BAB I PENDAHULUAN. kulit agar senantiasa terjaga dan utuh adalah salah satu aspek penting di

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM UPAYA PENCEGAHAN DEKUBITUS DI RUMAH SAKIT CAKRA HUSADA KLATEN

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah mempertahankan integritas kulit. Hal ini dapat tercapai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan masyarakat tentang kesehatan juga mulai berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. iritasi dan akan berkembang menjadi luka tekan atau dekubitus (Sumardino, Dekubitus merupakan masalah yang serius karena dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dekubitus adalah kerusakan struktur anatomis dan fungsi kulit normal

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA DENGAN KETERLIBATAN DALAM MOBILISASI DINI PASIEN STROKE DI RSU ISLAM KUSTATI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. UU R.I Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, Pasal 62 tentang. peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. penyakit stroke. Menurut Muttaqin (2008), stroke merupakan penyakit

PENGARUH POSISI LATERAL INKLIN 30 0 TERHADAP KEJADIAN DEKUBITUS PADA PASIEN STROKE DI BANGSAL ANGGREK I RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek utama dalam pemberian asuhan keperawatan adalah

BAB I PENDAHULUAN. yang berbaring lama. Ulkus dekubitus sering disebut sebagai ischemic ulcer, pressure ulcer, pressure sore, bed sore.

HUBUNGAN STATUS NUTRISI DENGAN KEJADIAN DEKUBITUS PADA PENDERITA STROKE DI YAYASAN STROKE SARNO KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas ini berkepanjangan akan mengakibatkan luka. regangan dan gesekan (Potter dan Perry, 2005; Hidayat, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. hemoragik di Jawa Tengah adalah 0,03%. Sedangkan untuk stroke non

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan yang serius dan berdampak pada disfungsi motorik dan

BAB 1 PENDAHULUAN. fisik yang dapat menyebabkan terjadinya fraktur. Kebanyakan fraktur

BAB 1 PENDAHULUAN. karena terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja

BAB 1 PENDAHULUAN. di negara berkembang. Di negara miskin, sekitar 25-50% kematian wanita subur

BAB I PENDAHULUAN. Sejumlah prilaku seperti mengkonsumsi makanan-makanan siap saji yang

BAB I PENDAHULUAN. Asia, khususnya di Indonesia, setiap tahun diperkirakan 500 ribu orang

KEBUTUHAN MOBILITAS FISIK

BAB I PENDAHULUAN. Dekubitus merupakan masalah serius yang sering terjadi pada pasien yang

BAB I PENDAHULUAN. Dekubitus merupakan masalah yang dihadapi oleh pasien-pasien dengan penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. terhentinya suplai darah ke otak karena sumbatan (stroke iskemik) atau

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA PASIEN STROKE HEMORAGE DEXTRA DI RSUD PANDANARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB I PENDAHULUAN. pada pasien yang mengalami gangguan mobilitas, seperti pasien stroke, injuri

BAB I PENDAHULUAN. gangguan aktivitas fungsional pada orang dewasa (irfan, 2012)

BAB I PENDAHULUAN. stroke masih tinggi. Menurut estimasi World Health Organisation (WHO), pada

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. P DENGAN GANGGUAN SISTIM PERSARAFAN : STROKE HEMORAGIK DI RUANG ANGGREK I RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. suplai darah dan oksigen ke otak (Smeltzer et al, 2002). Menurut World

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN PERAWAT DALAM PENERAPAN PROTAP PERAWATAN LUKA POST OPERASI DI RUANG CENDANA RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Mencapai derajat sarjana S-1. Diajukan Oleh : NURHIDAYAH J FAKULTAS KEDOKTERAN

BAB I PENDAHULUAN. mikroorganisme dalam tubuh yang menyebabkan sakit yang disertai. dengan gejala klinis baik lokal maupun sistemik.

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA PASIEN PASKA STROKE NON HEMORAGIK DEKSTRA STADIUM AKUT

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem saraf manusia mempunyai struktur yang kompleks dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan permasalahan yang kompleks, baik dari segi kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akibat gangguan fungsional otak fokal maupun global dengan gejala-gejala yang

BAB I PENDAHULUAN. jantung sebagai pemompa, kelainan dinding pembuluh darah dan komposisi

HUBUNGAN ANTARA STATUS GLASSGOW COMA SCALE DENGAN ANGKA LEUKOSIT PADA PASIEN TRAUMA KEPALA YANG DIRAWAT INAP DI RSUD Dr MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah hipertensi. Hipertensi adalah keadaan peningkatan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. sangat strategis yaitu dikelilingi oleh wilayah Kabupaten Magelang dan

BAB 1 PENDAHULUAN. DM suatu penyakit dimana metabolisme glukosa yang tidak normal, yang terjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SKRIPSI. DiajukanSebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar sarjana Keperawatan. Oleh: JOKO PURNOMO J

fisiologis. Konsep mobilisasi mula-mula berasal dari ambulasi dini yang merupakan pengembalian secara berangsur-angsur ke tahap mobilisasi

INOVASI KEPERAWATAN PENGGUNAAN SKALA BRADEN PADA PASIEN STROKE DI RSUD CENGKARENG

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pengumpulan data kuesioner yang telah disebar tentang Pemenuhan

dan komplikasinya (Kuratif), upaya pengembalian fungsi tubuh

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN PASCA OPERASI FRAKTUR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN KECEMASAN TENTANG PENULARAN PENYAKIT DENGAN PERAN KELUARGA DALAM PERAWATAN PENYAKIT TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GROGOL I SUKOHARJO

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke atau gangguan peredaran darah otak (GPDO) merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Prevention (CDC) memperkirakan jumlah penderita hipertensi terus

BAB I PENDAHULUAN. pecahnya pembuluh darah atau tersumbat oleh gumpalan. Gangguan asupan darah

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas sel tubuh melalui impuls-impuls elektrik. Perjalanan impuls-impuls

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM UPAYA PENCEGAHAN DEKUBITUS DI RUMAH SAKIT CAKRA HUSADA KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. bertambahnya jumlah pengendara kendaraan bermotor dan pengguna jalan

BAB 1 PENDAHULUAN. ditandai oleh kenaikan kadar glukosa darah atau hiperglikemia, yang ditandai

BAB 1 PENDAHULUAN. kecacatan yang lain sebagai akibat gangguan fungsi otak (Muttaqin, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. negara. Dalam pembukaan UUD 1945 tercantum bahwa cita cita bangsa yang

serangan yang cepat dan penyembuhannya dapat diprediksi (Lazarus,et al., 1994).

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA DENGAN PERILAKU DALAM MENINGKATKAN KAPASITAS FUNGSIONAL PASIEN PASCA STROKE DI WILAYAH KERJA

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang No. 36 tahun 2014 bahwa kesehatan. harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan suatu penyakit kegawatdaruratan neurologis yang berbahaya

BAB I PENDAHULUAN. jumlah tersebut menempati urutan ke-4 terbesar di dunia, setelah India (31,7

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti jantung koroner dan stroke sekarang ini banyak terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak terjadi di masyarakat adalah penyakit asma (Medlinux, (2008).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang sangat

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KASUS HEMIPARESE POST STROKE NON HEMORAGE DEXTRA DI RSUD SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. Depkes RI (2007 dalam Nastiti, 2012) menjelaskan bahwa Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. perdarahan atau non perdarahan (Junaidi Iskandar, 2002: 4).

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab utama kematian ke-enam di seluruh dunia (Nwanko, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. yang penyebabnya adalah virus. Salah satunya adalah flu, tetapi penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. Status sehat sakit para anggota keluarga dan keluarga saling

BAB I PENDAHULUAN. di rumah sakit. Anak biasanya merasakan pengalaman yang tidak menyenangkan

BAB I PENDAHULUAN. otak secara akut dan dapat menimbulkan kematian (World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. Luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan karena adanya cedera

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja (Muttaqin, 2008). Corwin (2009) menyatakan dalam Buku Saku

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan terpotongnya suplai oksigen dan nutrisi yang mengakibatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Keperawatan sebagai bagian integral pelayanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah modal utama bagi manusia, kesehatan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DENGAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN: STROKE HEMORAGIK DI BANGSAL CEMPAKA RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang. telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menurut World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke dapat menyerang kapan saja, mendadak, siapa saja, baik laki-laki atau

IKRIMA RAHMASARI J

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan operasi merupakan pengalaman yang sulit bagi sebagian pasien

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini berisi tentang penjelasan latar belakang masalah, rumusan

BAB 1 PENDAHULUAN. dan sangat susah ditanggulangi, sebagian besar berakhir dengan kematian

BAB I PENDAHULUAN. di masyarakat. Pola penyakit yang semula didomiasi penyakit-penyakit menular

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, penyakit ini dapat mengenai semua umur baik laki-laki maupun

BAB I PENDAHULUAN. Departemen Kesehatan (2002) menyatakan semua tenaga kesehatan. (Undang Undang Kesehatan No. 23, 1992).

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke yang disebut juga sebagai serangan otak atau brain attack ditandai

BAB 1 PENDAHULUAN. degeneratif dan salah satu penyakit tidak menular yang meningkat jumlahnya

BAB V PEMBAHASAN. A. Pembahasan. Bab ini penulis akan membahas tentang tindakan keperawatan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam dunia keperawatan menjaga dan mempertahankan integritas kulit agar senantiasa terjaga dan utuh adalah salah satu aspek penting di dalamnya. Intervensi dalam keperawatan kulit klien akan menjadi salah satu indikator kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan. Kerusakan integritas kulit dapat berasal dari luka karena trauma dan pembedahan, namun juga dapat disebabkan karena tertekannya kulit dalam waktu lama yang menyebabkan iritasi dan akan berkembang menjadi luka tekan atau dekubitus (Mukti, 2005). Dekubitus adalah kerusakan jaringan terlokalisir yang di sebabkan karena adanya penekanan jaringan lunak di atas tulang yang menonjol (bony prominence) akibat adanya tekanan dari luar dalam jangka waktu lama yang menyebabkan gangguan pada suplai darah pada daerah yang tertekan sehingga terjadi insufierensi aliran darah, anoreksia, iskemic jaringan dan akhirnya dapat mengakibatkan kematian sel (Sari, 2007). Dalam dunia keperawatan, kasus dekubitus banyak terjadi pada pasien yang mengalami gangguan mobilitas, seperti pasien stroke, injuri tulang belakang atau penyakit degeneratif (Heri, 2008). Menurut Mukti, (2005) insidensi dan prevalensi terjadinya dekubitus di Amerika tergolong masih tinggi dan perlu mendapatkan 1

2 perhatian dari kalangan tenaga kesehatan khususnya perawat. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa insidensi terjadinya dekubitus bervariasi, tapi secara umum di laporkan bahwa 5-11% terjadi tatanan perawatan akut, 15-25% di tatanan perawatan jangka panjang dan 7-12% di tatanan perawatan rumah atau homecare. Dekubitus merupakan problem yang serius karena mengakibatkan meningkatnya biaya, lama perawatan di rumah sakit serta memperlambat program rehabilitasi bagi penderita. Selain itu dekubitus juga dapat menyebabkan komplikasi berat yang mengarah ke sepsis, infeksi kronis, sellulitis, osteomyelitis dan peningkatan prevalensi mortalitas pada klien lanjut usia. Istilah dekubitus sebenarnya kurang tepat dipakai untuk menggambarkan luka tekan karena asal kata dekubitus adalah decumbree yang artinya berbaring. Ini di artikan bahwa luka tekan hanya berkembang pada pasien yang dalam keadaan berbaring. Padahal sebenarnya luka tekan tidak hanya berkembang pada pasien yang berbaring, tapi juga dapat terjadi pada pasien yang menggunakan kursi roda atau prostesi. Oleh karena itu istilah dekubitus sekarang ini jarang digunakan di literatur literatur untuk menggambarkan istilah luka tekan (Sari, 2007). Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya dekubitus adalah gangguan syaraf vasomotorik, sensorik dan motorik, kontraktur sendi dan spastisitas, gangguan sirkulasi perifer, malnutrisi dan hipoproteinemia, anemia, keadaan patologis kulit pada gangguan hormonal (oedema), laserasi dan infeksi, hygine kulit yang buruk, inkontinensia alvi dan urine, penurunan

3 mental dan kesadaran. Penyelidikan menunjukkan bahwa kira-kira 28% penderita di rumah sakit terkena dekubitus. Penderita dengan trauma medulla spinalis di duga 25-85% dengan angka kematian terbesar 7-8% (Hidayat, 2004). Berbagai upaya dapat di lakukan untuk mencegah terjadinya dekubitus, bardasarkan panduan praktek klinik yang di keluarkan oleh America Health of Care Plan Resources (AHCPR), intervensi keperawatan yang di gunakan untuk mencegah terjadinya dekubitus terdiri dari tiga kategori yaitu perawatan kulit dan penanganan dini meliputi mengkaji resiko klien terkena dekubitus, perbaikan keadaan umum penderita, pemeliharaan, perawatan kulit yang baik, pencegahan terjadinya luka dengan berbaring yang berubah-ubah dan massase tubuh. Intervensi yang ke dua yaitu penggunaan berbagai papan, matras atau alas tempat tidur yang baik. Intervensi yang ke tiga yaitu edukasi pada klien dan support system (Mukti, 2005). Survei kesehatan rumah tangga (SKRT) menunjukkan bahwa 37,3 per 100.000 penduduk terkena stroke, sedangkan stroke merupakan penyebab kematian no. 3 di Indonesia (Misbach, 2004) Masalah yang muncul pada penderita stroke diantaranya tekanan di rongga otak, gangguan sistem pernafasan, sistem kardiovaskuler, fungsi berbahasa, dan kelumpuhan. Stroke sering dapat dicegah jika gejalanya dapat di kenali dan faktor resiko dapat diatasi, sehingga jika stroke timbul, dapat segera dilakukan tindakan tetapi paling efektif jika diberikan secara cepat, yaitu hanya dalam waktu tiga jam.

4 Oleh karena itu orang yang menunjukkan gejala stroke harus segera dibawa ke unit gawat darurat rumah sakit terdekat. Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta didapatkan pasien stroke yang masih dirawat tahun 2010 terdapat 768 kasus. Penderita stroke perlu penanganan yang baik untuk mencegah kecacatan fisik dan mental. Stroke pada penderita dewasa akan berdampak menurunnya produktivitas dan bahkan akan terjadi beban pada orang lain. Penderita stroke post serangan membutuhkan waktu yang lama untuk memulihkan dan memperoleh fungsi penyesuaian diri secara maksimal. Akibat buruk dapat saja terjadi cacat fisik, mental, ataupun sosial untuk itu penderita stroke membutuhkan program rehabilitasi (Sugiarto, 2004). Kelumpuhan yang sering terjadi pada pasien stroke berakibat pada rendahnya tingkat aktivitas pasien. Kondisi ini menyebabkan pasien stroke memiliki resiko terhadap dekubitas, dimana pada tahun 2010 dari 768 kasus pasien stroke 64 pasien (16%) diantaranya mengalami dekubitus. Kasus dekubitus yang terjadi bisa disebabkan karena pasien atau keluarga kurang memiliki pengetahuan tentang penyakit yang di derita. Banyak dari pasien stroke yang dibawa ke Rumah Sakit sudah mengalami dekubitus. Menurut keterangan perawat di Ruang Anggrek I RSUD Dr. Moewardi Surakarta, sebagian besar pasien yang mengalami dekubitus disebabkan selama perawatan di rumah pasien tidak mendapatkan penanganan yang sesuai, seperti pasien yang imobilisasi tidak dilakukan alih baring. Selain itu

5 kekurangan nutrisi yang dialami oleh pasien sebagian besar disebabkan adanya gangguan asupan makanan oleh pasien. Faktor-faktor penyebab terjadinya dekubitus menurut Potter & Pierry (2006) meliputi faktor eksternal yang terdiri penekanan, gesekan, sheer, dan kelembaban. Sedangkan faktor internal antara lain usia, status mobilisasi dan aktivitas, nutrisi, disfungsi sirkulasi, dan anemia. Faktor utama terjadinya gangguan integritas kulit berupa dekubitus adalah tekanan, namun terdapat faktor-faktor tambahan yang dapat meningkatkan resiko terjadinya dekubitus yang lebih lanjut pada klien. Termasuk di antaranya adalah gaya gesek dan friksi, kelembaban, nutrisi buruk, anemia, infeksi, demam, gangguan sirkulasi perifer, obesitas, kakeksia, dan usia. Selama ini kebanyakan peneliti memfokuskan penelitiannya pada faktor eksternal terjadinya gangguan integritas kulit seperti tekanan, gesekan dan friksi dan sebagainya, sedangkan faktor internal berupa karakteristik pasien kurang diperhatikan, oleh sebab itu pada penelitian ini peneliti tertarik untuk meneliti faktor internal pasien terhadap kejadian dekubitus. Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian dekubitus pada pasien stroke yang menjalani rawat inap di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Faktor-faktor apa sajakah yang dapat mempengaruhi kejadian

6 dekubitus pada pasien stroke yang menjalani rawat inap di Rumah Sakit Dr.Moewardi Surakarta? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi kejadian dekubitus pada pasien stroke yang menjalani rawat inap di Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta. 2. Tujuan khusus a. Mengetahui pengaruh faktor usia terhadap kejadian dekubitus di Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta. b. Mengetahui pengaruh faktor aktivitas terhadap kejadian dekubitus di Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta. c. Mengetahui pengaruh faktor status nutrisi terhadap kejadian dekubitus di Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta. d. Mengetahui faktor apakah yang paling dominan mempengaruhi kejadian dekubitus di Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis a. Menambah khasanah ilmu pengetahuan para pembaca terutama mengenai faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi kejadian dekubitus. b. Sebagai bahan referensi atau sumber data untuk penelitian sejenis.

7 2. Manfaat praktis a. Bagi ilmu keperawatan : hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi bagi perawat tentang faktor-faktor apa saja yang dapat mengakibatkan dekubitus, serta meningkatkan kesadaran, pemahaman dan wawasan mutu pelayanan keperawatan dalam pencegahan dekubitus. b. Bagi institusi rumah sakit : hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi, bahan masukan bagi rumah sakit dalam mengevaluasi tindakan, menentukan kebijakan-kebijakan serta meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit yang terkait dengan pencegahan dekubitus. c. Bagi institusi pendidikan : hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan masukan dalam proses belajar mengajar mengenai faktor-faktor apa saja yang dapat mengakibatkan terjadinya dekubitus. d. Bagi penulis : menambah pengetahuan dan pengalaman langsung dalam melakukan penelitian. E. Keaslian Penulisan Sepengetahuan penulis penelitian lain tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian dekubitus antara lain: Penelitian yang di lakukan oleh Setyawan (2006) dengan judul Hubungan Tingkat Pengetahuan, Sikap Dengan Perilaku Perawat Dalam Upaya Pencegahan Dekubitus di Rumah Sakit Cakra Husada Klaten,

8 penelitian ini merupakan penelitian kwantitatif non experimental menggunakan metode deskriptif correlatif, jumlah responden 30 orang. Instrumen yang di gunakan adalah kuisoner dan lembar observasi berupa checklist. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada variabel bebasnya dan metode yang digunakan. Sedangkan persamaannya adalah sama-sama meneliti tentang dekubitus. Penelitian Fitriyani Noor (2009) meneliti tentang Pengaruh Posisi Lateral Inklin 30 derajat Terhadap Kejadian Dekubitus Pada Pasien Stroke Di Bangsal Anggrek I Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif eksperimen dengan menggunakan metode deskriptif comparative, jumlah responden 30 orang. Instrument yang digunakan adalah kuisoner. Perbedaan dengan penelitian yang akan d lakukan terletak pada fariabel bebasnya dan metode yang digunakan. Sedangkan persamaannya terletak pada variabel terikat dan instrumennya. Berdasarkan pembahasan di atas maka di simpulkan bahwa penelitian ini bukan merupakan penelitian yang bersifat duplikasi atau reflikasi.