawasan destinasi pariwisata terjadi pada kawasankawasan yang pesisir untuk kawasan destinasi yang memiliki atraksi resort, bahari, dan pantai. Terlihat dari lokasinya yang mengelompok di kawasan pesisir pantai. Menurut teori Periodesasi Miossec, tahap awal yang merupakan perkembangan pola tata ruang kawasan destinasi pariwisata kepulauan adalah adanya akses yang menuju ke kawasan tersebut dan ke kawasan lainnya, selanjutnya infrastruktur yang menunjang kegiatan yang ada dalam kawasan tersebut, dalam teori ini perkembangan pota tata ruang kawasan destinasi pariwisata dipengaruhi oleh faktor Aksesibilitas, infrastruktur kawasan, perilaku masyarakat setempat dalam menerima kegiatan pariwisata. Sedangkan faktor, sumber daya manusia, sebaran atraksi dan faktor pola perjalanan wisatawan tidak terdapat pada faktor yang berpengaruh dalam teori ini. Perkembangan pola tata ruang destinasi pariwisata kepulauan di lokasi penelitian dipengaruhi oleh faktor aksesibilitas, infrastruktur, akomodasi, sumber daya manuisa, beragamnya atraksi wisata yang disajikan, pola perjalanan wisatawan, dan kedekatan/jarak dengan Negara Singapura dan Malaysia, serta tak kalah pentingnya adalah kualitas dan kuantitas kepariwisataan yang terdapat dalam kepulauan tersebut. Konsep baru penelitian ini dapat dimunculkan yaitu dengan mengungkapkan bahwa faktor sebaran kawasan atraksi wisata mempengaruhi faktor perkembangan suatu kawasan. Hal ini dapat dibuktikan dengan sebaran atraksi wisata lainnya yang berkelompok. Pemusatan pelayanan pemerintahan berada di pusat kota sedangkan untuk atraksi wisata didasarkan atas pengaruh kegiatan aktifitas kerja, budaya dan kebijakan bukan itu saja atraksi wisata juga dipengaruhi atas faktor ekonomi, dan topografi. Temuan ini dapat memperkaya Teori Perkembangan Pola Tata Ruang Kawasan Destinasi Pariwisata, yang lebih banyak melihat dari segi atraksinya saja Nurul Nadjmi tidak dari segi keruangan yaitu pola tata ruang kawasan destinasinya. Pola tata keruangan yang terjadi pada destinasi pariwisata dipengaruhi oleh daya tarik antara atraksi dan fungsi ruang tersebut. Hal ini diperkuat dengan hasil temuan yang mencakup aktifitas kepariwisataan yang ada dalam kawasan destinasi pariiwisata. Ditunjukkan dengan pengelompokan kawasan destinasi dengan memusatnya fasilitas dan atraksi wisata yang mendorong perkembangan amenitas wisata lain yang ada disekitar kawasan destinasi. Perbedaaan tingkat perkembangan pariwisata penyebab terjadinya perbedaan tingkat perkembangan pariwisata kepulauan, dimana faktor yang paling berpengaruh adalah aksesibilitas, sebaran atraksi, atau pencapaian ke kawasan wisata, intensitas dan kualitas sarana dan prasarana pariwisata, dengan kualitas yang baik maka wisatawan akan senang berkunjung ke kawasan tersebut, serta faktor Sosial Budaya Masyarakatnya karena dengan partisipasi dari masyarakat memungkinkan pertumbuhan pariwisata di kawasan tersebut bisa terlaksana dengan baik. Daftar Pustaka Anonim; Departemen Kelautan dan Perikanan, 2007. Petunjuk Teknis Perencanaan Tata Ruang Pulau-pulau Kecil, Direktorat Tata Ruang Laut, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil., Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil., Departemen Kelautan dan Perikanan, Jakarta. Cooper, C., Fletcher, J., Gilbert, D., Wanhill, S., (1993), Tourism Principles and Practice, Pitman Publishing, London, UK. Davidson, R., and Maitland, R., (1997), Tourism Destination, Hodder and Stoughton, London. Doxiadis, Constantinos, A., 1972. Architectural Space In Ancient Greece. Mass: MIT Press, Cambrige. Gunn, Clare A., 1994. Tourism Planning: Basic, Concepts, Cases. Third Edition, Taylor and Francis, Washington, DC., USA. Kementerian Perhubungan (2010), Dukungan Transportasi dan Aksesibilitas dalam Menunjang Pengembangan 10 Destinasi Pariwisata Indonesia, Workshop Peningkatan Konsolidasi Akses Transportasi Mancanegara dan Dalam Negeri Ke 10 Destinasi Pariwisata Indonesia. Nadjmi, Nurul., 2015. Perkembangan Pola Tata Ruang Kawasan Destinasi Pariwisata Kepulauan di Kepulauan Riau. (Disertasi, tidak Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016 9

PERKEMBANGAN TATA RUANG KAWASAN DESTINASI PARIWISATA KEPULAUAN DI PULAU KARIMUN KEPULAUAN RIAU untuk dipublikasikan) Program Pascasarja Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Nuryanti, W., 1996. Global Civilization in Change, In W. Nuryanti (Ed.) Tourism and Culture: Global Civilization in Change, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Prayitno, Budi., Pemodelan Kota Air di Kalimantan dengan Menggunakan Metode Eco-Urban Tissue Plan. Simposium Nasional Rekayasa Aplikasi Perancangan dan IndustriII, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2003. 10 Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016