BAB II KAJIAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

II. KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh manusia. Menurut para ahli Belajar dan pembelajaran adalah salah satu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mind Mapping atau pemetaan pikiran merupakan salah satu teknik mencatat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan

BAB II KAJIAN TEORI. mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN THINK PAIR AND SHARE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI SAWAH 2 CIPUTAT

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya harus memiliki pendidikan yang baik. Sebagaimana tujuan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. bantuan catatan. Pemetaan pikiran merupakan bentuk catatan yang tidak

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peran guru yang sesungguhnya adalah membuat siswa mau dan tahu

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UPAYA MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL MIND MAPPING (PTK Pada Siswa Kelas IX B SMPN 3 Kota Cirebon)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. standar kompetensi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan. manusia. Pendidikan manusia dimulai sejak anak masih dalam kandungan,

BAB I PENDAHULUAN. merasakan kenyamanan dalam menerima pelajaran. Sebagaimana pengajaran. hanya bermakna apabila terjadi proses belajar siswa.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Hakikat dan Penerapan Model Mind Mapping dalam Pembelajaran di SD/MI

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

I. PENDAHULUAN. berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2008: 79).

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

PENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE INKUIRI MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SD NEGERI KOTA TEBING TINGGI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertanya, mengajukan pendapat, dan menimbulkan diskusi dengan guru.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Rasa Tanggung Jawab

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan, pendidikan memegang peranan penting karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang lebih

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. lemah menjadi kuat, dari tidak bisa menjadi bisa. Seperti diakatakan oleh Slameto

BAB I PENDAHULUAN. tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti dan sebagainya. Dalam pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. yang diberikan mulai dari tingkat sekolah dasar. Pendidikan Ilmu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki penetahuan dan keterampilan, serta manusia-manusia yang memiliki. latihan bagi peranannya di masa mendatang.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

I. PENDAHULUAN. dibahas beberapa hal yang lebih mengarah pada judul yaitu rumusan masalah,

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori. 1. Aktivitas Belajar. Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Kata kunci: RRB (Round Robin Brainstorming), Mind Mapping, Hasil belajar

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF DALAM IPS

I. PENDAHULUAN. Dunia pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang mengalami krisis, yang harus dijawab oleh dunia pendidikan. Jika proses-proses

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ya Hedi Saputra, 2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perhatiannya pada aktivitas kehidupan manusia. Pada intinya, fokus IPS

BAB I PENDAHULUAN. dari bangsa itu sendiri. Hal itu sesuai dengan ketentuan umum Undang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan dan pengembangan sumber daya manusia dalam menghadapi

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses

I. PENDAHULUAN. Besar. Proses pembelajaran yang dilakukan selama ini masih monoton dan

PENGGUNAAN MODEL MIND MAP DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPS KELAS IV SD

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA SEKOLAH DASAR PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DAN IPS MELALUI KELOMPOK KECIL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan secara makro menurut Sumaatmadja (1997:56) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, dan perkembangan fisik serta psikologi siswa.

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dengan menggunakan sumber belajar dapat

BAB II KAJIAN TEORI. pada diri seseorang. Hilgard dan Bower mengatakan Perubahan sebagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional bab I pasal (1), disebutkan bahwa :

BAB II KAJIAN TEORI. Sehubungan dengan keberhasilan belajar, Slameto (1991: 62) berpendapat. bahwa ada 2 faktor yang mempengaruhi belajar siswa.

A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Mind Mapping. Ikatan Guru Indonesia Kab. Grobogan 1 Penulis Suparjan, MM. M.Pd

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada

MENGENAL PEMBELAJARAN MODEL MIND MAPPING

II. TINJAUAN PUSTAKA. belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan pengertian

I. PENDAHULUAN. optimal. Hal ini tercermin dari berbagai kesulitan yang muncul pada. yang berujung pada rendahnya hasil pembelajaran.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS PADA MATERI PERKEMBANGAN TEKNOLOGI MELALUI MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil atau

BAB I PENDAHULUAN. konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu soal. Pada jenjang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

I. PENDAHULUAN. seseorang dengan lingkungan. Oleh karena itu belajar dapat terjadi kapan saja

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Kajian teori ini merupakan uraian pendapat dari para ahli yang mendukung penelitian. Beberapa teori dari para ahli tersebut mengkaji objek yang sama yang mempunyai pandangan dan pendapat yang berbeda-beda. Pembahasan kajian teori dalam penelitian ini berisi tentang Karakteristik Pembelajaran IPS, Hasil Belajar, Proses Pembelajaran, Model Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar, dan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Mind Mapping. 2.1.1 Karakteristik Pembelajaran IPS IPS secara terminologi diambil dari istilah social studies yang telah berkembang di Amerika Serikat dan Inggris. IPS merupakan perwujudan dari pendekatan interdisipliner dari beberapa konsep ilmu-ilmu sosial yang dipadukan dan disederhanakan untuk tujuan pengajaran di sekolah (Sa dun, 2010: 75). Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji berbagai disiplin ilmu sosial dan humaniora serta kegiatan dasar manusia yang dikemas secara ilmiah dalam rangka memberi wawasan dan pemahaman yang mendalam kepada siswa, khususnya di tingkat dasar dan menengah. Dari pengertian tersebut, IPS merupakan perpaduan antara ilmu sosial dan kehidupan manusia (humaniora) yang di dalamnya mencakup antropologi, ekonomi, geografi, sejarah, hukum, filsafat, ilmu politik, sosiologi, agama, dan psikologi (Susanto, 2013: 139). Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, siswa diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai (Sa dun, 2010: 77). Selain itu, siswa diarahkan untuk dapat menghadapi permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Di masa yang akan datang peserta didik atau siswa akan menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu mata pelajaran IPS dirancang untuk dapat 8

9 mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan berpikir kritis terhadap kondisi atau kehidupan sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis (Sa dun. 2010: 76). Hal ini sesuai dengan hakikat IPS, yaitu untuk mengembangkan konsep pemikiran yang berdasarkan realita kondisi sosial yang ada di lingkungan siswa (Susanto, 2013: 138). Tujuan mata pelajaran IPS dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Dasar (dalam Sa dun, 2010: 78) yaitu agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut : (1) mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya, (2) memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial, (3) memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, (4) memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global. Sedangkan ruang lingkup mata pelajaran IPS yang tercantum dalam kurikulum, menurut Depdiknas (2006) meliputi aspek-aspek sebagai berikut : (1) manusia, tempat, dan lingkungan, (2) waktu, keberlanjutan, dan perubahan, (3) sistem sosial dan budaya, (4) perilaku ekonomi dan kesejahteraan. 2.1.2 Hasil Belajar Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor (Djamarah, 2008: 13). Perubahan perilaku itu merupakan perolehan yang menjadi hasil belajar. Menurut Nawawi (dalam Susanto, 2013: 5) hasil belajar adalah tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu. Jadi hasil belajar digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh siswa sebagai pembelajar menguasai bahan yang diajarkan. Hasil belajar siswa bukan hanya sekadar angka yang diberikan oleh guru kepada siswa atas kegiatan belajarnya, namun hasil belajar sebagai ukuran kuantitatif yang

10 mewakili kemampuan yang dimiliki oleh siswa yaitu penguasaan ilmu pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Dalam pembagian macam hasil belajar, Gagne (dalam Thobroni, 2015: 20) membagi hasil belajar menjadi lima kategori, yakni a) informasi verbal, b) keterampilan intelektual, c) strategi kognitif, d) sikap, dan e) keterampilan motoris. Menurut Bloom (dalam Thobroni, 2015: 21) hasil belajar mencakup kemampuan kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotorik (keterampilan). Menurut Wasliman (dalam Susanto, 2013: 12) hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi, baik faktor internal (dari dalam diri siswa) maupun eksternal (dari luar diri siswa). Senada dengan Wasliman, Slameto (2010, 54-72) juga menjelaskan dua faktor yang mempengaruhi belajar, faktor intern yang dikelompokkan menjadi 3 faktor, yaitu: faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan. Faktor ekstern yang dikelompokkan menjadi 3 faktor yaitu: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat. Untuk mengetahui apakah hasil belajar yang dicapai telah sesuai dengan tujuan yang dikehendaki maka, dapat diketahui melalui evaluasi. Evaluasi (penilaian) adalah pengambilan keputusan berdasarkan hasil pengukuran dan standar kriteria (Purwanto, 2014: 1). Evaluasi (penilaian) dapat dijadikan tindak lanjut dan cara untuk mengukur tingkat penguasaan siswa. Evaluasi dimaksudkan sebagai cermin untuk melihat kembali apakah tujuan yang ditetapkan telah tercapai dan apakah proses belajar mengajar telah berlangsung efektif untuk memperoleh hasil belajar. Hasil belajar yang diharapkan dari pembelajaran IPS itu sendiri peserta didik harus memperoleh hasil belajar yang tinggi sebagai hasil dari ketuntasan belajar setidaknya mencapai KKM yang ditentukan baik dalam penguasaan ilmu pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Dengan mengetahui hasil belajarnya, siswa dapat menilai apakah cara belajarnya sudah efektif untuk mencapai hasil dan memperbaiki dan meningkatkannya di masa datang, juga hasil belajar dapat menginformasikan hasil jerih payah siswa dalam belajar. Hasil belajar yang tinggi akan memuaskannya dan semakin memotivasinya untuk ditingkatkan menjadi lebih baik. Hasil belajar

11 yang rendah akan memacu siswa untuk meningkatkan hasil belajarnya. Demikian juga bagi guru hasil belajar adalah cermin hasil kerja guru, guru akan terdorong untuk memperbaiki proses pembelajarannya agar hasil belajar yang dicapai lebih optimal. Hasil belajar yang tinggi akan memuaskan dan memotivasi untuk terus meningkatkan, sedang hasil belajar yang rendah memacu guru untuk memperbaiki pembelajarannya (Purwanto, 2014: 11-12). 2.1.3 Proses Pembelajaran Hamalik (dalam Hosnan, 2014: 18) mengatakan bahwa pembelajaran sebagai suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur manusia, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling memengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan menurut Rombepajung (dalam Thobroni, 2015: 17) berpendapat bahwa pembelajaran adalah pemerolehan suatu mata pelajaran atau pemerolehan suatu keterampilan melalui pelajaran, pengalaman, atau pengajaran. Knowles (dalam Hosnan, 2014: 4) menyatakan bahwa pembelajaran adalah cara pengorganisasisan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan. Dari pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yaitu suatu kegiatan yang sengaja dirancang oleh guru dengan memanfaatkan berbagai sumber daya yang tersedia agar peserta didik dapat belajar demi tercapainya tujuan pendidikan. Pembelajaran merupakan suatu sistem, yang terdiri atas berbagai komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lain. Komponen tersebut meliputi: tujuan, materi, metode dan evaluasi. Keempat komponen pembelajaran tersebut harus diperhatikan oleh guru dalam memilih dan menentukan modelmodel pembelajaran apa yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran (Hosnan, 2014: 18). Ini berarti bahwa keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan bergantung pada bagaimana proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif. Menurut Winkel (dalam Purwanto, 2014: 39) proses pembelajaran adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Jadi, dari proses pembelajaran itu akan terjadi kegiatan interaksi antara guru

12 dengan siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan yang optimal. Agar proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan optimal, guru harus dapat menciptakan suasana yang kondusif dan membuat pembelajaran menjadi efektif dan menyenangkan. Diperlukan inovasi dan kreasi pembelajaran untuk penguasaan terhadap materi yang dikelola dan ditampilan secara profesional, dari hati dan bukan paksaan, logis, dan menyenangkan serta dipadukan dengan pendekatan personal-emosional terhadap peserta didik akan menjadikan proses pembelajaran yang ingin dicapai terwujud (Shoimin, 2014: 19-20). Dari pernyataan tersebut, mengenal karakteristik siswa dalam pembelajaran merupakan modal utama penyampaian bahan belajar dan menjadi indikator suksesnya pelaksanaan pembelajaran. Melalui proses pembelajaran juga akan mempengaruhi kualitas pembelajaran termasuk di dalamnya adalah hasil belajar siswa. Untuk menciptakan proses pembelajaran yang ideal, bukan tugas yang ringan bagi seorang guru. Mengingat akan hal tersebut, guru yang mengajar di depan kelas harus mempunyai prinsip-prinsip mengajar yaitu: (1) perhatian, (2) aktivitas, (3) apersepsi, (4) peragaan, (5) repetisi, (6) korelasi, (7) konsentrasi, (8) sosialisasi, (9) individualisasi, (10) evaluasi (Slameto, 2010: 35). Proses pembelajaran yang ideal diharapkan dan sesuai dengan karakteristik pembelajaran IPS yaitu pembelajaran yang didukung oleh interaksi yang baik antara komponen-komponen pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Guru harus merancang pembelajaran aktif yang berarti pembelajaran yang terpusat pada siswa (student centered), yang dalam proses pembelajarannya siswa dilibatkan secara aktif dalam rangka pengembangan berbagai potensi siswa (Sa dun, 2010: 237). Dengan begitu proses pembelajaran sebagai upaya menyampaikan pengetahuan kepada siswa dan menyiapkan menjadi warga negara yang baik yang memiliki pengetahuan, pemahaman serta kemampuan berpikir kritis dapat tercapai. Melalui proses pembelajaran hendaknya dapat membantu peserta didik memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai,

13 cara berpikir, serta cara belajar yang baik dan benar dengan arahan dan bimbingan guru (Susanto, 2013: 156). 2.1.4 Model Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar Model pembelajaran adalah langkah-langkah pembelajaran dan perangkatnya (seperangkat langkah-langkah pembelajaran) untuk mencapai tujuan pembelajaran. Atau, pola yang diikuti untuk merancang pembelajaran (Sa dun, 2010: 158). IPS sebagai salah satu bidang studi yang bertujuan untuk membekali peserta didik dalam mengembangkan penalaran disamping aspek nilai dan moral, banyak berisi materi sosial yang sifatnya hafalan sehingga pengetahuan dan informasi yang diterima peserta didik hanya sebatas produk hafalan. Berdasarkan hal tersebut, maka membawa konsekuensi terhadap proses belajar mengajar yang didominasi oleh pendekatan ekspositori, terutama guru menggunakan metode ceramah dan siswa cenderung pasif. Alternatif untuk mengajarkan IPS kepada peserta didik secara aktif adalah dengan menggeser pendekatan ekspositoris ke arah pendekatan partisipatoris (Winataputra, 2009: 9.5). Pendekatan partisipatoris merupakan pendekatan pembelajaran yang dapat melibatkan peserta didik secara aktif, menyenangkan, dan merangsang motivasi perkembangan intelektual. Aktivitas siswa tersebut dapat diukur dari kegiatan mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, memberikan argumentasi, mengerjakan tugas, dan ikut serta dalam memberikan umpan balik kepada guru untuk perbaikan proses pembelajaran yang mengarah pada tercapainya efektifitas pencapaian tujuan (Winataputra, 2009: 9.17). Jadi, dari penjelasan tersebut, peran guru dalam pembelajaran IPS memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan cara mengaktifkan siswa dalam belajar. Diperlukan partisipasi peserta didik secara aktif dan kreatif melalui penggunaan model pembelajaran yang interaktif. Model pembelajaran interaktif merujuk kepada bentuk diskusi dan saling berbagi antar peserta didik. Menurut Seaman dan Fellenz (dalam Hosnan, 2014: 186) mengemukakan bahwa diskusi dan saling berbagi akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan reaksi terhadap gagasan, pengalaman, pandangan, dan pengetahuan guru atau

14 kelompok, serta mencoba mencari alternatif dalam berpikir. Didalamnya terdapat bentuk-bentuk diskusi kelas, diskusi kelompok kecil, atau pengerjaan tugas berkelompok, dan kerjasama siswa secara berpasangan. Pengembangan model pembelajaran interaktif dalam IPS dapat dilakukan oleh guru pada semua pokok bahasan, yaitu dengan memperhatikan sembilan hal yakni: (1) motivasi, (2) pemusatan perhatian, (3) latar belakang siswa dan konteksitas materi pelajaran, (4) perbedaan individual siswa, (5) belajar sambil bermain, (6) belajar sambil bekerja, (7) belajar menemukan, (8) pemecahan permasalahan, serta (9) hubungan sosial (Winataputra, 2009: 9.18). Ada beberapa model pembelajaran yang dipandang cocok untuk pembelajaran IPS, diantaranya adalah model-model rumpun sosial antara lain: investigasi kelompok, bermain peran, jurisprudensial inkuiri, kooperatif, IPS terpadu, sosial science inquiry dan model pembelajaran lainnya yang dibangun untuk pendidikan nilai dan karakter (Sa dun, 2010: 186). Model-model tersebut dianggap sangat tepat karena sesuai dengan substansi dan karakteristik pendidikan IPS. Salah satu model interaktif yang cocok dan sesuai dengan pembelajaran IPS seperti yang telah diuraikan diatas adalah dengan menggunakan model kooperatif yaitu model pembelajaran Cooperative Learning Tipe Mind Mapping. 2.1.5 Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Mind Mapping Pada sub unit Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Mind Mapping akan menguraikan tentang Konsep Dasar Pembelajaran Kooperatif, Prinsip Dasar Pembelajaran Kooperatif, Pembelajaran Kooperatif Tipe Mind Mapping, Teori yang Mendasari, dan Penerapan Model pada Pembelajaran. 2.1.5.1 Konsep Dasar Pembelajaran Kooperatif Menurut Solihatin (dalam Hosnan, 2014: 235) cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompokkelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4-5 orang dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen. Dengan struktur siswa yang heterogen maka dibutuhkan sikap saling menghargai dan menghormati antar anggota, untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Sikap tersebut

15 harus dimiliki oleh setiap anggota kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Cooperative Learning mengandung pengertian bekerja bersama dalam mencapai tujuan bersama (Hasan, dalam Hosnan, 2014: 235). Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) bernaung dalam teori konstruktivis. Pembelajaran ini dilakukan dengan cara berkelompok untuk bekerjasama saling membantu mengonstruksi konsep dan menyelesaikan persoalan (Shoimin, 2014: 45). Di dalam kelas kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompokkelompok kecil yang terdiri dari 4 6 orang siswa yang sederajat tetapi heterogen, kemampuan, jenis kelamin, suku/ras, dan satu sama lain saling membantu. Tujuan dibentuknya kelompok tersebut adalah untuk memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar. Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru, dan saling membantu teman sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan belajar. Dari pendapat beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang menempatkan siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen, sehingga memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar mandiri dan belajar bertukar pikiran mengenai tugas-tugasnya untuk mencapai tujuan pembelajaran bersama. 2.1.5.2.Prinsip Dasar Pembelajaran Kooperatif Roger dan David Johnson (dalam Thobroni, 2015: 238) mengatakan bahwa ada lima unsur dalam Cooperative Learning agar pembelajaran mencapai hasil yang maksimal adalah sebagai berikut. 1) Prinsip ketergantungan positif, yaitu guru perlu menciptakan suasana belajar yang mendorong siswa merasa saling membutuhkan. 2) Tanggung jawab perseorangan, yaitu siswa memiliki tanggung jawab untuk menyelesaikan tugas di kelompoknya secara baik. 3) Tatap muka yaitu memberikan kesempatan yang luas kepada setiap kelompok untuk bertatap muka melakukan interaksi dan diskusi untuk saling bersinergi yang

16 menguntungkan semua kelompok. 4) Komunikasi antaranggota, yaitu sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat. Jadi, dapat dikatakan pada prinsip ini adalah melatih siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dan berkomunikasi dalam kegiatan pembelajaran. 5) Evaluasi proses kelompok, yaitu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif. 2.1.5.3 Pembelajaran Kooperatif Tipe Mind Mapping Salah satu penggagas pembelajaran mind mapping adalah Tony Buzan (Huda, 2015:307). Menurut Buzan (2007: 4) Mind Map adalah cara termudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil informasi ke luar dari otak. Mind map adalah cara mencatat yang kreatif, efektif, dan secara harfiah akan memetakan pikiran-pikiran kita. Dengan meminta siswa untuk membuat peta pikiran memungkinkan mereka mengidentifikasi dengan jelas dan kreatif mengenai apa yang mereka pelajari. Peta pikiran atau mind mapping ini jauh lebih mudah daripada metode pencatatan tradisional karena peta pikiran ini dapat mengaktifkan kedua belahan otak, cara ini menyenangkan dan kreatif. Mind map melibatkan kedua sisi otak karena mind map menggunakan gambar, warna, imajinasi (wilayah otak kanan) bersamaan dengan kata, angka, dan logika (wilayah otak kiri) dalam Buzan (2007: 60). Pemetaan yang jelas dapat membantu menghindari miskonsepsi yang dibentuk siswa. Menurut Shoimin (2014:105), Mind Mapping merupakan teknik pemanfaatan seluruh otak dengan menggunakan citra visual dan prasarana grafis lainnya untuk membentuk kesan. Yang diperlukan untuk membuat mind map sangat sederhana, yaitu: kertas kosong tak bergaris, pena dan pensil warna, otak, serta imajinasi. Tujuh langkah dalam membuat mind map yaitu: (1) mulailah dari bagian tengah kertas kosong yang sisi panjangnya diletakkan mendatar, (2) gunakan

17 gambar atau foto untuk ide sentral, (3) gunakan warna, (4) hubungkan cabangcabang utama ke gambar pusat dan hubungkan cabang-cabang tingkat dua dan tiga ke satu dan dua, dan seterusnya. (5) buat garis hubung yang melengkung, (6) gunakan satu kata kunci untuk setiap garis, (7) gunakan gambar. DePorter (dalam Shoimin, 2014: 106) mengemukakan beberapa kiat dalam membuat peta pikiran (mind mapping). Kiat-kiat tersebut adalah: 1. Tulis gagasan utamanya di tengah-tengah kertas dan lingkuplah dengan lingkaran, persegi, atau bentuk lain. 2. Tambahkan sebuah cabang yang keluar dari pusatnya untuk setiap poin atau gagasan utama. Jumlah cabang-cabanmgnya akan bervariasi, tergantung dari jumlah gagasan atau segmen. Gunakan warna yang berbeda untuk tiap-tiap cabang. 3. Tulislah kata kunci atau frasa pada tiap-tiap cabang yang dikembnagkan untuk detail. Kata-kata kunci adalah kata-kata yang menyampaikan inti sebuah gagasan dan memicu ingatan pembelajar. 4. Tambahkan simbol-simbol dan ilustrasi-ilustrasi untuk mendapatkan ingatan yang lebih baik lagi. Kelebihan Model Mind Mapping yaitu : (1) cara ini cepat, (2) dapat digunakan untuk mengorganisasikan ide-ide yang muncul dalam pemikiran, (3) proses menggambar diagram dapat memunculkan ide-ide yang lain, (4) diagram yang sudah terbentuk dapat menjadi panduan untuk menulis. 2.1.5.4 Teori yang Mendasari Teori yang melandasi model pembelajaran kooperatif adalah teori konstruktivistik. Pada teori konstruktivistik ini lebih memahami belajar sebagai kegiatan manusia membangun atau menciptakan pengetahuan dengan memberi makna pada pengetahuannya sesuai dengan pengalamannya (Thobroni, 2015: 98). 2.1.5.5 Penerapan Model pada Pembelajaran Model pembelajaran kooperatif sangat tepat dengan keadaan Indonesia yang terdiri atas berbagai suku, ras, agama dan kondisi geografis yang berbeda, seperti yang diungkapkan Hosnan (2014: 234), setiap siswa yang ada dalam kelompok pembelajaran cooperative learning mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang, dan rendah) dan jika memungkinkan angota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan

18 kesetraan gender. Pembelajaran kooperatif dapat membantu membuat perbedaan menjadi bahan pembelajaran bukan menjadi masalah. Belajar dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif semua siswa akan didorong untuk berhasil yang dipengaruhi oleh kelompoknya, karena dalam kelompok tersebut siswa mengerjakan tugas dan tanggung jawab secara bersama-sama. Salah satu model pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan di SD adalah model pembelajaran kooperatif mind mapping. Model pembelajaran mind mapping adalah cara untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambilnya kembali keluar otak dengan teknik penyusunan catatan demi membantu siswa menggunakan seluruh potensi otak secara optimal dan mengembangkan gaya belajar visual. Dengan adanya kombinasi warna, simbol, cabang melengkung, bentuk dan sebagainya sehingga memudahkan otak dalam menyerap informasi yang diterima. Mind mapping yang terbaik adalah dengan menggunakan banyak gambar dan simbol, biasanya akan tampak seperti karya seni. Memanfaatkan gambar pada pembuatan mind mapping akan memudahkan pemahaman siswa terhadap suatu materi. Gambar digunakan dalam pembuatan mind mapping karena otak memiliki kemampuan alami untuk pengenalan visual, bahkan sebenarnya pengenalan yang sempurna. Inilah yang akan menyebabkan siswa akan lebih mengingat dan memahami informasi yang diperoleh jika menggunakan gambar untuk menyajikannya. Mind mapping menggunakan kemampuan otak akan pengenalan visual untuk mendapatkan hasil yang sebesar-besarnya. Buzan (2007: 9) menegaskan dengan kombinasi warna, gambar dan cabang-cabang melengkung, peta pikiran lebih merangsang secara visual daripada metode pencatatan tradisional yang cenderung linear dan satu warna sangat sesuai digunakan dalam menunjang pembelajaran IPS di SD Negeri 5 Ngraji karena sesuai dengan karakteristik siswa SD yang menyukai warna dan gambar serta sesuai dengan karakteristik mata pelajaran IPS yang sebagian besar mengandung konsep-konsep abstrak yang tidak mudah dipahami oleh siswa.

19 2.1.6 Sintaks Model Cooperative Learning Tipe Mind Mapping Berikut ini langkah-langkah (sintaks) proses pembelajaran Cooperative Learning Tipe Mind Mapping menurut Shoimin (2014: 106) yang dijelaskan dalam tabel 2.1 sebagai berikut: Tabel 2.1 Sintaks Model Cooperative Learning Tipe Mind Mapping N O. Langkah-Langkah Model Mind Mapping(Shoimin, 2014: 106): Langkah-Langkah Model Cooperative Learning Tipe Mind Mapping Kinerja Guru Kinerja Siswa 1. Guru mempersiapkan semua yang dibutuhkan 2. Menyampaikan tujuan Guru menyampaikan pembelajaran yang ingin tujuan pembelajaran dicapai Siswa menyiapkan diri Siswa memperhatikan penjelasan guru 3. Menyampaikan materi pembelajaran 4. Membentuk kelompok (masing-masing kelompok terdiri dari 2 orang) Guru menyampaikan materi pembelajaran Guru membentuk beberapa kelompok yang terdiri dari 2 orang siswa setiap kelompok. Siswa mengamati penjelasan guru dan menanyakan hal-hal yang belum dipahami Siswa berkelompok dengan teman sebangku

20 5. Guru meminta seorang dari pasangan tersebut Guru meminta seorang dari pasangan tersebut menceritakan materi menceritakan materi yang baru diterima dari guru, dan pasangannya yang baru diterima dari guru, dan pasangannya mendengar sembari mendengar sembari membuat catatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok lainnya membuat catatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok lainnya 6 Seluruh siswa secara Guru meminta siswa bergantian/diacak mengkomunikasikan menyampaikan hasil hasil diskusinya. wawancaranya dengan teman pasangannya, sampai sebagian siswa sudah menyampaikan hasil wawancara 7. Guru Guru mengulangi/menjelaskan mengulangi/menjelaskan kembali materi yang kembali materi yang sekiranya belum dipahami sekiranya belum siswa dipahami siswa Masing-Masing kelompok bekerja sesuai arahan guru Seluruh siswa secara bergantian/diacak menyampaikan hasil diskusinya dengan teman pasangannya, sampai sebagian siswa sudah menyampaikan hasil diskusi Siswa menanyakan materi yang sekiranya belum dipahami 8. Kesimpulan/penutup Guru bersama dengan siswa menyimpulkan apa yang telah dipelajari.

21 2.2 Hasil Penelitian yang Relevan Penelitian yang dilakukan oleh I Wayan Darmayoga tahun 2013, dalam penelitian yang berjudul Pengaruh Implementasi Metode Mind Mapping terhadap Hasil Belajar IPS ditinjau Dari Minat Siswa Kelas IV SD Sathya Sai Denpasar, menunjukkan bahwa model pembelajaran Mind Mapping dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas IV SD Sathya Sai Denpasar. Lebih lanjut dapat dilihat bahwa hasil belajar IPS siswa yang mengikuti metode pembelajaran Mind Mapping berbeda dengan kemampuan hasil belajar IPS siswa yang mengikuti metode pembelajaran konvensional. Rata-rata skor hasil belajar IPS siswa yang mengikuti metode pembelajaran Mind Mapping adalah 73,05 sementara rata-rata skor hasil belajar siswa yang mengikuti metode pembelajaran konvensional adalah 60,63. Kaitannya dengan penelitian ini adalah kesamaan penggunaan model mind mapping dalam pembelajaran IPS untuk meningkatkan proses dan hasil belajar siswa kelas IV SDN 5 Ngraji semester II tahun ajaran 2015/2016 akan tetapi terdapat perbedaan yaitu penelitian yang dilakukan peneliti adalah peningkatan proses dan hasil belajar yang tidak ditinjau dari minat siswa sebagai variabel pengendalinya, subjek yang diambil dan karakteristik siswa berbeda. Penelitian lain adalah penelitian yang dilakukan oleh Sang Ayu Pt. Diah Geminastiti tahun 2014, dengan judul Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Mind Mapping Berbantuan Media Gambar Terhadap Hasil Belajar Ips Siswa Kelas V Gugus VII Kecamatan Gianyar. Adapun hasil penelitiannya adalah terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang dibelajarkan melalui penerapan model pembelajaran kooperatif Mind Mapping berbantuan media gambar dengan siswa yang dibelajarkan melalui penerapan pembelajaran konvensional siswa kelas V Gugus VII kecamatan Gianyar. Ratarata hasil belajar IPS pada kelompok eksperimen = 79,41 sedangkan rata-rata hasil belajar IPS siswa pada kelompok kontrol dengan penerapan pembelajaran konvensional = 64,93 Jadi model pembelajaran kooperatif mind mapping berbantuan media gambar memberikan pengaruh terhadap hasil belajar IPS siswa

22 kelas V Gugus VII Kecamatan Gianyar. Kaitannya dengan penelitian ini adalah terdapat kesamaan penggunaan model pembelajaran kooperatif Mind Mapping dalam pembelajaran IPS untuk meningkatkan proses dan hasil belajar siswa kelas IV SDN 5 Ngraji semester II tahun ajaran 2015/2016 akan tetapi, terdapat perbedaan yaitu pada penelitian ini karena penelitian yang dilakukan peneliti adalah proses dan hasil belajar, peneliti juga tidak berbantuan media gambar, subjek yang diambil dan karakteristik siswa juga berbeda. Penelitian yang berjudul Penggunaan Model Mind Map Dalam Peningkatan Pembelajaran IPS Kelas IV SD Negeri 1 Kalirancang Kecamatan Alian Kabupaten Kebumen Tahun 2012/2013 yang dilakukan oleh Undung Suci Rejeki tahun 2013 menyimpulkan terdapat peningkatan pembelajaran IPS pada siswa kelas IV SD Negeri 1 Kalirancang Tahun Ajaran 2012/2013 dengan menggunakan model Mind Map. Terbukti dengan model Mind Map suasana kelas menjadi menyenangkan serta antusias siswa belajar dengan model Mind Map menyebabkan proses pembelajaran meningkat dan hasil evaluasi siswa juga meningkat yaitu sebanyak 90% dari jumlah siswa mencapai standar nilai 70. Kaitannya dengan penelitian ini adalah ada kesamaan penerapan model pembelajaran Mind Mapping dalam pembelajaran IPS dan peningkatan proses dan hasil belajar. Akan tetapi, terdapat perbedaan yaitu pada penelitian yang dilakukan berbeda subjek dan karakteristik siswa. Berikut ini disajikan tabel 2.2 mengenai kajian hasil penelitian yang relevan sebagai berikut:

23 Tabel 2.2 Hasil Penelitian yang Relevan N Nama Tahun Variabel yang diteliti Mape Subjek o Peneliti Penelitian l Penelitian 1 I Wayan 2013 a. Metode IPS Siswa kelas IV. Darmayoga pembelajaran SD Sathya Sai mind mapping Denpasar tahun b. Hasil belajar pelajaran siswa 2012/2013 c. Minat belajar siswa 2 Sang Ayu 2014 a. Model IPS Siswa kelas V. Pt. Diah pembelajaran Gugus VII Geministiti kooperatif mind Kecamatan mapping Gianyar b. Media gambar c. Hasil belajar siswa 3 Undung 2013 a. Model IPS Siswa kelas IV. Suci Rejeki pembelajaran SD Negeri 1 mind mapping Kalirancang b. Proses Kecamatan pembelajaran Alian c. Hasil belajar Kabupaten Kebumen Tahun Ajaran 2012/2013. 4 Irma Estri H 2016 a. Model IPS Siswa kelas 4. (Peneliti) Cooperative SD Negeri 5 Learning Tipe Ngraji semester Mind Mapping II tahun ajaran

24 b. Proses pembelajaran c. Hasil belajar siswa 2015/2016 Berdasarkan tabel hasil penelitian yang relevan tersebut, bisa kita cermati bahwa ada peneliti yang mempunyai tiga variabel yaitu metode pembelajaran mind mapping, hasil belajar, serta minat belajar pada mata pelajaran IPS kelas 4, letak perbedaan dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah adanya variabel proses pembelajaran, subjek dan tahun pelajaran juga berbeda. Ada peneliti yang hanya mempunyai dua variabel saja yaitu model pembelajaran mind mapping dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS di kelas 5, letak perbedaan dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah ditambahnya variabel yaitu proses pembelajaran, semester dan tahun pelajaran serta subjek penelitian yang berbeda. Namun ada satu penelitian yang mempunyai kesamaan dengan penelitian yag dilakukan dengan yang peneliti lakukan yaitu sama-sama menambahkan variabel proses pembelajaran, tetapi subjek penelitian dan tahun pelajaran berbeda. 2.3 Kerangka Pikir Proses pembelajaran merupakan kegiatan interaksi antara guru dengan siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan yang optimal. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Pema Hendri (2014) di SD Negeri Simbaturagung 01 Pati, kenyataannya komunikasi timbal balik antara guru dengan siswa tidak dapat berlangsung seperti yang diharapkan. Guru menggunakan model pembelajaran yang tidak bervariasi yaitu dengan berceramah. Siswa menerima informasi tanpa adanya kegiatan praktek. Siswa kurang memiliki kreatifitas, dan kurang berpartisipasi secara aktif dalam proses pembelajaran terutama pada mata pelajaran IPS, sehingga mengakibatkan rendahnya hasil belajar siswa. Kondisi ini memerlukan suatu perbaikan, salah satunya dengan menerapkan model Cooperative Learning Tipe Mind Mapping. Penerapan model Cooperative Learning Tipe Mind Mapping akan

25 membantu guru untuk menciptakan suasana kelas yang aktif dan menyenangkan, serta membantu siswa untuk menggali pengetahuan dan kemampuannya dalam menyerap materi pelajaran sehingga siswa lebih tertarik dan semangat dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar, sehingga masalah yang ada di kelas 4 SD Negeri 5 Ngraji dapat terselesaikan dengan baik. Langkah-langkah model Cooperative Learning Tipe Mind Mapping adalah: (1) menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, (2) menyampaikan materi pelajaran, (3) untuk mengetahui daya serap siswa, guru membentuk kelompok yang beranggotakan 2 orang, (4) guru meminta seorang dari pasangan tersebut menceritakan materi yang baru diterima dari guru, dan pasangannya mendengar sembari membuat catatan kecil, kemudian berganti peran. begitu juga kelompok lainnya, (5) seluruh siswa secara bergantian/diacak menyampaikan hasil wawancaranya dengan teman pasangannya, sampai sebagian siswa sudah menyampaikan hasil wawancara, (6) guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum dipahami siswa, (7) kesimpulan/penutup. Penjelasan secara rinci disajikan melalui skema 2.1 berikut:

26 Pembelajaran IPS Pembelajaran Konvensional Guru mendominasi proses pembelajaran Menggunakan metode ceramah yang tidak bervariasi sehingga siswa kurang aktif Penilaian Hasil Belajar Tes Formatif Hasil belajar rendah (<KKM) Sintaks Cooperative Learning Tipe Mind Mapping 1. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai 2. Menyampaikan materi pembelajaran 3. Membentuk kelompok (masing-masing kelompok terdiri dari 2 orang) 4. Guru meminta seorang dari pasangan tersebut menceritakan materi yang baru diterima dari guru, dan pasangannya mendengar sembari membuat catatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok lainnya 5. Seluruh siswa secara bergantian/diacak menyampaikan hasil wawancaranya dengan teman pasangannya, sampai sebagian siswa sudah menyampaikan hasil wawancara 6. Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum dipahami siswa 7. Kesimpulan/penutup Pembelajaran IPS Guru menjadi fasilitator Penilaian proses belajar Guru Tes menjadi formatif fasilitator Hasil belajar tinggi Proses pembelajaran meningkat Penilaian hasil belajar Tes Formatif Penilaian Hasil Belajar Hasil Belajar Tinggi KKM Skema 2.1 Skema Kerangka Pikir

27 2.4. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir, maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut: 1. Dengan menerapkan model Cooperative Learning Tipe Mind Mapping dapat meningkatkan proses pembelajaran IPS pada siswa kelas 4 SD Negeri 5 Ngraji semester II tahun ajaran 2015/2016 secara signifikan. 2. Peningkatan proses pembelajaran melalui model Cooperative Learning Tipe Mind Mapping dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas 4 SD Negeri 5 Ngraji semester II tahun ajaran 2015/2016 secara signifikan.