BAB I PENDAHULUAN. mudah diperbanyak dan jangka waktu berbuah lebih panjang. Sedangkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang produknya digunakan sebagai bahan baku industri serta sangat penting

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berbagai macam tanaman hias. Pengembangan komoditi tanaman hias dilakukan

Kultur Jaringan Menjadi Teknologi yang Potensial untuk Perbanyakan Vegetatif Tanaman Jambu Mete Di Masa Mendatang

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan di Indonesia merupakan sumber plasma nutfah yang sangat potensial

TINJAUAN PUSTAKA Kultur Jaringan Tanaman Eksplan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Nanas (Ananas comosus [L.] Merr) merupakan komoditas andalan dalam perdagangan buah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stevia (Stevia rebaudiana) merupakan salah satu jenis tanaman obat di

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tanaman karet merupakan komoditi perkebunan yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan siklamat semakin meningkat. Hal ini nampak pada industri makanan, meningkatkan gizi makanan, dan memperpanjang umur simpan.

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. dataran tinggi, termasuk puncak gunung yang bersalju (Sugeng, 1985)

PENDAHULUAN. stroberi modern (komersial) dengan nama ilmiah Frageria x ananasa var

I. PENDAHULUAN. Bunga anggrek memiliki pesona yang menarik penggemar baik di Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman panili termasuk famili Orchidaceae, yang terdiri dari 700 genus

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. spesies) Indonesia yang ditetapkan sebagai maskot Sumatera Barat. Sumatera Barat erat kaitannya dengan budaya dan adat istiadat

BAB I PENDAHULUAN. atau perbanyakan aseksual. Perbanyakan ini menggunakan bagian-bagian

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Anggrek Tebu (Grammatophyllum speciosum) Anggrek tebu (Grammatophyllum speciosum) merupakan anggrek yang

I. PENDAHULUAN. Ekosistemnya dalam pasal 20 ayat 1 dan 2 serta Peraturan Pemerintah No. 77

TINJAUAN PUSTAKA. Dracaena adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan bentuk batang bulat dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Anggrek merupakan tanaman hias yang termasuk ke dalam famili Orchidaceae,

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. energi utama umat manusia diperoleh dari bahan bakar fosil. Masalahnya

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu tanaman palawija yang

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gunung Merapi. Bunga Anggrek dengan warna bunga putih dan totol-totol merah

PERKEMBANGBIAKAN TUMBUHAN. By Luisa Diana Handoyo, M.Si.

BAB I PENDAHULUAN. anggrek yang mendominasi pasar adalah anggrek impor, yaitu Dendrobium dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi Tanaman Anggrek Vanda tricolor Lindl. var. suavis

I. PENDAHULUAN. Pisang (Musa paradisiacal Linn) merupakan jenis buah yang paling umum

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SKRIPSI. Persyaratan Sarjana-1. Disusun Oleh: VINA A FAKULTA

I. PENDAHULUAN. keunggulan dalam penggunaan kayunya. Jati termasuk tanaman yang dapat tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. Tumbuhan tegakan berkayu banyak tumbuh dalam ekosistem hutan.

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa (Cocos nucifera L) disebut pohon kehidupan, karena hampir semua

BAB I PENDAHULUAN. 2011). Alfalfa termasuk tanaman kelompok leguminose yang berkhasiat

GAHARU. Dr. Joko Prayitno MSc. Balai Teknologi Lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai aneka ragam tanaman hias, baik tanaman hias daun maupun

BAB I PENDAHULUAN. dan lain-lain. Selain itu, kencur juga dapat digunakan sebagai salah satu bumbu

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Kultur biji steril tomat

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

Pembuatan Larutan Stok, Media Kultur Dan Sterilisasi Alat Kultur Jaringan Tumbuhan. Nikman Azmin

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu merupakan tanaman perdu yang berasal dari Benua Amerika, tepatnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pisang adalah tanaman herba yang berasal dari kawasan Asia Tenggara

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Fabaceae. Kedudukan tanaman kacang hijau dalam taksonomi tumbuhan diklasifikasikan

I. PENDAHULUAN. Tanaman anggrek termasuk familia Orchidaceae terdiri atas

BAB I PENDAHULUAN. Stevia rebaudiana Bertoni termasuk tanaman famili Asteraceae

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anggrek adalah tanaman hias yang banyak diminati oleh para kolektor

TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan krisan dalam sistematika tumbuhan (Holmes,1983)

PEMBUATAN MEDIA KULTUR JARINGAN TANAMAN

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Sumatera Utara, karena mempunyai keunggulan komperatif dan kompetitif

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH KONSENTRASI ROOTONE-F TERHADAP PEMBENTUKAN AKAR STEK DAUN Sansivieria trifasciata lorentii

MATERI 7. PERBANYAKAN VEGETATIF

Teknik Kultur In Vitro Tanaman. Bab I : Pendahuluan 9/16/2012

BAB I PENDAHULUAN. Purwoceng (Pimpinella pruatjan Molk. atau Pimpinella alpine Molk.

BAB I PENDAHULUAN. kondisi lingkungan tumbuh. Selain itu anggrek Dendrobium memiliki

I. PENDAHULUAN. Tanaman hias khususnya bunga merupakan salah satu komoditas hortikultura

I. PENDAHULUAN. Masalah mengenai tebu yang hingga kini sering dihadapi adalah rendahnya

Materi 05 Perbanyakan Tanaman: Bahan Tanam dan Pembibitan. Benyamin Lakitan

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Pisang

REGENERASI TANAMAN SENGON (Albizia falcataria) MELALUI MULTIPLIKASI TUNAS AKSILAR DENGAN PENGGUNAAN KOMBINASI ZPT DAN AIR KELAPA SKRIPSI.

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Jati Emas (Cordia subcordata) kultur in vitro dengan induk tanaman pada mulanya berasal dari Myanmar.

BAB 1 PENDAHULUAN. krisan. Perkebunan bunga krisan membutuhkan benih yang bermutu dalam jumlah

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Benih Kedelai. penyediaan benih berkualitas tinggi. Pengadaan benih kedelai dalam jumlah yang

TEKNOLOGI PERBANYAKAN BIBIT PISANG ABAKA DENGAN KULTUR JARINGAN DR IR WENNY TILAAR,MS

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hipogea L.) merupakan salah satu komoditas pertanian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Teknologi Kultur Jaringan Tanaman. Bab I : Pendahuluan 3/24/2011

KULTUR JARINGAN TANAMAN

Stratifikasi III. METODE PENELITIAN Metode Pengumpulan Data Waktu dan Tempat Penelitian

RESPON PERTUMBUHAN MERISTEM KENTANG (Solanum tuberosuml) TERHADAP PENAMBAHAN NAA DAN EKSTRAK JAGUNG MUDA PADA MEDIUM MS

BAB I PENDAHULUAN. sandang dan papan. Allah Subhanahu Wa Ta ala berfirman dalam surat Ali-Imran

BAB I PENDAHULUAN. ada sekitar jenis anggrek spesies tersebar di hutan-hutan Indonesia

13/10/2012 PENDAHULUAN. REVIEW KULTUR JARINGAN CENDANA (Santalum album L.)

Oleh : Erwin Maulana Farda Arifta Nanizza Lidwina Roumauli A.S Ramlah Hardiani

I. PENDAHULUAN. Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan salah satu komoditas buah tropis

BAB I PENDAHULUAN. tahun mencapai US$ 681 juta pada tahun 2011 (FAO, 2013). Kopi memegang

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) memiliki peran strategis dalam pangan

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

BIOTEKNOLOGI TERMINOLOGI DAN MACAM KULTUR JARINGAN

I. PENDAHULUAN. sebutan lain seruni atau bunga emas (Golden Flower) yang berasal dari

I. PENDAHULUAN. Anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis (L.) Blume) merupakan jenis. pesona, bahkan menjadi penyumbang devisa bagi negara.

Cara Perkembangbiakan Tumbuhan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Jeruk Besar (Pamelo)

TINJAUAN PUSTAKA. dalam kelas Liliopsida yang merupakan salah satu tumbuhan berbunga lidah dari

TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu merupakan tanaman perdu yang berasal dari Benua Amerika,

BAB I PENDAHULUAN. Firman Allah dalam Surat Asy-Syu araa (26):7 sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merr.) adalah salah satu komoditas utama kacangkacangan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki nilai ekonomis cukup tinggi. Bagi Indonesia, kakao merupakan sumber

PENGARUH KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN DENGAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) INDOLEBUTYRIC ACID (IBA) TERHADAP PERTUMBUHAN STEK TANAMAN JERUK

BAB 1 PENDAHULUAN. Anggrek merupakan salah satu jenis tanaman hias yang populer di

HASIL DAN PEMBAHASAN. eksplan hidup, persentase eksplan browning, persentase eksplan kontaminasi,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Perbanyakan tanaman dapat dilakukan dengan cara generatif dan vegetatif. Perbanyakan tanaman secara generatif biasanya dilakukan melalui biji dan mengalami penyerbukan alami dengan bantuan angin atau serangga. Menurut Nursyamsi (2010) menjelaskan bahwa, perbanyakan tanaman secara generatif memiliki kelebihan yaitu penanganan yang praktis atau mudah dengan harga yang relatif murah dan tidak memerlukan keahlian yang khusus. Namun, perbanyakan secara generatif memiliki beberapa kelemahan seperti penanaman dilakukan pada saat musimnya, keturunan yang dihasilkan kemungkinan tidak sama dengan induknya, persentase berkecambah yang rendah dan membutuhkan waktu yang agak lama untuk berkecambah. Purnomoshidi dkk., (2002) menjelaskan bahwa, keunggulan dari perbanyakan tanaman secara generatif yaitu tanaman memiliki sistem perakaran yang kuat dan kokoh, lebih mudah diperbanyak dan jangka waktu berbuah lebih panjang. Sedangkan kekurangannya yaitu waktu untuk berbuah lebih lama. Proses terjadinya perbanyakan secara generatif dijelaskan dalam firman Allah Surat Al Hijr ayat 22: Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuhtumbuhan) dan Kami turunkan hujan dari langit, lalu Kami beri minum kamu dengan air itu, dan sekali-kali bukanlah kamu yang menyimpannya. (Al Hijr ayat 22).

Ayat diatas menjelaskan tentang perkembangbiakan tanaman yang terjadi secara alami dengan bantuan angin (anemogami) yang disebut dengan perkembangbiakan secara generatif. Perbanyakan ini terjadi bukan karena perlakuan manusia, akan tetapi hanya dengan tiupan angin yang membawa benang sari jatuh ke putik bunga sehingga terjadi pembuahan. Tumbuhan pun tidak akan tumbuh subur dan berkembang tanpa adanya air, sehingga Allah menurunkan hujan ke bumi. Jika hanya dikembangbiakan melalui perbanyakan secara generatif, maka tumbuhan yang diharapkan akan lama berbuah dan tidak dapat memenuhi kebutuhan pasar yang semakin lama semakin meningkat jumlah permintaannnya. Alternatif yang dilakukan oleh petani adalah dengan cara perbanyakan tanaman secara vegetatif. Menurut Rahman dkk. (2012) perbanyakan tanaman secara vegetatif merupakan perbanyakan tanaman menggunakan bagian bagian tanaman seperti batang, cabang, ranting, pucuk, umbi dan akar untuk menghasilkan tanaman baru yang sesuai dengan induknya. Perbanyakan ini dilakukan tanpa melalui proses perkawinan dan tidak melalui biji dari induknya. Pada prinsipnya adalah merangsang tunas adventif untuk menghasilkan tanaman yang sempurna memiliki batang, daun dan akar. Perbanyakan tanamana secara vegetatif dibagi menjadi dua, yaitu perbanyakan tanaman secara vegetatif alami dan vegetatif buatan. Vegetatif alami dilakukan tanpa adanya campur tangan manusia, sehingga terjadi secara alamiah. Biasanya terjadi melalui tunas, umbi, dan geragih (stolon). Sedangkan vegetatif buatan terjadi dengan bantuan manusia. Vegetatif buatan terbagi menjadi dua yaitu vegetatif buatan secara konvensional dan vegetatif buatan secara bioteknologi. Perbanyakan tanaman melalui vegetatif buatan dilakukan pada tanaman yang memiliki kambium. Pada umumnya penggunaan vegetatif buatan tidak dapat dilakukan pada tanaman berkeping satu (monokotil). Perbanyakan secara vegetatif buatan dapat dilakukan dengan cara stek,

cangkok dan merunduk. Selain itu ada perbanyakan tanaman yang digabungkan antara vegetatif alami dan buatan yaitu dengan cara grafting. Grafting merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan menggabungkan batang bawah tanaman dengan mata tunas induk yang lain. Perbanyakan secara vegetatif memiliki keunggulan seperti tanaman yang dihasilkan memiliki sifat yang sama dengan induknya dan lebih cepat berbunga serta berbuah. Sedangkan kekurangannya yaitu membutuhkan pohon induk yang lebih banyak sehingga membutuhkan biaya yang banyak serta memiliki akar yang kurang kokoh. Campbell (2003) menjelaskan, perbanyakan tumbuhan secara vegetatif bertujuan untuk memperbaiki tumbuhan pangan, buah, dan bunga hias. Sebagian besar metode ini didasarkan pada kemampuan tumbuhan untuk membentuk akar atau tunas adventif. Sedangkan perbanyakan vegetatif buatan secara bioteknologi dilakukan dengan cara teknik kultur jaringan atau sering disebut teknik in vitro. Teknik kultur jaringan atau in vitro merupakan salah satu alternatif untuk menghasilkan benih unggul secara cepat dalam waktu yang singkat. Menurut Rainiyati (2007), kultur jaringan merupakan cara pembiakan vegetatif dengan mengisolasi bagian tanaman untuk menumbuhkannya dalam kondisi aseptik dengan cepat dan secara genetik sifat-sifat tanaman anak yang dihasilkan akan sama atau identik dengan induknya. Perbanyakan dengan cara kultur jaringan sangat berbeda dengan cara perbanyakan vegetatif buatan secara konvensional. Dalam teknik kultur jaringan yang perlu mendapat perhatian adalah komposisi media kultur dan zat pengatur tumbuh yang tepat serta sumber eksplan yang digunakan untuk menghasilkan plantlet di samping faktor lainnya yaitu cahaya, suhu dan kelembaban. George dan Sherrington (1984) menjelaskan bahwa, kultur jaringan dilakukan karena memiliki beberapa kelebihan yang berbeda dengan perbanyakan konvensional yaitu (1) tidak membutuhkan lahan yang luas, (2) menghasilkan tanaman yang bebas patogen, (3) menghasilkan tanaman dalam jumlah yang banyak, (4) sejumlah

tanaman dapat diproduksi dalam waktu yang singkat, (5) tidak bergantung pada musim. Sedangkan menurut Abbas (2011), alasan kultur jaringan dilakukan yaitu untuk menghasilkan tanaman yang memiliki sifat sifat unggul, eliminasi patogen, konservasi plasma nutfah, ekstraksi senyawa metabolit sekunder, dan perbanyakan klonal secara cepat yang sulit dilakukan secara konvensional. Selain itu kultur jaringan mempunyai beberapa kelemahan seperti (1) membutuhkan biaya yang relatif besar, (2) perlunya keahlian yang lebih tinggi, (3) pengerjaannya dilakukan dengan sangat hati hati dan steril, (4) stabilitas kultur jaringan kadang kadang tidak terjamin akibat perubahan genetik yang terjadi karena proses yang abnormal pada pertumbuhan dan pembelahan sel. Dalam bidang pertanian kultur jaringan sudah banyak digunakan pada beberapa tanaman seperti tanaman hias, obat obatan dan tanaman buah buahan. Kultur jaringan digunakan sebagai solusi untuk mengatasi beberapa masalah dalam pertanian yang pada umumnya yaitu lamanya tumbuh tanaman dan hama yang menyerang tumbuhan. Seperti halnya pada tanaman jeruk besar kultivar Cikoneng yang pada saat ini sulit untuk diperbanyak melalui konvensional karena adanya serangan virus CVPD pada jaringan tanaman. Jeruk besar (Citrus maxima (Burm) Merr.) Kultivar Cikoneng merupakan salah satu varietas unggulan yang berasal dari Sumedang. Pada saat ini keberadaannya sudah hampir punah karena semakin sedikitnya petani yang membudidayakan jeruk jenis ini. Usaha pertanian penanaman jeruk besar di Indonesia kurang didukung oleh penggunaan benih yang bermutu. Pada saat ini perbanyakan benih jeruk besar dilakukan dengan persemaian benih dan okulasi. Namun, kelemahan dari persemaian benih ini yaitu tidak dapat diperoleh dalam jumlah banyak. Sedangkan benih hasil okulasi sering mengalami inkompatibilitas sehingga hasil okulasinya gagal. Beberapa hal tersebut dapat menyebabkan ketersedian benih jeruk besar kurang mencukupi. Dengan adanya masalah seperti ini maka kita harus

mempunyai solusi untuk meningkatkan mutu perbanyakan jeruk besar secara cepat dengan hasil kualitas yang bagus (Rahman, 2008). Dalam data base Kementrian Pertanian Ekspor Impor jeruk Indonesia pada bulan Januari Juni 2012 tercatat bahwa Indonesia mampu mengekspor jeruk ke 19 negara dengan jumlah 1,154,937 Kg dengan nilai $758,458. Sedangkan impor dari 32 negara dengan jumlah 208,136,144 Kg dengan nilai $204,918,311 (Lampiran 2 & 3). Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa Indonesia belum mampu menghasilkan jeruk yang berkualitas tinggi. Ini merupakan suatu permasalahan bagi Indonesia. Jika terus seperti ini maka kita akan selamanya impor dari negara lain. Maka dari itu untuk mempercepat tumbuhnya tanaman dalam waktu singkat dan menghasilkan kualitas yang lebih baik diperlukan metode kultur jaringan sebagai sebuah solusi dari permasalahan ini (Badan Pusat Statistik Republik Indonesia, 2011). Kultur jaringan tidak hanya media saja yang dibutuhkan, namun zat pengatur tumbuh (ZPT) pun sangat dibutuhkan untuk menstimulus pertumbuhan tumbuhan. ZPT terbagi ke dalam dua jenis yaitu zat pengatur tumbuh alami dan zat pengatur tumbuh sintetik. Zat pengatur tumbuh alami seperti zat pengatur tumbuh yang dihasilkan oleh tanaman tersebut seperti auksin, sitokinin dan giberelin. Sedangkan zat pengatur tumbuh sintetik merupakan zat penggatur tumbuh dari bahan kimia seperti NAA, IAA, IBA yang termasuk kedalam auksin dan BAP, Kinetin yang termasuk kedalam Sitokinin. Sitokinin berfungsi membantu dalam proses proliferasi tunas dan auksin berfungsi membantu dalam perakaran tunas tumbuh dan berkembang (Al-Amin, 2009). Penyedian bahan kimia dalam kultur jaringan sangatlah mahal. Maka dari itu membutuhkan alternatif yang lebih murah dan mudah dibuat sebagai pengganti bahan kimia tersebut, yang mampu memenuhi kebutuhan unsur hara makro dan mikro, vitamin serta zat pengatur tumbuh bagi tumbuhan. Bahan organik yang dapat digunakan sebagai

bahan alternatif ini seperti air kelapa, ekstrak ragi, ekstrak buah tomat, maupun ekstrak buah pisang (Maslukhah, 2008). Penggunaan ZPT alami ini digunakan sebagai bukti bahwa teknik bercocok tanam menggunakan cara kultur jaringan itu tidaklah mahal. Karena sebagian besar petani berfikir bahwa penggunaan teknologi akan secara signifikan menambah beban biaya usaha tani yang secara langsung akan mengurangi keuntungan atau bahkan akan menyebabkan kerugian bagi petani. Perbandingan biaya penggunaan ZPT alami dengan ZPT sintetik sangatlah jauh berbeda. Sebagai contoh perbandingan yaitu 1 buah kelapa muda dapat menghasilkan ±500 ml air kelapa dengan harga perbuah Rp. 4.000. Penggunaan air kelapa muda dengan jumlah 500 ml dapat membuat media hingga 2 L tergantung penggunaan. Karena kebutuhan setiap tanaman sangatlah berbeda. Jika dibandingkan dengan ZPT sintetik dengan harga per gram dapat mencapai ± Rp. 1.000.000. Maka dari itu banyak yang menggunakan ZPT sintetik yang dikombinassi dengan ZPT alami dengan alasan untuk mengurangi biaya yang berlebihan. Memang, dilihat dari pertumbuhannya penggunaan ZPT sintetik lebih terlihat signifikan pertumbuhannya. Namun, tidak selalu ZPT sintetik yang lebih cepat pertumbuhannya daripada penggunaan ZPT alami. Karena pada ZPT sintetik hanya terdapat ZPT saja, lain halnya dengan ZPT alami yang didalamnya banyak terkandung unsur hara selain ZPT seperti vitamin, glukosa dan mineral yang dapat membantu pertumbuhan tanaman lebih baik. Menurut Departemen Pertanian (2007) menjelaskan bahwa dengan menggunakan bahan alami sebagai pengganti hormon buatan memiliki beberapa kelebihan seperti (1) jika yang ditanamnya itu akan menghasilkan buah nantinya, maka akan menghasilkan buah yang aman dan bergizi sehingga meningkatkan kesehatan masyarakat, (2) menciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat, karena petani akan terhindar dari paparan polusi yang diakibatkan oleh digunakannya bahan kimia sintetik dalam produksi

pertanian, (3) dapat meningkatkan perekonomian masyarakat, karena dengan penggunaan bahan alami biaya yang dikeluarkan lebih sedikit dibandingkan dengan penggunakan sintetik. Dalam penelitian ini bahan organik yang digunakan adalah air kelapa. Penemuan pertama tentang penggunaan endosperma kelapa (air kelapa) sebagai bahan organik yang memiliki kualitas tertinggi ini dilakukan oleh Overbeek dkk. (1941) dalam pengembangan embrio dari Stramonium datura. Pada waktu itu ditemukan bahwa air kelapa dapat digunakan untuk mempertahankan beberapa tanaman dalam kultur jaringan karena didalam air kelapa terdiri dari asam amino, senyawa nitrogen, unsur anorganik, asam organik, gula dan alkohol, vitamin, zat pengatur tumbuh (auksin dan sitokinin) dan banyak komponen lain yang belum diketahui (Siregar, 1992). Penelitian ini terfokus pada pemanfaatan air kelapa sebagai bahan organik yang mengandung unsur komplek seperti mineral, vitamin dan zat pengatur tumbuh (auksin dan sitokinin) untuk perbanyakan tanaman jeruk besar kultivar Cikoneng secara in vitro. 1.2. Perumusan Masalah a. Bagaimanakah pengaruh pemberian air kelapa pada pertumbuhan tanaman jeruk besar (Citrus maxima (Burm) Merr.) kultivar Cikoneng dengan konsentrasi yang berbeda secara in vitro? b. Berapakah konsentrasi optimum air kelapa pada pertumbuhan tanaman jeruk besar kultivar Cikoneng secara in vitro? 1.3. Tujuan a. Untuk mengetahui pengaruh air kelapa terhadap pertumbuhan tanaman jeruk besar (Citrus maxima (Burm) Merr.) kultivar Cikoneng secara in vitro

b. Untuk mengetahui konsentrasi optimum air kelapa terhadap pertumbuhan tanaman jeruk besar kultivar Cikoneng secara in vitro. 1.3.Kegunaan Manfaat dari penelitian ini dalam segi keilmuan mampu memberikan informasi, menambah pengetahuan dan dapat diaplikasikan dalam perbanyakan jeruk besar (Citrus maxima (Burm) Merr.) kultivar Cikoneng secara in vitro sehingga mampu melestarikan keberadaan jeruk besar Cikoneng. Dilihat dari segi agribisnis, perbanyakan jeruk besar kultivar Cikoneng secara in vitro mampu meningkatkan produksi benih jeruk besar secara cepat dalam jumlah yang banyak. 1.4.Hipotesis a. Tunas pada jeruk besar (Citrus maxima (Burm) Merr.) kultivar Cikoneng secara in vitro akan terbentuk pada medium Murashige Skoog (MS) yang mengandung air kelapa. b. Terdapat konsentrasi optimum air kelapa pada pembentukan tunas jeruk besar kultivar Cikoneng.