BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

HUBUNGAN RASIO LINGKAR PINGGANG PINGGUL DENGAN PROFIL LIPID PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)

BAB I PENDAHULUAN. menurun sedikit pada kelompok umur 75 tahun (Riskesdas, 2013). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. infeksi dan kekurangan gizi telah menurun, tetapi sebaliknya penyakit degeneratif

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan salah satu faktor resiko mayor penyakit jantung koroner (PJK). (1) Saat ini PJK

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab nomor satu kematian di

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian berasal dari PTM dengan perbandingan satu dari dua orang. dewasa mempunyai satu jenis PTM, sedangkan di Indonesia PTM

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular yang diakibatkan karena penyempitan pembuluh darah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. mementingkan defisit neurologis yang terjadi sehingga batasan stroke adalah. untuk pasien dan keluarganya (Adibhatla et al., 2008).

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung dimana otot

BAB I PENDAHULUAN. darah merupakan penyebab utama kematian di rumah sakit dan menempati

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju, yaitu adanya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental

BAB 1 PENDAHULUAN. produksi glukosa (1). Terdapat dua kategori utama DM yaitu DM. tipe 1 (DMT1) dan DM tipe 2 (DMT2). DMT1 dulunya disebut

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 90% penderita diabetes di seluruh dunia merupakan penderita

BAB I PENDAHULUAN. mulai bergeser dari penyakit infeksi ke penyakit metabolik. Dengan meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama kematian di dunia. Menurut organisasi kesehatan dunia

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang terus mengalami perubahan, terutama di bidang

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Indonesia saat ini juga

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 2008 prevalensi penyebab kematian tertinggi terjadi pada akut miokard infark (AMI)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ini, penyakit ini banyak berhubungan dengan penyakit-penyakit kronis di dunia

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. metabolisme energi yang dikendalikan oleh beberapa faktor biologik. adiposa sehingga dapat mengganggu kesehatan (Sugondo, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit yang masih menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. jantung dimana otot jantung kekurangan suplai darah yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. dan mempertahankan kesehatan dan daya tahan jantung, paru-paru, otot dan sendi.

Mitos dan Fakta Kolesterol

BAB 1 PENDAHULUAN. kerusakan bila teroksidasi oleh udara dan suhu tinggi, demikian pula beta. dengan minyak jelantah rasa yang dihasilkan lebih gurih.

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini. kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. mengancam hidup seperti penyakit kardiovaskuler.

dan rendah serat yang menyebabkan pola makan yang tidak seimbang.

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara penggorengan.kebutuhan akan konsumsi minyak goreng meningkat

BAB I PENDAHULUAN. suatu periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga pada 1972, di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. kerusakan bila teroksidasi oleh udara dan suhu tinggi, demikian pula beta

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yang

PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER

BAB I PENDAHULUAN. mellitus tipe 2 di dunia sekitar 171 juta jiwa dan diprediksi akan. mencapai 366 juta jiwa tahun Di Asia Tenggara terdapat 46

I. PENDAHULUAN. Obesitas adalah kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbunnya lemak,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam

BAB I PENDAHULUAN. epidemiologi di Indonesia. Kecendrungan peningkatan kasus penyakit

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UPT Balai Informasi Teknologi LIPI Pangan & Kesehatan Copyright 2009

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Departemen kesehatan RI menyatakan bahwa setiap tahunnya lebih

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB 5 PEMBAHASAN. IMT arteri karotis interna adalah 0,86 +0,27 mm. IMT abnormal terdapat pada 25

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERBEDAAN PROFIL LIPID DAN RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II OBESITAS DAN NON-OBESITAS DI RSUD

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia penyakit jantung dan pembuluh darah terus meningkat dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. angka kematian penyakit tidak menular (PTM). Hal ini sesuai dengan data World

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan global, penyebab utama dari kecacatan, dan

BAB I PENDAHULUAN. utama lipoprotein plasma adalah low density lipoprotein (LDL). 1 LDL berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia. Fenomena yang terjadi sejak abad ke-20, penyakit jantung dan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya berbagai perubahan dalam kehidupan. Salah satu hal yang

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan darah dan oksigen sesuai kebutuhan. 1 PJK masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Tingkat morbiditas dan mortalitas penyakit jantung. iskemik masih menduduki peringkat pertama di dunia

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. penyebab kematian di dunia termasuk di negara berkembang seperti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

FREDYANA SETYA ATMAJA J.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Penyakit jantung koroner merupakan penyebab. kematian terbanyak di dunia, dengan 7,4 juta kematian


BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung dan pembuluh darah (cardiovascular disease) merupakan salah satu masalah kesehatan yang masih tinggi angka morbiditas dan mortalitasnya. Dalam laporannya tahun 2011, World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa cardiovascular disease (CVD) adalah penyebab kematian pertama secara global. Pada tahun 2008 diperkirakan sebanyak 17,3 juta kematian disebabkan oleh CVD. Jumlah ini sangat meningkat bila dibanding data pada tahun 2004 yang jumlah kematiannya 9,4 juta (WHO, 2008). Kematian ini diperkirakan akan terus meningkat mencapai 23,3 juta pada tahun 2030 (WHO, 2011a). Data global tersebut dikuatkan oleh data nasional Riskesdas 2013 yang menyatakan bahwa tiga penyebab kematian utama di Indonesia adalah kelompok CVD. Ketiga penyakit tersebut adalah stroke, penyakit jantung, dan hipertensi yang merupakan salah satu faktor resiko CVD. Prevalensi hipertensi berdasar diagnosis atau wawancara juga meningkat dari 7,6% pada 2007 menjadi 9,5% pada 2013. Demikian juga dengan prevalensi stroke, meningkat dari 8,3 menjadi 12,1. Faktor resiko terbesar kejadian CVD adalah faktor perilaku yang meliputi diet yang tidak sehat, aktivitas fisik yang kurang, perilaku merokok, dan konsumsi alkohol (WHO, 2011). Supriyono (2008) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa faktor resiko kejadian penyakit jantung koroner (PJK) pada kelompok usia 45 tahun meliputi dislipidemia, kebiasaan merokok, diabetes mellitus (DM), dan riwayat DM keluarga. Kebiasaan makan yang tidak sehat dan kurangnya aktivitas fisik menyebabkan kenaikan tekanan darah, kenaikan kadar glukosa darah, dan kenaikan kadar lipid dalam darah. Faktor resiko perantara berupa hipertensi, diabetes, dan dislipidemia tersebut meningkatkan resiko terjadinya CVD. Sementara kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol meningkatkan radikal bebas

2 dalam tubuh yang dapat mempercepat kerusakan pembuluh darah dan berperan dalam proses penyumbatan di dalam pembuluh (WHO, 2011b). Kejadian CVD terlebih dahulu diawali dengan aterosklerosis. Aterosklerosis adalah penyumbatan yang terjadi pada dinding bagian dalam pembuluh darah terjadi sebagai akibat adanya kelainan transpor dan metabolisme lipid, reaksi oksidatif, trombosis, dan inflamasi (Tonkin, 2003). Kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan adanya peningkatan atau penurunan kadar lipid dalam plasma kurang dari atau melebihi batas normal, disebut sebagai dislipidemia. Kelainan tersebut yang utama adalah peningkatan kadar kolesterol total, peningkatan trigliserida, peningkatan low density lipoprotein cholesterol (LDL-C), dan penurunan high density lipoprotein cholesterol (HDL-C) (Mansjoer, 2001). Low density lipoprotein (LDL) adalah salah satu jenis kolesterol yang bersifat merugikan karena massa jenisnya yang besar sehingga sulit untuk diangkut dan menyebabkan penebalan dan penyumbatan dinding pembuluh darah. Kadar LDL kolesterol lebih tepat sebagai penanda untuk mengetahui resiko CVD dibanding kadar kolesterol total (Anwar, 2003). Sementara itu, high density lipoprotein (HDL) berfungsi sebagai pengangkut kolesterol dari jaringan permukaan kembali ke dalam hati, sebuah aktivitas penting untuk pembuangan kolesterol dari pembuluh (Linder, 2010). Hasil penelitian Sharrett (2001) juga menyatakan bahwa tidak hanya LDL kolesterol, tetapi juga HDL kolesterol yang merupakan independent predictor kejadian CVD. Asam lemak tidak jenuh rantai panjang omega-3 yang terkandung dalam ikan laut atau minyak ikan dalam beberapa penelitian disebutkan dapat menghambat proses atherosklerosis. Penelitian Illingworth et al. (1984) dengan suplementasi minyak salmon selama 4 minggu, kemudian washing out dan dilanjutkan dengan pemberian plasebo selama 4 minggu berhasil memberikan data bahwa nilai LDL subyek lebih rendah saat diberi supplementasi minyak Salmon dibanding ketika diberi plasebo. Sebuah penelitian kohort terhadap 229 wanita postmenopause dengan gangguan arteri koroner memberikan hasil bahwa konsumsi ikan membantu mengurangi perkembangan aterosklerosis (Erkkila et

3 al., 2004). Suplementasi minyak ikan pada subyek hiperlipidemia juga mampu menurunkan kadar trigliserida secara signifikan (Eslick et al., 2009). Meskipun demikian, beberapa penelitian lain mengatakan tidak adanya hubungan yang signifikan antara konsumsi ikan yang tinggi dengan efek protektif kejadian CVD. Hasil yang inkonsisten tersebut disebabkan perbedaan pada ukuran sampel, periode follow up, dosis suplemen omega-3, dan metode pengukuran kebiasaan makan (Ka He, 2009). Penelitian yang dilakukan oleh Nailufar (2011) di Samarinda tidak menemukan hubungan yang bermakna antara kebiasaan konsumsi ikan dengan kejadian dislipidemia. Hal ini disebabkan adanya perbedaan jenis ikan, jumlah ikan yang dikonsumsi, serta metode pengolahannya. Jenis ikan menjadi penting untuk diperhatikan karena kandungan asam lemak tidak jenuh omega-3 tidak sama antara satu jenis dengan jenis yang lain. Ikan laut memiliki kandungan omega-3 lebih tinggi dari ikan air tawar (Khomsan, 2002). Chung et al. (2008) menyatakan bahwa ikan yang tinggi kandungan omega-3 nya adalah ikan yang berasal dari laut dengan iklim dingin, sedangkan ikan air tawar kandungan omega-3 nya sedikit. Diantara ikan laut, tidak semua memiliki kandungan omega-3 tinggi. Kelompok ikan laut jenis fatty fish seperti salmon, tuna, herring, adalah beberapa jenis ikan yang memiliki kandungan asam lemak omega-3 signifikan (Huynh & Kitts, 2009). Metode memasak menjadi penting diperhatikan karena menurut penelitian Lai et al. (2013), adanya hubungan yang justru berbanding lurus antara kebiasaan konsumsi ikan laut yang tinggi dengan semakin tingginya kadar trigliserida adalah karena cara memasak ikannya dengan digoreng. Ikan laut yang banyak mengandung asam lemak tidak jenuh ganda ketika mengalami penggorengan terutama dengan panas tinggi, akan berubah kandungannya menjadi asam lemak trans dan asam lemak jenuh. Keduanya justru memberikan peluang lebih besar terjadinya aterosklerosis (Sartika, 2008). Hasil penelitian Sulistyowati (2001) mengatakan ikan yang direbus atau dikukus prosentase kandungan asam lemak tidak jenuh ganda tidak mengalami perbedaan jauh dengan ikan segar. Tidak adanya hubungan penurunan resiko pada konsumsi ikan laut dengan kejadian iskemik heart disease pada penelitian

4 Mozaffarian et al. (2003) juga dikarenakan pemasakannya dengan cara digoreng. Sementara itu, pada kelompok dengan pemasakan dipanggang dan dikukus, terjadi penurunan resiko sebesar 49%. Propinsi Sulawesi Tenggara merupakan salah satu propinsi di Indonesia yang memiliki kebiasaan konsumsi ikan laut tinggi, melebihi rata-rata konsumsi ikan nasional. Konsumsi ikan laut di Sulawesi Tenggara pada tahun 2013 adalah ± 119 g/ kapita/ hari sementara itu acuan nasional baru 83 g/ kapita/ hari (Data DKP Kendari, 2013). Konsumsi ikan laut yang tinggi ini selain disebabkan karena wilayah yang secara geografis mampu memproduksi ikan laut tangkapan dalam jumlah besar, juga tradisi masyarakat yang gemar makan ikan laut. Angka kejadian CVD di Propinsi Sulawesi Tenggara tergolong rendah. Pada daftar sepuluh penyakit terbanyak, hanya hipertensi dan diabetes sebagai faktor resiko CVD yang masuk ke dalam daftar sepuluh penyakit terbanyak di Sulawesi Tenggara. Hasil Riskesdas 2007 maupun 2013 juga membuktikan Propinsi Sulawesi Tenggara tergolong dalam peringkat bawah dalam kejadian CVD. Hal ini menjadi menarik untuk diteliti lebih lanjut, hubungan antara kebiasaan masyarakat yang gemar mengonsumsi ikan dengan rendahnya kejadian CVD di Sulawesi Tenggara. Kota Kendari merupakan Ibukota Propinsi Sulawesi Tenggara yang kondisi geografisnya berupa dataran rendah dan pesisir dengan dikelilingi oleh perairan Teluk Kendari. Hasil tangkapan ikan laut dari Teluk Kendari tergolong besar, bahkan tempat pelelangan ikan (TPI) terbesar di Sulawesi Tenggara terdapat di Kota Kendari. Kondisi geografis yang demikian membuat masyarakat Kota Kendari menjadikan ikan laut sebagai hidangan yang paling terjangkau dan harus ada dalam menu harian mereka. Riskesdas 2007 Propinsi Sulawesi Tenggara menggolongkan Kota Kendari sebagai daerah dengan prevalensi penyakit jantung yang rendah di Sulawesi Tenggara. Berdasar uraian di atas, penulis tertarik untuk melihat profil lipid darah masyarakat Kota Kendari sebagai biomarker resiko kejadian CVD, dihubungkan dengan jumlah konsumsi ikan, jenis ikan yang biasa dikonsumsi, dan metode memasak.

5 B. Perumusan Masalah Apakah terdapat hubungan yang bermakna antara jumlah konsumsi ikan, jenis ikan, dan metode memasak dengan profil lipid darah? C. Tujuan Penelitian a. Tujuan Umum Mengetahui hubungan antara jumlah konsumsi ikan, jenis ikan, dan metode memasak dengan profil lipid darah b. Tujuan Khusus 1. Mengetahui hubungan jumlah konsumsi ikan dengan profil lipid darah 2. Mengetahui hubungan jenis ikan yang dikonsumsi dengan profil lipid darah 3. Mengetahui hubungan metode memasak dengan profil lipid darah 4. Mengidentifikasi faktor lain yang berhubungan dengan profil lipid darah (jenis kelamin, status gizi, lingkar pinggang, kebiasaan merokok, kebiasaan konsumsi alkohol, asupan lemak jenuh, asupan kolesterol, asupan serat, dan aktivitas fisik) pada subyek 5. Mengetahui variabel yang dominan berhubungan dengan profil lipid darah pada uji multivariat D. Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti Untuk memberikan pengetahuan terkait hubungan kebiasaan makan ikan (jumlah, jenis, dan metode memasak) dengan kejadian dislipidemia, serta faktor lain yang mempengaruhinya 2. Bagi instansi instansi terkait Diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan untuk bahan penyusunan kebijakan terkait kebiasaan makan ikan laut dan pengurangan resiko CVD di daerah tersebut 3. Bagi pembaca/ peneliti lain

6 Diharapkan hasil penelitian dapat memberikan pengetahuan dan dapat digunakan sebagai bahan pustaka penelitian berikutnya 4. Bagi sasaran/ subyek/ responden Untuk mengetahui profil lipid masing masing subyek dan mendapatkan pengetahuan terkait faktor resiko yang menyebabkan CVD sehingga bisa dilakukan langkah pencegahan. E. Keaslian Penelitian Penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya terkait penelitian ini adalah 1. Penelitian Myint et al. (2006) yang berjudul Habitual fish consumption and risk of incident stroke: the European Prospective Investigation into Cancer (EPIC) Norfolk prospective population study dengan desain cohort dan outcome yang dilihat adalah kejadian stroke, memberikan hasil responden yang mengonsumsi ikan > 2 kali/ minggu berkurang resikonya 1,34 kali untuk terkena kejadian stroke dibanding yang hanya mengonsumsi ikan < 1 kali/ minggu. Perbedaan dengan penelitian sekarang adalah pada metode yang dilakukan yakni cross sectional dan outcome yang dilihat adalah profil lipid darah. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Erkkila et al. (2004) dengan judul Fish intake is associated with a reduced progression of coronary artery atherosclerosis in postmenopausal women with coronary artery disease dengan desain cohort prospektif, sampel wanita post menopause, dan outcome yang dilihat adalah besar kejadian atherosklerosis. Penelitian ini memberikan hasil bahwa kebiasaan mengonsumsi ikan berhubungan dengan berkurangnya kecepatan pembentukan aterosklerosis. Perbedaan dengan penelitian yang sekarang adalah pada desain penelitian, subyek, dan outcome yang dilihat 3. Penelitian yang dilakukan oleh Nailufar (2011) dengan judul Pengaruh jumlah konsumsi dan metode memasak ikan terhadap kejadian dislipidemia dengan desain case control dan outcome yang dilihat adalah profil lipid keseluruhan (kadal LDL, HDL, trigliserida, dan kolesterol

7 total) memberikan hasil bahwa tidak terdapat pengaruh yang bermakna antara jumlah konsumsi ikan dengan kejadian dislipidemia, pengaruh yang bermakna terdapat pada metode memasak. Perbedaan dengan penelitian sekarang adalah pada desain penelitian, dan subyek penelitian 4. Penelitian oleh Chung et al. (2008) dengan judul, Frequency and Type of Seafood Consumed Influence Plasma (n-3) Fatty Acid Concentrations yang memberikan hasil bahwa terdapat hubungan korelasi positif yang nyata antara konsumsi ikan laut yang dimasak nonfried (metode selain digoreng), dengan kadar EPA dan DHA dalam fosfolipid plasma. Sebaliknya, tidak ada korelasi antara EPA dan DHA dalam fosfolipid plasma dengan konsumsi ikan laut yang dimasak dengan cara digoreng, atau konsumsi makanan laut jenis kerang-kerangan baik yang dimasak dengan cara nonfried maupun fried. Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan sekarang adalah pada variabel independent dan dependent yang diteliti. Pada penelitian yang dilakukan sekarang, variabel independent tidak hanya jenis ikan dan metode memasak yang diteliti melainkan jumlah konsumsinya juga. Variabel dependent (biomarker) yang digunakan pada penelitian sekarang bukan kadar EPA dan DHA dalam fosfolipid plasma melainkan profil lipid serum darah (trigliserida, kolesterol total, LDL dan HDL)