FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN KEMIH PADA PASIEN POLIKLINIK PENYAKIT DALAM DI RSU GMIM PANCARAN KASIH MANADO Saraginta P. Mosesa*, Angela F.C. Kalesaran*, Paul A. T. Kawatu* *Fakultas Kesehatan Masyarakat ABSTRAK Infeksi Saluran Kemih (ISK) merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering terjadi. Penyakit infeksi saluran kemih di Indonesia mencapai 90-100 kasus per 100.000 penduduk per tahun. Infeksi saluran kemih di RSU GMIM Pancaran Kasih Manado mengalami peningkatan sebesar 69,8%.. Sampai saat ini jumlah kasus tertinggi yaitu pada tahun 2016 yaitu sebanyak 1.051 kasus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara diabetes melitus dan kebiasaan menahan BAK dengan kejadian infeksi saluran kemih. Penelitian yang dilaksanakan merupakan jenis penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalah pasien Poliklinik Penyakit Dalam di RSU Pancaran Kasih Manado. Jumlah sampel yang digunakan yaitu 106 responden. Pengambilan data menggunakan kuesioner. Analisis bivariat dengan menggunakan uji chi square dengan p-value=0,05 untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara diabetes melitus dan kebiasaan menahan buang air kecil dengan kejadian infeksi saluran kemih. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara diabetes melitus dengan kejadian infeksi saluran kemih p=0,897 (p>0,05) dan hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kebiasaan menahan buang air kecil dengan kejadian infeksi saluran kemih p=0,027 (p<0,05). Kata kunci : ISK, Diabetes Melitus, Kebiasaan Menahan BAK. ABSTRACT Urinary Tract Infection (UTI) is one of the major public health problem which occurs often. Urinary tract infection in Indonesia amounted 90-100 cases 100.000 per year. In GMIM Pancaran Kasih Manado Hospital, there was an increase in urinary tract infection cases as much as 69,8%. The highest cases so far was in 2016 amounted for 1.051 cases. This study aimed to determine correlation between diabetes mellitus and urine holding habit with urinary tract infection. This study was an analytical survey design with cross sectional approach. The population was patients in internal medicine clinic GMIM Pancaran Kasih Hospital. Sampel were 106 respondents. Data was taken by questionnaire. Bivariate analysis using chi square test with p-value=0.05 was used to determine whether there was a correlation between diabetes mellitus and urine holding habit with urinary tract infection. The results showed that there was no relationship between diabetes mellitus and urinary tract infection p=0,897 (p>0,05) and there was relationship between urine holding habit and urinary tract infection p=0,027 (p<0,05). Keywords : UTI, Diabetes Meliitus, Urinary Holding Habit. 1
PENDAHULUAN Infeksi saluran kemih merupakan salah satu masalah kesehatan yang paling sering terjadi. American Urology Association (AUA, 2016) mengatakan bahwa insiden infeksi saluran kemih diperkirakan 150 juta penduduk dunia pertahun. Infeksi saluran kemih di Amerika Serikat mencapai lebih dari 7 juta kunjungan setiap tahunnya. Kurang lebih 15% dari semua antibiotik yang diresepkan untuk masyarakat Amerika Serikat diberikan pada penderita infeksi saluran kemih dan beberapa negara Eropa menunjukkan data yang sama (IAUI, 2016). Data dari Kementerian Kesehatan RI tahun 2014 menunjukkan bahwa jumlah penderita penyakit infeksi saluran kemih mencapai 90-100 kasus per 100.000 penduduk per tahunnya atau sekitar 180.000 kasus baru pertahun. Jumlah pasien infeksi saluran kemih di RSU GMIM Pancaran Kasih Manado cenderung meningkat dari tahun 2014 hingga 2016 dan masuk dalam 10 penyakit tertinggi. Tahun 2016 jumlah infeksi saluran kemih pada pasien rawat jalan berada di urutan ke 10 namun jumlahnya meningkat menjadi 1.051 pasien (RSU GMIM Pancaran Kasih Manado, 2016). Infeksi saluran kemih disebabkan oleh beberapa faktor risiko. Faktor-faktor yang berhubungan dengan infeksi saluran kemih yaitu jenis kelamin, usia, genetik, kelainan refluks, diabetes melitus, penggunaan kateter, aktivitas seksual, kebiasaan menahan BAK, dan kurang minum air putih. (Harrison (2008); Setiati (2014) dimodifikasi), Penelitian yang dilakukan oleh Saptianingsih (2012) diperoleh hasil perempuan dengan status diabetes melitus berpeluang 8 kali untuk mengalami infeksi saluran kemih. Penelitian yang dilakukan oleh Sari (2016) di Universitas Bandar Lampung menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kebiasaan menahan buang air kecil dengan kejadian infeksi saluran kemih pada wanita di Universitas Bandar Lampung. Kebiasaan menahan BAK METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional. Penelitian dilaksanakan di RSU GMIM Pancaran Kasih Manado di Poliklinik Penyakit Dalam pada bulan Mei sampai dengan Juni 2017. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien yang melakukan pemeriksaan rutin di Poliklinik Penyakit Dalam. Jumlah sampel dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus Lemeshow dan diperoleh jumlah sampel 106 responden. Instrimen penelitian yang digunakan yaitu kuesioner. Metode pengumpulan data status ISK dan DM dilakukan dengan cara penelusuran rekam medik tiga bulan terakhir (Maret-Mei 2017), wawancara dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan yaitu univariat yang bertujuan untuk mengetahui distribusi frekuensi data demografi responden dan masing-masing variable penelitian. Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui hubungan antara status diabetes melitus dan kebiasaan menahan BAK dengan kejadian infeksi saluran kemih. 2
HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Univariat Tabel 1. Diatribusi Responden Berdasarkan Kejadian Infeksi Saluran Kemih (ISK). Status ISK n % Ya 26 24,5 TIdak 80 75,5 Total 106 100 Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar (75,5%; n=80) tidak menderita ISK, sedangkan 24,5% (26 responden) lainnya menderita ISK. Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Status Diabetes Melitus (DM) Status DM n % Ya 46 43,4 TIdak 60 56,6 Total 106 100 Tabel 9 menunjukkan bahwa responden yang memiliki status DM sebanyak 46 responden (43,4%), sedangkan responden yang tidak memiliki status DM sebanyak 60 responden (56,6%). Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Kebiasaan Menahan Buang Air Kecil. Kebiasaan Menahan BAK n % Ya 24 22,6 TIdak 82 77,4 Total 106 100 Berdasarkan tabel 3, diperoleh bahwa responden yang memiliki kebiasaan menahan buang air kecil sebesar 22,6% (n=35), sedangkan responden yang tidak memiliki kebiasaan menahan buang air kecil sebesar 77,4% (n=82).. Analisis Bivariat Tabel 4. Hubungan Antara Status DM dengan kejadian ISK. Statu Status ISK p- s DM Ya % Tida % n % val k ue Ya 11 23,9 35 76,1 46 10 0 0,8 Tida k 15 25 45 75 60 10 0 97 Tabel 4, Berdasarkan tabel 13, menunjukkan hasil analisis hubungan antara status diabetes melitus dengan kejadian infeksi saluran kemih pada pasien poliklinik Penyakit Dalam di RSU GMIM Pancaran Kasih Manado diperoleh sebanyak 11 responden (23,9%) dari 46 responden yang menderita diabetes melitus dan responden mengalami ISK. Sedangkan sebanyak 45 responden (75%) dari 60 responden yang tidak menderita diabetes melitus dan responden tidak mengalami ISK. Hasil uji chi square diperoleh nilai p = 0,897 (p-value > 0,05) sehingga berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara status diabetes melitus dengan kejadian infeksi saluran kemih pada pasien Poliklinik Penyakit Dalam di RSU GMIM Pancaran Kasih Manado. Tabel 5. Hubungan Antara Kebiasaan Menahan BAK dengan Kejadian ISK. Kebiasaan Status ISK Menahan Ya % Tidak % n % BAK Ya 10 41,7 14 58,3 24 100 Tidak 16 19,5 66 75,5 82 100 Berdasarkan tabel 5, menunjukkan hasil analisis hubungan antara kebiasaan menahan p- value 0,027 3
BAK dengan kejadian infeksi saluran kemih pada pasien poliklinik Penyakit Dalam di RSU GMIM Pancaran Kasih Manado diperoleh sebanyak 10 responden (41,7%) dari 24 responden yang memiliki kebiasaan menahan BAK dan responden mengalami ISK. Sedangkan sebanyak 66 responden (75,5%) dari 82 responden yang tidak memiliki kebiasaan menahan BAK dan responden tidak mengalami ISK. Hasil uji chi square diperoleh nilai p = 0,027 (p-value < 0,05) sehingga berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara kebiasaan menahan BAK dengan kejadian infeksi saluran kemih pada pasien Poliklinik Penyakit Dalam di RSU GMIM Pancaran Kasih Manado. Gambaran Kejadian Infeksi Saluran Kemih Kejadian Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada pasien poliklinik penyakit dalam di RSU GMIM Pancaran Kasih Manado lebih banyak diderita oleh perempuan daripada laki-laki dengan jumlah perempuan sebanyak 19,5% dan jumlah laki-laki sebanyak 27,7%. Hal ini menguatkan teori bahwa ISK lebih banyak diderita oleh perempuan (Setiati, 2014). Menurut Guyton dan Hall (2012) hal ini juga disebabkan karena uretra perempuan lebih pendek daripada laki-laki. Panjang pada perempuan sekitar 1½ inchi (4 cm) dan pada laki-laki sekitar 8 inchi (20 cm). PEMBAHASAN Gambaran Status Diabetes Melitus Berdasarkan hasil penelitian di RSU GMIM Pancaran Kasih Manado, responden yang memiliki status diabetes melitus sebesar 43,4% dan yang tidak memiliki status diabetes melitus sebesar 56,6%. Hal ini menunjukkan bahwa pada penelitian ini lebih banyak responden tidak memiliki status diabetes melitus. Gambaran Kebiasaan Menahan BAK Berdasarkan hasil penelitian di RSU GMIM Pancaran Kasih Manado diperoleh sebesar 22,6% yang memiliki kebiasaan menahan BAK dan sebesar 77,4% tidak memiliki kebiasaan menahan BAK. Penelitian ini memperlihatkan bahwa sebagian besar responden tidak memiliki kebiasaan menahan BAK. Hal ini disebabkan oleh faktor jenis pekerjaan responden. Responden sebagian besar merupakan IRT dan pensiunan sehingga lebih sering melakukan pekerjaan didalam rumah. Hubungan Antara Status Diabetes Melitus dengan Kejadian ISK Hasil penelitian diperoleh bahwa tidak terdapat hubungan antara status diabetes melitus dengan kejadian ISK pada pasien Poliklinik Penyakid Dalam di RSU GMIM Pancaran Kasih Manado, dimana diperoleh nilai p = 0,897 (p > 0,05). Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Saptianingsih 2012. Perbedaan antara peneltian ini dan penelitian yang dilakukan oleh Saptianingsih yaitu penelitian tersebut subjek penelitiannya pada pasien diabetes melitus, jumlah sampel 4
kurang dari 100 yaitu 60 responden, sedangkan penelitian ini pada semua pasien yang melakukan pemeriksaan di Poliklinik Penyakit Dalam tidak difokuskan khusus pasien DM. Berdasarkan literatur, diabetes melitus merupakan faktor risiko terjadinya Infeksi Saluran Kemih (ISK). Tidak adanya hubungan antara DM dengan ISK dapat dipengaruhi oleh upaya pengendalian glukosa darah. Upaya pengendalian glukosa darah pada pasien diabetes melitus merupakan salah satu faktor yang turut menurunkan risiko terjadinya ISK pada pasien dengan diabetes. Upaya pengendalian diabetes melitus yang baik diantaranya diet, latihan jasmani, pengobatan dan pemantuan glukosa darah mandiri. (Saptianingsih, 2012). Hubungan Antara Kebiasaan Menahan BAK dengan Kejadian ISK Hasil uji chi square diperoleh nilai p = 0,027 (p-value = 0,05) sehingga berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara kebiasaan menahan BAK dengan kejadian infeksi saluran kemih pada pasien Poliklinik Penyakit Dalam di RSU GMIM Pancaran Kasih Manado. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Sari (2016) menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kebiasaan menahan BAK dengan kejadian infeksi saluran kemih dengan p value = 0,005 < 0,05. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari yaitu pada responden dewasa dengan menggunakan desain penelitian cross sectional. Penelitian yang dilakukan Sari (2016) menggunakan jumlah sampel sebanyak 33 responden dan subjek penelitiannya pada karyawan wanita di Universitas Lampung sedangkan penelitian ini subjek penelitiannya pada semua jenis kelamin. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Maknunah (2016) dimana terdapat hubungan antara kebiasaan menahan BAK dengan kejadian ISK dimana p = 0,004 < 0,05. Perbedaan penelitian Maknunah (2016) dan penelitian ini yaitu penelitian Maknunah menggunakan subjek penelitian anak usia 0-11 tahun di Poli Anak dengan desain penelitian case control, sedangkan penelitian ini menggunakan pasien orang dewasa dengan desain penelitian cross sectional. Penelitian menggunakan desain case control dapat mempertajam hasil penelitian karena adanya pengendalian faktor risiko melalui matching kasus dan kontrol (Notoatmodjo, 2012). Menurut Behrman et al (2010) dalam Maknunah (2016), kebiasaan mencoba untuk menahan kemih dimana kontraksi otot kandung kemih ditahan sehingga urin tidak keluar. Hal ini menyebabkan tekanan tinggi, turbulensi aliran urin dan atau pengosongan kandung kemih yang tidak tuntas, kemudian akan menyebabkan berkembangnya bakteri. KESIMPULAN Hasil penelitian yang dilakukan pada 106 responden di RSU GMIM Pancaran Kasih Manado tahun 2017 diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 5
1. Sebesar 24,5% responden dengan riwayat Infeksi Saluran Kemih (ISK) di RSU GMIM Pancaran Kasih Manado. 2. Tidak terdapat hubungan antara status diabetes melitus dengan kejadian Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada pasien Poliklinik Penyakit Dalam RSU GMIM Pancaran Kasih Manado. 3. Terdapat hubungan antara kebiasaan menahan BAK dengan kejadian Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada pasien Poliklinik Penyakit Dalam RSU GMIM Pancaran Kasih Manado. SARAN 1. Bagi RSU GMIM Pancaran Kasih Manado Membentuk tim Promosi Kesehatan yang secara berkala untuk melakukan upaya pencegahan faktor risiko terjadinya Infeksi Saluran Kemih pada pasien yang melakukan pemeriksaan di Poliklinik Penyakit Dalam melalui penyuluhan kepada pasien di Poliklinik Penyakit Dalam, melaui media (leaflet, televisi, poster) 2. Bagi Masyarakat Secara aktif mencari informasi faktor risiko Infeksi Saluran Kemih (ISK). Sebaiknya menhindari kebiasaan menahan buang air kecil dan bagi penderita diabetes melitus hendaknya secara aktif melakukan upaya pengendalian DM untuk mencegah terjadinya infeksi terutama Infeksi Saluran Kemih (ISK). 3. Bagi Penelitian selanjutnya Bagi penelitian selanjutnya dapat dilakukan penelitian dengan jumlah sampel yang lebih besar, dengan menggunakan metode penelitian yang berbeda seperti kasus kontrol dan penelitian kualitatif untuk melihat faktorfaktor risiko lainnya yang berhubungan dengan Infeksi Saluran Kemih (ISK). DAFTAR PUSTAKA American Urological Association. 2016. Adult UTI. Medical Student Curriculum. Fauci SA, et al. 2008. Harrison s Principles of Internal Medicine 17th Edition. United States : The McGraw-Hill Companies. Guyton, A dan Hall. 2012. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta : EGC. Ikatan Ahli Urologi Indonesia. 2015. Guideline Penatalaksanaan Infeksi Saluran Kemih dan Genitalia Pria 2015. Edisi ke-2. Lemeshow S, et l. 1997. Besar Sampel Dalam Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Gadjah Mada Univesity Press. Maknunah, L. 2016. Faktor Risiko Kejadian Infeksi Saluran Kemih Pada Anak di Poli Anak RSUD Blambangan Kabupaten Banyuwangi. Universitas Jember. Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Rumah Sakit Umum Pancaran Kasih GMIM Manado. 2016. Profil RSU Pancaran 6
Kasih GMIM Manado. Manado : Rumah Sakit Umum Pancaran Kasih GMIM Manado. Saptianingsih, M. 2012. Determinan Infeksi Saluran Kemih Pasien Diabetes Melitus Perempuan di RSB Bandung. Skripsi. Depok : Fakultas Ilmu Keperawatan. Sari, R. 2016. Angka Kejadian Infeksi Saluran Kemih (ISK) dan Faktor Resiko yang Mempengaruhi Pada Karyawan Wanita di Universitas Lampung. Fakultas Kedokteran Universitas Bandar Lampung. Setiati S, et al. 2014. Ilmu Penyakit Dalam Buku Ajar Edisi VI Jilid II. Jakarta Barat : Interna Publishing.. 7