BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tahun 2015 diharapkan angka kematian ibu dari 228 per kelahiran hidup

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di suatu negara, di Indonesia ternyata masih tergolong tinggi yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kesehatan reproduksi wanita menjadi perhatian yang perlu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Perawatan merupakan suatu proses pemenuhan kebutuhan dasar manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. masa nifas dini (early postpartum) adalah periode kepulihan dimana ibu telah

PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan kesehatan. Indonesia merupakan angka tertinggi dibandingkan Negara Negara

BAB I PENDAHULUAN. riwayatkan dalam hadist. Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam

BAB 1 PENDAHULUAN. sehingga perawatan episiotomi kurang maksimal. Selama beberapa hari

BAB V PEMBAHASAN. perineum pada ibu postpartum di RSUD Surakarta. A. Tingkat Nyeri Jahitan Perineum Sebelum Diberi Aromaterapi Lavender

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan masyarakat tentang kesehatan juga mulai berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dalam pelayanan kesehatan. Persalinan merupakan suatu proses pengeluaran

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan reproduksi wanita menjadi perhatian yang perlu

KARYA TULIS ILMIAH. Oleh : RATNA NURAINI

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan suatu negara. Angka Kematian Ibu (AKI) adalah indikator di bidang kesehatan

GAMBARAN PELAKSANAAN PERAWATAN LUKA POST OPERASI SECTIO CAESAREA (SC) DAN KEJADIAN INFEKSI DI RUANG MAWAR I RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan yang pesat selama golden period. Pemberian nutrisi yang baik perlu

1 BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Periode pascasalinatau disebut juga masa nifas. (puerperium) merupakan masa sesudah persalinan hingga

BAB I PENDAHULUAN. membangun seluruh masyarakat Indonesia menuju masyarakat adil dan makmur

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan (Saifuddin, 2006). Menurut WHO (World Health Organization), pada tahun 2013 AKI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. ke dunia luar. Beberapa kasus seperti plasenta previa, preeklamsia, gawat janin,

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Angka kematian maternal di negara negara maju berkisar antara 5-10

BAB I PENDAHULUAN. 99 persen kasus kematian ibu terjadi di negara berkembang. Hal ini terungkap

BAB 1 PENDAHULUAN. awal dari usaha menjaga kesehatan wanita. Organ seksual/ reproduksi wanita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Asuhan selama periode masa nifas perlu mendapat perhatian karena sekitar

BAB I PENDAHULUAN. merupakan persalinan normal, hanya sebagian saja (12-15%) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. wanita. Pada proses ini terjadi serangkaian perubahan besar yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. dengan Sectio Caesaria (SC) adalah sekitar 10 % sampai 15 %, dari semua

BAB I PENDAHULUAN. hamil saat proses melahirkan adalah episiotomi. Episiotomi yaitu tindakan bedah

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan penelitian Woman Research Institute, angka kematian ibu melahirkan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dalam Millenium Development Goals (MDGs) yang kelima. Indonesia berada

PENGARUH DERAJAT ROBEKAN PERINEUM TERHADAP SKALA NYERI PERINEUM PADA IBU NIFAS DI KABUPATEN WONOGIRI

Kata Kunci: Posisi Dorsal Recumbent, Posisi litotomi, Keadaan Perineum

BAB I PENDAHULUAN. yang terkait dengan kehamilan dan persalinan, dengan kata lain 1400 perempuan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah tinggnya Angka Kematian Ibu.

BAB 1 PENDAHULUAN. di negara berkembang. Di negara miskin, sekitar 25-50% kematian wanita subur

BAB I PENDAHULUAN. bagaimana agar penduduk Indonesia hidup dalam lingkungan yang sehat dengan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan penelitian Woman Research Institute, angka kematian ibu melahirkan

PENGARUH DERAJAT LASERASI PERINEUM TERHADAP SKALA NYERI PERINEUM PADA IBU POST PARTUM

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini keadaan ibu post partum masih sangat memprihatinkan, karena

1

HUBUNGAN TINGKAT LUKA PERINEUM DENGAN KECEMASAN DALAM MELAKUKAN ELIMINASI PADA IBU NIFAS

BAB II TINJAUAN TEORI

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA POST SECTIO CAESARIA AKIBAT PRE EKLAMPSI BERAT DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. waktu dan tempat, salah satunya adalah kematian janin sewaktu masih

BAB I PENDAHULUAN. pada perubahan hormonal paska kehamilan (Djamhoer, 2005; Alan, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. lahir. Hal ini merupakan suatu pergeseran paradigma dari sikap menunggu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat pembangunan nasional adalah menciptakan manusia Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indikator derajat kesehatan masyarakat, tercermin dalam kondisi angka kematian,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan merupakan kejadian fisiologi yang normal dialami oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun luka kronis. Sebuah penelitian terbaru di Amerika menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan indikator keberhasilan

Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang Perawatan Perineum terhadap Kesembuhan Luka Episiotomi Klien Post Partum di BKIA Aisyiyah, Karangkajen, DIY

BAB I PENDAHULUAN. Sasaran Pembangunan Millenium Development Goals (MDGS) adalah 102 per

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI POST SECTIO CAESARIA AKIBAT PLASENTA PREVIA TOTALIS DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit (RS) sebagai institusi pelayanan kesehatan, di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. ( Mochtar, 1998 ). Persalinan seringkali mengakibatkan perlukaan jalan lahir.luka

BAB 1 PENDAHULUAN. kehamilan sebagai komplikasi persalinan atau nifas, dengan penyebab terkait atau

BAB I PENDAHULUAN. rentan terjadi, hal ini sering banyaknya kejadian atau kasus-kasus yang

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi kesehatan dunia yaitu Worid Health Organization (WHO) telah membuat program-program untuk meningkatkan derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan

BAB I PENDAHULUAN. patologis kadang membutuhkan tindakan pembedahan (sectio caesarea).

BAB 1 PENDAHULUAN. Sectio Caesaria (SC), dimana SC didefinisikan sebagai proses lahirnya janin

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 307 per kelahiran hidup (KH). Data AKI tahun 2009 sebesar

BAB I PENDAHULUAN. ketika kulit terpapar suhu atau ph, zat kimia, gesekan, trauma tekanan dan radiasi.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga diperlukan pengawasan yang husus terhadap ibu hamil untuk mencegah

HUBUNGAN ANTARA TINDAKAN VULVA HYGIENE DENGAN PENYEMBUHAN LUKA PERINEUM IBU NIFAS DI BPS TMM DJAMINI DAMUN

BAB I PENDAHULUAN. menilai derajat kesehatan. Kematian Ibu dapat digunakan dalam pemantauan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki angka kematian

BAB I PENDAHULUAN. tuba falopi kemudian berimplantasi di endometrium. (Prawiroharjho, ketidakpuasan bagi ibu dan bayinya (Saifuddin. 2000).

BAB I PENDAHULUAN. hari) dan ada yang mengalami kelambatan dalam penyembuhannya (Rejeki,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Referat Fisiologi Nifas

BAB I PENDAHULUAN. caesarea yaitu bayi yang dikeluarkan lewat pembedahan perut (Kasdu, 2003)

BAB I PENDAHULUAN. terjadi yaitu perdarahan, infeksi dan pre eklampsia ( Saifuddin, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. relatif tidak komplek dibandingkan dengan kehamilan, nifas ditandai oleh

BAB I PENDAHULUAN. seperti semula dan berlangsung kira-kira 6 minggu. 1. dibagi menjadi periode pasca persalinan (immediate postpartum), periode

BAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh. Mengontrol kehamilan secara rutin dan menjelaskan keluhan yang

BAB I PENDAHULUAN. jalan operasi atau sectio caesarea hal ini disebabkan karena ibu memandang

BAB I PENDAHULUAN kelahiran dibandingkan 16 per kelahiran di negara maju. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. diindonesia merupakan angka tertinggi di bandingkan dengan negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. kehadiran bayi. Perasaan negatif meliputi rasa cemas dan takut dengan persalinan. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. masa nifas saat ini didunia masih sangat tinggi. Tahun 2007 setiap 1 menit

BAB I PENDAHULUAN. Rasa nyaman berupa terbebas dari rasa yang tidak menyenangkan adalah

HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN DENGAN PENYEMBUHAN LUKA POST SECTIO CAESAREA (SC) DI RUANG MAWAR I RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan persalinan yang ditolong tenaga kesehatan di. kesehatan meluncurkan upaya terobosan berupa Jaminan Persalinan

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN STATUS PARITAS DENGAN KETERATURAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC) PADA IBU HAMIL DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. transisi lain dalam fase kehidupan, peristiwa itu dapat pula menimbulkan stres

BAB I PENDAHULUAN. seharusnya 5,5 % per tahun. Namun data WHO, UNICEF, UNFPA dan Bank

KERANGKA ACUAN PELATIHAN PELAYANAN OBSTETRI NEONATAL EMERGENSI KOMPREHENSIF (PONEK)

BAB I PENDAHULUAN. Kematian Bayi (AKB) menjadi indikator pertama dalam menentukan derajat

BAB 1 PENDAHULUAN. penunjang medik yang merupakan sub sistem dalam sistem pelayanan. mempunyai peranan penting dalam mempercepat tercapainya tingkat

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara

PERBEDAAN TINGKAT NYERI PADA IBU POST PARTUM YANG MENGALAMI RUPTUR SPONTAN DENGAN YANG DILAKUKAN EPISIOTOMI DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organizatin (WHO) dinegara berkembang, kematian maternal berkisar antara per kelahiran hidup,

BAB I PENDAHULUAN. tahun diperkirakan wanita di dunia meninggal sebagai akibat. per kelahiran hidup (Wiknjosastro, 2006).

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Millenium Development Goals (MDGs) 2000 menyebutkan bahwa pada tahun 2015 diharapkan angka kematian ibu dari 228 per 100.000 kelahiran hidup menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup. Penurunan angka kematian tersebut difokuskan pada penyebab langsung kematian ibu yaitu: perdarahan 28%, eklampsia 24%, infeksi 11%, komplikasi perineum 8%, partus macet 5%, abortus 5% dan penyebab tidak langsung 23% (Ujiningtyas, 2012). Infeksi dan komplikasi perineal salah satu penyebabnya adalah karena tindakan episiotomi (Bobak, 2005). Episiotomi merupakan tindakan pembedahan pada perineal ibu melahirkan pada kala dua yang dilakukan dengan tujuan memperluas jalan lahir dengan menggunakan gunting (Pietras et al., 2012; Ejegard et al., 2008; Bobak, 2005; Edmond, 2007). Di negara barat, episiotomi dilakukan hanya pada kasus dengan indikasi serta pelaksanaannya direkomendasikan dengan menggunakan petunjuk pelaksanaan. Saat ini rata-rata episiotomi dilakukan di ruang bersalin antara 12-15% (Stendenfeldt et al., 2012). Di United States jumlah tindakan episiotomi pada ibu bersalin spontan adalah 21 per 100 persalinan per vagina pada tahun 2002, 22 per 100 persalinan per vagina pada tahun 2003, dan 19,9 per 100 persalinan per vagina pada tahun 2004 (Frankman et al., 2009). Di Canada rata-rata episiotomi 37,7% pada tahun 1993 menjadi 23,85% pada tahun 2001, sedangkan di Alberta 1

2 mencapai 20,1% pada tahun 2000 dan 15,5% pada tahun 2004 (Hargrove, 2011). Di Tehran 97,3% dari 510 wanita primipara yang persalinannya per vagina dilakukan episiotomi (Mohamed, 2012). Berdasarkan dari data RS nasional tahun 1995 lebih dari 35% wanita yang melahirkan lewat vagina dilakukan episiotomi dan hampir 33% di tahun 2000 (Viswanathan et al., 2005). Tujuan dari episiotomi adalah untuk mempercepat persalinan pada kasus fetal distres atau untuk meminimalkan resiko Obstetric Anal Sphincter Injuries (OASIS) (Stendenfeldt et al., 2012). Bukti ilmiah terkini menunjukkan bahwa episiotomi meningkatkan resiko robekan pada perineal derajat tiga atau empat, infeksi luka, dan perdarahan pasca persalinan, tanpa menurunkan komplikasi jangka panjang seperti nyeri perineal atau inkontinensia urin (Hargrove, 2011). Mendukung pernyataan dari Hargrove & Bertozi et al. (2011) bahwa episiotomi dapat menyebabkan efek samping berupa dispareunia dan perbaikan jaringan yang lebih sulit. Healthy Enthusias (2012) menyatakan bahwa pada wanita yang dilakukan episiotomi akan mengalami masalah keperawatan diantaranya kerusakan integritas kulit, nyeri, resiko infeksi, kekurangan volume cairan, dan gangguan perfusi jaringan. Wanita yang dilakukan episiotomi mempunyai resiko untuk terjadi infeksi karena adanya tindakan merusak jaringan dan membuat jaringan tersebut terbuka sehingga memungkinkan organisme patogen masuk melalui daerah tersebut (Bobak&Lowdermilk, 2005). Infeksi yang tidak diatasi dengan baik maka akan dapat menyebabkan terjadinya insufisiensi respiratori, insufisiensi kardiosirkulatori, insufisiensi renal, kardiomegali, bahkan polyneuromyopathy

3 (Soltez et al., 1999). Hasil yang dilakukan Romi (2008) ada 3 orang (7,1%) dari 42 orang (100%) yang dilakukan episiotomi menderita infeksi. Data tersebut menunjukkan bahwa angka kejadian infeksi pada wanita dengan luka perineal karena episiotomi sangat sedikit. Meskipun demikian, wanita dengan luka di perineal sangat beresiko untuk terjadi infeksi karena daerah perineal merupakan daerah yang lembab sehingga merupakan tempat yang baik untuk pertumbuhan mikroorganisme patogen (Bobak, 2005). Cunningham et al. (2005) memberikan pernyataan yang mendukung bahwa adanya luka karena episiotomi menyebabkan kerentanan terhadap infeksi. Masalah yang paling sering dirasakan dan dikeluhkan pasien dengan episiotomi adalah rasa tidak nyaman atau nyeri. Penelitian dari Karacam et al. (2013) didapatkan hasil yang signifikan yaitu bahwa wanita dengan episiotomi memiliki karakteristik nyeri pada perinealnya lebih sering dan lebih parah pada pasca persalinan hari pertama. Hasil Mohammed (2012) mendapatkan hasil bahwa rata-rata wanita yang diepisiotomi mengalami nyeri berat sebanyak 30-35% dan nyeri sedang 45%. Nyeri pada perineal akibat episiotomi jika tidak ditangani secara baik maka akan menjadikan faktor penyebab stres bagi wanita karena ketidakmampuan melaksanakan tugasnya menjadi seorang ibu, gangguan dalam pola urinasi dan defekasi, dimana itu semua menyebabkan gangguan mental bagi ibu selama pasca persalinan dan merubah perilaku serta aktivitas kepada bayinya (Mohammed, 2012).

4 Di RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta pada tahun 2013 ratarata pelaksanaan tindakan episiotomi dari total persalinan pervagina 60,8% di bulan Februari, 51,3% pada bulan Maret, 51,6% pada bulan April, 59% pada bulan Mei, 53,1% pada bulan Juni, 57,1 % pada bulan Juli, dan 46,1% pada bulan Agustus. Data tersebut menunjukkan bahwa terjadi perubahan jumlah tindakan episiotomi pada wanita bersalin, namun perubahannya tidak begitu signifikan. Studi pendahuluan yang dilakukan di RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta, dari 5 pasien yang dirawat di bangsal Alamanda dan pernah dilakukan episiotomi 3 diantaranya mengatakan nyeri dengan skala 6 pada saat dipindahkan di bangsal nifas, sedangkan 2 yang lainnya mengatakan nyeri dengan skala 5 pada saat yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun penilaian individu terhadap rasa nyeri itu berbeda, namun semua wanita yang dilakukan episiotomi merasakan nyeri pada daerah perinealnya. Observasi pada waktu yang berbeda dilakukan kepada 3 pasien untuk melihat adanya tanda-tanda infeksi pada perineal setelah dilakukan episiotomi. Satu dari tiga pasien menunjukkan adanya tanda-tanda berupa kemerahan dan bengkak. Banyak terkini mengemukakan bahwa terapi komplementer khususnya aroma terapi dengan minyak esensial mampu untuk memberikan kenyamanan dan mencegah terjadinya infeksi (Jones, 2003; Vakillian et al., 2011). Aroma terapi berupa minyak esensial lavender merupakan salah satu terapi komplementer yang mampu mengatasi nyeri dan infeksi karena sebagai analgetik, anti inflamasi, dan antimikroba (Buckle, 2003), serta tidak menimbulkan efek samping (Vakillian et al., 2011; Hur dan Han, 2004). Jones (2011) pernah

5 melakukan secara systematic review tentang penggunaan minyak esensial secara topikal, akan tetapi hasilnya belum mampu menjawab pertanyaan dalam ini. Perawat merupakan salah satu tenaga kesehatan yang merupakan bagian inti dari pemberian pelayanan kesehatan yang mengaplikasikan strategi kesehatan berupa promosi kesehatan, pencegahan penyakit, kuratif dan rehabilitatif. Aplikasi teori keperawatan Kolcaba (Comfort) dan Orem (Self care) menjadi pendukung perawat maternitas dalam memenuhi kebutuhan kenyamanan dan meningkatkan harga diri pasien melalui perawatan luka perineal dengan terapi komplementer pemberian minyak esensial lavender (Sitzman & Lisa, 2011; Alano, 2002). Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik meneliti pengaruh pemberian minyak esensial lavender terhadap kejadian nyeri dan kejadian infeksi pada ibu pasca persalinan dengan episiotomi di RSUD Panembahan Senopati Bantul. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan: 1. Bagaimanakah pengaruh pemberian minyak esensial lavender terhadap kejadian nyeri pasca persalinan dengan episiotomi? 2. Apakah pemberian minyak essensial lavender dapat menurunkan kejadian infeksi pasca persalinan dengan episiotomi? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengkaji pengaruh minyak esensial lavender terhadap kejadian nyeri dan infeksi pasca persalinan dengan episiotomi

6 2. Tujuan Khusus a. Mengkaji perbedaan kejadian nyeri pada 1 hari, 2 hari, dan 7 hari pasca persalinan antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol b. Mengkaji perbedaan kejadian infeksi yang terjadi pada 1 hari, 2 hari, dan 7 hari pasca persalinan antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis a. Hasil ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam pengembangan perawatan luka perineal khususnya pada wanita yang dilakukan episiotomi b. Diharapkan hasil ini dapat dimanfaatkan sebagai referensi bagi peneliti lain yang akan melakukan sejenis 2. Manfaat praktis a. Diharapkan ini dapat dimanfaatkan sebagai dasar dan argumen penyusunan standar pelayanan kesehatan ibu khususnya pasca persalinan b. Hasil ini diharapkan dapat memberikan masukan dan pertimbangan bagi pemegang kebijakan dalam pelayanan maternal perinatal khususnya dalam perawatan luka episiotomi.

7 E. Keaslian Penelitian Tabel 1. Keaslian Penelitian No Peneliti Judul Hasil Persamaan Perbedaan 1 Ujiningty as (2012) Pengaruh minyak esensial lavender dan povidone iodin pada penyembuhan luka episiotomi Ada pengaruh pemberian minyak esensial lavender terhadap penyembuhan luka episiotomi dengan nilai p=0,04 dan nilai RR= 3,2 Instrumen (REEDA Score, betadine,fre nch 40/42 Lavender), tehnik sampel desain sampel, luaran 2 Vakilian et al. (2011) Healing advantages of Lavender Essential oil during episiotomi recovery: A Clinical Trial - Tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap komplikasi pada sisi yang dilakukan episiotomi - Ada perbedaan yang signifikan pada luka yang kemerahan antara kelompok yang diberi lavender dan yang tidak diberi lavender lebih rendah Instrumen (REEDA Score) desain tehnik sampling, analisis data 3 Jones (2011) the Efficacy of Lavender oil on trauma : A Review of the Evidence Lavender yang digunakan secara topikal aman dan manjur untuk penyembuhan trauma perineal : pemberian minyak esensial lavender Desain uji statistik 4 Mohamm ed (2012) Effect of Self perineal Care Instruction on Episiotomi pain and Wound Healing of Postpartum Women Terjadi penurunan tingkat nyeri dan penurunan angka REEDA Scale pada kelompok yang diberi perlakuan Desain instrumen (NRS, REEDA Scale) tehnik sampling, uji statistik