BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan untuk mewujudkan partisipasi rakyat. Pemilihan umum

dokumen-dokumen yang mirip
PARTISIPASI PEMILIH PADA PEMILIHAN GUBERNUR RIAU TAHUN MENURUT TINJAUAN FIQIH SIYASAH (STUDI KASUS DI DESA TANJUNG SAWIT KABUPATEN KAMPAR)

I. PENDAHULUAN. Politik merupakan proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Metode yang digunakan untuk mendapatkan data antara lain: - Tinjauan Pustaka : Buku Mengapa Kami Memilih Golput.

BAB I PENDAHULUAN. dan DPRD sebagai penyalur aspirasi politik rakyat serta anggota DPD. sebagai penyalur aspirasi keanekaragaman daerah sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut ( Dalam prakteknya secara teknis yang

BAB IV HUBUNGAN GOLPUT DALAM PEMILU MENURUT ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMILU

I. PENDAHULUAN. demokrasi, Sekaligus merupakan ciri khas adanya modernisasi politik. Dalam

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum (Pemilu) merupakan sarana pesta demokrasi dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1945 disebutkan bahwa negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan perppu (peraturan pemerintah pengganti undang-undang). 1 Karena

I. PENDAHULUAN. Pemilu merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan

I. PENDAHULUAN. ini merupakan penjelmaan dari seluruh rakyat Indonesia. DPR dan DPRD dipilih oleh rakyat serta utusan daerah dan golongan

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi dalam negara Islam. Istilah imamah lebih banyak digunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi persyaratan (Sumarno, 2005:131). pelaksanaan pemilihan kepala daerah ( pilkada ).

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Negara yang menganut paham demokrasi, pemikiran yang

BAB I PENDAHULUAN. oleh warga negara adalah keikutsertaan dalam pemilihan umum. politik, antara lain dengan jalan memilih pimpinan negara

BAB I PENDAHULUAN. kepala daerah di Indonesia ditandai dengan diberlakukannya Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. perubahan besar pada sistem ketatanegaraan Indonesia. Salah satu perubahan itu

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada Juni 2005, rakyat Indonesia melakukan sebuah proses politik yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. pemimpin negara dan secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi

I. PENDAHULUAN. memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk menyatakan pendapat

BAB I PENDAHULUAN. antara lain karena Indonesia melaksanakan sejumlah kegiatan politik yang

xiv digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.

BAB I PENDAHULUAN. Simbol manifestasi negara demokrasi adalah gagasan demokrasi dari

BAB I PENDAHULUAN. diwujudkan dengan adanya pemilihan umum yang telah diselenggarakan pada

BAB IV ANALISIS SIYASAH DUSTURIYAH TERHADAP PENYELENGGARAAN SISTEM PRESIDENSIAL DENGAN FORMAT KOALISI

BAB I PENDAHULUAN. memperlakukan rakyat sebagai subjek bukan objek pembangunan, sehingga

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. pesat, dibuktikan semenjak paska reformasi terdapat pergeseran yang sangat

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

EVALUASI PEMILU 2014 DI SUMATERA UTARA 1. Muryanto Amin 2

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara lebih Luber (Langsung, Umum, Bebas dan Rahasia) dan

BAB IV ANALISIS FIQH SIYĀSAH TERHADAP PELAKSANAAN PEMILUKADA TAHUN 2010 DI SUMENEP BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut kepentingan rakyat harus didasarkan pada kedaulatan rakyat. Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bertambah. Dari data Komisi Pemilihan Umum (KPU), total jumlah pemilih tetap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Semarak dinamika politik di Indonesia dapat dilihat dari pesta demokrasi

BAB I PENDAHULUAN. yang cenderung kepada kelezatan jasmaniah). Dengan demikian, ketika manusia

BAB I PENDAHULUAN. hampir seluruh organisasi politik memiliki strategi yang berbeda-beda.

BAB IV ANALISIS Mekanisme PAW Anggota DPR/DPRD Menurut UU RI No 27 Tahun 2009 dalam Persepektif Fiqh Siyasah

BAB I PENDAHULUAN. pemilihan umum (Pemilu). Budiardjo (2010: 461) mengungkapkan bahwa dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan sebuah negara kesatuan yang memiliki bentuk

MEKANISME DAN MASALAH-MASALAH KRUSIAL YANG DIHADAPI DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH SECARA LANGSUNG. Oleh : Nurul Huda, SH Mhum

Caroline Paskarina. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran

I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum.

BAB I PENDAHULUAN. Pilgub Jabar telah dilaksanakan pada tanggal 24 Pebruari 2013, yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2014 ini diselenggarakan Pemilihan Umum (Pemilu) Legislatif (DPR,

I. PENDAHULUAN. demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Faktor Penyabab Masyarakat Yang Tidak Menggunakan Hak Pilihnya

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan

PERILAKU MEMILIH MASYARAKAT KOTA PADANG PADA PEMILU KEPALA DAERAH SUMATERA BARAT TAHUN 2010 SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. dimana warga negara memiliki hak untuk ikut serta dalam pengawasan

BAB I PENDAHULUAN. mendasar dimana disetiap daerah berdasarkan kewenangan otonomi dibentuk Dewan

BAB I PENDAHULUAN. bentuk perwujudan dan bentuk partisipasi bagi rakyat Indonesia.

GOLPUT DALAM PERSPEKTIF FIQH SIYASAH (Studi Analisis Perilaku Politik Masyarakat Karimunjawa Kabupaten Jepara Pada Pemilu Legislatif Tahun 2014)

POLITIK HUKUM PERUNDANG-UNDANGAN BIDANG POLITIK DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. perwakilan. Partai politik melalui anggota-anggotanya yang duduk di lembaga

BAB I PENDAHULUAN. atau suatu kelompok yang memiliki kepentingan yang sama serta cita-cita yang

MEKANISME PENYELENGGARAAN PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JATENG DAN BUPATI DAN WAKIL BUPATI KUDUS TAHUN 2018

MAKALAH ISLAM. Membangun Kesadaran Politik Umat Menghadapi PEMILU

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP KEWENANGAN MAHKAMAH KONTITUSI MENGADILI SENGKETA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DALAM PERSPEKTIF NEGARA HUKUM DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Presiden dan kepala daerah Pilihan Rakyat. Pilihan ini diambil sebagai. menunjukkan eksistensi sebagai individu yang merdeka.

BAB I PENDAHULUAN. teknologi baru untuk memuaskan kebutuhan. Untuk dapat beradaptasi dengan perubahan yang

Pokok-pokok Pikiran RUU Kebudayaan, Negara dan Rakyat 1 [sebuah catatan awam] 2. Oleh Dadang Juliantara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

DAFTAR PUSTAKA. Masyarakat. Jakarta: CV Multiguna. Utama. Rustan, Surianto. (2009). Mendesain Logo. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Setelah adanya UU No 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah,

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak sesuai dengan norma-norma yang ada. 1. diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. tidak terbatas terhadap sumber-sumber ekonomi yang terbatas dalam memenuhi

Walikota masing-masing sebagai kepala pemerintahan daerah Provinsi,

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten/Kota 1 periode 2014-

BAB I PENDAHULUAN. Pemilu kepala daerah dan wakil kepala daerah yang selanjutnya disebut

BAB I PENDAHULUAN. Termasuk dalam hal ini undang-undang pemerintahan daerah yang tujuannya

Terpelajar itu harusnya setia dalam mendidik (Tawakkal Baharuddin) Untuk: Keluarga, Saudara dan Sahabat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. KPU (Komisi Pemilihan Umum) adalah lembaga penyelenggaraan pemilu

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Pekon Kediri berumur 17

I. PENDAHULUAN. Kedaulatan rakyat menjadi landasan berkembangnya demokrasi dan negara republik.

BAB I PENDAHULUAN. Bali dikenal sebagai daerah dengan ragam budaya masyarakatnya yang

BAB I PENDAHULUAN. kekuasaan pelimpahan dekonsentrasi dari pemerintah diatasnya. Pemerintah desa

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sistem kekuasaan negara yang pada dasarnya lahir dari bawah

BAB Latar Belakang.

I. PENDAHULUAN. masyarakatnya heterogen. Salah satu ciri sistem demokrasi adalah adanya

BAB I Pastikan Pilihan Anda Adalah Peserta Pemilu dan Calon Yang Memiliki Rekam Jejak Yang Baik

DEMOKRASI : ANTARA TEORI DAN PELAKSANAANNYA. Mengetahui teori demokrasi dan pelaksanaanya di Indonesia RINA KURNIAWATI, SHI, MH.

IMAMAH DALAM PANDANGAN POLITIK SUNNI DAN SYI AH

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara demokrasi, sehingga pengisian lembaga

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah suatu sarana demokrasi yang digunakan untuk memilih

BAHAN RATAS RUU PENYELENGGARAAN PEMILU SELASA, 13 SEPTEMBER 2016

LAPORAN HASIL PENELITIAN

PEMILUKADA PASCA REFORMASI DI INDONESIA. Oleh : Muhammad Afied Hambali Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta. Abstrack

BAB I PENDAHULUAN. Undang ini mempuyai peran strategis dalam rangka pengembangan demokrasi, keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. dimana adanya pemberian kebebasan seluas-luasnya. untuk berpendapat dan membuat kelompok. Pesatnya

PERANAN MEDIA MASSA TERHADAP KESADARAN POLITIK MASYARAKAT DI DUSUN WIJILAN WIJIMULYO NANGGULAN KULON PROGO DALAM PEMILIHAN UMUM 9 APRIL 2014 ARTIKEL

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan pemerintahan negara yang demokratis berdasarkan Pancasila dan

Demokrasi Sudah Digagas Jauh Sebelum Merdeka

Transkripsi:

1 A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pemilihan umum (pemilu) merupakan salah satu ciri dari demokrasi yang digunakan untuk mewujudkan partisipasi rakyat. Pemilihan umum dianggap penting dalam proses dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara. Indonesia menjadikan pemilihan umum sebagai bagian yang sangat penting dalam kegiatan bernegara, peraturan tertinggi mengenai pemilihan umum diatur dalam undang-undang dasar (UUD) tahun 1945 hasil amandemen. Pemilihan umum secara tegas diatur pada undang-undang dasar 1945 perubahan ke III, bab VIIB tentang pemilihan umum, pasal 22E. 1 Dalam pelaksanaan pemilihan umum (pemilu) selalu saja akan dijumpai sekelompok masyarakat yang tidak menentukan pilihannya atau yang lazim disebut golongan putih (golput) 2 baik dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada), Pemilihan Legislatif (Pileg) maupum pemilihan Presiden (Pilpres). Ketika hal ini terjadi, justru bisa menjadi kritik yang membangun bagi mereka, sehingga evaluasi mendalam dapat dilakukan secara lebih arif dan bijaksana. 3 Secara historis golongan putih (golput), yakni para pemilik hak pilih dalam pemilu yang tidak menggunakan haknya, sesungguhnya telah menjadi bagian dari dinamika politik semenjak pemilu nasional tahun 1995. Situasi 1 Lihat pasal 22E undang-undang dasar 1945. 2 Abdurahman Wahid, dkk., Mengapa Kami Memilih Golput, Cet. Ke-2, Jakarta: Sagon, 2009. h. 98 3 Ibid. h. 98

2 intimidatif antara kaum unitaris 4 dan kaum federalis 5 pada saat itu telah menyeret masyarakat pada suasana yang serba dilematis, sehingga mereka lebih baik menjadi golput daripada mengalami intimidasi dari lawan politik partai yang dipilih. Pada masa orde baru (1970-1990-an), golput dipicu oleh sistem politik dan aturan main dalam pemilu itu sendiri yang dinilai tidak adil sehingga selalu menguntungkan partai pemerintah. Sementara itu, fenomena golput pada pemilu pasca reformasi lebih disebabkan pada kekecewaan (besar) rakyat terhadap sikap pemerintah dan anggota DPR yang tidak aspiratif terhadap kepentingan rakyat. Mereka terbukti telah menyalahgunakan suara yang diamanatkan rakyat demi kepentingan pribadi dan golongannya. Presenden peningkatan dan kemenangan golongan putih dalam pemilu tentu menjadi beban bagi kita semua, khususnya bagi para pejabat dan politisi di negeri ini baik itu beban politis maupun psikologis, kendati jumlahnya melampaui pemenang, golongan putih tidaklah membatalkan pemilu. Tetapi secara substantif, tingginya dan bahkan kemenangan golongan putih menunjukkan kurangnya legitimasi dan kepercayaan rakyat terhadap pemilu dan pemenang 6. Golput secara konseptual mempunyai banyak makna dan disebabkan oleh banyak faktor, baik faktor psikologis maupun politis. Penjelasan golput 4 Kaum unitaris adalah golongan yang menginginkan membangun Negara di bawah satu betuk kesatuan tanpa memperhatikan keunikan masing-masing Negara yang memang sudah ada dan terbentuk. https://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20100922210344aaryydu diakses pada tanggal 2 maret 2015 5 Kaum federalis adalah golongan yang menghendaki supaya setiap daerah ataupun tempat-tempat yang berlainan adat istiadat, dan kultur berdiri sendiri dan mengadakan persatuan pemerintahan. http://www.lenteratimur.com/perbedaan-antara-federalis-dan-unitaris/ diakses pada tanggal 2 maret 2015 6 Jolo J. Prihatmoko, Mendemokrasikan Pemilu Dari Sistem Sampai Eleman Teknis, Yokyakarta: Pustaka Pelajar, 2008, h. 210-211

3 dari faktor psikologis pada dasarnya dapat dikelompokkan dalam dua kategori. Pertama, berkaitan dengan ciri-ciri kepribadian pemilih. Kepribadian yang dimaksud adalah kepribadian yang tidak toleran, otoriter, tak acuh, kurang mempunyai tanggung jawab secara pribadi. Biasanya mereka yang termasuk pemilih seperti ini cenderung menarik diri dari percaturan politik langsung, karena menganggap isu-isu kampanye dan program yang ditawarkan partai politik tidak berhubungan dengan kepentingannya. Jadi, pemilih tidak hadir ke tempat pemungutan suara (TPS) karena partai tidak mampu menawarkan program sesuai dengan preferensi politik mereka. Kedua, berkaitan dengan orientasi kepribadiannya. Hal ini lebih menitik beratkan pada faktor orientasi kepribadian yang dikarakteristikkan apatis, anomi, dan alienasi. Secara teoritis, perasaan apatis sebenarnya merupakan jelmaan atau pengembangan lebih jauh dari kepribadian otoriter, yang secara sederhana ditandai dengan tidak adanya minat terhadap persoalan-persoalan politik. 7 Secara umum setidaknya ada 4 faktor mengapa fenomena golput terjadi di berbagai pesta demokrasi lokal maupun nasional yaitu sebagai berikut: 1. Golput karena faktor teknis. Golongan ini adalah mereka yang tidak terdaftar dalam daftar pemilih tetap (DPT). Penyebabnya bisa dikarenakan kesalahan Komisi Pemilihan Umum (KPU) dalam pendataan, pemerintah setempat ataupun orang yang bersangkutan. Atau bisa saja mereka sudah terdaftar, tetapi di hari H nya ada keperluan yang tidak bisa ditinggalkan, sehingga mereka tidak bisa hadir di Tempat Pemungutan Suara (TPS). 7 Muhaimin, Golput dalam Politik Kaum Santri, ( STAIN Jember Press : Yogyakarta, 2012), h. 8-10.

4 2. Golput karena faktor ekonomis. Orang yang melakukan golput karena alasan ini, biasanya mereka yang karena mata pencaharian, mereka tidak bisa meninggalkan aktivitasnya untuk mencari nafkah bagi keluarganya sehari-hari. Golongan ini didominasi oleh para pedagang kecil, karyawan dengan upah harian dan pekerja serabutan lainnya. 3. Golput karena faktor kurangnya tingkat kepercayaan Yakni mereka yang tidak punya pilihan dari kandidat yang ada atau tidak percaya bahwa pilkada, pileg maupun pilpres akan membawa perubahan dan perbaikan untuk masa depan mereka yang lebih baik. Masyarakat bisa menjadi jengah, bosan dan apatis terhadap pesta demokrasi yang dianggap hanya menguntungkan pejabat dan elit politik semata. 4. Golput karena faktor perbedaan ideologis. Suara ini dikumandangkan oleh sebagian umat islam dengan alasan yang hampir sama dengan alasan orang apatis, golongan ini sudah tidak mempercayai sistem dan penguasa yang ada. Karena mereka ada sistem yang lebih baik lagi dari pada sistem sekarang (demokrasi) yang berlaku, yakni sistem islam. 8 Seperti kelompok aliran/jema ah yang menjadi golongan putih dalam tiap pemilihan umum yang disebut dengan barisan sakit hati/bsh, diantaranya adalah HTI (Hibzbut Tah rir Indonesia, dan Ikhwah Salafiy) dan bahkan golput merupakan suatu kewajiban bagi kelompok mereka. Menurut mereka, sistem pemerintahan yang demokrasi bukanlah sistem pemerintahan yang diajarkan oleh Rasulullah SAW atau 8 Afadlal dkk., Islam dan Radilalisme di Indonesia, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005, h. 225

5 minimal disebut dengan sistem bid ah. Kemudian bagi mereka pemilihan umum merupakan produk demokrasi, dan keduanya diharamkan dalam Islam. 9 Dari empat faktor secara umum di atas tersebut bisa terjadi di pemilihan secara nasional yaitu seperti pemilihan presiden, pemilihan DPR RI/DPD RI maupun pemilihan lokal seperti pemilihan kepada daerah. Begitu juga dengan pemilihan kepala daerah Provinsi Riau yang berlangsung pada tahun 2013 yang lalu untuk masa kepemimpinan 2013-2018 dengan diselengarakan di 12 kabupaten/kota, salah satu diantaranya adalah kabupaten Kampar. Desa Tanjung Sawit, adalah salah satu desa yang terletak di wilayah Kabupaten Kampar Provinsi Riau juga ikut melaksanakan pemilihan kepala daerah (gubernur) pada tahun 2013 yang lalu. Menurut survei penulis rendahnya tingkat partisipasi pemilih pada Pemilihan Kepala Daerah (Gubernur) Riau, di desa Tanjung Sawit tersebut cukup tinggi, hal ini tidak lepas dari berbagai faktor kontemporer yang menyebabkan rendahnya tingkat partisipasi pemilih. Berdasarkan data yang penulis peroleh dari lokasi tersebut menyatakan jumlah penduduk Desa Tanjung Sawit adalah 3.994 jiwa. Sedangkan daftar pemilih tetap (DPT) pada pemilihan Gubernur priode 2013-2018 sebanyak 2.667 jiwa, dari angka tersebut jumlah pemilih yang menggunakan hak pilihnya hanya berjumlah 1.215 jiwa atau hanya 45,6% sementara jumlah tingkat partisipasi pemilih 9 Farid Abdul Khalid, Fiqih Politik Islam, (Jakarta : Sinar Grafika Offset, 2005), h. 228.

6 sebanyak 1.452 jiwa atau 54,4%. 10 Dengan demikian, penulis tertarik meneliti persoalan partisipasi pemilih yang terjadi di Desa Tanjung Sawit tersebut. Dalam penelitian ini juga penulis juga akan membahas tentang tinjauan fiqh siyasah terhadap partisipasi pemilih secara umum maupun tinjauan fiqh siyasah terhadap partisipasi pemilih yang terjadi di Desa Tanjung Sawit yang merupakan lokasi penelitian penulis. Secara historis dalam fiqih siyasah proses pemilihan pemimpin pertama kali dilakukakan setelah wafatnya Rasulullah SAW dan para sahabat mengangkat Abu Bakar menjadi khalifah. Proses pengangkatan Abu Bakar menjadi khalifah dilakukan di dalam suatu musyawarah atau pertemuan di sagifah Bani Saidah (sebuah balirung di kota madinah). Pertemuan tersebut diadakan oleh orang-orang anshar, dalam rangka memilih seorang khalifah sebagai pengganti Rasulullah SAW. Hal itu mereka lakukan dikarenakan saat itu orang-orang anshar dan Muslimin lainnya, bahwa Rasulullah tidak pernah menunjuk seseorang sebagai penggantinya. 11 Dengan demikian berdasarkan latar belakang di atas tersebut, penulis tertarik untuk meneliti lebih mendalam mengenai partisipasi pemilih yang terjadi di desa tanjung sawit pada pemilihan kepala daerah riau pada tahun 2013 yang lalu, maka dalam penelitian ini penulis memberi judul penelitian ini yaitu Partisipasi Pemilih pada Pemilihan Gubernur Riau Tahun 2013-2018 Menurut Tinjauan Fiqih Siyasah (Studi Kasus Di Desa Tanjung Sawit Kabupaten Kampar). 10 Ibid. 11 www.albayyinah.net/bakrt.html. Di unggah pada tanggal 28 April 2015

7 B. Batasan Masalah Supaya penelitian ini bisa menjadi lebih terarah, maka sangat diperlukan batasan masalah yang akan diteliti nantinya. Penelitian ini difokuskan kepada penyebab rendahnya partisipasi pemilih pada Pimilihan Gubernur Riau tahun 2013-2018 dan tinjauan fiqih siyasah mengenai partisipasi pemilih yang terjadi di daerah tersebut. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, yang menjadi rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah faktor penyebab masyarakat desa Tanjung Sawit tidak menggunakan hak pilihnya pada pemilihan Gubernur Riau 2013-2018? 2. Bagaimana tinjauan fiqih siyasah terhadap partisipasi pemilih dalam pemilihan Gubernur? D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui faktor penyebab masyarakat desa Tanjung Sawit tidak menggunakan hak pilihnya Sawit pada pemilihan Gubernur Riau 2013-2018. b. Untuk mengetahui tinjauan fiqih siyasah terhadap partisipasi pemilih dalam pemilihan Gubernur. 2. Kegunaan Penelitian a. Sebagai tambahan Ilmu pengetahuan tentang politik, khususnya mengenai pemilihan umum.

8 b. Untuk menjadi bahan informasi maupun perbandingan bagi pihak-pihak yang berminat untuk melaksanakan penelitian selanjutnya. c. Sebagai sumbangan penulis kepada almamater dan juga melengkapi bahan perpustakaan. d. Sabagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Syari ah (S.Sy) pada Fakultas Syari ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. E. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian lapangan (library research), yang data-datanya diambil melalui dokumen-dokumen di Komisi Pemilihan Umum Provinsi Riau maupun dokumen-dokumen di Komisi Pemilihan Umum kabupaten Kampar dan data-data pendukung dari kecamatan Tapung dan desa Tangjung Sawit yang merupakan lokasi penelitian penulis dan juga data yang diperoleh dari masyarakat yang menjadi responden dalam penelitian. 2. Objek Penelitian Adapun yang menjadi objek utama dalam penelitian lapangan ini adalah masyarakat Desa Tanjung Sawit yang tidak menggunakan hak pilihnya atau golongan putih (golongan putih) dalam Pemilihan Umum Gubernur Riau periode tahun 2013-2018 yang diambil dari data-data KPU Provinsi Riau dan TPS Desa Tanjung Sawit. 3. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah tempat dimana peneliti melakukan penelitian dan mengumpulkan data, baik dari sampel, informen ataupun

9 objek penelitian yang diteliti. Lokasi penelitian ini adalah terletak di desa Tanjung Sawit kecamatan Tapung kebupaten Kampar Provinsi Riau. 4. Populasi dan Sampel. a. Populasi Populasi adalah jumlah keseluruhan objek yang diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah keseluruhan masyarakat desa Tanjung Sawit yang tidak menggunakan hak pilihnya pada pemilihan gubernur priode 2013-2018 yaitu sebanyak 1.452 pemilih atau 54,4% dari jumlah daftar pemilih tetap (DPT) sebanyak 2.667 pemilih. b. Sampel Sampel adalah bagian dari populasi, atau yang mewakili dari populasi. Adapun sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 50 orang (3,4%) dengan cara penarikan random sampel (acak) yang termasuk ke dalam daftar pemilih tetap (DPT) yang tidak menggunakan hak pilihnya pada pemilihan Gubernur Riau priode 2013-2018. 5. Sumber Data Secara garis besar sumber data dalam penelitian ini ada tiga sumber, yaitu sumber data primer, sumber data sekunder dan sumber data tersier. a. Data Primer Data primer dalam penelitian ini adalah data-data yang langsung diperoleh dari sampel dalam penelitian ini yaitu diperoleh dari orang yang menggunakan hak pilihnya yang diambil melalui angket, observasi dan wawancara.

10 b. Data Sekunder Merupakan data yang diperoleh dari buku-buku yang memuat tentang teori-teori yang berkaitan dengan pembahasan dalam penelitian ini, seperti toeri tentang Negara demokrasi, pemilihan umum, golongan putih dan teori-toeri tentang tinjauan fiqh siyasah tehadap mekanisme pemilihan imam dan golongan putih yang terjadi di Indonesia dalam perspektif fiqh siyasah dan data yang diperoleh dari kantor desa Tanjung Sawit.. c. Data tersier. Data pendukung seperti, kamus jurnal hukum, dan undang-undang. 4. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini melalui dua cara yaitu sebagai beriukut: a. Angket yaitu, pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan daftar pertanyaan yang disertakan dengan pilihan jawaban secara langsung kepada responden dalam penelitian ini yakni sebanyak 50 pemilih yang tidak tidak menggunakana hak pilihnya pada pemilihan Gubernur Riau priode 2013-2018. b. Wawancara, yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan tanya jawab secara langsung kepada responden dalam penelitian ini. c. Kajian kepustakaan yaitu, penulis menguraikan berbagai sudut analisis berdasarkan kepustakaan yang memuat tori-teori yang berkaitan dengan

11 penelitian ini dan metode yang tepat untuk menemukan solusi terhadap rumusan masalah. 5. Teknik Analisis Data Dalam penelitian ini teknik yang dilakukan adalah dengan cara menganalisa dan menggunakan metode induktif. Metode induktif adalah dengan mengumpulkan data-data khusus yang ada hubungannya dengan penelitian ini. Dianalisa dengan cermat, kemudian data-data yang telah dikumpulkan tersebut diambil kesimpulan yang bersifat umum dan mudah difahami serta dimengerti. 6. Teknik Penulisan Dalam penelitian Ilmiah ini, penulis menggunakan metode-metode sebagai berikut: a. Deduktif : yaitu dengan menggunakan data, keterangan yang bersifat umum, dan kemudian dari data-data tersebut ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. b. Induktif : yaitu mengumpulkan data, keterangan ynag bersifat khusus dan menguraikannya, kemudian diterangkan dalam satu kesimpulan yang bersifat umum. F. Sistematika Penulisan Penelitian ini terdiri dari lima bab, masing-masing bab dibagi menjadi beberapa sub pembahasan. Bab I adalah pendahuluan, yang berisi Latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

12 Bab II berisi Gambaran umum lokasi penelitian yang meliputi : sejarah, Geografi desatanjung Sawit, penduduk dan mata pencaharian, pendidikan, sosial dan budaya, serta agama yang ada di desa Tanjung Sawit. Bab III berisi Pemaparan secara umum tinjauan umum golongan putih. Meliputi : pengertian golongan putih (golput), sejarah golongan putih, Faktor yang mempengaruhi tidak memilih (golput), pemilihan pemimpin dalam Islam, pengangkatan gubernur provinsi dalam Islam, dan keabsahan pemimpin dalam fiqih siyasah. Bab IV berisi Faktor penyebab angka rendahnya pertisipasi pemilih pada pemilihan Gubernur Riau periode 2013-2018 di desa Tanjung Sawit dan bagaimana tinjauan fiqih siyasah terhadap golongan putih (golput). Bab V berisi Bab akhir dari skripsi ini yang meliputi kesimpulan dan saran.